You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut maka

diprogramkan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan

dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satu indikator

derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (Profil Dinas Kesehatan Kota

Kendari 2005).
Menurut hasil SDKI 2002/2003 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

berkisar sekitar 35 per 1000 kelahiran hidup (Kompas 2005 http://webmail.jpkm-

on line.net/scr/login.php). AKB di Indonesia masih terbilang tinggi bila

dibandingkan dengan negara-negara lain di Kawasan Asean (Kompas 2004.

http.//hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria/prediksi91.htm) AKB di Malaysia pada

tahun 2001 tercatat 6 dan di Singapura hanya 2 kematian bayi per 1000 kelahiran

hidup (catatan sekretariat Asean, 2003), di Vietnam menunjukkan 30 kematian

bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2001

(VII.http://www.Kompas.com.2004).
Penyebab tingginya AKB disebabkan oleh karena banyak hal yang mana

salah satunya adalah dari faktor status gizi bayi. Menurut hasil penelitian

Khairunniyah (2004), pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas

kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka

kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian

makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan


yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan AKB. Sedangkan hasil penelitian Rulina tahun 2002 khusus gizi

buruk pada balita dari berbagai provinsi di Indonesia masih tinggi dari 11,7 % gizi

buruk tersebut terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak perlu

terjadi jika ASI diberikan secara baik dan benar, karena menurut penelitian dengan

pemberian ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi selama enam bulan.

Berdasarkan data UNICEF hanya 3 % ibu yang memberikan ASI eksklusif dan

menurut SDKI 2002 mencakup ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 55 %.

Hal ini menunjukkan bahwa bayi di Indonesia masih kurang mendapatkan ASI

eksklusif (sumber : media Indonesia online, 2005). Profil Jawa Barat

menunjukkan data bahwa pada tahun 2000 diare merupakan penyebab kematian

terbanyak (16.25 %) pada anak balita yang dirawat di rumah sakit, di Puskesmas

kejadian diare menempati urutan pertama dan 10 besar pola penyakit penderita

rawat jalan (Utami Roesli, 2005).


Menyusui merupakan proses alamiah dan bagian terpadu dari proses

reproduksi. Setiap wanita yang dapat dibuahi dan hamil sampai cukup bulan akan

dapat mengeluarkan air susu (Khairunniyah, 2004). Air Susu Ibu (ASI) adalah

makanan yang paling ideal bagi bayi. Oleh karena itu, pada tahun 2000

pemerintahan Indonesia menetapkan target sekurangnya 80 % ibu menyusui

bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa makanan ataupun minuman lainnya

sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Semula pemerintahan Indonesia

menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia 4 bulan, kemudian

pemerintah mengeluarkan kebijakan baru melalui Menteri Kesehatan RI No.

450/Menkes/SK/IV/2004 mengenai pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia


6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan

tambahan yang sesuai (Untoro, 2004). Selain itu, kajian WHO pada tahun 1999

menyatakan bahwa lebih dari 3000 penelitian menunjukkan pemberian ASI

selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI

eksklusif. Memperpanjang pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan

memberi manfaat bagi bayi, antara lain : (1) menurunkan resiko gizi berlebihan,

(2) meningkatkan kesehatan dimasa kanak-kanak, (3) meningkatkan kekebalan

tubuh, (4) menekan resiko alergi, bercak kulit, diare, infeksi saluran nafas, (5)

tidak membuat berat badan bayi turun

(www.sahabatnestle.co.id/home/main/tksk/tks/ndnp.asp)
Menurut Utami Roesli (2004) pemberian ASI secara eksklusif artinya

hanya memberi, ASI pada bayi dan bayi tidak mendapat tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan

pada seperti pisang, pepaya, susu bubuk, biskuit, bubur nasi, dan tim. Menurut

Novaria (2000) salah satu pra kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian

ASI eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang

kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui secara

eksklusif (www.indosiar.com).
Umur mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil keputusan

dalam pemberian ASI eksklusif secara bertambah umur (tua) maka pengalaman

dan pengetahuan semakin bertambah. (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, umur ibu

sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan,

persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang

berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam

pembinaan bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Sedangkan ibu yang berumur

20-40 tahun, menurut Hurlock (1997) disebut sebagai “masa dewasa” dan disebut

juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan tenang secara emosional,

terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayi nanti.

Dalam pemberian ASI eksklusif, ibu yang menurut Perinansia (2003), paritas

adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif, menyusui pada kelahiran anak

sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga serta pengetahuan tentang

manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak.

Dukungan dokter, bidan/petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat

dibutuhkan terutama untuk ibu yang pertama kali hamil.


Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

“tinjauan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif di Puskesmas Mekar

tahun 2008.”

B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas, maka penelitian dapat

merumuskan masalah : “bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian

ASI eksklusif di Puskesmas Mekar”


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan


1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Sudjana (1992) dalam Notoatmodjo (2003) istilah

pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dan

bahasa taksonomi, sedangkan menurut Bloom (1997) dalam Notoatmodjo

(2003) mengemukakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan akan kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. (www.wikipedia.com.id)
2. Unsur-unsur yang terkandung dalam pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif terjadi enam tingkatan

yaitu tahu, memahami, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan

pengetahuan yang akan dikemukakan di dalam Notoatmodjo (2003)

sebagai berikut :
a. Tahu
Mengandung arti mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumya. Pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari dan

rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan


yang paling rendah dan untuk mengukur bahwa ia tahu antara lain

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan

(Notoatmodjo, 2003).
b. Memahami
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tantang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Kesanggupan memahami ini setingkat

lebih tinggi dari tahu, namun tidaklah berarti bahwa tahu tidak perlu

ditanyakan sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu untuk

mengerti dan mengenal (Notoatmodjo, 2003).


c. Aplikasi
Menurut Sudjana (1992 : 25) aplikasi adalah penggunaan

abstraksi pada situasi konkret atau situasi kasus. Abstrkasi dapat

berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Sedangkan Notoatmodjo (2003)

aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.


d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek

ke dalam kemampuan. Komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain

(Notoatmodjo, 2003).
e. Sintesis
Adalah suatu kemampuan yang meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk kesepakatan

baru (Notoatmodjo, 2003).


f. Evaluasi
Adalah suatu kemampuan yang melakukan suatu spesifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang

telah ada atau yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2003).


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Suharjo (1996) menyebutkan bahwa pengetahuan tergantung atau

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :


a. Tingkat pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan akan berpengaruh

pengetahuan yang diperoleh. Semakin tinggi pendidikan, maka

pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak, begitupun

sebaliknya, tetapi hal ini tidak berlaku mutlak.


b. Status sosial, stasus sosial juga turut mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang.
c. Derajat penyuluhan artinya bahwa semakin banyak penyuluhan yang

diperoleh atau makin banyak frekuensi penyuluhan, maka pengetahuan

yang diperoleh akan semakin banyak.


d. Lingkungan, merupakan faktor penentu derajat pengetahuan, karena

dapat diperoleh pengetahuan yang sama melalui lingkungan dengan

cara bertukar pikiran.


e. Sarana dan prasarana, dimana dengan adanya sarana dan prasarana

yang menunjang, maka pengetahuan yang diperoleh akan lebih besar

bila dibandingkan dengan yang kurang.

B. Tinjauan Umum Tentang ASI Eksklusif


1. Pengertian ASI eksklusif
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah, bayi usia 0-

6 bulan hanya diberikan ASI, dengan frekuensi 8-10 kali perhari tanpa

diberi tambahan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air

putih sekalipun. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan

kandungan gizi yang cukup dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh
dan berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan

berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena

mengandung zat kekbalan terhadap penyakit. (Utami Roesli, 2001:1)


2. Komposisi ASI
Air susu disesuaikan secara alamiah dengan kebutuhan secara

khusus bagi tiap-tiap kelompok. Makhluk yang menyusui. Misalnya

komposisi susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan

komposisi susu ibu disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia.

(Utami Roesli, 2001:25)


Beberapa komponen yang terkandung dalam Air Susu Ibu

antaralain : air sekitar 87 %, lemak yang menghasilkan kira-kira setengah

kalori, karbohidrat, protein serta vitamin dan mineral. (Lilin Juwono,

2007:380)
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari

satu ibu ke ibu yang lain berbeda, misalnya komposisi ASI dari ibu yang

melahirkan bayi kurang bulan atau premature berlainan dengan komposisi

dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan, walaupun kedua ibu

melahirkan pada waktu yang sama. Jadi, komposisi ASI ternyata tidak

tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan

kebutuhan bayinya. (Utami Roesli, 2001:25)


Menurut Utami Roesli (2001) jenis-jenis ASI sesuai dengan

perkembangan bayi adalah :


a. ASI kolostrum (susu jolong)
1) Merupakan cairan yang pertama keluar dari kelenjar payudara, dan

keluar pada hari ke satu sampai hari keempat.


2) Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari.
3) Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih

kuning dibandingkan dengan susu matur.


4) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang

tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.


5) Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat

dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.


6) Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI

matur.
7) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan ASi matur.
b. ASI transisi/peralihan
Adalah ASI yang diproduksi pada hari ke 4 sampai hari 7 sampai

hari ke 10 sampai 14. Kandungan kadar protein berkurang, sedangkan

kadar kaborhidrat dan lemak meningkat dan volumenya semakin

banyak.
c. ASI mature
Adalah ASI yang diproduksi sejak hari ke 14 dan seterusnya, dan

komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat memiliki jumlah

ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang

paling baik bagi bayi umur 6 bulan.


3. Manfaat utama ASi eksklusif bagi bayi
Menurut Utami Roesli (2001:1) manfaat pemberian ASI eksklusif

bagi bayi sangat banyak, antara lain :


a. Sebagai nutrisi terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa

pertumbuhannya. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik

kualitas maupun kuantitasnya. Terdapat nutrien-nutrien khusus dalam

ASI yang tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi,

misalnya ntuk pertumbuhan otak antara lain (Depkes RI : 2007)


1. Taurin ; suatu bentuk zat putih telur yang khusus hanya terdapat

dalam ASi.
2. Laktosa merupakan hidrat arang utama ASI dan hanya sedikit

sekali terdapat dalam susu sapi.


3. Asam lemak ikatan panjang, merupakan asam lemak utama dari

ASI dan terdapat sedikit dalam susu sapi.


b. Meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan/daya

tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut

akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemmapuan

bayi untuk membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat.

Selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan

tersebut dapat diatasi apabila diberi ASI sebab mengandung zat

kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit

infeksi bakteri, virus dan jamur. (Utami Roesli, 2001:31)


c. Meningkatkan kecerdasan
Hasil penelitian Dr. Riva, dkk dalam Utami Roesli (2001:32)

membuktikan bahwa tinggi (8,3 point lebih tinggi) tetapi kecerdasan

ini tidak terlepas dari dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor

genetik dan faktor lingkungan.


1) Faktor genetik; sangat menentukan potensi genetik atau bawaan

yang diturunkan oleh orang tua.


2) Faktor lingkungan; faktor yang menentukan tercapainya faktor

genetik secara optimal. Terdapat tiga jenis faktor khusus yang

mendukung kecerdasan bayi yaitu : 1) pertumbuhan fisik (ASUH);

2) perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH); 3)

perkembangan emosional dan spiritual (ASIH).


d. Meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu pada waktu menyusui

akan merasakan kasih sayang ibunya. Serta akan merasakan rasa aman

dan tenteram, terutama karena masih mendengar detak jantung ibu

yang telah dikenal sejak ia dalam kandungan ibunya. (Utami Roesli,

2001:33)
4. Keuntungan lain pemberian ASI
Beberapa keuntungan lain dari pemberian ASI pada balita menurut Depkes

RI (2007) yaitu :
a. Tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah

dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara

pembuatan susu formula yang baik dan benar.


b. Melindungi bayi dari infeksi
ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang

manusia.
c. Lebih murah/ekonomis
Memberikan ASI jauh lebih murah dibanding memberikan susu

formula. Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu botol

serta memasak air untuk susu.


d. Mudah dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak

mengandung enzim pencerna.


e. Menghindarkan bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih

banyak masalah alergi, misalnya asthma dan eksim.


5. Posisi ibu dalam memberikan ASI (menyusui)
Menurut Lilin Juwono (2007:384) prinsip pemberian ASI terdiri dari

berapa cara yaitu:


a. Pegangan pelukan; kepala bayi dipeluk dilipatan tangan. Lengan atas

anda menopang bokong atau kaki bagian atas. Bayi menghadap ke


payudara dengan dagu menyentuh payudara Anda dan perut serta

dadanya mengahdap ke arah dada atau perut Anda. Lengan anda yang

satunya menopang payudara dengan jari-jari lain dibawah areola. Pijat

bagian bawah areola dengan lembut.


b. Pegangan pelukan silang atau bergantian; tangan yang paling dekat

dengan payudara yang diisap bayi menopang dan menekan payudara.

Tengan lainnya menopang leher bayi dengan jari-jari terletak dibawah

telinganya. Hindari menekan kepala bayi dengan tangan anda karena

ini akan membuat bayi menarik kepalanya dan menjauhi payudara.


c. Pegangan bola atau cengkram; tangan yang paling dekat dengan

payudara yang diisap bayi memeluk leher bayi tubuh berkontak

dengan tubuh anda, di bawah lengan. Bayi terlentang atau posisi

miring. Lengan lainnya menopang payudara dan menekan putting.

Untuk membantu bayi menempelkan mulutnya, gerakan kepala dan

dadanya ke arah payudara anda. Hindari menarik dagunya ke arah

dadanya karena ini membuat bayi sulit menelan, bahkan sulit bernafas.

Juga hindari menekan kepala bayi dengan tangan anda.


d. Berbaring; berbaring menyamping dengan lengan bawah dilipat

disekitar bayi yang berbaring menyamping mengarah ke bagian bawah

payudara anda. Anda juga dapat berbaring menyamping dengan lengan

bawah terlipat dibawah kepala anda. Letakkan bantal diantara lutut

anda dan dibalik punggung bayi untuk menambah kenyamanan.


Sedangkan menurut Depkes RI (2007) cara menyusui yang benar adalah

sebagai berikut :
a. Sebelum menyusui, terlebih dahulu ibu mencuci tangannya dengan

menggunakan air bersih atau sabun.


b. Bersihkan kedua putting susu dengan kapas yang sudah direndam

terlebih dahulu dengan air hangat.


c. Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu atau berbaring dengan santai,

pikiran ibu harus dalam keadaan tenang.


d. Pegang bayi pada bahunya, upayakan badan bayi menghadap kepada

ibu, rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara

ibu.
e. Bayi disusui secara bergantian kiri dan kanan sampai bayi merasa

kenyang setelah itu mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan

kapas yang telah direndam air hangat.


f. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang

terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu

dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai tersendawa.

C. Tinjauan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif


Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari

berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, kader kesehatan, poster dan lain-lain (Istiarti,

2000).
Pengetahuan ibu dalam hal ini berhubungan erat dengan pemilihan

pangan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Bayi yang baru lahir hanya

mendapatkan makanan dari air susu ibunya. Jika ASI tidak cukup banyak

maka kebutuhan zat gizinya tidak akan terpenuhi. Sehingga ibu-ibu masih

ragu dengan pentingnya ASI bagi bayi. Pengetahuan ibu tentang pemanfaatan

kolostrum dan pemberian ASI eksklusif terkadang masih kurang sehingga

banyak ibu yang tidak memberikan ASI pertamanya kepada bayinya, dengan

alasan ASI-nya bau amis dan terkesan menjijikkan.


Disamping itu, salah satu mitos menyusui yang ada di masyarakat

umumnya menghambat pemberian ASI eksklusif. Seringkali proses menyusui

dianggap sepele sehingga dilakukan dengan salah dan tidak tepat. Akhirnya,

ASI tidak keluar dan ibu tidak mau lagi menyusui, bayi pun tidak mau

menyusu. Padahal proses menyusui memerlukan pengetahuan dan latihan

yang tepat. ASI Eksklusif adalah suatu ilmu baru yang harus dipelajari

sehingga proses menyusui berjalan dengan baik. (Rusli Utami, 2001:65)


Pengetahuan ibu juga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan ada

anggapan bahwa akan mempengaruhi penampilan ibu bila menyusukan

bayinya. Oleh karena itu perlu ditingkatkan pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI terutama untuk memenuhi dan meningkatkan produksi ASI

melalui penyuluhan dan konsumsi makanan yang cukup (Depkes RI, 1997).

A. Kerangka Konsep Penelitian

Tahu

Pengtahuan ibu menyusui Pemahaman


tentang manfaat ASI
eksklusif Penerapan
Keterangan :
: Variabel independen\variabel bebas

: Variabel Dependen\variabel terikat

Gambar 1 Kerangka Konsep


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

sederhana, dimana desain digunakan untuk mendeskripsikan atau

menguraikan suatu keadaan didalam suatu komunitas atau masyarakat

(Notoadmodjo, 2002). Dengan tujuan untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan gambaran tentang pengetahuan orang tua/ibu terhadap manfaat

ASI eksklusif terhadap perkembangan bayi/anak di kelurahan Abuki

Kabupaten Konawe Tahun 2010.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Kabupaten Konawe, dan

dilaksanakan pada tahun 2010.


C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ada semua orang tua yang mempunyai bayi

di Kelurahan Abuki Kabupaten Konawe Tahun 2009, yang berjumlah 40

orang.
2. Sampel
Sampel adalah orang tua yang mempunyai bayi dan berdomisili di

Kelurahan Abuki Kecamatan Abuki Kabupaten Konawe dan di tentukan

dengan menggunakan teknik total sampling. Jadi pada penelitian ini semua

populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga jumlah sampel

adalah sebanyak 40 responden.


D. Variabel Penelitian
26
1. Variabel Independen : Tahu, Pemahaman dan Penerapan
2. Variabel Dependen : Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Tahu
Hal-hal yang diketahui oleh responden menyangkut tentang pengertian

ASI, kandungan ASI, manfaat pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur

0-6 bulan.
Kriteria objektif :
Baik : Apabila responden mampu menjawab 76-100% dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner dengan jawaban

benar (jawaban benar 4-5 item).


Cukup : Apabila responden menjawab 55-75% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan jawaban benar (jawaban benar

2-3 item).
Kurang : Apabila responden menjawab <55% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan (jawaban benar <2 item).

(Notoatmodjo, 2002).
2. Pemahaman
Pemahaman pada penelitian adalah hal-hal yang dipahami oleh responden

tentang ASI, kandungan ASI, manfaat pemberian ASI Eksklusif pada

bayi umur 0-6 bulan.


Kriteria Objektif :
Baik : Apabila responden mampu menjawab 76-100% dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner dengan jawaban benar

(jawaban benar 4-5 item).


Cukup : Apabila responden menjawab 55-75% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan jawaban benar (jawaban benar

2-3 item).
Kurang : Apabila responden menjawab <55% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan jawaban benar (jawaban benar

<2 item). (Notoatmodjo, 2002).


3. Penerapan
Penerapan adalah respons dari pengetahuan, sikap, dan tindakan orang

tua\ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya segera setelah bayi

dilahirkan.
Kriteria objektif :
Baik : Apabila responden mampu menjawab 76-100% dari

pertanyaan yang ada pada kuisioner dengan jawaban benar

(jawaban benar 4-5 item).


Cukup : Apabila responden menjawab 55-75% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan jawaban benar (jawaban benar

2-3 item).
Kurang : Apabila responden menjawab <55% dari pertanyaan yang

ada pada kuisioner dengan jawaban benar (jawaban benar

<2 item). (Notoatmodjo, 2002).


F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terpimpin dengan

menggunakan kuisioner (angket) terhadap responden. Sedangkan data

sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh melalui instansi

terkait di Kabupaten Konawe Tahun 2010.


G. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat peneliti yakni

memeriksa semua lembaran observasi yang telah diisi yaitu


kelengkapan data, kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman

data.
b. Koding
Koding atau pengkodean pada lembaran observasi, pada tahap ini

kegiatan yang dilakukan adalah mengisi daftar kode yang disediakan

pada lembaran observasi, sesuai dengan hasil pengamatan yang

dilakukan.

c. Skoring
Setelah dilakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan tahap

pemberian skor pada lembar observasi dalam bentuk angka-angka.


d. Tabulasi
Setelah selesai pembentukan kode selanjutnya dilakukan pengolahan

data kedalam satu table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana

sesuai dengan tujuan penelitian ini. Table yang digunakan yaitu

berupa tabel yang sederhana atau table silang.


2. Penyajian

Data yang telah diolah akan disajikan kedalam bentuk tabel

distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi secara deskriptif.

H. Analisa Data

Data yang terkumpul diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator, kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dan narasi secara

deskriptif. :

X = n x 100%
Σ

Keterangan :
X = Variabel yang diteliti

n = Jumlah variable yang diteliti

Σ = Jumlah keseluruhan dari sampel (Nasir, M. 2003).

You might also like