You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN

KECEMASAN

Oleh :
1. Alex Sidauruk 0121584
2. Amalia Rahayu 0121585
3. Andri Mahfudin 0121586
4. M. Elpin 0121634
5. Luh de Satya N. 0121635
6. Muh. Anwar 0121636

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Kecemasan”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, penulis
menghaturkan terima kasih yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi
para pembaca sekalian pada umumnya. Amin.

Ungaran, Juli 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ...............................................................................................
B. Gejala Umum Ansietas ......................................................................
C. Faktor Predisposisi .............................................................................
D. Penggolongan Ansietas ......................................................................
E. Bentuk Gangguan Ansietas ................................................................
F. Gambaran Klinis ................................................................................
G. Gejala Penyerta ..................................................................................
H. Diagnosa Banding ..............................................................................
I. Gangguan Fobik .................................................................................
J. Gangguan Obsesif – Kompulsif .........................................................
K. Ganguan Stres Pasca – Trauma ..........................................................
L. Gangguan Stres Akut .........................................................................
M. Gangguan Ansietas Menyeluruh ........................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ..........................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................
C. Intervensi Keperawatan......................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan
pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi
saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada
gangguan ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait
dengan setiap tingkat tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang
mengalami gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami
ansietas dan gangguan terkait stres
8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan
anggota masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan
gangguan terkait stres

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak
menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan
terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang
khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini
dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan
ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF)
“Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).
Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan
membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu
atau kelompok biososialnya. (J.J GROEN)

B. Gejala Umum Ansietas


1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,
ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal,
gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien
dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-
kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan
dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa
kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak
terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret;
kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik
untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua

3
terdapat pada pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan
seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja.
Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang
bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID,
EGO Dan SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal
ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah mengalami ansietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa
dewasanya.

D. Penggolongan Ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak,
menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri.
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

4
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.
Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam
beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda.
Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya
menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.

5
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu
yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan
distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat,
semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami
respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya,
tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat
melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi

6
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas

E. Bentuk Gangguan Ansietas


1. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens,
dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami
ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.

7
Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan
panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang
menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami
serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik,
atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat
gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan
jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik
mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.
Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia
atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf
pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama,
yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami
serangan panik juga mengalami agorafobia.
Ada dua kriteria Gangguan panik: gangguan panik tanpa
agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik
ini harus ada serangan panic

F. Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan
panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan
kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi
harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering
mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala
yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah
ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien
biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin
merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien
seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20
sampai 30 menit.

8
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi
dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa
mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

G. Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan
agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-
sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko
bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih
tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

H. Diagnosa Banding
1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.
2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.
3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor,
dsb.
4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma
pramestruasi, gangguan menopause, dsb. intoksikasi obat, putus obat.
5. Kondisi lain: anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat,
uremia dsb
Pedoman Diagnosis Agrafobia
1. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana
kemungkinan sulit meloloskan diri
2. Situasi dihindari, misal jarang bepergian
3. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain,
misal fobia sosial
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik
1. Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan
2. Sekurangnya satu serangan, diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap
akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan,
perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan

9
3. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi
medis umum
4. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
misal gangguan obsesif - kompulsif.
5. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.
Terapi
1. Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam di tempat sampai serangan panik
berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala
fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan.
Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan
jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi: banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak
membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara
bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg
malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu). Bila
serangan jarang dan terbatas beri anti ansietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian
jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

I. Gangguan Fobik
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen
populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak
rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek,
aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
1. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit,
cedera, dsb.
2. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan
sosial seperti berbicara di depan umum, dsb.
Pedoman Diagnostik
1. Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/
situasi)

10
2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan
3. Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan
4. Situasi fobik dihindari
Terapi
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan,
membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara
menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak
membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin
50 150 mg/ hari. Bila ada ansietas beri antiansietas dalam waktu singkat,
karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi
gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J. Gangguan Obsesif – Kompulsif


Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi
umum diperkirakan adalah 2-3 persen.
1. OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa
dihilangkan dan tidak dikehendaki.
2. KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan
dan tidak dikehendaki.
Pedoman Diagnosis
= Pikiran, impuls, yang berulang
= Perilaku yang berulang
= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan
= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan
= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
Terapi
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang
berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi
perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan
pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi
situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan
Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.

11
K. Ganguan Stres Pasca – Trauma
Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma,
bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir
semua orang. Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam,
penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali
trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita
terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut,
kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan
stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh
pemusatan perhatian yang buruk)
Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I
sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk
gangguan yang subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi
pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda.
Pedoman Diagnostik
1. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
2. Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa
ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang
serius, atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
3. Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
4. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih
cara berikut:
5. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
6. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
7. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
8. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian
traumatik
9. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal
yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
10. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

12
11. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih
berikut: kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan
berlebihan, respon kejut yang berlebihan.
12. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
13. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

L. Gangguan Stres Akut


Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada
seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons
terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang
dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik
yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri
memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.
Pedoman Diagnostik
Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya
pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah
beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a)
terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala
permulaan berupa keadaan “ terpaku”, semua gejala berikut mungkin tampak:
depresif, ansietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan
tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran
klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan
stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa
jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru
mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.

M. Gangguan Ansietas Menyeluruh


Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya ansietas yang
menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat
bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan
otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan

13
epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa
dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami
kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali
diungkapkan.
Pedoman Diagnostik
Pasien harus menunjukan gejala primer ansietas yang berlangsung
hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa
bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan
tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik
Terapi
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir
keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk
mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif.
Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat
mengurangi gejala ansietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran
yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi
merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala
menetap. Medikasi ansietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih
dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik,
antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila ansietas berat dan
berlangsung lebih dan 3 bulan.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol

15
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.

2. Kaji Stressor Presipitasi


Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal.

16
c. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
d. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Kaji penilaian terhadap stressor
5. Kaji sumber dan mekanisme koping
6. Rentang perhatian menurun
7. Gelisah, iritabilitas
8. Control impuls buruk
9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
10. Deficit lapangan persepsi
11. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.
6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan
DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung
dan gagal mengambil keputusan.
Kriteria hasil:
1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.

17
2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4. Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.
Intervensi:
1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi
yang menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.


Kriteria hasil:
1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
Intervensi:
1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, menjadi pendengar yang baik.
2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic
yang ringan.
4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian


saudara kandung
Kriteria hasil:
1. Klien memiliki koping terhadap ancaman.
2. Strategi koping positif.

18
3. Untuk mengetahui sebab biologis.
4. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intervensi:
1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.


Kriteria hasil:
1. Meningkatkan kesadaran diri klien.
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi
kecemasan klien.
2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan
membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan
penyebab stresnya.
3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek
yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan
batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek
lain.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku,
emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi,
tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-
TR, 2000):
1. Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.
2. Gangguan fobia: sosial atau spesifik.
3. Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).
4. Gangguan stres pascatrauma.
5. Gangguan stres akut.
6. Gangguan ansietas umum.
7. Gangguan ansietas akibat kondisi medis.
8. Gangguan ansietas akibat zat.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di
kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang
lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa
diagnosis yang sering muncul diantaranya:
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan
gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.
6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien,
Yogyakarta: Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta

Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa. EGC, Jakarta

21

You might also like