You are on page 1of 5

7.

Upaya Pencegahan Pencemaran Sungai Citarum


Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah pencemar sungai
citarum.
A. Langkah – langkah konstruktif , sebagai berikut :
1. Secara Administrasi
a. Pemerintah mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan
dengan lingkungan hidup. Contohnya dengan mengelurkan Undang –
Undang Nomor 32 tahun 2009 tetang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
b. Membangun lembaga “ koordinasi penyelamatan dan pemeliharaan sungai
citarum
Lembaga ini betugas untuk mengelola sungai citarum, berkoordinasi dengan
masyarakat dengan lembaga – lembaga terkait untuk mengatasi pencemaran,
memelihara dan semaksimal mungkin untuk mengurangi tingkat pencemaran
pada sungai citarum.
2. Secara Teknologis dan Teknis
a. Mewajibkan pabrik untuk memiliki unit pengolahan limbah sendiri.
Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik wajib mengolah
limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak berbahaya
bagi lingkungan
b. Melakukan pembersihan sungai. Seperti sampah plastik dan lainnya.
Sebaiknya diangkut dengan menggunakan alat khusus. Misalnya perahu
pembersih.
3. Secara Edukatif
Memberikan pendidikan atau wawasan pada masyarakat melalui training atau
seminar secara gratis mengenai “Kesadaran Pemeliharaan Sungai Citarum”
dan melakukan koordinasi secara berkelanjutan dengan masyarakat, serta
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal atau sekolah.
Untuk mengatasi semua masalah pencemaran Sungai Citarum, diperlukan program
dan kerja yang serius serta dilakukan secara terus menerus. Tanpa adanya manajemen
dan koordinasi semua pihak maka tidak aka nada solusi untuk mengatasi dan
mencegah masalah pencemaran Sungai Citarum yang tepat.

B. Langkah Mencegah dari Limbah Pabrik


Salah satu sumber pencemar yang signifikan bagi Citarum adalah limbah
industri. Dengan 2.700 industri sedang dan besar yang membuang limbah ke badan
airnya, terlebih 53% tidak terkelola (Kompas, 04/01/18), beban pencemaran Citarum
melebihi daya tampungnya. Dengan kondisi ini, tentu saja pemulihan kualitas air
Sungai Citarum tidak pernah sukses. Padahal, pencemaran industri merupakan
sumber pencemar yang relatif mudah dikontrol karena kontribusi sektor ini
memerlukan izin, dan dengan demikian dapat diprakirakan, dikelola (dengan titik
tekan pada pencegahan) dan diawasi secara lebih pasti. Teknologi pengolahan air
limbah juga telah tersedia dan dapat disyaratkan, serta relatif lebih terjangkau oleh
industri.
Gugatan Koalisi Melawan Limbah terhadap Izin Pembuangan Air Limbah
(IPLC) 3 perusahaan di salah satu titik pencemaran terbesar Sungai Citarum, yaitu PT
Kahatex, PT Insan Sandang Internusa dan Five Star Textile Indonesia merupakan
peringatan bagi pemerintah mengenai bagaimana seharusnya instrumen izin
digunakan dalam mengelola pencemaran Sungai Citarum. Putusan ini telah
berkekuatan hukum tetap melalui Putusan Kasasi No. 187 K/TUN/LH/2017 yang
diputus oleh Mahkamah Agung pada 17 Mei 2017. Majelis membatalkan ketiga izin
ini karena pemberi izin gagal mempertimbangkan telah terlampauinya beban
pencemaran Sungai Citarum dalam pemberian izin. Padahal, ketentuan pengendalian
pencemaran air telah mensyaratkan secara eksplisit bahwa sumber air yang telah
melampaui daya tampung, apalagi cemar berat seperti Citarum, tidak lagi dapat
diizinkan menerima air limbah.
Dari proses tersebut, terlihat juga bahwa banyak anak-anak Sungai Citarum
yang belum ditetapkan kelas sungainya tetapi sudah diizinkan menerima beban
pencemaran. Proses pemberian izin juga tidak melihat beban pencemaran ke daerah
lain yang berbeda wilayah administratif dengan pemberi izin.
Membenahi limbah industri seharusnya merupakan langkah awal yang realistis
bagi pemerintah dalam memangkas beban pencemaran Citarum. Untuk membenahi
tata kelola limbah industri ini, pemerintah perlu memprioritaskan:

1. Melakukan audit lingkungan secara menyeluruh terhadap DAS Citarum untuk


mengetahui sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya; serta kewajiban-
kewajiban Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang belum dilakukan;
2. Melakukan moratorium pemberian IPLC dan mengevaluasi semua IPLC yang
membebani Sungai Citarum dan anak-anak sungainya agar sesuai alokasi
beban pencemaran. Upaya pemulihan baru bisa dilakukan apabila beban
pencemar dihentikan. Tanpa penghentian pencemaran maka upaya pemulihan
akan menjadi kontra efektif;
3. Sementara memperbaiki perizinan, pemerintah juga perlu berinvestasi
terhadap penegakan hukum yang lebih tegas dan efektif. Pengawasan terhadap
IPLC yang dikeluarkan harus dilakukan oleh SDM dan alokasi anggaran yang
proporsional dengan jumlah industri yang diawasi. Industri yang membuang
limbah tanpa pengelolaan harus ditindak tegas, terutama bagi yang telah
diperingatkan atau telah memiliki rekam jejak buruk dan tidak menunjukkan
itikad baik. Paradigma pembinaan tidak boleh menghalangi penegak hukum
menjatuhkan sanksi, terutama yang bersifat korektif (yaitu sanksi administrasi
paksaan pemerintah);
4. Perbaikan pemantauan limbah industri dengan mengoptimalkan teknologi
termutakhir, misal mewajibkan swapantau dengan alat pantau terus menerus
bagi pencemar besar. Data swapantau harus transparan dan dapat diakses
publik secara mudah dan cuma-cuma, sehingga memungkinkan partisipasi
publik yang efektif dalam mengingatkan pemerintah jika luput melakukan
pengawasan atau penegakan hukum;
5. Dana pemulihan harus berasal dari pencemar. Sekalipun dalam kondisi
darurat pemerintah dapat menginisiasi penanggulangan dan pemulihan,
namun tetap perlu dipastikan ada mekanisme untuk mengembalikan dana
yang digelontorkan berdasarkan kontribusi pertanggungjawaban pencemar;
6. Rehabilitasi DAS Citarum dengan kombinasi reboisasi sempadan, penegakan
tata ruang, mempertahankan wilayah resapan, serta edukasi dan
pemberdayaan masyarakat di hulu hingga hilir;

Selain itu, pemerintah pusat juga perlu berkaca dari pembelajaran penanganan
Citarum di masa lalu. Salah satu hal yang dapat membantu adalah dilakukannya audit
investigatif dana pinjaman luar negeri yang telah digelontorkan untuk membiayai
berbagai proyek perbaikan Citarum.
Membuka tahun dengan semangat memulihkan sungai menunjukkan perubahan
paradigma yang positif dan penghargaan yang lebih tinggi terhadap air, sumber
kehidupan kita. Namun, jangan sampai proyek restorasi terus berputar dalam
penggelontoran dana publik yang tidak tepat sasaran.
SUMBER :
https://www.kompasiana.com/www.adisant.com/langkah-langkah-konstruktif-
menyelamatkan-sungai-citarum_5500bb2fa333115d6f511eae
ahmad cecep sofyan Hariri, 2010 Biologi
http://m.greenpeace.org/seasia/id/high/press/releases/Memulihkan-Citarum-Mulai-
Dari-Limbah-Industri/
http://www.melawanlimbah.org

You might also like