You are on page 1of 7

A.

Latar Belakang

Kamar operasi adalah unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci hama
(steril). Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan sehubungan
dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat, (HIPKABI : 2010)

Pengaturan ventilasi udara berperan penting menjaga keseterilan ruang kamar operasi
oleh sebab itu setiap kamar opersi harus memenuhi standard ventilasi udara yang telah
ditetapkan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.

HAI’s adalah infeksi yang terjadi akibat pelayanan yang dilakukan di fasilitas kesehtan.
Infeksi daerah operasi termasuk HAI’s yang terjadi akibat tindakan operasi yang dilakukan
di rumah sakit, Departemen Kesehatan (Depkes) RI tahun 2009 mencanangkan bahwa
jumlah kasus HAIs menjadi salah satu tolak ukur akreditasi rumah sakit di Indonesia.
Untuk menjamin keselamatan pasien dan petugas, rumah sakit Universitas Brawijaya
berkewajiban memenuhi standard pelayanan kamar operasi yang dibutuhkan
diaantaranya pengaturan ventilasi.

B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
5064);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
5072);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
C. Landasan Teori
1. Pedoman bangunan rumah sakit kamar operasi, 2012
a. Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan
terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan
mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.
b. Disarankan pertukaran udara di ruang bedah dua puluh lima kali per jam.
c. Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak menghilangkan
limbah gas-gas anestesi. Filter penyaring udara praktis hanya menghilangkan
partikel-partikel debu.
d. Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem buangan gas
anestesi (scavenging) untuk gas (penghisapan gas) adalah mutlak, terutama
untuk menghindari pengumpulan gas anestesi yang merupakan risiko
berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah.
e. Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.
f. Sistem pengaliran udara searah dibuat dalam satu kotak dalam kamar operasi.
Udara disaring dengan menggunakan high efficiency particulate filter (HEPA
Filter).
g. Sistem ventilasi dalam ruang operasi harus terpisah dari sistem ventilasi lain di
rumah sakit.
h. Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada di
koridorkoridor, ruang sub steril dan ruang pembersih (daerah scrub) (tekanan
positip).
i. Tekanan positip diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat
pada langit-langit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille
yang berada pada + 20 cm diatas permukaan lantai.
j. Organisme-organisme mikro dalam udara bisa masuk ke dalam ruangan,
kecuali tekanan positip dalam ruangan dipertahankan.
k. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
2. Peraturan mentri kesehatan NO 27 tahun 2017, tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
Ventilasi kamar operasi :
a. Pertahankan tekanan lebih positif dalam kamar bedah dibandingkan dengan
koridor dan ruangan di sekitarnya.
b. Pertahankan minimun 15 kali pergantian udara per jam, dengan minimun 3 di
antaranya adalah udara segar.
c. Semua udara harus disaring, baik udara segar maupun udara hasil resirkulasi.
d. Semua udara masuk harus melalui langit-langit dan keluar melalui dekat lantai.
e. Jangan menggunakan fogging dan sinar ultraviolet di kamar bedah untuk
mencegah infeksi IDO.
f. Pintu kamar bedah harus selalu tertutup, kecuali bila dibutuhkan untuk lewatnya
peralatan, petugas dan pasien.
g. Batasi jumlah orang yang masuk dalam kamar bedah

3. Rekomendasi CDC dalam Guidelines for Environmental Infection Control in Health-


Care Facilities (2003) Last update: Feburary 15, 2017

Ventilasi kamar operasi :

a. Mempertahankan ventilasi tekanan positif sehubungan dengan koridor dan


area yang berdekatan. Kategori IB, IC (AIA: Tabel 7.2)
b. Pertahankan> 15 ACH, di mana> 3 ACH harus udara segar . C Kategori
c. Saring semua udara yang diresirkulasi dan segar melalui filter yang sesuai,
memberikan efisiensi 90% (pengujian titik debu) minimal. IC Kategori
d. Di kamar yang tidak dirancang untuk aliran udara laminar horizontal, kenalkan
udara di langit-langit dan buang udara di dekat lantai. IC Kategori
e. Jangan gunakan lampu ultraviolet (UV) untuk mencegah infeksi situs. Kategori
IB
f. Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali untuk pengiriman peralatan, personil,
dan pasien, dan batasi masuk ke personil penting. Kategori IB
D. Rekomendasi Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Universitas
Brawijaya
Berdasarkan ulasan diatas komite pencegahan dan pengendalian infeksi
merekomendasikan Rumah Sakit Universitas Brawijaya melengkapi standard pengaturan
ventilasi kamar operasi rumah sakit universitas brawijaya, sebagai berikut:
1. Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair, dengan membuat pengaturan
ventilasi sistem tirai udara
Sebuah sistem air curtain atau tirai menggabungkan laminar diffuser Array di atas
meja bedah dengan sistem diffuser Slot linear empat sisi. Fungsi dari diffusers Slot
linear adalah untuk menciptakan sebuah penghalang udara antara sirkulasi
kontaminan di sekeliling ruang dan zona bedah.
2. Sistem pengaliran udara searah dibuat dalam satu kotak dalam kamar operasi. Udara
disaring dengan menggunakan high efficiency particulate filter (HEPA Filter).
3. Memenuhi standard partikel debu yang di toleransi berdasarkan zona kamar operasi
dan standard ISO

Standard partikel debu yang diijinkan berdaskan ISO


a. Zona 1 : Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang
tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zone ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan
diameter 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
b. Zona 2 : Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri
petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang
ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan
zone 2.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel
dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

c. Zona 3 : Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)


Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang
pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan
perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi
dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel
dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

d. Zona 4 : Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai
jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm
(ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

e. Zona 5 : Area Nuklei Steril


Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana
bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1
cleanroom standards Tahun 1999).
4. Mengatur tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada di
koridorkoridor, ruang sub steril dan ruang pembersih (daerah scrub) (tekanan positip).
5. Mengatur pertahankan udara > 15 ACH, di mana> 3 ACH harus udara segar
6. Melengkapi alat ukur tekanan ruangan kelelmbapan dan suhu di area kama operasi

You might also like