You are on page 1of 13

Presentasi Kasus

ABORTUS IMINENS

Oleh :

NOVIA
99120026

Pembimbing :

Dr. H. HELFIAL HELMI, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RS DR. M. DJAMIL PADANG
2005
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan dengan berat janin kurang dari 500 gram atau pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu.(1)
Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-
1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut
Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
28 minggu, yaitu fetus belum viable by law . Beda lagi menurut Holmer, abortus
terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16. kesimpulan dari beda pendapat di atas
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
(2)

Etiologi (1,2,3)
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat. Kelainan berat dapat biasanya menyebabkan
kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan
kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan kurang sempurna
c. Pengaruh dari luar (teratogen)
2. Kelainan pada genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-
lain)

2
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menerima nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau
estrogen, endrometritis, mioma submukosa.
d. Uterus terlalu cepat teregang (pada kehamilan ganda, mola)
e. Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endartritis oleh karena
lues.
4. Penyakit ibu
Misalnya pada pnemonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
anemia berat, keracunan, peritonitis, toksoplasmosis, sifilis,
tuberkulosis, diabetes mellitus, dan penyakit sistemik yang berat.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
6. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Umpamanya : sangat terkejut, obat-obatan uteretonika, ketakutan,
laparatomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung
terhadap fetus : selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda
dan obat-obatan.
7. Penyakit bapak : penyakit kronis seperti : TBC, anemi, malnutrisi,
nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb dan lain-lain) sinar
Rontgen, avitaminosis.

Patologi (1,2,4)
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda

3
asing oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil
konsepsi tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Klasifikasi (2)

1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanik
atau medisinalis, semata-mata karena faktor alamiah.
2. Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan menggunakan obat-obatan atau
alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus medisinalis(abortus therapheutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus kriminalis.
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Klinis abortus spontan (2):
a.Abortus komplet
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rongga rahim kosong.
b.Abortus inkomplet

4
Hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, sisanya yang ketinggalan
adalah plasenta atau desidua basalis.
c.Abortus insipien
Suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, pada pemeriksaan fisik
ditandai dengan pecahnya selaput janin dan pembukaan servik dan kontraksi
uterus.
d.Abortus imminens
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya.
e.Missed abortion
Keadaan janin sudah mati tetapi masih tetap dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus habitualis
Adalah suatu keadaan dimana telah terjadi abortus 3 kali atau lebih secara
berurutan.
g.Abortus infeksi
Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis ditegakkan dengan
adanya tanda infeksi pada genitalia seperti panas, takikardia, perdarahan
pervaginam yang bau, uterus yang besar dan lembek, nyeri tekan dan
leukositosis.

Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi servik.(1,5)
Abortus imminens kita diagnosis kalau pada kehamilan muda terdapat: (1,5)
- Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
- Nyeri memilin tidak ada atau sedikit sekali
- Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
- Tidak ditemukan kelainan pada servik

5
Penanganan abortus imminens : (1,3,6,7)
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan dan coitus dilarang selama
2 minggu.
3. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum
ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan
mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu
adnya kekurangan hormon progesteron. Apabila difikirkan bahwa
sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi dan
kematian ini dapat disebabkan banyak faktor, maka pemberian
progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
4. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,
mules-mules yang disertai pendataran dan pembukaan servik.

Komplikasi (1,2,6)

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah :


1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Gagal ginjal akut
5. Syok

Diferensial diagnosis (1,7)

1. Kehamilan ektopik terganggu


2. Mola hidatidosa

6
3. Kehamilan dengan kelainan pada servik

ILUSTRASI KASUS

Anamnesis :
Seorang pasien wanita usia 23 tahun masuk IGD RS Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 17– 4 - 2005, jam 11.53 WIB, dengan :

Keluhan Utama :
Keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


- Keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu, berupa
bercak di celana dalam, warna kehitaman tanpa rasa nyeri di ari-ari.
- Keluar jaringan seperti gelembung tidak ada
- Tidak haid sejak 2 bulan yang lalu, HPHT 18-2-2005, TP 25-11-2005-04-
22
- Ini merupakan hamil pertama
- Riwayat demam tidak ada, riwayat trauma tidak ada
- Tidak ada mengkonsumsi obat-obat dalam jangka waktu yang lama.
- BAB dan BAK biasa.

Riwayat menstruasi :
Menarche 13 tahun, siklus teratur 1 x 28 hari, lamanya 5 – 7 hari,
banyaknya 2 – 3 x ganti duk/hari, nyeri haid (-).

7
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit jantung, hati, ginjal, paru, DM dan
hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga menderita penyakit menular, keturunan atau kejiwaan.
Riwayat perkawinan :
1 kali, tahun 2004

Riwayat hamil / abortus / persalinan : 1/0/0


1. Sekarang

Riwayat KB
Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37°C
Sianosis : (-)
Gizi : Baik
Kepala : Mata : Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, tidak ada pembesaran kelenjar gondok.
THT : Tidak ada kelainan.
Dada : Paru : I : Simetris kiri dan kanan.
P : Fremitus kiri = kanan

8
Pr : Kiri sonor, kanan sonor
A : Vesikuler N, Rhonki (-)
Wheezing (-)
Jantung : I : Iktus tidak telihat
P : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pr: Batas jantung N
A : Irama teratur, murni, bising (-)
Abdomen : Status obstetrikus.
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-.
Status Obstretikus
Muka : Kloasma gravidarum (+)
Mammae : Membesar, A/P hiperpigmentasi,
Abdomen :
Inspeksi: tak tampak membuncit, linea mediana hiperpigmentasi
striae(+), Sikatrik (-)
Palpasi : FUT tak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia
Inspeksi : V/U : tenang
Inspekulo : Vagina : fluxus (+), merah kehitaman, tumor(-), laserasi (-), tampak
sedikit bekuan darah di forniks posterior.
Portio : NP, ukuran normal, fluxus (+), tumor (-), laserasi (-), ,
OUE tertutup, tidak tampak darah mengalir dari kanalis
servikalis.
VT Bimanual :
Vagina : tumor (-)
Portio : NP, portio ukuran normal, arah posterior, OUE tertutup, nyeri
tekan (-)

9
CUT : antefleksi, sebesar telur bebek, konsistensi lembek padat,
nyeri tekan (-)
CD : tak menonjol, nyeri goyang (-)

Laboratorium
Darah : Hb : 10,8 gr%
Leukosit : 6600/mm3
Trombosit : 230.000/mm3
Hematokrit : 33 vol%
CT : 4 menit
BT : 2 menit
Urine : Plano test (+)

Diagnosa
G1P0A0H0 gravid 7-8 minggu + abortus imminens
Sikap
- Bed rest total
- Kontrol KU, VS, PPV
- USG
- Sedatif (feno barbital 3x30 mg)
- Roborantia
Rencana
Konserfatif

Follow up
Tanggal 18 – 4 –05
A/ : demam (-), PPV (+) sedikit
Pf/ : KU kesadaran TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/80 84 20 37
Mata : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

10
Abdomen :
I : tak tampaak membuncit
P : NT (-), NL(-)
P : tympani
A : bising usus (+) N
Genitalia
Inspeksi : V/U : tenang, PPV (+) sedikit
USG :. Uterus ukuran besar dari normal
Tampak GS ukuran 21 mm
Fetal echo belum jelas
K/ gravid 7-8 minggu
D/ G1P0A0H0 gravid 7-8 minggu + abortus imminens
Anjuran : ulangi USG 2 minggu lagi
Sikap
- Bed rest total
- Kontrol KU, VS, PPV
- Sedatif (feno barbital 3x30 mg)
- Roborantia
Thy/ Konserfatif

Tanggal 18 – 4 –05, jam 13.00


Pasien pulang atas permintaaan sendiri

11
DISKUSI

Telah dirawat seorang pasien wanita umur 23 tahun dengan diagnosa


G1P0A0H0 gravid 7-8 minggu + abortus imminens. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis : amenore sejak 2 bulan, perdarahan pervaginam sedikit-
sedikit yang berwarna merah kehitaman, berupa bercak di celana dalam, tanpa
disertai rasa nyeri.
Pada pemeriksaan fisik, plano test dan USG didapatkan kesan hamil 7-8
minggu. Dari pemeriksaan inspekulo tampak fluksus yang berwarna merah
kehitaman dan tampak sedikit bekuan darah di forniks posterior, OUE tertutup,
tidak tampak darah mengalir dai kanalis servikalis. Pada pemeriksaan bimanual
tidak ditemukan adanya tumor, tidak ada nyeri goyang dan OUE tertutup atau
tidak ada dilatasi servik. Dari penemuan-penemuan tersebut diataslah pasien
didiagnosis dengan G1P0A0H0 gravid 7-8 minggu + abortus imminens.
Perawatan konservatif dipilih sebagai penanganan abortus imminens, karena
dengan istirahat baring selama 48 jam akan bisa diketahui suatu kehamilan bisa
dipertahankan atau tidak, yaitu dikontrol dari perdarahan pervaginamnya. Jika
suatu konsepsi bisa dipertahankan maka perdarahanakan berhenti dengan
sendirinya dengan istirahat 48 jam tersebut. Selain itu dengan tidur berbaring
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik

12
Pada pasien ini juga diberikan sedatif yaitu fenobarbital sebagai obat
penenang. Karena keadaan dirawat dengan abortus imminens ditambah pula ini
adalah kehamilan pertama bagi pasien, akan membuat pasien gelisah dan merasa
cemas.
Pasien pulang paksa pada hari ke-2 rawatan, hal ini menyebabkan
penatalaksaan dan kontrol tidak dapat dilakukan menurut semestinya. Sebelum
pasien pulang dinasehatkan untuk istirahat-baring dirumah dan jangan melakukan
coitus selama 2 minggu. Jika terjadi perdarahan yang banyak disertai nyeri, pasien
diminta untuk segera datang ke rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, H : Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan keempat. Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 1999; 302-312.
2. Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis
Obstetri. Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 1998; 209-217
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 21.
The Mc Graw-Hill Companies. New York, 2001
4. Latest Research : spontaneous Abortion. Diakses dari
http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
5. Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari
http://www.gennexhealth.com
6. Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I
-Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
7. Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2001; 260-265.

13

You might also like