Professional Documents
Culture Documents
&
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
DISUSUN
OLEH:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemeriksaan Rangsangan Meningeal Dan
Pemeriksaan Neurologi”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugasSistem Neurologi I.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners Serta
Koordinator dan Dosen pengajar Keperawatan Komunitas IV Universitas Sari Mutiara
Indonesia
5. Ns. Amila M.KeP, Sp.KMB Selaku Dosen pengajar Sistem Neurologi I
6. Ns. Elida Sinuraya, M.Kep Selaku Dosen pengajar Sistem Neurologi I
7. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang
dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat
penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit.
Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak
melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati
dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.
Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside)
masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan
pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat
mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih
yang kita miliki.Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk
melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan
anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui mengenai Pemeriksaan Meningeal Dan
Pemeriksaan Neurologi Dan diharapkan mampu untuk mengamplikasikan dalam Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma
Scala (GCS).GCS digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan kesadaranuntuk
memperhatikan respon penderita terhadap rangsangan dan memberikan nilai pada respon
tersebut. Cara menghitung GCS adalah :
A. Otot
1. Ukuran : atropi / hipertropi.
2. Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan.
3. Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
4. Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4: Ada gerakan tapi tidak penuh
3: Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0: Tidak ada kontraksi sama sekali
B. Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
2.5 Reflek
A. Refleks superficial
1. Refleks dinding perut :
Cara : Goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra
umbilikal dari lateral ke medial
Respon : Kontraksi dinding perut
2. Refleks cremaster
Cara : Goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : Elevasi testes ipsilateral
3. Refleks gluteal
Cara : Goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : Gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
4. Refleks Periostoulnaris
Cara : Ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi
dan antara pronasi supinasi.
Respon : Pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
Cara : Dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
C. Refleks patologis
1. Babinsky
Cara : Penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
2. Chadock
Cara : Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior
Respon : Seperti babinsky
3. Oppenheim
Cara :Pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : Seperti babinsky
4. Gordon
Cara : Penekanan betis secara keras
Respon : Seperti babinsky
5. Schaefer
Cara : Memencet tendon achilles secara keras
Respon :Seperti babinsky
6. Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
7. Stransky
Cara : Penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : Seperti babinsky
8. Rossolimo
Cara : Pengetukan pada telapak kaki
Respon : Fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
9. Mendel-Beckhterew
Cara : Pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : Seperti rossolimo
10. Hoffman
Cara : Goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : Ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
11. Trommer
Cara :Colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : Seperti hoffma
12. Leri
Cara : Fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan
bgian ventral menghadap ke atas
Respon : Tidak terjadi fleksi di sendi siku
13. Mayer
Cara : Fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : Tidak terjadi oposisi ibu jari
D. Refleks primitif
1. Sucking refleks
Cara : Sentuhan pada bibir
Respon : Gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu
2. Snout refleks
Cara : Pada bibir atas
Respon : Kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
3. Grasps refleks
Cara : Penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : Tangan pasien mengepal
4. Palmo-mental refleks
Cara : Goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : Kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
Bila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat benda asing seperti
darah, maka dapat merangsang selaput otak.
1. Kaku kuduk dengan cara :
2. Tanda laseque
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring lurus,
b. lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.
e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau
tahanan.
f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70
3. Tanda Kerniq
4. Tanda Brudzinsky I
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita
tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
5. Tanda Brudzinsky II
Pemeriksaan dilakukan seagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada
dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan apakah
ada kelumpuhan pada tungkai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada zaman yang canggih ini, teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat.
Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting
dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat
ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak
melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan
polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Akan tetapi
pemeriksaan fisik dan mental disisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan
penting dan bahkan kita dapat meningkatkan dan mempertajam kemampuan pemeriksaan
fisiksertadiagnosapasien.
DAFTAR PUSTAKA
Samuels, 2015. Manual of Neurologic Therapeutic. Lippincott Williams & Wilkins. USA