You are on page 1of 13

5432WQ PEMBUATAN dan PEMERIKSAAN

PREPARAT MALARIA
1. Senin, 8 Oktober 2012 (Pembuatan Preparat Malaria)
2. Senin, 15 Oktober 2012 (Pembacaan Preparat Malaria)
3. Senin, 5 Nopember 2012 (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)
4. Senin, 3 Desember 2012 (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)
I. TUJUAN
I.1 Mahasiswa dapat membuat sediaan darah tipis dan darah tebal
I.2 Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan terhadap sediaan darah tipis dan tebal
dengan menggunakan cat giemsa 10 %
I.3 Mahasiswa dapat mengamati sediaan malaria pada tetes tebal dan tipis
I.4 Mahasiswa dapat mengetahui morfologi parasit serta menentukan jumlah parasit
(tingkat infeksi) pada sediaan malaria tetes tebal
II. METODE
II.1Pembuatan preparat malaria
 Sediaan hapusan tetes tebal
 Sediaan hapusan tetes tipis
 Indirect preparat
2.2 Pemeriksaan preparat malaria
 Pemerikssan indirect sediaan darah tebal
 Pemeriksaan indirect sediaan darah tipis
III. PRINSIP
III.1Pembuatan preparat malaria
III.1.1 Pembuatan sediaan tetes tebal
Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 12 mikron pada kaca
objek. Kemudian darah dibuat melingkar dari luar ke dalam 1x1 cm.
Dibiarkan sampai mengering.
III.1.2 Pembuatan sediaan tetes tipis
Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 6 mikron pada kaca
objek. Kemudian darah dihapuskan dengan kaca objek lain hingga
membentuk seperti lidah kucing. Lalu dibiarkan hingga mengering.
III.1.3 Pewarnaan sediaan darah tetes tebal dan tipis dengan Giemsa 10 %
Sediaan tetes tebal dihemolisa dengan aquades selama 3 menit. Sediaan
tetes tipis difiksasi dengan metanol p.a selama 3 menit. Lalu masing-
masing ditambahkan giemsa 10 % dan dibiarkan 30 menit. Kemudian
dibilas dengan aquades.
III.2Pemeriksaan preparat malaria
Preparat malaria ditetesi dengan oil imersi kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop binokuler pembesaran lensa onjektif 100 x. Dibaca 100 lapang pandang
sehingga didapat jumlah parasit malaria (Plasmodium sp.)
Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 12 mikron pada kaca
objek. Kemudian darah dibuat melingkar dari luar ke dalam 1x1 cm.
Dibiarkan sampai mengering.
III.1.2 Pembuatan sediaan tetes tipis
Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 6 mikron pada kaca
objek. Kemudian darah dihapuskan dengan kaca objek lain hingga
membentuk seperti lidah kucing. Lalu dibiarkan hingga mengering.
III.1.3 Pewarnaan sediaan darah tetes tebal dan tipis dengan Giemsa 10 %
Sediaan tetes tebal dihemolisa dengan aquades selama 3 menit. Sediaan
tetes tipis difiksasi dengan metanol p.a selama 3 menit. Lalu masing-
masing ditambahkan giemsa 10 % dan dibiarkan 30 menit. Kemudian
dibilas dengan aquades.
III.2Pemeriksaan preparat malaria
Preparat malaria ditetesi dengan oil imersi kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop binokuler pembesaran lensa onjektif 100 x. Dibaca 100 lapang pandang
sehingga didapat jumlah parasit malaria (Plasmodium sp.)
IV. DASAR TEORI
4.1 Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya,
malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain
berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah
atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria kongenital
disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian
ini jarang terjadi. Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan
merupakan akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi
selama proses kelahiran.(Safar, 2010)
4.2 Klasifikasi Malaria
Berikut ini merupakan klasifikasi parasit malaria (Safar,2010)
Phylum : Apicocomplexa
Kelas : Sporozoa
Subkelas : Coccidiida
Ordo : Eucoccidies
Sub-ordo : Haemosporidiidea
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Sub-genus : Laverania
Spesies : Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Untuk tujuan klinis dan diagnostik malaria dapat dianggap sebagai dua wujud
penyakit. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum
dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Malaria ini menyebabkan timbulnya
berbagai manifestasi klinis akut yang bila tidak diobati dapat mematikan dalam
beberapa hari sejak mulai terinfeksinya. Malaria jenis kedua yaitu malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium
malariae. Malaria tersebut disebut dengan malaria tertiana benigna, karena
malaria tersebut hampir tidak pernah mematikan penderitanya. (Safar,2010)
4.3 Jenis-jenis Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini memiliki morfologi: (Safar,2010)
1. Trofozoit muda (bentuk “accole” atau “applique”)
2. Trofozoit muda (salah satu cincin seperti “headphone” atau bintik
kromatin ganda)
3. Trofozoit muda dengan titik – titik Maurer
4. Trofozoit lanjut dengan cincin yang besar dan titik – titik Maurer
Subkelas : Coccidiida
Ordo : Eucoccidies
Sub-ordo : Haemosporidiidea
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Sub-genus : Laverania
Spesies : Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Untuk tujuan klinis dan diagnostik malaria dapat dianggap sebagai dua wujud
penyakit. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum
dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Malaria ini menyebabkan timbulnya
berbagai manifestasi klinis akut yang bila tidak diobati dapat mematikan dalam
beberapa hari sejak mulai terinfeksinya. Malaria jenis kedua yaitu malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium
malariae. Malaria tersebut disebut dengan malaria tertiana benigna, karena
malaria tersebut hampir tidak pernah mematikan penderitanya. (Safar,2010)
4.3 Jenis-jenis Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini memiliki morfologi: (Safar,2010)
1. Trofozoit muda (bentuk “accole” atau “applique”)
2. Trofozoit muda (salah satu cincin seperti “headphone” atau bintik
kromatin ganda)
3. Trofozoit muda dengan titik – titik Maurer
4. Trofozoit lanjut dengan cincin yang besar dan titik – titik Maurer
5. Skizon matang dengan merozoit (24)
6. Mikrogametosit dengan kromatin tersebar
7. Makrogametosit kromatin kompak
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik
lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria,
dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim malariae)
Plasmodium malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim
vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur
mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul
sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10
merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit
sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik
dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan
edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit
yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Morfologi Plasmodium ovale adalah: (Safar,2010)
1. Trofozoit muda (bentuk cincin) dengan titik – titik Schuffner
2. Trofozoit muda (terjadi pembesaran sel darah merah)
3. Trofozoit lanjut dalam sel darah merah dengan tepi berumbai
(”fimbriated”)
4. Skizon muda dengan sel darah merah yang tidak teratur
5. Skizon matang dengan merozoit (8) tersusun tidak teratur
6. Mikrogametosit dengan kromatin tersebar
7. Makrogametosit dengan kromatin kompak
Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria
disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun
periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
Plasmodium palcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax
berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen
kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik
48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4
hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan
sering terjadinya komplikasi.
4.4 Diagnosis
Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan mikroskop cahaya : (Safar,2010)
Sediaan darah dipulas dengan Giemsa. Metode semikuantitatif untuk menghitung
parasit pada sediaan darah tebal, yaitu:
+ : 1-10 parasit per 100 lapangan
++ : 11-100 parasit per 100 lapangan
+++ : 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ : lebih dari 10 parasit per 1 lapangan
+++++ : >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit/l
4.5 Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi
Tujuan dari pemeriksaan sediaan apus darah tepi anatara lain: menilai berbagai
unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya
parasit seperti malaria, tripanosoma, mikrofilaria dan sebagainya. Terdapat 2
macam sediaan permanen darah yang dipakai untuk menemukan dan
mengidentifikasi spesies parasit dan macam sediaan memberikan informasi yang
berbeda. Pada sediaan darah tebal, jumlah darah yang dipaki lebih banyak,
sehingga lebih mudah untuk menemukan infeksi yang ringan. Sedangkan, pada
sediaan darah tipis, morfologi parasit dapat dipelajari lebih baik (Hadidjaja,1994).
4.6 Pengecatan Giemsa
Pada umumnya, sediaan darah harus segera dipulas, oleh karena penyimpanan
sediaan darah yang lama menghasilkan pulasan yang tidak baik sehingga
morfologi parasit tidak khas lagi (Hadidjaja, 1994).
Giemsa adalah zat warna yang terdiri eosin dan metilen azur memberi warna
merah muda pada sitoplasma dan metilen biru memberi memberi warna biru pada
inti leukosit. Ketiga jenis zat warna ini dilarutkan dengan metil alkohol dan
gliserin. Larutan ini dikemas dalam botol coklat (100-500-1000 cc) dan dikenal
sebagai Giemsa stock yang pH-nya 7. (Tjockronegoro, 1996).
Faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pulasan yang baik :
1. Kualitas dari stock giemsa yang digunakan standart mutu
2. Kualitas dari air pencemar Giemsa
3. Kualitas pembuatan sediaan darah
4. Kebersihan sediaan darah (Depkes RI, 1993).
V. ALAT dan BAHAN
4.1 Alat
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Rak pewarnaan
4. Auto click
5. Beaker glass 50 mL
6. Pipet tetes
7. Pipet ukur 1 mL dan 10 mL
8. Ball pipet
9. Botol semprot
10. Mikroskop binokuler
4.2 Bahan
1. Larutan warna Giemsa 10%
2. Aquadest
3. Metanol p.a
4. Buffer phosfat pH 6,8
5. Alkohol 70%
6. Lancet
7. Kapas kering
8. Alkohol swab
9. Tissue
10. Label
11. Preparat malaria
12. Oil imersi
VI. CARA KERJA
6.1 Pengambilan Sampel Darah Kapiler
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Kaca objek dibersihkan dengan alcohol 70% (jika ada sebaiknya digunakan
alcohol 96%)
3. Kaca objek diberi label (nama, umur, jenis kelamin, tanggal pembuatan)
4. Jari tengah atau jari manis (tangan kiri) pasien didesinfeksi dengan alcohol
swab
5. Ujung jari dibendung dengan cara ditekan, namun jangan dipijat – pijat
6. Bagian pinggir jari pasien ditusuk dengan lanset steril dengan bantuan auto
click.
7. Darah yang pertama keluar dihapus dengan tissue
8. Darah yang keluar berikutnya diteteskan pada objek glass secara terpisah
untuk sediaan darah tebal (12 µm) dan sediaan darah tipis (6 µm)
6.2 Pembuatan Sediaan Tetes Tebal
1. Tetesan darah dilebarkan dari luar ke dalam dengan diameter + 1 cm
menggunakan salah satu ujung kaca objek lain yang bersih
2. Dibiarkan sampai mengering.
6.3 Pembuatan Sediaan Tetes Tipis
1. Pada tepi tetesan darah, diletakkan tepi kaca objek lain yang bersih dengan
membentuk sudut 30
o
– 40
o
sehingga darah akan menyebar ditepi kaca objek
lain tersebut.
2. Bila darah telah menyebar rata, maka kaca objek yang digunakan untuk
membuat apusan didorong perlahan membentuk apusan darah yang tipis dan
rata dengan ujung berbentuk lidah.
3. Apusan darah dikeringkan
6.4 Pembuatan Cat Giemsa 10%
1. 1 mL Giemsa dimasukkan ke dalam gelas beaker dengan pipet ukur.
2. Dilarutkan dengan 9 mL Buffer Fosfat pH 6,8
3. Larutan Giemsa 10% dihomogenkan dan ditutup dengan aluminium foil
6.5 Pewarnaan Tetes Tebal dengan Giemsa 10%
1. Sediaan darah diletakkan di rak pewarnaan dan diatur jaraknya
2. Sediaan darah tebal diteteskan dengan aquades secara merata, dibiarkan
sampai lisis ( + 3 menit )
3. Aquades ditiriskan
4. Sediaan diteteskan dengan larutan Giemsa 10% secara merata, lalu dibiarkan
30 menit
5. Setelah 30 menit, warna Giemsa ditiriskan dan sediaan dibilas dengan aquades
6. Sediaan dibiarkan kering dalam suhu ruang
6.6 Pewarnaan Tetes Tipis dengan Menggunakan Giemsa 10%
1. Sediaan darah diletakkan di rak pewarnaan dan diatur jaraknya
2. Sediaan darah tipis diteteskan dengan methanol p.a secara merata, dibiarkan +
5 menit
3. Setelah 5 menit metanol ditiriskan
4. Sediaan diteteskan dengan larutan Giemsa 10% secara merata, lalu dibiarkan
30 menit
5. Setelah 30 menit, warna Giemsa ditiriskan dan sediaan dibilas dengan aquades
6. Sediaan dibiarkan kering dalam suhu ruang
6.7 Pembacaan Preparat Malaria
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Mikroskop dihidupkan dan disetting sesuai kenyamanan praktikan
3. Preparat malaria diletakkan pada meja objek, lalu diamati pada sediaan darah
tebal
4. Digunakan pembesaran lensa objektif 10 x untuk mencari lapang pandang
yang jelas
5. Setelah ditemukan lapang pandang yang jelas, preparat ditetesi oil imersi
6. Digunakan lensa objektif dengan pembesaran 100 x untuk mengamati preparat
7. Diamati dalam 100 lapang pandang dan dihitung jumlah parasit yang
ditemukan, baik stadium trofozoit,schizont ataupun gametosit
8. Hasil penghitungan dicatat
9. Diamati pada apusan tipis darah untuk mengamati morfologi parasit secara
lebih jelas.
4. Senin, 3 Desember 2012 (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)
VIII. PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Beberapa jenis spesies dari
Plasmodium yang menyebabkan malaria adalah Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Pemeriksaan atau
diagnosis malaria dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan darah tepi/kapiler secara
mikroskopis. Beberapa jenis parasit seperti Plasmodium dapat ditemukan dalam darah
segar hanya dengan melihat bentuknya.
Pembuatan Preparat Malaria
Sebelum pemeriksaan, dilakukan terlebih dahulu pengambilan sampel darah tepi.
Pengambilan sampel darah tepi dilakukan pada jari tengan dan jari manis tangan kiri
karena tangan kiri lebih sedikit bekerja dibandingkan tangan kanan. Sebelum
pengambilan darah, jari yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%
atau dengan alkohol swab agar terbebas dari bakteri. Desinfeksi dilakukan dengan
mengusap/memutar alkohol swab dari dalam ke luar secara searah. Hal ini bertujuan
agar kotoran yang sudah dibersihkan tidak kembali lagi kebagian yang sudah
dibersihkan.
Saat pengambilan darah, jari ditekan agar terbendung pada bagian yang akan
ditusuk. Jari ditusuk dengan lanset dengan bantuan autoclick dimana kedalaman
penusukan disesuaikan dengan jari pasien. Darah yang keluar pertama dihapuskan
dengan tissue. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi oleh alkohol. Darah
berikutnya diteteskan secara terpisah pada kaca objek. Untuk sediaan darah tebal
diteteskan 12 mikron darah ( 3 tetes) sedangkan untuk sediaan darah tipis diteteskan
6 mikron darah ( 2 tetes).
Dalam Praktikum ini, pengambilan sampel darah tepi diambil dar pasien Coratry
Shovariah (19 thn). Tetesan darah yang diambil kemudian dihapuskan menjadi
sediaan apus tebal dan apus tipis.
Perbedaan sediaan apus tebal dan tipis :
 Sediaan apus tebal
Lebih banyak membutuhkan darah. Jumlah selnya lebih banyak dalam satu
lapang pandang. Dalam sediaan ini, lebih mudah menginfeksi yang ringan.
Sediaan apus tipis
Lebih sedikit membutuhkan darah. Sediaan apus tipis yang baik bentuknya
seperti lidah. Dalam sediaan ini, morfologi parasit lebih jelas dan perubahan pada
eritrosit dapat terlihat jelas.
Kriteria Preparat yang baik:
1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada
tempat untuk pemberian label
2. Penebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor
3. Ujung atau ekornya tidak membentuk kepala robek
4. Tidak berlubang-lubang karena bekas lemak masih ada diatas kaca objek
5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu
6. Tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis
Setelah itu apusan darah dikeringkan dalam kamar bebas debu. Setelah kering
sediaan segera diwarnai dengan Giemsa 10%. Prinsip pewarnaan giemsa adalah
presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang
dilarutkan didalam metanol.
Pengecatan Giemsa dilakukan dengan menggunakan Giemsa 10% . Larutan ini
dapat dibuat dengan melarutkan 1 ml Giemsa dengan 9 ml Buffer Phosphat pH 6,8.
Sebaoknya larutan Buffer Phosphat yang digunakan dengan pH 7,2 agar memperoleh
hasil pewarnaan yang baik.
Sediaan darah tipis difiksasi dengan metanol p.a. dengan cara diteteskan dan
dibiarkan 3 menit. Sedangkan sediaan darah tebal dihemolisis dengan aquadest
sampai seluruh hemoglobin hilang ( 3 menit). Setelah itu sediaan ditetesi dengan
larutan Giemsa 10% sampai menutupi seluruh permukaan dan dibiarkan selama 30
menit. Sediaan darah dibilas dengan aquades yang mengalir sehingga larutan Giemsa
turut mengalir dengan air. Dengan demikian tidak ada sisa cat yang mengendap pada
sediaan darah. Sediaan darah tpis yang difiksasi dengan metanol p.a. bertujuan untuk
melekatkan sel-sel darah dan mikroorganisme pada kaca objek, menon-aktifkan
mikroorganisme dan mengawetkan mikroorganisme pada slide.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan Giemsa adalah
1. Dalam pengeringan sediaan darah tebal tidak boleh dipanasi karena tindakan ini
menyebabkan eritrosit susah dihemolisis pada proses pewarnaan.
2. Pewarnaan tidak boleh >24 jam setelah kering, karena jika terlalu lama
didiamkan eritrosit sukar dihemolisis saat pewarnaan.
3. Metanol tidak boleh menegnai sediaan tetes tebal karena akan membuat bagian
tersebut terfiksasi dan hasil pewarnaan tidak sesuai keinginan.
4. Hati-hati membilas sediaan tetes tebal karena bagian tersebut tidak terfiksasi dan
tidak menempel pada objek gelas
5. Sediaan darah tipis tidak boleh terkena aquades agar sel-sel darah tidak lisis.
Pembacaan Preparat Malaria
Dalam praktikum ini, dilakukan pengamatan sediaan darah tebal untuk
mengamati bentuk parasit malaria ini dan untuk menghitung jumlah parasit per 100
lapang pandang. Pada sediaan darah tebal, jumlah darah yang dipakai lebih banyak
sehingga lebih mudah untuk menemukan parasit pada infeksi ringan. Sensitivitas
pemeriksaan mikroskopis akan meningkat 10 – 20 kali dibandingkan sediaan darah
tipis. Pengamatan ini dilakukan dengan pembesaran lensa objektif 100 x dan
ditambahkan oil imersi pada preparat sehingga objek terlihat lebih jelas. Jumlah
parasit lalu dihitung per lapang pandang.
Dalam pengamatan tanggal 15 Oktober 2012, ditemukan 13 parasit per 100
lapang pandang, dimana parasit yang ditemukan terdiri dari 2 stadium gametosit, 5
stadium schizont, dan 6 stadium trofozoit (ring form) yang berupa single dot maupun
double dot. Namun tidak bisa ditentukan stadium parasit yang ditemukan dalam
sediaan darah tebal termasuk dalam spesies Plasmodium jenis apa.
Metode semikuantitatif untuk menghitung parasit pada sediaan darah tebal, yaitu:
+ : 1-10 parasit per 100 lapangan
++ : 11-100 parasit per 100 lapangan
+++ : 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ : lebih dari 10 parasit per 1 lapangan
+++++ : >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit/l

You might also like