Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak
menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Hipertensi adalah suatu
keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut
dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. (Riskesdas
2013). 1,2
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat
serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal.
Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini. The Third
mampu meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan
1
Di seluruh dunia, naiknya tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Secara global, prevalensi keseluruhan
peningkatan tekanan darah pada orang dewasa berusia 25 tahun lebih dari sekitar 40%
pada tahun 2008. Sementara menurut data riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen.4,5
Sunarta Ann mengutip data WHO (tahun 2005) selama 10 tahun terakhir, terlihat
bahwa jumlah penderita hipertensi yang dirawat di berbagai rumah sakit di Semarang
meningkat lebih dari 10 kali lipat. Peningkatan ini tentu saja sangat mencemaskan
siapapun yang peduli, karena penemuan kasus yang hanya dilakukan secara pasif pada
Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat
diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik. Sedangkan
faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah kegemukan (obesitas), dislipidemia,
faktor psikososial atau stres, merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih,
dan pola asupan makanan asin yang berlebihan (DepKes RI, 2006).
antara lain merokok, asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah. Selain
faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara
lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur jumlah cairan tubuh),
darah). Pada kalangan penduduk umur 25 – 65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki yang
2
mempunyai kebiasaan merokok cukup tinggi yaitu 54,5% dan perempuan 1,2% (DepKes
RI, 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan? Dalam penelitian ini, peneliti mengkelompokkan
2) Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
1) Apakah obesitas (IMT > 25) merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap
3
3) Apakah kebiasaan konsumsi makanan asin merupakan faktor risiko yang
6) Apakah stres kejiwaan merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Neurologi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan. Mendapatkan informasi tentang faktor-
4
b. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor resiko yang
Painan
3) Mengetahui bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan faktor risiko yang
1) Mengetahui bahwa obesitas (IMT > 25) merupakan faktor risiko yang
5
4) Mengetahui bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan
D. Manfaat Penelitian.
a. Manfaat Ilmiah
selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat suatu
penelitian ilmiah.
d. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang
diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai
pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi
menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi
(tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik)
pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah
yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis merupakan gejala
awal yang umum terjadi pada hipertensi. Karena arteri-arteri terhalang lempengan
memaksa melewati jalam yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi
Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak melampaui
140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90 mmHg dalam keadaan
istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi
harus bersifat spesifik usia. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi
7
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (ditulis 140/90).(Corwin dkk 2001) dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik
dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥
90 mmHg.(Gunawan, 2001)
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 150-
180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan meningkat dan tekanan diastolik
yang tinggi misalnya 90-120 mmHg atau lebih, akan berbahaya karena merupakan
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum
darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD) ≥ 90 mmHg.
Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS 130 – 139 mmHg atau TDD 85 – 89
mmHg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya penelitian tentang
tekanan darah untuk hipertensi semakin rendah. Vasum et.al. dalam penelitiannya
bahwa tekanan darah normal tinggi (prehipertensi) yaitu sistolik 130 s/d 139 mmHg,
dibandingkan dengan kelompok tekanan darah optimal sistolik < 120 mmHg dan
distolik < 80 mmHg. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
8
tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).(Suyono,
2001).
memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan
lebih berat seperti Stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), Penyakit Jantung Koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)
serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit
tersebut dapat pula menyebabkan Gagal Ginjal, Penyakit Pembuluh lain, Diabetes
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama strok, dimana stroke merupakan
penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap
diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya
infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan
kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke
iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140 mmHg. Akan tetapi
pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi
(Yundini, 2006).
kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90
bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi.
Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam. Olah raga,
9
menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau
Tabel 2.1
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Laporan terakhir diterbitkan pada
bulan Mei 2003, memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH tentang kriteria
hipertensi yang dibagi dalam empat kategori yaitu optimal, normal dan normal tinggi /
Prahipertensi, jika angka sistolik antara 130 sampai 139 mmHg atau angka
diastolik antara 85 sampai 89 mmHg. Jika orang menderita prahipertensi maka risiko
untuk terkena hipertensi lebih besar. Misalnya orang yang masuk kategori
kemungkinan dua kali lipat untuk mendapat hipertensi dibandingkan dengan yang
mempunyai tekanan darah lebih rendah. Jika tekanan darah Anda masuk dalam
10
kategori prahipertensi, maka dianjurkan melakukan penyesuaian pola hidup yang
kelompok ini. Jika kita termasuk dalam kelompok ini maka perubahan pola hidup
Hipertensi derajat II dan deraja t III. Mereka dalam kelompok ini mempunyai
risiko terbesar untuk terkena serangan jantung, stroke atau masalah lain yang
berhubungan dengan hipertensi. Pengobatan untuk setiap orang dalam kelompok ini
dianjurkan kombinasi dari dua jenis obat tertentu dibarengi dengan perubahan pola
2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. (Sharma S, 2008)
11
1. Umur
besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
2003)
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai
pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila
2. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yudini, 2006) Ahli lain
rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalidah, 2003)
12
Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai
Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada
3. Riwayat Keluarga
hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu, 2003). Dari data statistik terbukti bahwa
Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup
kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua
4. Genetik
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
13
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
1) Kebiasaan Merokok
Slamet, 2001) Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada
jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
(. Nurkhalida, 2003)
darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap
paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin
sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat
ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja
Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
14
darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan
garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada
melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan
ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali
esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh
sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak
(Sheps, 2005)
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan
asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
15
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8
gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari
3) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai
kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari
beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ).
lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal
dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut
sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%
16
komposisinya adalah ALTJ.( Khomsan-Ali, 2003) Penggunaan minyak
akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin
(Khomsan-Ali, 2003)
alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih
17
tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.( Hull-Alison,
alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih
dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum
diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka
5) Obesitas
tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan
salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri
dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang
tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan
aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-
18
45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka risiko timbulnya
obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas
populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan
Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang
19
berat badan normal relatif sebesar 10 % mengakibatkan kenaikan tekanan darah
7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori
bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
( Nurkhalida, 2003)
6) Olahraga
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
2003)
7) Stres
20
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
tinggi. Hal ini secara past i belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan
menjadi hipertensi. Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip oleh Bart Smet,
stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial
Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan
tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya
pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
21
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap(Suyono-Selamet,
2001) tres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila
stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
( Nurkhalida, 2003)
8) Penggunaan Estrogen
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena
interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah
hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka pencegahan
hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup
c) Patofisiologi Hipertensi
esensial.Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks adrenal
(2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah (hipertensi
sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas pada pasien
22
pada tekanan darah normal dan yang terganggu.Hal ini mungkin berperan penting
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
23
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
d) Gejala Hipertensi
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu : Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, Sering gelisah,Wajah
merah, Tengkuk terasa pegal, Mudah marah, Telinga berdengung, Sukar tidur,
Menurut Crea (2008) gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang
dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada
24
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea,
normal atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih
4. Olahraga teratur.
adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi,
25
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
tekanan darah.
atau bernyanyi.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu, oleh karena itu
disebut juga dengan studi prevalensi. Prinsip penelitian ini adalah mempelajari hubungan
antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) melalui pengukuran
sesaat atau hanya satu kali saja, di mana faktor risiko serta efek tersebut diukur secara
bersamaan pada waktu observasi dan yang dinilai adalah subjek yang baru dan yang sudah
lama menderita efek yang diselidiki. Hasil penelitian berupa odds ratio (OR) atau rasio
prevalensi yaitu perbandingan antara prevalensi penyakit atau efek pada subjek dari
kelompok yang mempunyai faktor risiko, dengan prevalensi penyakit atau efek pada
mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Soekidjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah
yang dimiliki oleh populasi. Menurut Notoatmodjo (2010), apabila populasi kecil atau
kurang dari 10.000 maka dapat menggunakan rumus formula yang lebih sederhana
27
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Besar penyimpangan / derajat kesalahan (10%)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random
sampling. Teknik simple random sampling yaitu teknik yang mana setiap anggota atau
unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi untuk menjadi
D. Definisi Operasional
E. Pengumpulan data
dalam pengumpulan data yang terpenting dilaksanakan secara sistematis dengan prosedur
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan matang,
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subyek
dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti tidak boleh
memaksa dan menghormati hak-hak subyek bila subyek menolak untuk diteliti.
2. Anoniminitas (tanpa nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden untuk menjaga kerahasiaan,
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf
yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan
dianalisis.
4. Tabulating
Tabulating merupakan kelanjutan langkah dari coding untuk mengelompokkan
data kedalam suatu data tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian.
5. Entry Data
30
Entry data adalah memasukkan data yang telah ditabulasikan ke dalam SPSS
16 for Windows.
H. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisis variabel-
variabel yang secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya
(Notoatmodjo, 2005).
2. Analisis bivariat
Teknik analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan faktor resiko
hipertensi yang ada pada masyarakat Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah [internet]. 2006
Dec [cited 2011 Oct 7]: 10(2):78-88. Available from: Makara, Kesehatan.
A. Tjokronegoro dan H. Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit,
E.J. Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta: Gaya Baru; 2001. p: 453-56
WHO, A global brief on Hypertension, Silent killer, global public health crisis. 2013
Hypertension: Seventh Edition . Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins, 1998; 1-17.
31
Wirakusumah-S Emma, 2002, Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa
Swara; 25.
Corwin, Elizabeth J., Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Suyono-Slamet, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka,
Bustan, M.N., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta, 1997;
29-38.
2004; 151-183.
Jakarta III” Tahun 2000, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi . 2002, May 22nd, 2006 at
10: 22
32
Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, at. al., Family History
Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, at. al., Family History
Suyono-Slamet, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka,
Hull-Alison, Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara, 1996;
18,29.
33