Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh:
Kelompok3
Offering H
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Kelas Reptil” dengan sebaik mungkin.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Sofia Ery Rahayu, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keanekaragaman Hewan Universitas Negeri Malang yang telah membimbing
penulis,
2) kedua orang tua penulis yang memberikan dukungan materi dan moril,
3) seluruh anggota kelompok 3 (tiga) yang telah berpartisipasi dalam
menuntaskan makalah ini,
4) seluruh teman S1 Biologi kelas H Tahun 2015 yang telah membantu penulis,
5) dan semua pihak yang tidak dapat peulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masi belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terwujudnya maalah yang lebih baik. Penulis juga berarap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya di kalangan pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
Latar Belakang........................................................................................... 4
Manfaat ...................................................................................................... 5
1. Subkelas Anapsida............................................................................... 7
2. Subkelas Synaptosauria ..................................................................... 18
3. Subkelas Ichtyosauria ........................................................................ 19
4. Subkelas Lepidosauria ....................................................................... 20
5. Subkelas Archosauria ........................................................................ 34
6. Subkelas Synapsida ........................................................................... 41
PENUTUP.................................................................................................... 44
Kesimpulan .............................................................................................. 44
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reptil adalah hewan melata dan memiliki empat tungkai untuk berjalan
(Tetrapoda) serts memiliki sisik utuk menutupi tubuhnya. Kelas Reptil termasuk
dalam hewan berdarah dingin dengan sebaran habitat yang sangat luas, baik di
daratan, maupun diperairan. Kelas reptil ini telah banyak yang punah, karena
hewn ini kebanyakan hidup pada era Mesozoik. Diperkirakan ada 6 ribu jenis
spesies.
Tubuh reptil yang bersisik sebagai ciri utama ini berfungsi untuk
melindungi tubuh. Ukuran tubuh Reptil sangat bervariasi mulai dari yang
panjangnya hanya beberapa meter hingga dapat mencapai panjang belasan meter.
Dalam reproduksinya, embrio berkembang dalam cangkang (Ovipar). Dan
termasuk dalam hewan berdarah dingin.
Rumusan Masalah
4
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini secara khusus diarahkkan pada dua
pihak, yaitu:
5
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh reptile dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh sperti
halnya sisik ikan. Sisik-sisik ini terbagi menjadi dua kategori yaitu epidermal dan
dermal. Tipe sisik reptile adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala.
Sisik dermal adalah lempengan tulang yang tertanam permanen pada kulit dan
bertahan selam hidup. Ada bagian dermis berupa kromatofora yang bertanggung
jawab terhdap warna tubuh. Oleh sebab adanya konsentrasi dan dispersi granula-
granula pigmen dalam kromatofora ini menjadikan bunglon mampu melakuakan
mimikri yaitu mengganti warna kulit dalam menanggapi rangsang dari lingkungan
(Sukiya,2003). Warna tubuh reptile digunakan untuk penyamaran dengan latar
belakang lingkungannyadan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan
terlindung. Beberapa spesies kadal menunjukan tanda seksual dalam wran
dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Dalam termoregulasi warna yaitu akan
terjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam kromatofora akibat
respon temperature tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga menjadi lebih
terang, sementara itu temperature rendah menyebabkan pewarnaan gelap.
Pigmentasi digunakan untuk perisis oragan intermuskular bahkan untuk
perlindungan jaringan peritoneum.
Sisik epidermal kering, maka reptile pada dasarnya hanya memiliki sedikit
kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal yang kulitnya kadangkala berganti.
Kelenjar mucus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa
bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di
6
masa kawin. Kadal-kadal ini memiliki lubang yng disebut sebagai lubang preanal,
yang umumnya pada betina lebih kecil atau di temukan hanya pada pejantan.
Kelenjar ini akan sangat aktif pada masa kawin.
Sisik epidermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal
secara terus-menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum
germinativum epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih
satu sama lain. Ular dan kadal sisinya berganti, yang di kenal dengan proses
ekdisis. Sebelum berlangsung ekdisis, sisik baru yang akan menggantikan sisik
tua sudah terbentuk. Kebnayakna ular berganti kulit secara sekaligus. Epidermal
tua yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit dorsal mata, ular pada
akhirnya beringsut ke luar dari penutupan lama. Pergantian kulit pada ular,
dihitung mulai saat pertama seekor ular berganti kulit adalah bergantung pada
tingkat pertumbuhan. Jenis ular yang tumbuh cepat mungkin berganti kulit setiap
dua bulan (Sukiya, 2003)
1. Subkelas Anapsida
Sub kelas anapsida mempunyai dua ordo yaitu cotylosauria dan chelonia.
Sebanyak 12 familia yang masih ada dan sekitar 240 spesies. Chelonia tubuhnya
tertutup carapace (bagian dorsal) dan plastron (bagian ventral), rahang tidak
7
bergigi, tengkorak anapsid, ukuran jantan lebih besar dari betina.Plastron betina
konveks, jantan konkav. Jantan memiliki cakar yang lebih panjang.
Macam-macam Penyu
Perairan Indonesia dihuni oleh enam spesies penyu dari tujuh pesies
yang tersisa di bumi, kecuali Lepidochelys kempi yang hanya ada di perairan
Amerika Latin. Adapun keenam jenis penyu tersebut adalah penyu belimbing
(Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan
(Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressus), penyu lekang (Lepidochelys
olivacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Jenis penyu hijau (Chelonia mydas
L) mengalami eksploitasi yang paling intensif dan tergolong dalam kategori
terancam punah (Hatasura, 2003).
8
flippernya. Warna karapas coklat terang sampai coklat tua dengan bintik-bintik
berwarna gelap (Pritchard dan Mortimer 1999)
Gambar Chelonia mydas L
Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama dengan penyu
lainnya. Secara umum siklus hidup penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya
pakan dan ruaya kawin. Dalam mencapai dewasa kelamin penyu mempunyai
pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun
untuk mencapai usia produktifnya. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu
tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh, yaitu
9
bisa mencapai hingga 3000 km. Pada umur sekitar 20-50 tahun, penyu jantan dan
betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkawinan
penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran
pertama di musim tersebut (Pedoman Teknis Konservasi Penyu, 2009).
Oviposisi berlangsung mulai dari sekali hingga beberapa kali dalam
periode setahun. Hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti letak lintang
(latitude), jenis umur (besar) dan sumber serta kualitas makanan yang
dimakannya. Pada umumnya penyu hijau bertelur lebih dari satu kali dalam satu
musim bertelur (3-4 kali), dengan interval internesting kira-kira 2 minggu. Setelah
selesai bertelur, penyu dewasa akan meninggalkan sarang dan telur-telurnya untuk
kembali beruaya mencari makanan untuk kemudian melangsungkan kembali
siklus hidupnya di laut 10.
Tukik yang baru menetas dan keluar dari sarangnya akan langsung bergerak
menuju kelaut, karena proses alaminya yang ada berkaitan dengan medan magnet
cahaya. Setelah mencapai laut, tukik-tukik itu menuju ke laut lepas hingga
mencapai arus samudra dengan cadangan makanan kuning telur yang ada
ditubuhnya. Fase awal berkelana ini sering disebut sebagai “tahun yang hilang”,
yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis dan populasinya (Pedoman tekhnis
Konservasi Penyu,2009).
Siklus Reproduksi Penyu Laut
(sumber: Miller, 1997)
10
Penyu sisik memiliki ciri-ciri umum kerapas berbentuk jantung atau
susunan genteng yang runcing dan berwarna coklat kemerahan, memiliki
karakteristik habitat pantai peneluran berupa pasir koral hasil hempasan
ombak dengan warna pasir yang agak putih atau kekuningan, waktu
peneluran yang tidak dapat diduga kadang malah hari, bias juga pada
siang hari (Pritchard dan Mortimer 1999)
Gambar Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata)
(sumber: Miller, 1997)
11
mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya dan
merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang ada saat ini.
Penyu lekang merupakan jenis karnivora, mereka memakan kepiting,
kerang, udang dan kerang remis (Pritchard dan Mortimer 1999).
Gambar Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
12
Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea Eschsholtz) Anatomi penyu laut
dapat diamati pada empat sisi, yang dapat digunakan sebagai gambaran hubungan
spasial pada struktur penyu laut. Struktur penyu laut terbagi atas empat bagian,
bagain dorsal ke arah karapas (cangkang atas), bagian ventral ke arah plastron
(cangkang bawah), bagian anterior ke arah kepala, serta bagian posterior ke arah
ekor (Nuitja, 1992). Bentuk luar penyu laut yang sudah dewasa atau yang masih
kecil dapat dilihat dari karapas, plastron atau kepalanya (Nuitja, 1992).
Identifikasi penyu laut didasarkan atas sisik-sisik (scales) pada kepala, bentuk
rahang, jumlah kuku pada kaki serta scutes pada karapas. Scutes pada karapas
adalah kulit karapas yang dinomori dari depan ke arah belakang (Gambar 3).
Scutes utama sebagai kunci identifikasi adalah marginal, lateral, vertebral dan
nuchal, seperti inframarginal (scutes antara plastron dengan karapas).
Karapas penyu abu-abu berbeda dengan penyu lain, lateral scutes-nya
berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas relatif melebar
serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural.
Bentuk tubuh seperti piring (dish-shaped), batoknya meluas sesuai dengan
panjangnya dan ukuran kepala sedang (Pritchard and Mortimer, 1999).
Habitat Penyu
13
Habitat adalah suatu daerah yang ditempati makhluk hidup, memiliki
komponen biotik dan abiotik, berupa ruang, lahan, makanan, lingkungan dan
makhluk hidup lainnya. Penyu hidup di dua habitat yang bebeda yaitu habitat
karekteristik dan habitat laut sebagai habitat utama bagi keseluruhan hidupnya.
Habitat darat merupakan tempat peneluran (nesting ground) bagi penyu betina.
Dalam satu kali musim peneluran penyu akan bertelur tiga kali dengan rata-rata
jumlah telur 110 telur (Nuitja 1992). Penyu memiliki kecenderungan memilih
adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas pantai dengan rata-rata
14
memiliki butiran pasir tertentu yang mudah digali dan secara naluriah dianggap
aman untuk bertelur. Selain itu pantai yang didominasi oleh vegetasi pandan laut
memberikan rasa aman tersendiri bagi penyu yang bertelur (Nuitja 1992).
Idealnya dalam proses peneluran penyu ada beberapa faktor yang dapat
penyinaran dan tidak ada aktivitas pergerakan yang dapat mengganggu penyu
Perairan tempat hidup penyu adalah laut dalam terutama samudera di perairan
tropis, sedangkan tempat kediaman penyu adalah daerah yang relatif agak
dangkal, tidak lebih dari 200 meter dimana kehidupan lamun dan rumput laut
masih terdapat (Nuitja 1992). Daerah yang lebih disukai penyu adalah daerah
penyu dan berbagai tempat berlindung. Chelonia mydas tergolong herbivora yang
mencari makan pada daerah-daerah yang dangkal dimana alga laut seperti
Zostera, Chymodocea, Thallasia dan Hallophila masih dapat tumbuh dengan baik
(Nuitja 1992).
Kura-Kura
reptile. Bangsa hewan yang di sebut ordo Testudinata ini khas dan mudah dikenali
adanya rumah atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini
terdiri dari dua bagia. Bagian atas yang menutupi punggung di sebut karapaks dan
bagian bawah di sebut plastron. Kemudian dari setiap bagiannya terdiri dari dua
lapis. Lapisan luar umunya berupa sisik besar dank eras, dan tersusun seperti
15
genting, sementara lapisan bagian alam berupa lempeng tulang yang tersusun
hutan, rawa dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air
tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan, daging
dan campuran. Kura-kura tidak memiliki gigi akan tetapi perkerasan tulang di
Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar ((Chin
Kwok, 2009).
Macam Kura-Kura
bentuk karapaks yang unik, bagian sisisnya runcing panjang dan menyerupai
panacaran sinar matahari. Warna karapaks kuning, hitam dan coklat yang cerah,
16
terutama pada usia muda. Status kura-kura matahari terancam punah, karena jenis
ini banyak disukai sehingga sering di cari di alam untuk dijadikan hewan
sungai kecil dan dangkal. Persebaran alami jenis ini adalah di Sumatera. Dan
Gambar H. spinosa
akuatik, dengan habitat alami di badan air yang dangkal dengan dominasi
macrophyta termasuk rawa dan sungai dalam hutan. Pakan alami adalah
17
Gambar Notochelys platynota
18
2. Subkelas Synaptosauria
Ordo Protosauria
Protorosauria adalah kelompok punah reptil archosauromorph dari Permian
(tahap Changhsingian) terbaru hingga awal Trias Akhir (tahap Carnian) dari Asia,
Eropa, Amerika Utara. Ordo ini diberi nama oleh ahli anatomi Inggris dan ahli
paleontologi Thomas Henry Huxley pada tahun 1871. Nama lain yang sebagian
besar setara dengan Protorosauria meliputi Prolacertiformes dan Prolacertilia.
Ordo Sauropterygia
Secara terminologi
Sauro berarti kadal dan
ptryginos berarti bersayap. Jadi
Sauropterygia bisa disebut
sebagai kadal bersayap.
Beberapa literaturr menyatakan
bahwa Sauropterygia ini
merupakan Seper Ordo dengan
karakteristiknya yang Gambar 2. Plesiosaurus: salah satu contoh hewan yang
termasuk dalam ordo Plesiosauria (en.wikipedia.org)
merupakan reptil laut pada masa
19
mesozoik. Ordo Plesiosauria termasuk ordo di dalamnya. Selain habitatnya di
perairan laut, hewan ini memiliki karakteristik berleher panjang dengan tungkai
mirip sirip. Hal ini didukung dengan pernyataan Gunara (2011) yang menjelaskan
tentang ciri-ciri umum dari Plesiosaurus yakni: (1) pada umumnya memiliki leher
yang panjang, (2) mempunyai sirip untuk membantunya berenang, (3) berkulit
halus, (4) hidup di air.
3. Subkelas Ichthyosauria
Ichtyosauria ini berasal dari kata Ichtys yaitu ikan, dan sauros yang berarti
kadal. Ichtyosaurus ini merupakan kelompok reptile laut yang berukuran raksasa
dan bentuknya menyerupai ikan serta lumba-lumba. Berdasarkan rekaman fosil
hewan ini hidup pada zaman Mesozoikum. Hewan ini hidup di laut yang
menyerupai lumba-lumba dengan sirip yang tereduksi. Ordo Icthyosauria ini
hidup pada zaman Mesozoik yang mempunyai mata cukup besar serta ekornya
vertical (Hickman,2011).
Reptile laut ini memiliki bentuk luar seperti ikan yaitu tubuhnya berbentuk
streamlined (ramping), terdapat sirip pada bagian punggungnya (dorsal), ekor
bercabang dua dan hidrodinamik. Rata-rata hewan ini tumbuh sekitar panjang 2-4
m dengan kepalanya moncong panjang yang dipenuhi dengan gigi. Bentuk tubuh
yang seperti itu untuk memudahkan hewan ini berenang dengan kecepatan tinggi
di air (Motani,2000). Ichtyosaurus ini memiliki anggota gerak berbentuk sirip
yang digunakan untuk stabilisasi dan pengendalian arah, bukan sebagai
penggerak. Anggota tubuh hewan ini yang berfungsi sebagai penggerak adalah
ekornya. Reptile laut ini secara kasat mata mempunyai kemiripan dengan ikan,
20
dimana kemiripan tersebut dapat dalam dihubungkan dengan konvergen evolusi.
Satu fakta tentang Ichtyosaurus yaitu memiliki tulang telinga yang besar dan
berfungsi untuk menyampaikan getaran halus dalam air dan lingkungan sekitarnya
sehingga memudahkan Ichthyosaurus dalam mencari makan serta menghindari
dari serangan predator. Berdasarkan para ahli fosil Icthysaurus ini makan terutama
ikan dan cumi-cumi. Reproduksi Ichthyosaurus secara vivipar yaitu dengan
melahirkan anaknya. Hal ini dikarenakan ahli paleontology menemukan berbagai
spesimen fosil yang di dalamnya terdapat bayi sehingga para ahli paleontology
menyimpulkan bahwa hewan ini tidak bertelur seperti reptile darat, tetapi
melahirkan anaknya. Yang dimungkinkan anak yang baru dilahirkan sudah
terdapat ekor untuk member kesempatan menyesuaikan diri dengan air dan
mencegah tenggelam di dalam air.
4. Subkelas Lepidosauria
21
Kinetik diapsid tengkorak kadal modern (biawak, Varanus
sp.)menunjukkan sendi yang memungkinkan moncong dan rahang atas untuk
melanjutkansisa tengkorak. kuadrat dapat bergerak pada akhir dorsal danbagian
perut di kedua rahang bawah dan pterygoideus tersebut. Bagian depan bagian
daritempurung otak juga fl eksibel, memungkinkan moncong yang akan
dibangkitkan. Catatanbahwa pembukaan sementara rendah sangat besar dengan
tidak ada batas bawah;modifikasi kondisi diapsid, umum di zaman modernkadal,
memberikan ruang untuk ekspansi otot rahang besar. Bagian ataspembukaan
sementara terletak dorsal dan medial ke postorbital-squamosallengkungan dan
tidak terlihat dalam gambar ini.
a) Subordo Lacertilia/sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan
bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan
tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk
tuberkulum.Dan sebagian lagi menjadi spina.Sisik-sisik ini dapat
mengelupas.Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak
semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang
bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura.
Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang
telinga.Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang
22
dapat melepaskan ekornya.Contohnya pada Mabouya sp (Zug,
1993).Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang.Pada
beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa
seperti pada Chameleon sp.
Untuk family subordo lacertilian ini banyak ada 16 famili. Dari
kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia,
yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.
Famili Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk
bintil atau yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya
penuh tertutup sisik.Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung
serta bervilli.Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi
acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan
lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.
Draco volans
Famili Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik
sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup
oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang
berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting.Tipe giginya
pleurodont.Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata
yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh.Contoh spesies famili ini adalah
Mabouya multifasciata.
23
Mabouya multifasciata
Famili Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang
bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan
terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.Lehernya
panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk
polygonal.Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.Pupil
matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus
komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo
persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku
varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga
Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga
Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang
bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang
bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
Varanus komodoensis
24
Famili Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki
keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika
bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak
mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane
transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota
gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk
memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-
langit dengan mudah
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna
terang.Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur
dengan lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya.
Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa
spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan
Gekko vittatus
25
b) Subordo Serpentes/ Ophidia
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan
Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-
ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo
ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki
kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik
yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo
Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan
dengan ligament elastis (Zug, 1993).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ
tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris,
paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi.Memiliki organ perasa
sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada
pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor.Ada
sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk
melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran
darah mangsa (Zug, 1993).
26
Organ Jacobson pada Ular
Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan
caramenjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik
kembali ke dalam mulut, terdapat pertikel-pertikel yang menempel
dipermukaan lidahnya. Kemudian partikel bau tersebut dilewatkanmelalui
dua rongga kecil yang mengarah ke organ Jacobson. Ronggayang
mengarah ke organ Jacobson dilapisi dengan jaringan sensitif yang
membantu daam proses keseluruhan proses penciuman ular.Setelah
partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisipartikel
dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktursaraf yang
kompleks. Otak kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan
mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular
yang lain atau bersumber dari benda-benda yang dikenal atau tidak
dikenal. Lidah pada ualr bercabangkarena disesuaikan dengan fungsinya
yaitu untuk menyalurkanpartikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ
Jacobson. Adanyadua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk
melewatkanpartikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut
(Crawford, 2006).
27
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa
pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi
belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu
pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu
dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa
tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis
ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung
sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili
yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.Dalam arti, banyak famili yang
sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf
mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa
dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili
yang memiliki bisa tipe ini.
28
Pergerakan Ular
29
kontak dengan permukaan minimum ular.Ular bergerak dengan
melemparkan tubuhnya ke depan
di loop dengan tubuhnya tergeletak di sudut sekitar 60 derajat
kearahnya perjalanan.
Famili Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena
memiliki mata yang vestigial.Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek
dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan.Secara
keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya
mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah,
atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops
sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lain-
lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya ditenukan di
daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
Typhlops sp.
Famili Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya
arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina,
dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive,
memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial.Moncongnya dapat
digerakkan.Tipe giginya aglypha.Famili ini memiliki genus diantaranya:
Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes,
Gongylophis, dan Sanzinia.
30
Corallus sp.
Famili Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki
bisa yang tinggi.Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini
kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin.Biasanya
warnanya belang-belang dan sangat mencolok.Bagian ekor termodifikasi
menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsiuntuk membantu
pergerakan di air.Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu
kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.Untuk
spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur
dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu
karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke
permukaan untuk bernafas
Pelamis platurus
31
Famili Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular
berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari
61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi
bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada
cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin.Dekat kekerabatannya
dengan Famili Hydrophiidae.Pupil mata membulat karena kebanyakan
merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m
(Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang
ovovivipar (Hemachatus).
Ophiophagus hannah
Famili Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili
yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik,
melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval
dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis.Ekor umumnya
silindris dan meruncing.Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies
ular di dunia.Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau
kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia.Gigi bisanya tipe
32
proteroglypha dengan bisa haemotoxinGenusnya antara.lain: Homalopsis,
Natrix, Ptyas, dan Elaphe.
Diadophis punctatus
Famili Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis
haemotoxin.Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di
gurun.Namun ada pula yang hidup di daerah tropis.Tersebar hampir di
seluruh dunia.Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk
tebal dengan pergerakan menyamping.Memiliki facial pit sebagai
thermosensor.Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang
ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur.Subfamili yang ada di
Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Vipers sp.
33
Famili Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa.Beberapa
mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae.
Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian
premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari
rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuanTropis.Merupakan
ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python
reticulatus).Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan
tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka.Taji
ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang
pasangannya pada saat kopulasi.
Phyton reticulates
Famili Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena
sisiknya berkilau bila terkena cahaya.Famili ini mempunyai lapisan
pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang
menambah terang kilauannya.Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor
merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam
tanah.Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug,
1993).
34
Xenopeltis unicolor
Reproduksi
Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah
telurnya bisa beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan.Ular
meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapu, atau
di bawah timbunan daun-daun kering.Beberapa jenis ular diketahui
menunggui telurnya hingga menetas.
Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular
bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada
mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh
induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.Sejenis ular
primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh
ini hanya diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini
diduga mampu bertelur dan berkembang biak tanpa ular jantan.
5. Subkelas Archosauria
Pada sup kelas archosauria dibagi lagi menjadi 2 Ordo, yaitu Ordo
Thecodontia dan Ordo Crocodilia. Namun, pada materi kali ini akan ditekankan
pada Ordo Crocodila, karena masih ada spesies yang hidup, sedang spesies dari
Ordo Thecodontia sudah punah. Secara umum crocodylia dan alligatoridae tidak
dapat mempertahnkan suhu tubuhnya sendiri, untuk itu mereka harus berjemur
untuk menjaga suhu tubuhnya (30-35ºC). Hewan ini berkembangbiak secara
ovipar, telurnya akan diletakkan disarang yang mereka buat dari ranting, lumpr,
35
tanah dan pasir dan akan diinkubasi selama 2,5 sampai 3 bulan. telur yang dibuahi
akan menetas menjadi pejantan jika suhu inkubai antara 31-32ºC, dengan waktu
menetas yang lebih cepat dan menjadi betina jika suhu inkubasi antara 28-29ºC,
dengan waktu menetas yang lebih lama.
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Subclass : Archosauria
Ordo : Thecodontia
Ordo : Crocodylia
1. Familia : Crocodylidae
2. Familia : Alligatoridae
3. Familia : Gavialidae
a. Ordo Thecodontia
Spesies dari ordo ini hidup pada zaman triasic dan sekarang tinggal
fosilnya saja. Thecodont ini memiliki karakteristik bentuk primitive,seperti
fenestra antorbital. Serta memiliki gigi socket yang tertanam dirahang yang
disebut dengan tipe thecodont (Brusatte et al., 2010).
36
b. Ordo Crocodylia
Ordo ini memiliki ciri, yaitu bentuk badan memanjang dan kuat, tengkorak
yang kuat, memanjang (moncong) dan otot-otot rahang yang masif yang tersusun
untuk dapat menganga dengan lebar dan dapat ditutup dengan kuat. Giginya
tersusun dalam socket dan tipe giginya disebut thecodon yang khas dari semua
archosaurus. Terdapat langit-langit sekunder yang sempurna, sehingga buaya
dapat bernapas ketika mulut diisi dengan air atau makanan, maupun keduanya.
Memiliki 4 ruang jantung dengan foramen panizzae. Dibagian punggung sisik-
sisik itu tersusun teratur berderet ke arah tranversal dan mengalami penulangan
membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral
bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida,
keras dan kuat. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-
lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah.
Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan
suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat serta memipih. Tungkai relatif pendek tetapi
cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai
depan berjari 5 tanpa selaput. Memiliki habitat di perairan tawar, asin, dan air
payau (Hickman et al., 2008).
1. Familia Crocodilydae
37
Gambar. : Mekosuchus inexpectatus, contoh dari spesies subfamilia
Mekosuchinae.
b) Subfamili Crocodylinae
Merupakan buaya sesungguhnya dengan karakteristik utama memiliki
moncong yang sempit, ketika mulutnya tertutup gigi keempat dari rahang
bawah nampak terlihat. Memiliki empat genus yaitu genus euthecodont,
dan rimasuchus yang sudah punah. Serta Ostaelaemus, merupakan buaya
kerdil, dan Crocodylus, buaya yang sesungguhnya.
Gambar : Contoh dari spesies genus dari subfamili crocodylinae yang
masih hidup :
c) Subfamili Tomistominae
Hanya satu genus yang tersisa dan masih hidup dari enam genus.
Moncongnya menyempit seperti buaya gavial.
38
Gambar : Spesies Tomistoma.
2. Familia Alligatoridae
Karakteristik secara umum dari familia ini, yaitu bentuk moncong tumpul.
Deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada
rongga pada deretan rahang atas. Pada saat mengatup, hanya deretan gigi rahan
atas yang terlihat. Tahan terhadap suhu rendah. Memiliki lempeng tulang
punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar
berjumlah 6 sisik.
a) Genus Alligator
39
Gambar :
Alligator mississippiensis
b) Genus Caiman
Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang
tumpang tindih dan menebal. Caiman lebih lincah dari pada alligator,
cara bergerak mirip dengan buaya, giginyalebih panjang an lebih tajam
dari pada gigi alligator. Pada saat menutup, gigi yang terlihat hanya gigi
bagian atas. Memiliki hidung bulat dan daerah kepala yang pipih, datar
dan luas. Garis punggung lebih jelas. Habitatnya adalah lingkungan
terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa. Lebih toleran terhadap
kondisi yang lebih dingin.
40
utama ikan. Habitat aslinya ada di anak benua india, hidup di tepi sungai, dan
deplesi sumber daya ikan.
41
6. Subkelas Synapsida
a) Ordo Pterosauria (Flying Reptile)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
(Pteron=bersayap; sauros=kadal)
Hidup pada masa mesozoik
Memiliki sayap membraneus
Penyebarannya luas
Contohnya: Pterosaurus
(Sauros=kadal, ischio=bentuk)
Merupakan dinosaurus masa mesozoik
Hewan yang berjalan dengan 2 kaki bersifat
karnivora,hewan yang berjalan dengan 4 kaki bersifat
herbivora
Memiliki struktur pinggang reptil primitif
Contohnya: Omeisaurus tianfuensis danTheropod
42
c) Ordo Ornithischia(Birdlike Dinosaurus)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
(Ornis=burung, ischion=bentuk)
Merupakan dinosaurus masa mesozoik
Hewan herbivora berparuh
Bentuk menyerupai burung
Contohnya: Ornitischia
1. SUBKELAS SYNAPSIDA
a) Ordo Pelycosauria (Gr. Pelyx= mangkuk; sauros= kadal)
Karakteristik (Hickman et al, 2001):
43
Contohnya adalah Dimetrodon dan Edaphosaurus
44
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ciri Umum Reptilia : Spesies hidup sekitar 6000 jenis. Warna tubuh beraneka
ragam yang berfungsi sebagai penyamaran dengan latar belakang
lingkungannya dan dengan hal ini hewan dapat bersembunyi dan terlindungi.
Tipe sisik reptil adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala.
Pada beberapa spesies memiliki karapak dan plastron yang merupakan
tempurung dorsal dan ventral yang melindungi tubuh. Terdapat spesies yang
tidak memiliki kaki. Kulit dilindugi oleh sisik dari keratin. Terdapat cakar
diujung digiti. Ektotermik, fertilisasi internal, dan bernapas dengan paru-paru.
2. Struktur berbeda-beda dari setiap spesies. Contohnya ada penyu yang
memiliki karapak dan plastron, yang melindungi tubuhnya. Sedangkan kadal,
buaya, dan ular tubuhnya dilindungi oleh sisik-sisik yang keras. Tubuhnya
ada yang memanjang dan kuat seperti buaya, memipih seperti penyu, dan
seperti silinder yang panjang yaitu ular.
3. Habitat reptilia tersebar banyak baik didaratan dan perairan. Terutama pada
wilayah yang memiliki suhu hangat, karena tubuh dari reptil tidak dapat
menjaga suhu tubuhnya dan memerlukan suhu dari lingkungannya.
4. Sebagian besar ahli taksonomi membagi Kelas Reptil menjadi enam subkelas,
yaitu: (1) Anapsida , (2) Synaptosauria, (3) Ichthyopterygia, (4) Lepidosauria,
(5) Archosauria, dan (6) Synapsida
45
DAFTAR PUSTAKA
Brusatte, S.L., Benton, M.J., Desojo, J.B., dan Langer, M.C. 2010. The higher-
level phylogeny of Archosauria (Tetrapoda: Diapsida). Journal of
Systematic Palaeontology, Vol. 8, Issue 1
en.wikipedia.org
Hatasura, I. N. 2003. Pengaruh Karakteristik Media Pasir Sarang terhadap
Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas L.). Skripsi.
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hickman, C.P., Roberts, L.S., Keen, S.L., Larson, A., I’Anson, H., dan Eisenhour,
D.J. 2008. Integrated Principles of Zoology, Fourteenth Edition. New
York: McGraw-Hill Companies.
http://vignette3.wikia.nocookie.net
Lilis Suhaerah. 2006. Zoologi Vertebrata. Bandung : Ardesigen.
Miller, J.D. 1997. determining clutch size and hatching success. Dalam Eckert,
K.L, K.A.Bjorndal, F.A. Abreu-Grobois & M.Donnelly (eds.). 1997.
Research and management techniques for the concervation of sea
Nesbitt, S.J., Desojo, J.B., dan Irmis, R.B. 2013. Anatomy, Phylogeny,
Palaeobiology of Early Archosaurs and their Kin. London : Geologycal
Society.
Nuitja, I.N.S. Dan I. Uchida. 1992. Studied in the sea turtle ii (the nesting site
characteristics of hawksbill and green turtle). A journal of museum
zoologicium Bogor, Bogor.
Pritchard, P.C.H. and J.A. Mortimer. 1999. Taxonomy, External morphology, and
species identification. Dalam Eckert, K.L, K.A.Bjorndal, F.A. Abreu-
Grobois & M.Donnelly (eds.). 1999. Research and management
46
techniques for the concervation of sea turtles. WWF, CMS, IUCN,NOAA,
MTSG, & Center for Marine Concervation, Florida.
47