Professional Documents
Culture Documents
TEKS PUISI
Puisi menjadi salah satu jenis atau genre karya sastra selain prosa dan drama.
Puisi memberdayakan kata-kata sesuai syarat tertentu dengan menggunakan sajak,
irama, ataupun makna kiasan.
Herman Waluyo: Pengertian puisi menurut herman waluyo adalah karya sastra tertulis
yang paling awal ditulis oleh manusia.
Sumardi: Pengertian puisi menurut sumardi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-
kata kias (imajinatif).
Thomas Carlye: Pengertian puisi menurut thomas carley adalah ungkapan pikiran yang
bersifat musikal.
James Reevas: Pengertian puisi menurut James Reevas bahwa arti puisi adalah ekspresi
bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.
Pradopo: Pengertian puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan
Herbert Spencer: Pengertian puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat
emosional dengan mempertimbangkan keindahan.
Contoh:
Puisi "Pahlawan Tak Dikenal" tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-cirinya sebagai
berikut:
Puisi tersebut menggunakan bahasa yang padat.
Diksi yang digunakan dalam puisi tersebut berhubungan dengan kepahlawanan.
Puisi tersebut mengandung imajinasi yang dapat dibayangkan dan dirasakan oleh
pembaca.
Puisi tersebut memiliki rima dan irama yang menimbulkan efek perasaan tertentu
kepada pembaca.
Tipografi atau bentuk puisi terdiri atas lima bait dan setiap bait terdiri atas empat
baris
Unsur puisi adalah sebuah unsur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur
pembangun ini saling berkaitan satu sama lain. Puisi terdiri atas dua unsur pokok yakni unsur
fisik dan unsur batin (Waluyo, 1991:29).
Amanat (Pesan)
Penyair sebagai sastrawan dan anggota masyarakat baik secara sadar
atau tidak merasa bertanggung jawab menjaga kelangsungan hidup sesuai
dengan hati nuraninya. Oleh karena itu, puisi selalu ingin mengandung amanat
(pesan). Meskipun penyair tidak secara khusus dan sengaja mencantumkan
amanat dalam puisinya. amanat tersirat di balik kata dan juga di balik tema
yang diungkapkan penyair (Waluyo, 1991:130). Amanat adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan, pesan, tujuan yang hendak disampaikan
penyair melalui puisinya.
Imajinasi/Pengimajian
Semua penyair ingin menyuguhkan pengalaman batin yang pernah
dialaminya kepada para pembacanya melalui karyanya. Salah satu usaha
untuk memenuhi keinginan tersebut ialah dengan pemilihan serta penggunaan
kata-kata dalam puisinya (Tarigan, 1984:30). Ada hubungan yang erat antara
pemilihan kata-kata, pengimajian dan kata konkret, di mana diksi yang dipilih
harus menghasilkan dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti
yang kita hayati dalam penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Pengimajian
dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan
perasaan (Waluyo, 1991: 97).
Kata Konkret
Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau daya imajinasi
para penikmat sastra khususnya puisi adalah dengan menggunakan kata-kata
yang tepat, kata-kata yang kongkret, yang dapat menyaran pada suatu
pengertian menyeluruh. Semakin tepat sang penyair menggunakan kata-kata
atau bahasa dalam karya sastranya maka akan semakin kuat juga daya pemikat
untuk penikmat sastra sehingga penikmat sastra akan merasakan sensasi yang
berbeda. Para penikmat sastra akan menganggap bahwa mereka benar-
benar melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala sesuatu yang
dialami oleh sang penyair (Tarigan,1984:32). Dengan keterangan singkat
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang
dapat di tangkap dengan indra.Seperti kata konkret “salju” dimana
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan dll.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa
figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-
macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradox
Rima/Irama
Rima / irama adalah persamaan bunyi puisi dibaik awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup yakni: Onomatope (tiruan terhadap bunyi seperti
/ng/ yang memberikan efek magis puisi staudji C. B); Bentuk intern pola
bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang,
sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya;
Pengulangan kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek,
keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
BAHAN AJAR
a) Kata
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih
diformulasi menjadi sebuah larik.Kata dalam puisi dipakai dalam tiga tekanan, yaitu sebagai
lambang, utterance (yaitu bila kata mengundang makna sesuai gengan kontekspemakaia), serta
sebagai gaya.
c) Bait
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi
pada puisi baru tidak dibatasi.
d) Bunyi
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.
e) Rima (persajakan)
Rima adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan
bait.
f) Irama (ritme)
Irama adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang
bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
g) Tipografi
Tipografi adalah cara penyair menyusun dan menampilkan bentuk-bentuk puisi yang
dapat diamati secara visual. Gunanya untuk menampilkan suasana, nuansa makna, dan artistik
visual.
Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh syarat-syarat tradisional dan
menggunakan pola-pola atau aturan tata bahasa tertentu. Puisi lama terdiri dari pantun,
gurindan, syair, mantra, karmina, dan bidal. Puisi lama biasanya tidak diketahui nama
pengarang dengan pasti karena bersifat warisan turun temurun.
Puisi lama bersifat statis dan sangat terlihat sekali menunjukkan penggambaran keadaan
dan kebiasaan masyarakat itu sendiri, puisi tersebut dipengaruhi oleh karya sastra bangsa
Arab, Persia, dan India. Ciri paling umum dari puisi lama adalah penyebarannya yang cepat
melalui mulut ke mulut, karena memang mayoritas masyarakat pada zaman itu masih buta
huruf. Maka, banyak yang tidak diketahui siapa pengarangnya.
Puisi lama masih terikat oleh aturan-aturan. Di mana aturan-aturan itu antara lain: jumlah
kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, rima, banyaknya suku kata dalam baris,
dan irama.
Puisi baru
Puisi baru adalah puisi yang sudah mendapat pengaruh dari puisi barat. Puisi baru tidak
terikat oleh aturan baris, larik, mantra, maupun rima. Puisi baru biasanya diketahui nama
penulisnya. Puisi baru berkisar antara angkatan balai pustaka sampai dengan angkatan tahun
1960-an.
a) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur intrinsik
terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.
Tema, adalah pokok pikiran dasar untuk mengembangkan dan membuat puisi.
Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Amanat/tujuan/maksud, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar.
Gaya Bahasa, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang bersifat konotatif,
berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa dalam
puisi. Biasanya tiap penulis cenderung memiliki gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah
dilihat melalui majas-majas, seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada
yang menggunakan majas ironi. Jadi, gaya bahasa merupakan cara pemakaian bahasa dalam
karangan atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
Rima, yaitu kesamaan nada atau bunyi. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir tiap larik atau
baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris.
Tipografi, yaitu bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan puisi dalam bentuk
baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen bahkan dalam bentuk
yang menyerupai apel, zigzag, ataupun model lainnya.
Imaji, penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian
dapat berupa kata atau rangkaian kata-kata yang dapat memperjelas apa yang ingin disampaikan
oleh penyair karena menggugah rasa imajinasi pembaca melalui penginderaan.
Kata Konkret, ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih konkret atau
berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal terkesan dapat disentuh.
Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.
b) Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi).
Unsur Biografi, unsur biografi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup
berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar belakangnya berasal dari
keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat menyentuh hati para pembacanya, yang
terbawa dari latar belakang penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
Unsur Sosial, unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat.
Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada saat itu kondisi
masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan pun sangat carut marut, sehingga
puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang mengandung sindiran-sindiran terhadap
masyarakat.
Unsur Nilai, unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni,
ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam
puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat memengaruhi baik atau tidaknya puisi.
BAHAN AJAR
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi yang
diperdengarkan atau dibaca.
Secara garis besarnya, puisi lama merupakan jenis puisi yang terikat merbagai
macam aturan dari segi rima, bait, sampai suku katanya. Setiap jenisnya mempunyai
ketentuan yang berbeda dengan jenis lainnya.
Berbeda halnya dengan puisi baru yang tidak terlalu terikat dengan bait suku kata
tetapi lebih mementingkan dalam segi keindahan suku bahasa yang digunakan. berikut
contoh puisi lama
PANTUN
Bapak tani menanam tebu
Pembeli datang bertanya harga
Wahai ananda hormati Ibu
Karena Ibu jalan ke surga
KARMINA
Dahulu ketan, sekarang ketupat(a)
Dahulu preman, sekarang ustat(a)
GURINDAM
Kurang pikir kurang siasat (a)
Pasti dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Ibarat rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak akan menjadi kurus ( c )
Kita sebagai anak yang berbakti kepada orang tua sudah sepatutnya membalas jasa-jasa beliau
yang telah dilakukan, salah satunya bisa dengan memberikan puisi kepadanya untuk mengenang kembali
apa yang telah diperbuat untuk kesuksesan anaknya. Berikut contoh puisi ibu yang bisa kamu berikan
kepada ibunda tercinta.
Ibu
Ibu engkau pelita dihidupku
Engkau tak pernah lelah menunggu kehadiranku
Dengan segala beban dan keringat yang membasahi wajahmu
Tiada engkau merasakan pilu
AKU
DOA
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu Mu aku bisa mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
BAHAN AJAR
Kompetensi Dasar : Menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi secara
tulis/ lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi
Mengetahui
Kepala MTsN I Sawahlunto Talawi, Juli 2018
Guru mata pelajaran