You are on page 1of 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

HIDROSEFALUS

OLEH :

1. HERIBERTUS ERIK KP.16.01141


2. JULDEWI S.G HAWAN KP.16.01.144
3. LIDIA MOFRO GIRBES KP.16.01.145
4. LUSSY ARUMISORE KP.16.01.147
5. MAKDALENA IRARATU KP.16.01148
6. MAGDALENA S. DALTA KP.16.01.149
7. MARIA ADOLFINA NUNU KP.16.01.150
8. MARIA FENANLAMPIR KP.16.01.152
9. MARIA SEPTIANI S. LAKU KP.16.01.153
10. MARTINA FADIRSYAIR KP.16.01092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

STIKES WIRAHUSADA YOGYAKARTA

TAHUN 2018/2019

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa atas segala limpahan
rahmat,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang
berjudul asma pada anak ini tepat waktu,tugas ini di ajukan untuk guna memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak satu.

Kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktuny. Makalah ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sanagat kami
harapkan

Semoga tugas ini memberikan informasi bagi pembaca dan manfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Yogyakarta juni 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................i

ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................................................2

BAB II KONSEP TEORITIS.............................................................................................................3

A. Pengertian..................................................................................................................................3

B. KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS.......................................................................................4

C. ETIOLOGI................................................................................................................................5

D. PATOFISIOLOGI......................................................................................................................6

E. Manifestasi klinis.......................................................................................................................8

F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................................8

G. Komplikasi................................................................................................................................9

H. Penatalaksanaan medis..............................................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS...............................................................................12

A. Pengkajian...............................................................................................................................12

B. Diagnosa keperawatan.............................................................................................................13

C. Intervensi keperawatan............................................................................................................14

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................................................18

B. Saran........................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.


Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan
intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal
namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 %
yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini
utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus
sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir
dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus
memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan


menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa
pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teoritis dari Hidrosefalus dari definisi Hidrosefalus,


klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala (manifestasi klinis),
pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien dengan
Hidrosefalus ?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan penyakit Hidrosefalus pada anak.
b. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hidrosefalus.

BAB II KONSEP TEORITIS

A. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel
serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA, NIC-NOC, 2012).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan

2
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).Hidrocepalus adalah akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural
(Suriadi,2006)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang


tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).

B. KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS
Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya
cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang
menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi
dalam dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
3
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi
CSS dapat disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak
atau obliterasi ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel
terdistensi

2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif


CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid misal
aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS
dalam sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai
ruang subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal obstruksi.

C. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-NOC,
2012) adalah:

1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus
dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit
dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida


Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.

c. Sindrom Dandy-Walker

4
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.

d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

2. Anomali pembuluh darah


3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma

D. PATOFISIOLOGI

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi


(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler
atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma
dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
5
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi
sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.

6
PATHWAY
Infeksi

Perdarahan
Perlekatan meningen

Fibrosis
Kelainan Obliterasi Subasakhnoid
Liptomeninge
n Kongenital

Hidrocefalus

Kepala CSS Peningkatan TIK


membesar Berlebih

Penekanan Gangguan aliran


saraf lokal darah ke otak

Sekresi prostagladin,
Kulit meregang hingga
bradikinin
tipis / pasien tidak Gangguan
dapat bergerak atau perfusi jaringan
menggerakkan kepala serebral

Nyeri

Saraf tertekan ( N.Vagus,


Kerusakan
glosofaringeal, facialis)
mobilisasi

Mual / muntah
Anoreksia
Imobilasi
Aktivitas
Kekurangan
cairan
Nutrisi kurang
Krisis pada dari kebutuhan
keluarga

Kurang Kecemasan
Kurang info
pengetahua
n

7
E. Manifestasi klinis
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA,
NIC-NOC , 2012 :

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh

8
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas)
a. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
b. Sklera mata tampak di atas iris
c. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
d. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel
dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya
(neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur
otak tanpa kena radiasi

G. Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior

9
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. Penatalaksanaan medis

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live


sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis


dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

1. Drainase ventrikule-peritoneal

2. Drainase Lombo-Peritoneal

3. Drainase ventrikulo-Pleural

4. Drainase ventrikule-Uretrostomi

5. Drainase ke dalam anterium mastoid

10
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran
cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai
terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.

7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah


diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.

8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “
shunting “:

1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.

2. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :

 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.

 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

b. Lumbo Peritoneal Shunt


11
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:

1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu


frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisis.

3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter)
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.

4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium


kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal
setinggi 6/7).

5. Ventriculo-Peritneal Shunt

1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.


Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak
tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada shunting:
infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah,
ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

12
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan
pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.

A. Pengkajian
1.1 Anamnesa

1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,


perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

3) Kaji Riwayat Perkembangan

Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

- Anak dapat melihat keatas atau tidak.

- Adanya Pembesaran kepala.

- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2) Palpasi :

- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata :

- Akomodasi.

- Gerakan bola mata.

- Luas lapang pandang

13
- Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

1.2 Observasi Tanda –tanda vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

- Peningkatan sistole tekanan darah.

- Penurunan nadi / Bradicardia.

- Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. Diagnosa keperawatan
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala berhubungan dengan ketidak
mampuan bayi dalam mengerakan kepala akibat peningkatan ukuran dan berat
kepala
3. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan akumulasi
cairan serebrospinal.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tua tentang penyakit anaknya.

C. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

14
I Perfusi jaringan Mandiri Mandiri
serebral tidak efektif
1. Kaji data dasar 1. Pengkajian yang
berhubungan dengan
peningkatan tekanan neurologis. dilakukan sesering
intrakranial. 2. Observasi TTV. mungkin akan
memberikan data guna
3. Tentukan posisi anak :
menentukan perubahan
tinggikan kepala. keadaan neurologis
4. Anjurkan anak dan anak yang
orang tua untuk berhubungan dengan
Perfusi jaringan mengurangi aktivitas ICP Bila hal itu terjadi
serebral adequat,
yang dapat menaikkan akan menunjukkan
dengan kriteria :
tekanan systole dan tekanan intrakranial atau bahwa anak sudah
diastole dalam intra abdominal, misal: menunjukkan
rentang yang mengejan saat BAB, gangguan ICP yang
diharapkan, tidak menarik nafas, bermakna.
ada tanda-tanda membalikkan badan,
peningkatan 2. Pengkajian tanda-tanda
batuk. vital yang sesering
intrakranial (tidak
lebih dari 15mmHg) Kolaborasi mungkin akan
dan tingkat membantu mendeteksi
1. Kolaborasi dengan
kesadaran membaik. tanda-tanda dini dari
dokter untuk
pemberian analgetik. ICP (seperti takikardia,
fluktuasi tekanan
Edukasi
darah, dan pernafasan
1. Instruksikan cheyne-stokes)
keluarga untuk
3. Peninggian kepala di
mengobservasi kulit
tempat tidur
jika ada isi atau
memungkinkan
laserasi
terjadinya gravitasi
untuk peningkatan
aliran darak serebral,
akan membantu
penurunan ICP.
4. Dengan aktivitas yang
berlebih anak akan
berisiko mengalami
peningktan TIK.

Kolaborasi
1. Pemberian analgetik
untuk mengurasi nyeri
akibat TIK

15
Edukasi
1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak dengan
hidrosefalus

1.

Mandiri Mandiri
1. Kaji kulit kepala setiap 2 1. untuk memantau
jam dan monitor terhadap keadaan integumen
area yang tertekan kulit secara dini.
3. Hindari tidak adanya 2. Linen dapat menyerap
Tidak terjadi linen pada tempat tidur keringat sehingga kulit
gangguan integritas 4. Baringkan kepala pada tetap kering
Potensial terhadap kulit dengan
bantal karet busa atau 3. Untuk mengurangi
perubahan integritas kriteria : Kulit utuh,
bersih dan kering. menggunakan tempat tidur tekanan yang
kulit kepala air jika mungkin. menyebabkan stess
berhubungan dengan mekanik.
ketidak mampuan Kolaborasi
II Kolaborasi
bayi dalam 1. Kolaborasi dengan ahli
mengerakan kepala gizi dengan berikan 1. Jaringan akan mudah
akibat peningkatan nutrisi sesuai nekrosis bila kalori dan
ukuran dan berat kebutuhan. protein kurang
kepala Edukasi Edukasi
1. Instruksikan pada 1. Untuk meningkatkan
keluarga pasien agar sirkulasi kulit
mengubah posisi tidur
setiap 2 jam sekali

III Potensial komplikasi Mandiri Mandiri


peningkatan tekanan 1. Observasi ketat tanda- 1. Untuk mengetahui
intrakranial b/d tanda peningkatan TIK secara dini
akumulasi cairan 2. Tentukan skala coma peningkatan TIK

16
3. Hindari pemasangan 2. Penurunan keasadaran
infus dikepala menandakakan adanya
peningkatan TIK
4. Hindari sedasi
3. Mencegah terjadi
5. Jangan sekali-kali infeksi sistemik
memijat atau memopa
shunt untuk memeriksa 4. Karena tingkat
fungsinya kesadaran merupakan
indikator peningkatan
Kolaborasi TIK

1. Berkolaborasi dengan 5. Dapat mengakibatan


Tidak terjadi dokter untuk melakukan sumbatan sehingga
peningkatan TIK pembedahan, untuk terjdi nyeri kepala
dengan kriteria mengurangi peningkatan. karena peningkatan
:Tanda vital normal, CSS atau obtruksi
pola nafas efektif, Edukasi pada ujung kateter
reflek cahaya diperitonial
positif,tidak tejadi 1. Ajari keluarga mengenai
serebrospinal. tanda-tanda peningkatan
gangguan kesadaran, Kolaborasi
tidak muntah dan TIK.
tidak kejang. 1. Dengan dilakukan
pembedahan, diharapkan
cairan cerebrospinal
berkurang, sehingga TIK
menurun, tidak terjadi
penekanan pada lobus
oksipitalis dan tidak
terjadi pembesaran pada
kepala.

Edukasi

1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak dengan
hidrosefalus.

IV. Ansietas Mandiri Mandiri


berhubungan dengan Keluarga menerima 1. Jelaskan secara rinci 1. Pengetahuan dapat
kurang pengetahuan keadaan anaknya, tentang kondisi penderita, mempersiapkan keluarga
mampu menjelaskan prosedur, terapi dan dalam merawat penderita.
orang tua (situasi
keadaan penderita prognosanya. 2. Keluarga dapat
krisis) tentang
17
dengan kriteria : 2. Ulangi penjelasan menerima seluruh
Keluarga tersebut bila perlu dengan informasi agar tidak
berpartisipasi dalam contoh bila keluarga belum menimbulkan salah
merawat anaknya mengerti persepsi
dan secra verbal 3. Klarifikasi kesalahan 3. Untuk menghindari
penyakit anaknya.
keluarga dapat asumsi dan misskonsepsi salah persepsi
mengerti tentang
penyakit anaknya. 4. Berikan kesempatan 4. Keluarga dapat
keluarga untuk bertanya. mengemukakan
perasaannya.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang


mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis yang dicirikan
dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung
yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat

18
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.

B. Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus


yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka
tindakan terapeutik semacan ini perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2010.http//ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23 oktober


2010
Anonymuous, 2010.http;//asuhan keperawatan pada klien” HIDROSEFALUS” Blog
penuh cinta.htm. diaksis tanggal 23 oktober 2010.
Anonymuous 2010.http:// hesa andessa Blog spot.com //2010/08 asuhan keperawatan
anak dengan. Hml tanggal akses tanggal 20 oktober 2010 pukul 18:00 WIB

19

You might also like