Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
Aditya Pratama (1610531013)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
1. Pendahuluan
Industri perbankan syari’ah seharusnya dijalankan berdasarkan prinsip dan sistem
syari’ah. Karena itu, kesesuaian operasi dan praktek bank syariah dengan syari’ah
merupakan landasan dasar dalam perbankan syari’ah. Untuk tujuan itulah semua perbankan
yang beroperasi dengan sistem syari’ah wajib memiliki institusi internal yang independen,
yang secara khusus bertugas memastikan bank tersebut berjalan sesuai syariah Islam,
sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Perbankan No: 10 tahun 1998 yang menyebutkan
bahwa bank syari’ah mesti memiliki Dewan Pengawas Syari’ah.
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di tanah air
akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah pada setiap lembaga keuangan,
dipandang perlu didirikan Dewan Syari’ah Nasional yang akan menampung berbagai
masalah atau kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya
dari masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah.
Pembentukan Dewan Syari’ah Nasional merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para
ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi atau
keuangan. Dewan Syariah Nasional diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan
ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi.
Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas mengenai Dewan Syari’ah
Nasional dan Dewan Pengawas Syari’ah, beserta tugas dan wewenangnya di Lembaga
Keuangan Syari’ah.
2. Pembahasan
2.1 Defenisi
Dalam kamus bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang terdiri dari beberapa
orang yang perkerjaannya memutuskan sesuatu dengan jalan berunding, pengawas
berasal dari kata awas yang berarti pengawas. Sedangkan “syariah” adalah komponen
ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dari bidang
ibadah (habluminallah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi akidah yang menjadi keyakinannya.
Sementara menurut Amir Machmud (2010:24) muamalah sendiri meliputi berbagai
bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan
disebut muamalah maliyah. Dewan pengawas syariah adalah suatu badan yang
bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah.
2.3 Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Menurut Bay Safta Utama, dkk (2010:293) Dewan pengawas syariah bertugas
mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar tidak menyimpang dari
garis syariah.
Mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab DPS tersebut menurut ketentuan
pasal 27 PBI No. 6/24/PBI/2004 peraturan bank Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap
fatwa yang dikeluarkan oleh DSN .
b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk yang
dikeluarkan bank.
c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank
secara keseluruhan dan laporan publikasi bank.
d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap 6
(enam) bulan kedepan direksi, komasaris, Dewan syariah nasional dan bank
Indonesia.
Ketentuan mengenai jumlah anggota DPS juga diatur dalam PBI No. 11/3/PBI/2009
yang menyatakan bahwa jumlah anggota DPS paling sedikit adalah 2 (dua) orang
atau 1 (satu) dan paling banyak 50% dari jumlah anggota direksi.Pada prinsipnya
seorang anggota DPS hanya dapat menjadi anggota DPS di satu perbankan syariah
dan satu lembaga keuangan syariah. Namun mengingat keterbatasan jumlah tenaga
yang dapat menjadi anggota DPS, seseorang dapat diangkat sebagai anggota DPS
sebanyak-banyaknya pada dua perbankan syariah dan dua lembaga keuangan syariah
lainnya. DPS diketuai oleh salah satu dari anggota DPS bank yang bersangkutan.
2.6 Isu – isu mengenai DPS pada LKS
Lembaga keuangan syariah terus mengalami peningkatan. Permasalahan yang
dihadapi dalam pengembangan bank syariah salah satunya adalah minimya
pengetahuan masyarakat akan sistem keuangan syariah, sehingga tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap masyarakat terhadap bank syariah juga cenderung rendah.
Mengingat perbankan konvensional telah lebih dulu hadir di Indonesia, masih banyak
masyarakat yang meragukan eksistensi bank syariah.
Berikut beberapa isu terkait Dewan Syariah:
a. Masalah Kerahasiaan
Kekurangan Dewan syariah yaitu rangkap jabatan, padahal ketika adanya
rangkap jabatan bisa menimbulkan peluang untuk kecurangan. Dikhawatirkan
ada oknum yang kurang bertanggungjawab menyebarkan rahasia perusahaan.
b. Masalah Kompetensi Anggota Dewan Syariah
Bank Syariah terbesar saat ini mampu membukukan aset sekitar 4 milia US
Dollar sehingga belum ada yang masuk ke dalam jajaran 25 bank syariah
dengan aset terbesar di dunia. Maka dari itu dibutuhkan tenaga yang siap
dibidang ini.Untuk menjadi seorang Dewan Syariah dituntut harus memiliki
kemampuan yang mumpuni. Namun saat ini masih didominasi oeh lulusan
syariah padahal untuk menjadi seorang dewan syariah harus memiliki
kemampuan di bidan fiqih muamalah, keuangan dan akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin Nasution, Mustafa dkk. Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Pranada
MediaGrup.
Machmud, Amir dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Wirdyaningsih dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Pranada
Media.