You are on page 1of 41

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Ananas comosus L.

Merr)
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Oleh:

WINARTI
NIM. 100500187

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Ananas comosus L. Merr)
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Oleh

WINARTI
NIM. 100500187

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS (Ananas comosus L. Merr)
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Oleh

WINARTI
NIM. 100500187

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli
Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Judul karya ilmiah : Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas (Ananas


comosus L. Merr) Untuk Pembuatan Pupuk
Organik Cair

Nama : Winarti
NIM : 100500187
Program Studi : Manajemen Lingkungan
Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Martha Ekawati Siahaya, S. Hut., MP Ir. Noorhamsyah, MP Taufiq Rinda A., S.Si., M.Pd
NIP. 19721107 200312 2 001 NIP. 19640523 199703 1 001 NIP. 19780517 200912 1 002

Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Ketua Jurusan Manajemen
Pertanian

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Hasanudin, MP


NIP. 19620101 198803 1 003 NIP. 19630805 198903 1 005

Lulus pada tanggal............................................


ABSTRAK

WINARTI. Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) Untuk


Pembuatan Pupuk Organik Cair (di bawah bimbingan MARTHA EKAWATI
SIAHAYA).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahan yang paling
efektif di antara perlakuan EM4, Gula merah dan EM4 + Gula merah dalam
pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan limbah kulit nanas.
Penelitian ini telah dilaksanakan oleh penulis selama kurang lebih dua
bulan terhitung sejak tanggal 20 Mei 2013 sampai 20 Juli 2013.
Selama ini masyarakat pengguna pupuk telah akrab dan hanya
memahami pemakaian pupuk yang dibuat dari pabrik yang merupakan pupuk
sintetis. Pupuk sintetis ini mempunyai dampak terhadap lingkungan, sehingga
diperlukan alternatif pupuk yang ramah terhadap lingkungan. Pemanfaatan
limbah kulit nanas untuk dijadikan pupuk organik cair menjadi penting guna
memanfaatkan limbah dan hasilnya aman terhadap lingkungan. Teknologi EM4
perlu dipertimbangkan untuk dikembangkan untuk mempercepat terbentuknya
pupuk organik cair yang berkualitas.
Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan, yaitu P0 (EM4 10 ml + 1 liter larutan
kulit nanas), P1 (Gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit nanas), dan P2 (EM4
10 ml + gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit nanas) masing–masing
dilakukan analisis pH, C–organik , N, P dan K. Analisis ini dilaksanakan di
Laboratorium Tanah dan Air, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Berdasarkan hasil analisis limbah kulit nanas dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik cair. Sifat kimia pupuk organik cair dari kulit nanas terhadap
parameter yang telah diamati yaitu kandungan C-organik, N, P, K dan pH sesuai
perlakuan memiliki nilai P0: C-organik =4.90%, N =0.0760%, P =0.84%, K
=0.170%, pH =3.70. Sedangkan P1: C-organik =19.59%, N =0.1020%, P
=0.165%, K =0.159%, pH =3.39 dan untuk P2: C-organik =21.11%, N =0.0860%,
P =0.168%, K =0.165%, pH =3.38.
Dari hasil penelitian limbah kulit nanas dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik cair, karena kandungan C-organik pada pupuk organik cair dari
kulit nanas ini telah memenuhi standar sebagai pupuk organik cair yang
berkualitas menurut Permentan Nomor 28/OT.140/2/2009. Demikian pula
dengan kandungan Nitrogen, Phosfor maupun Kalium telah memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian tersebut. Kandungan N, P dan K
pada pupuk organik cair memang umumnya tidak lebih dari 2. Kecuali nilai pH
yang masih di bawah standar pupuk organik cair yang berkualitas.
Kata Kunci : Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr), Pupuk Organik
Cair.
RIWAYAT HIDUP

Winarti lahir pada tanggal 10 Agustus 1987 di Desa


Atap, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara. Merupakan anak pertama
dari Ibu Hazizah dan Bapak Baharun.
Tahun 1994 memulai pendidikan di Sekolah
Dasar (SD) Negeri 013 Tembelunu, Kecamatan
Sembakung, Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2000. Kemudian
pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) Negeri 4 Nunukan dan lulus tahun 2003. Setelah
mendapatkan ijazah SLTP, melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di Kecamatan Sembakung, mengambil jurusan IPS dan
mendapatkan ijazah tahun 2006. Kemudian tahun 2010 melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
(POLTANESA) Program Studi Manajemen Lingkungan, Jurusan
Manajemen Pertanian
Bulan Maret 2013 – April 2013 mengikuti Praktik Kerja Lapang
(PKL) di PT. Karangjuang Hijau Lestari di Kecamatan Sebuku, Kabupaten
Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim…
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
karena atas segala Rahmat dan Karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda untuk mendapat sebutan Ahli Madya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
peran serta dan bantuan yang telah diberikan, kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan do’a selama penulis
melaksanakan pendidikan.
2. Ibu Martha Ekawati Siahaya, S. Hut., MP selaku Dosen Pembimbing yang
memberikan bimbingan dan arahan demi terwujudnya Karya Ilmiah ini.
3. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP selaku penguji I sekaligus sebagai Kepala
Laboratorium Tanah dan Air serta PLP laboratorium yang telah menganalisis
kandungan kimia pupuk organik cair.
4. Bapak Taufiq Rinda A., S. Si., M. Pd selaku penguji II.
5. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan.
6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
7. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
8. Seluruh rekan–rekan mahasiswa semester VI, khususnya sahabat–sahabat
penulis Manajemen Lingkungan.
Walaupun sudah berusaha dengan sungguh–sungguh, penulis menyadari
kemungkinan terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, namun
demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Amin
Winarti

Kampus Sei Keledang, Agustus 2013


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. vii


DAFTAR ISI………………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. xi

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 2


A. Tinjauan Umum Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr)... 2
B. Uraian Umum Pupuk Organik..................……………………… 6
C. Uraian Tentang Effective Microorganisme 4 (EM4)……........... 11
D. Uraian Tentang Gula Merah...................................................... 11
E. Uraian Tentang pH dan Unsur Hara..…..………………………. 12

III. METODE PENELITIAN …………………………………………………. 16


A. Tempat dan Waktu Penelitian.…………………….…………….. 16
B. Alat dan Bahan Penelitian.……..………………………………… 16
C. Prosedur Penelitian……..…………………………………........... 17
D. Pengolahan Data……….……………………………………........ 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19


A. Hasil………………………………………………………………… 19
B. Pembahasan………………………………………………………. 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 22


A. Kesimpulan………………………………………………………… 22
B. Saran……………………………………………………………….. 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 23


LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 25
DAFTAR TABEL

No Tubuh Utama Halaman


1. Kandungan Gizi Buah Nanas…………………………………………….. 5

2. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair Menurut Permentan


No.28/OT.140/2/2009……………………………………………………… 10

3. Kandungan Kimia Pupuk Organik Cair dari Bahan Kulit Nanas


Berdasarkan Masing–masing Perlakuan………………………………. 19

4. Perbandingan antara Pupuk Organik Cair Hasil Penelitian dengan


Standar Kualitas Pupuk Organik cair dari Permentan No. 28/OT.
140/2/2009…………………………………………………………………… 20

No Lampiran Halaman

1. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit Nanas.................. 26


DAFTAR GAMBAR

No Lampiran Halaman
1. Kulit nanas sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk
organik cair………………………………………………………… 27
2. EM4 sebagai bahan aktivator dalam pembuatan pupuk
organik cair………………………………………………………… 27
3. Gula merah sebagai bahan aktivator dalam pembuatan
pupuk organik cair………………………………………………… 27
4. Air sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk
organik cair………………………………………………………… 27
5. Blender digunakan untuk menghaluskan kulit nanas…………. 28
6. Ember digunakan sebagai wadah larutan kulit nanas………… 28
7. Saringan digunakan untuk menyaring larutan kulit nanas……. 28
8. Telenan dan pisau digunakan untuk mencincang kulit nanas.. 28
9. Proses mencincang kulit nanas…………………………………. 29
10. Proses menghaluskan kulit nanas………………………………. 29
11. Proses penyaringan larutan kulit nanas………………………… 29
12. Proses menambahkan EM4 pada larutan kulit nanas………… 29
13. Proses menambahkan gula merah pada larutan kulit nanas… 30
14. Proses pengadukan pada larutan kulit nanas………………….. 30
15. Sampel didiamkan selama 2 minggu…………………………... 30
16. Sampel yang akan dianalisis……………………………………. 30
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit Nanas…. 26

2. Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian................................ 27


1

BAB I
PENDAHULUAN

Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah, baik bahan organik

maupun bahan anorganik, dengan maksud untuk menggantikan kehilangan

unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanah

dalam faktor lingkungan yang baik (Muhali, 1987 dalam Arisandi, 2010).

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang

diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur–unsur makro

yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak bagi tanaman (Anonim, 2012c).

Budiyanto (2013) menyatakan bahwa yang termasuk unsur hara makro meliputi

Nitrogen, Phosfor, Kalium, Magnesium, Kalsium dan Belerang.

Berdasarkan bahan bakunya pupuk terdiri dari pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi

makhluk hidup, seperti pelapukan sisa–sisa tanaman, hewan dan manusia.

Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung

banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat

berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan,

tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri

yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah). Sedangkan

pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik–pabrik pupuk dengan

meramu bahan–bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi, misalnya Urea

berkadar N 45 – 46 % artinya bahwa setiap 100 kg Urea terdapat 45 – 46 kg

hara Nitrogen (Lingga dan Marsono, 2006).


2

Nasih (2007) mengemukakan bahwa pupuk anorganik atau pupuk

buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk

tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya N, P

atau K saja. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih

dari satu unsur hara misalnya NPK, lengkap terdapat pada satu kemasan pupuk.

Pupuk organik bisa berasal dari limbah ternak, limbah industri atau sisa–

sisa tanaman, seperti sisa sayuran, sisa dari kulit buah yang selama ini dianggap

sebagai sampah yang berbau dan menyebabkan polusi lingkungan seperti

udara. Pada gilirannya pemanfaatan sampah organik agar dapat mempunyai

nilai tambah menjadi hal penting untuk bisa dilakukan.

Teknologi EM4 salah satu alternatif dalam upaya pemanfaatan sampah

organik untuk dijadikan sebagai aktivator atau yang mempercepat pelapukan

bahan dalam pembuatan pupuk organik cair.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahan yang paling

efektif di antara perlakuan EM4, Gula merah dan EM4 + Gula merah dalam

pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan limbah kulit nanas.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

tentang penggunaan bahan yang terbaik dalam pembuatan pupuk organik cair di

antaranya EM4, Gula merah dan EM4 + Gula merah dengan memanfaatkan

limbah kulit nanas.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Nanas (Ananas comosus)

Nanas (Ananas comosus L. Merr) berasal dari Amerika Selatan, tepatnya

di Brasil. Tanaman ini telah dibudidayakan penduduk pribumi di sana sejak

lama. Kemudian pada abad ke–16 orang Spanyol membawa nanas ini ke

Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke–15,

(1599). Dalam klasifikasi atau sistematika tumbuhan (taksonomi), nanas

termasuk dalam famili bromiliaceae. Kerabat dekat spesies nanas cukup

banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A.

braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri. Klasifikasi tanaman nanas secara

lengkap adalah sebagai berikut: (Anonim, 2009).

Kingdom : Plantae (tumbuh–tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae

Genus : Ananas

Species : Ananas comosus (L. Merr).

Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan

(perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

tunas.

1. Akar

Nanas memiliki sistem perakaran yang terbatas, sehingga akar–akar nya

melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut. Kedalaman


4

perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di

tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm.

2. Batang

Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang yaitu 20–25 cm atau

lebih tebal, dengan diameter 2,0–3,5 cm, beruas–ruas (buku–buku) pendek.

Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga

secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh

daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang.

3. Daun

Daun nanas berukuran panjang dan tidak mempunyai tulang daun

utama. Pada daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak

berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas

tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ke ujung daun. Daun nanas

tumbuh memanjang sekitar 130–150 cm dengan lebar antara 3–5 cm atau lebih,

permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah

tua bergaris atau coklat kemerah–merahan. Sedangkan permukaan daun bagian

bawah berwarna keputih–putihan atau keperak–perakan. Jumlah daun tiap

batang tanaman sangat bervariasi antara 70–80 helai yang tata letaknya seperti

spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan

kiri.

4. Bunga

Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.

Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100–200 kuntum, masing–

masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga yang membuka

setiap harinya berjumlah sekitar 5–10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari
5

bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10–20 hari. Waktu dari

menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6–16 bulan.

5. Tunas

Pada umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya

tumbuh satu buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula

membentuk lebih dari satu buah pada satu tangkai yang disebut multiple

fruit (buah ganda). Pada ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal,

tetapi ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple

crown (mahkota ganda). Adapun kandungan gizi dari buah nanas dapat dilihat

pada Tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Kandungan Gizi Dari Buah Nanas


No. Kandungan gizi Jumlah

1 Kalori 52 kal
2 Protein 0,40 g
3 Lemak 0,20 g
4 Karbohidrat 16 g
5 Phosfor 11 mg
6 Zat Besi 0,30 mg
7 Vitamin A 130 SI
8 Vitamin B1 0,08 mg
9 Vitamin C 24 mg
10 Air 85,30 g
11 Bagian dapat dimakan 53 %

Nanas (Ananas comosus L.Merr) merupakan salah satu jenis buah tropis

yang terdapat di Indonesia dan mempunyai penyebaran yang merata. Buah

nanas banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia untuk

kebutuhan konsumsi. Selain dikonsumsi dalam kondisi segar atau langsung

dimanfaatkan, nanas juga banyak digunakan untuk meningkatkan nilai tambah


6

melalui pengolahan buah nanas menjadi berbagai olahan seperti selai, manisan,

sirup, dodol, keripik, buah kaleng dan lain–lain. Dari hasil konsumsi dan olahan

nanas ini akan menghasilkan limbah berupa kulit dan bongol nanas dalam jumlah

banyak. Komposisi limbah nanas rata–rata mencapai 40%, dimana sebesar 5%

adalah bagian sisik pada kulit. Limbah tersebut saat ini belum banyak

dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja hingga perlu dicari solusi untuk

mengatasi hal tersebut (Anonim, 2012b).

Kulit nanas mengandung air 81,72%, karbohidrat 17,53%, protein 4,41%,

gula pereduksi 13,65%, dan serat kasar 20,87%. Kandungan karbohidrat dan

gula cukup tinggi dalam kulit dan bongol nanas tersebut dapat dimanfaatkan

menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik (Anonim, 1953).

B. Uraian Umum Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar diambil dari alam

dengan kandungan unsur hara alamiah. Pupuk organik merupakan bahan yang

sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Dalam pemberian

pupuk untuk tanaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ada

tidaknya pengaruh merugikan terhadap perkembangan sifat tanah, baik fisik,

kimia maupun biologi serta ada tidaknya gangguan keseimbangan unsur hara

tanah sehingga mempengaruhi penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman

(Purwendro, 2007).

1. Terbentuknya Pupuk Organik

Di dalam tanah banyak organisme pengurai baik makro maupun mikro.

Pupuk organik terbentuk karena kerjasama organisme pengurai dengan cuaca

serta perlakuan manusia. Sisa bahan organik dihancurkan oleh organisme dan

unsur–unsur terurai diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut harus larut


7

dalam air sehingga memudahkan absorbsi oleh akar tanaman. Makro organisme

berperan dalam mentranslokasikan sisa bahan organik dari bentuk kasar menjadi

lebih halus. Sementara mikroorganisme berperan dalam penguraian bahan

organik menjadi unsur hara sehingga mudah diserap tanaman setelah menjadi

senyawa. Beberapa mikroorganisme penting antara lain, ganggang, fungi,

actinomycetes, serta bakteri.

2. Fungsi dan Peran Pupuk Organik

Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik, sehingga

penambahan bahan organik ke dalam tanah sangat penting. Pemberian pupuk

organik berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik

dalam tanah maka bahan organik akan berubah menjadi humus. Humus

merupakan perekat bagi butir–butir tanah saat membentuk gumpalan. Akibatnya

susunan tanah akan menjadi lebih baik terhadap gaya–gaya perusak dari luar,

seperti hanyutan air (erosi). Selain itu pemberian pupuk organik akan

menambah unsur hara sekalipun dalam jumlah kecil. Penambahan hara, humus,

serta bahan organik dalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh

dalam jangka panjang. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya

perbaikan struktur tanah, sehingga sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki.

Pemberian pupuk organik pada tanah berpasir akan memperbaiki daya ikat

tanah. Pemberian pupuk organik pada tanah berlempung akan menjadi ringan,

daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat,

serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara yang baik

dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta

aliran air dan aliran udara tanah lebih baik. Sifat biologi tanah dapat diperbaiki,

sehingga mekanisme jasad renik menjadi hidup. Pendapat beberapa ahli


8

menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi

musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik patogen.

Pupuk organik tidak merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan

(Anonim, 2013c).

3. Bentuk Pupuk Organik

Dari bentuknya ada dua jenis pupuk organik, yaitu pupuk organik padat

dan pupuk organik cair:

a. Pupuk Organik Padat

Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik

dengan hasil akhir berbentuk padat. Pemakaian pupuk organik padat

umumnya dengan ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah tanpa perlu

dilarutkan dalam air. Pupuk Organik padat dapat dimasukkan dalam 3

kategori, yaitu (1) berdasarkan bahan penyusunnya, maka pupuk organik

padat termasuk pupuk alam, (2) berdasarkan cara pemberiannya, termasuk

dalam pupuk akar karena pemberian haranya melalui akar, dan (3)

berdasarkan kandungannya, termasuk pupuk majemuk atau pupuk lengkap

karena kandungan haranya lebih dari satu unsur makro (N, P, K). Selain

berfungsi sebagai pemberi unsur hara, pupuk organik padat juga sebagai

bahan penambah organik di dalam tanah. Banyaknya bahan organik yang

diberikan tergantung dari bahan dasar dan proses penguraiannya (Anonim,

2011b).

b. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang dihasilkan melalui

proses fermentasi dan disempurnakan dengan teknologi

pengayaan/penambahan nutrisi. Produk akrab lingkungan ini, selain


9

mengandung unsur hara esensial, juga mengandung berbagai

mikroorganisme bermanfaat yang mampu meningkatkan dan menjaga

kesuburan tanah, menekan pertumbuhan bakteri penyakit, sehingga akar,

batang, daun dan bunga akan tumbuh dan berkembang secara baik dan

optimal. Pupuk organik cair memiliki kandungan hara yang lengkap, bahkan

juga terdapat senyawa–senyawa organik lain yang bermanfaat bagi

tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa–senyawa organik

lain. Nutrisi yang terdapat dalam pupuk organik cair sebagian besar terdiri

atas gugus gula sederhana dan protein dengan reaksi lanjutan berupa asam

amino, asam organik, vitamin, hormon pertumbuhan (auxin dan giberlin) yang

terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur-unsur tersebut sangat

dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan tanaman yang

optimal dan berkelanjutan, hingga dapat meningkatkan hasil panen (Anonim,

2013e).

Pupuk organik cair merupakan pupuk yang berbentuk cairan.

Pengaplikasian pupuk organik cair dengan cara disemprotkan ke seluruh

bagian tanaman, sehingga dapat memacu dan melancarkan penyerapan,

penyaluran dan pendistribusian mineral ke seluruh bagian tanaman, terutama

daun dan tunas (Pranata, 2004).

Ditambahkan oleh Purwendro dan Nurhidayat (2007), supaya lebih

efektif, penyemprotan pupuk cair dilakukan pada saat matahari sudah terbit

agar zat yang ada pada pupuk tersebut dapat langsung dimanfaatkan oleh

tanaman dalam proses fotosintesis.

Kementerian Pertanian telah menerbitkan standar kualitas pupuk

organik cair yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian, yaitu


10

Permentan Nomor 28/OT.140/2/2009, yang dapat dilihat pada Tabel 2.

(Anonim, 2011a).

Tabel 2. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair Menurut Permentan


No.28/OT.140/2/2009.
No Parameter Satuan Standar
1 pH - 4-8
2 C-organik % ≥ 4,5
3 N % <2
4 P % <2
5 K % <2

Adapun manfaat dari pupuk organik cair ini adalah:

1) Memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah serta

memperpanjang siklus unsur hara dalam tanah.

2) Mengurangi pencemaran lingkungan oleh residu kimia sintetis.

3) Meningkatkan mutu dan bobot hasil panen.

4) Menekan pertumbuhan bakteri penyakit.

5) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama/penyakit, baik pada

tanaman maupun media tanam (tanah).

6) Memperbanyak jumlah, daya serap dan kekuatan akar, merangsang

pertumbuhan pucuk baru serta memacu pertumbuhan daun, bunga/buah.

7) Menghemat penyerapan hara/nutrisi dan menjaga ketersediaan NPK dan

unsur lain.

8) Meningkatkan keragaman populasi mikroorganisme yang bermanfaat bagi

tanah dan tanaman.

9) Menekan biaya produksi dan penggunaan pupuk kimia sampai dengan

50%.
11

C. Uraian Tentang Effective Microorganisme 4 (EM4)

EM4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis

asam (segar) yang di dalamnya berisi beberapa mikroorganisme hidup yang

menguntungkan bagi proses penyerapan/ persediaan unsur hara dalam tanah.

Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik” itu terdiri dari bakteri

fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes dan jamur peragian. EM4 ini

telah lama ditemukan, diteliti dan diseleksi terus menerus oleh seorang ahli

pertanian bernama Profesor Teruo Higa dari Universitas Ryukyu Jepang.

Dengan demikian EM4 bukan merupakan bahan kimia yang berbahaya seperti

pestisida, obat serangga atau pupuk kimia lainnya. Apabila mikroorganisme EM4

berada dalam tanah, maka mikroorganisme menguntungkan sejenis yang sudah

ada di dalam tanah berkembang dengan baik. Sedangkan mikroorganisme yang

merugikan yang dapat menimbulkan penyakit dapat ditekan. EM4 mampu

mengolah atau menguraikan bahan–bahan organik dengan cepat secara

fermentasi menjadi kompos sehingga tidak menimbulkan bau busuk melainkan

menimbulkan aroma yang segar (Anonim, 2013b).

D. Uraian Tentang Gula Merah

Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari

tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan

dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari

bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Bunga

(mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang–kadang dipres dengan dua

batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga

menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran

bunga menumpuk menjadi cairan gula. Setelah mayang (bunga) membengkak,


12

batang mayang diiris–iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap.

Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma

tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2–3 kali.

Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar–

benar kental, cairan dituangkan ke dalam mangkok yang terbuat dari daun palma

dan siap dipasarkan (Anonim, 2013a).

Dalam gula aren terkandung beberapa unsur makro dan mikro yang di

perkirakan lebih banyak dibanding yang terkandung pada gula putih. Mikro

nutrien ini antara lain vitamin B1, B2, B3, B6 dan vitamin C serta garam mineral.

Gula aren mengandung energi sebesar 368 kilokalori, Protein 0 gram,

karbohidrat 95 gram, lemak 0 gram, Kalsium 75 miligram, Phosfor 35 miligram

dan zar besi 3 miligram.

E. Uraian Tentang pH dan Unsur Hara

1. Uraian Umum Tentang pH

pH (Potencial of Hydrogen) atau derajat keasaman digunakan untuk

menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan

atau tanah. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan

zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman.

pH=0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi,sedangkan pH=14

menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang

digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya

tinggi dan biru bila keasamannya rendah.

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur

dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/ konduktivitas suatu

larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda


13

pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah

pH berasal dari "p", lambang matematika dari negatif logaritma, dan "H",

lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah

negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen (Anonim, 2013d).

Kegunaan nilai pH tergantung penggunaannya, misalnya untuk

kepentingan konsumsi untuk air minum berbeda standar yang digunakan jika

akan diterapkan pada tanah untuk kesesuaian dengan jenis tanaman tertentu.

Begitu juga kaitannya dengan pH pupuk organik cair menurut Permentan Nomor

28/OT.140/2/2009, telah ditetapkan nilai pH yang standar adalah sebesar 4 – 8.

2. Unsur Hara

Menurut Tama (2013), mengemukakan bahwa unsur hara adalah

kebutuhan pokok tanaman baik berupa nutrisi maupun sumber energi yang

menunjang kehidupan tanaman. Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman dan 16 unsur atau senyawa di antaranya merupakan

unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung

pertumbuhannya. Kekurangan hara bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman

terganggu menimbulkan penyakit dan bisa menyebabkan tanaman mati. Dari 16

unsur hara, 3 di antaranya ketersediaannya di alam melimpah. Ketiga unsur

tersebut adalah Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Ketiganya dapat

diperoleh bebas dari udara. Kebutuhan air dapat diperoleh dari tanah dan dari air

penyiraman. Sedangkan unsur hara yang lain karena ketersediaannya terbatas

biasanya ditambah dengan pupuk. Unsur hara dibagi menjadi dua bagian utama

yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro.


14

a. Manfaat unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhan memerlukan Nitrogen (N) untuk pertumbuhan, terutama pada

fase vegetatif yaitu pertumbuhan tunas, cabang, daun, dan batang.

Nitrogen juga bermanfaat di dalam pembentukan zat hijau daun atau

klorofil yang sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis.

2. Bagi tanaman, Phosfor (P) berguna untuk membentuk akar, sebagai

bahan dasar protein, mempercepat penuaan buah, memperkuat batang

tanaman dan meningkatkan hasil biji–bijian dan umbi–umbian.

3. Kalsium (Ca) berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam

tanah. Kalsium juga berguna untuk menghilangkan (penawar) racun

dalam tanaman. Selain itu, Kalsium berguna untuk mengaktifkan

pembentukan bulu–bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium

juga biasa digunakan untuk menetralkan kondisi senyawa dan kondisi

tanah yang merugikan.

4. Sulfur (S) atau belerang sangat membantu tanaman dalam membentuk

bintil akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung Sulfur adalah

pertumbuhan tunas dan pembentukan hijau daun (klorofil). Sulfur

merupakan unsur penting dalam pembentukan berbagai jenis asam

amino.

5. Magnesium (Mg) berfungsi untuk membantu proses pembentukan hijau

daun. Selain itu, berfungsi membentuk karbohidrat, lemak dan minyak

serta membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman.

6. Kalium (K) berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan

karbohidrat. Selain itu, Kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan


15

tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang

melawan penyakit dan kekeringan.

7. Karbon (C) membantu membentuk karbohidrat, lemak dan protein bagi

pertumbuhan tanaman.

8. Oksigen (O) sekitar 21% volume udara tanaman adalah oksigen.

Fungsinya membentuk bahan organik tanaman seperti akar, batang,

daun, bunga dan buah, serta membantu mengubah karbohidrat menjadi

energi (oksidasi).

9. Hidrogen (H) membantu proses fotosintesis yang mengubah glukosa

menjadi karbohidrat, lemak dan protein.

b. Manfaat unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman adalah:

1) Chlor (Cl) membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan

kuantitas produksi tanaman.

2) Besi (Fe) berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses

pernapasan dan pembentukan zat hijau daun atau klorofil.

3) Mangan (Mn) bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai

komponen utama dalam pembentukan enzim dalam tanaman.

4) Tembaga (Cu) bermanfaat bagi tanaman dalam proses pembentukan

klorofil dan sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim

tanaman.

5) Boron (B) membawa karbohidrat keseluruh jaringan tanaman, juga

bermanfaat dalam proses mempercepat penyerapan Kalium dan berperan

pada pertumbuhan tanaman.


16

6) Molibdenum (Mo) berfungsi untuk meningkat nitrogen bebas dari udara,

juga berfungsi sebagai komponen pembentukan enzim pada bakteri akar

tanaman.

7) Seng (Zn) berfungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang berguna

untuk pertumbuhan.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengamatan terhadap kandungan pupuk organik cair dari bahan kulit

nanas (Ananas comosus L. Merr), dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Air

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan selama 2

bulan meliputi kegiatan studi literatur, persiapan alat dan bahan penelitian,

pengolahan data dan penyusunan karya ilmiah, terhitung dari tanggal 20 Mei

2013 sampai tanggal 20 Juli 2013.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Blender, digunakan untuk menghancurkan kulit nanas sampai menghasilkan

larutan dari kulit nanas (Gb. 5, lampiran).

2. Ember, digunakan sebagai wadah larutan dari kulit nanas (Gb. 6, lampiran).

3. Saringan, digunakan untuk menyaring atau memisahkan ampas dan larutan

dari kulit nanas (Gb. 7, lampiran).

4. Pisau dan telenan, digunakan untuk mencincang kulit nanas sebelum

diblender (Gb. 8, lampiran).

5. Sendok, digunakan untuk mengaduk larutan dari kulit nanas.

6. Botol aqua, digunakan untuk wadah pupuk organik cair yang dipisahkan

menurut perlakuan masing–masing (Gb. 16, lampiran).

7. Kertas plastik, digunakan untuk menutup ember.

8. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur banyaknya cairan EM4 yang

diperlukan.

9. Kertas label, untuk penomoran sampel pupuk organik cair sesuai perlakuan.
18

10. Kamera dan alat tulis, digunakan untuk mendokumentasikan semua proses

penting selama penelitian.

Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Kulit nanas, sebagai bahan penelitian yang digunakan sebagai bahan

pembuatan pupuk organik cair (Gb. 1, lampiran).

2. Air PDAM, digunakan sebagai bahan tambahan pada proses memblender

kulit nanas (Gb. 4, lampiran).

3. EM4 digunakan sebagai bahan perlakuan yang diuji dalam penelitian ini (Gb.

2, lampiran).

4. Gula merah, digunakan sebagai bahan perlakuan yang diuji dalam penelitian

ini (Gb. 3, lampiran).

C. Prosedur Penelitian

1. Studi Literatur

Kegiatan ini adalah mengumpulkan beberapa referensi yang terkait

dengan topik penelitian, meliputi pupuk dan macam pupuk, EM4, standar kualitas

pupuk organik cair.

2. Persiapan Penelitian

Kegiatan ini meliputi penyiapan bahan yang akan digunakan sebagai

bahan penelitian yaitu kulit nanas yang diambil dari pasar pagi di Samarinda,

menyiapkan peralatan dan bahan penelitian. Bahan penelitian yang disiapkan

adalah limbah kulit nanas, EM4 dan gula merah, serta konsultasi ke

Laboratorium Tanah dan Air Poltanesa.

3. Menyediakan Larutan dari Kulit Nanas

Larutan dari kulit nanas diperoleh dengan cara memblender kulit nanas

sampai menghasilkan larutan (Gb. 10, lampiran). Pada saat memblender limbah
19

kulit nanas dibantu dengan mencampur sedikit dengan air PDAM agar

mempermudah alat blender bekerja. Kemudian larutan yang diperoleh disaring

dengan menggunakan saringan dari bahan plastik (Gb. 11, lampiran). Hasil

saringan ditempatkan pada wadah ember plastik sebagai larutan penelitian (Gb.

15, lampiran).

4. Perlakuan Pembuatan Pupuk Organik Cair

Perlakuan dalam pembuatan pupuk organik cair terbagi menjadi 3 bagian

yaitu:

P0 = EM4 10 ml + 1 liter larutan kulit nanas.

P1 = Gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit nanas.

P2 = EM4 10 ml + gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit nanas.

Ketiga perlakuan ini ( P0, P1, dan P2) menggunakan waktu yang sama

dalam fermentasinya yaitu semuanya sama selama 2 minggu.

Masing–masing larutan ini atau pupuk organik cair ditempatkan pada

botol aqua yang berbeda untuk siap dianalisis di Laboratorium Tanah dan Air.

5. Analisis di Laboratorium Terhadap Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair yang berasal dari 3 bahan yang berbeda (P0, P1 dan

P2) masing–masing dilakukan analisis terhadap pH, C–organik, N, P dan K.

Analisis ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Air Poltanesa.

D. Pengolahan Data

Hasil analisis data terhadap pH, C–organik , N, P, dan K masing–masing

perlakuan diperbandingkan satu sama lain dengan merujuk pada Permentan No.

28/OT.140/2/2009.
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil analisis pupuk organik cair dari kulit nanas di

Laboratorium Tanah dan Air, terhadap nilai pH, C-organik, N, P dan K sesuai

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. berikut:

Tabel 3. Kandungan Kimia Pupuk Organik Cair dari Bahan Kulit Nanas
Berdasarkan Masing–masing Perlakuan

No Parameter Satuan P0 P1 P2
1 pH - 3.70 3.39 3.38
2 C-organik % 4.90 19.59 21.11
3 N % 0.0760 0.1020 0.0860
4 P % 0.084 0.165 0.168
5 K % 0.170 0.159 0.165
Keterangan : P0 = EM4 10 ml + 1 liter larutan kulit nanas.
P1 = Gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit nanas.
P2 = EM4 10 ml + gula merah 100 gram + 1 liter larutan kulit
nanas.
Secara umum berdasarkan Tabel 3. di atas, menunjukkan bahwa pH

pupuk organik cair dari kulit nanas tergolong asam yaitu berkisar dari 3,38–3,70.

Ketiga perlakuan (P0, P1 dan P2) belum bisa memenuhi standar kualitas pH

pupuk organik cair yang telah ditentukan oleh Menteri Pertanian, yaitu

Permentan Nomor 28/OT.140/2/2009. Dalam surat keputusan tersebut telah

dibuat standar nilai pH pupuk organik cair yang berkualitas antara 4–8.

Sedangkan untuk kandungan kimia N totalnya secara berurutan dari

yang terbesar adalah pada perlakuan P1, perlakuan P2 dan perlakuan P0.

Kandungan kimia C–organik dan P Total dari pupuk organik cair yang dibuat

berasal dari kulit nanas secara berurutan dari yang terbesar adalah pada

perlakuan P2, perlakuan P1 dan perlakuan P0.


21

Kandungan kimia K Total dari pupuk organik cair yang dibuat berasal dari

kulit nanas secara berurutan dari yang terbesar adalah pada perlakuan P0,

perlakuan P2 dan perlakuan P1.

B. Pembahasan

Hasil analisis kimia pupuk organik cair jika dibandingkan dengan Standar

Kualitas Pupuk Organik Cair menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor

28/OT.140/2/2009 dapat dilihat pada Tabel 4. berikut:

Tabel 4. Perbandingan antara Pupuk Organik Cair Hasil Penelitian dengan


Standar Kualitas Pupuk Organik cair dari Permentan
Standar
No Parameter Satuan P0 P1 P2
Permentan
1 pH - 4-8 3.70 3.39 3.38
2 C-organik % ≥ 4,5 4.90 19.59 21.11
3 N % 2 0.0760 0.1020 0.0860
4 P % 2 0.084 0.165 0.168
5 K % 2 0.170 0.159 0.165

Pupuk organik cair yang berasal dari kulit nanas belum memenuhi syarat

dalam pHnya, diduga karena pengaruh bahan asalnya yaitu dari kulit nanas yang

cenderung terasa asam, bahwa kandungan Vitamin C pada nanas adalah

sebanyak 24 mg/buah, jumlah ini cukup banyak dalam mempengaruhi

kemasaman larutan kulit nanas (Anonim, 2009). Di samping itu lama penelitian

untuk fermentasi diduga berpengaruh terhadap nilai pH ini, dari hasil beberapa

penelitian telah diketahui bahwa waktu fermentasi berpengaruh terhadap nilai

pH. Peneliti menggunakan waktu 2 minggu untuk proses fermentasi bahan EM4

dan gula merah, lamanya waktu ini perlu mendapat kajian lebih lanjut agar

diperoleh waktu yang efektif untuk memperoleh nilai pH yang terbaik. Peneliti
22

tidak mengecek nilai pH dari larutan awal dari kulit nanas dan tidak ditemukan

pada saat studi literatur tentang larutan nanas.

Sedangkan untuk kandungan C-organik pada pupuk organik cair dari kulit

nanas ini telah memenuhi standar sebagai pupuk organik cair yang berkualitas

menurut Permentan Nomor 28/OT.140/2/2009. Demikian pula dengan

kandungan Nitrogen, Phosfor maupun Kalium telah memenuhi standar kualitas

yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian tersebut. Kandungan N, P dan K

memang umumnya tidak lebih dari 2. Jika melebihi maka diduga ada tercampur

dengan unsur kimia anorganik. Dari hasil pupuk organik cair yang telah dibuat

dari limbah kulit nanas diperoleh hasil analisis bahwa kandungan N, P, dan K

semuanya dibawah nilai 2 yang berarti masuk dalam kriteria pupuk organik cair

yang berkualitas berdasarkan Permentan No.28/OT.140/2/2009.

Berdasarkan data yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa di antara ketiga

perlakuan (P0, P1 dan P2) ternyata yang terbaik dalam menghasilkan pupuk

organik cair dari kulit nanas adalah pada perlakuan P2, sedangkan yang terjelek

dalam menghasilkan pupuk organik cair adalah pada perlakuan P0. Hal ini

didasarkan pada keseringan perlakuan P2 yang menduduki urutan pertama yang

terbaik dalam menghasilkan pupuk organik cair dengan kandungan unsur hara

tertentu dibandingkan dengan perlakuan P1 maupun P0. Demikian pula untuk

perlakuan P0 dikatakan terjelek karena keseringannya perlakuan P0 ini

menduduki urutan terbawah dalam menghasilkan pupuk organik cair yang

mengandung unsur hara tertentu yang lebih baik.


23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

didepan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pupuk organik cair yang telah dibuat dari bahan kulit nanas belum memenuhi

standar kualias pupuk organik cair yang berkualitas dari Permentan Nomor

28/OT.140/2/2009 dilihat dari nilai pHnya, tetapi untuk kandungan C-organik,

N, P dan K telah memenuhi persyaratan sebagai pupuk organik cair yang

berkualitas menurut Peraturan Menteri Pertanian yaitu Permentan Nomor

28/OT.140/2/2009.

2. Dari ketiga perlakuan (P0, P1 dan P2) yang diberikan dalam pembuatan

pupuk organik cair dari kulit nanas, ternyata perlakuan P2 yang terbaik.

B. Saran

1. Disarankan mencoba penelitian dengan menggunakan bahan organik nanas,

tetapi dengan lama fermentasi yang berbeda atau lebih lama dari 2 minggu

dan lebih cepat dari 2 minggu.

2. Selain itu disarankan juga untuk melakukan penelitian serupa dengan

menggunakan EM4 dan gula merah dengan jumlah yang berbeda.


24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1953. Kandungan Buah Nanas. http://agrolink.moa.my/doa//fruits/


311953/nanas.html/ (Di akses 25 Juli 2013)

Anonim. 2009. Sejarah, Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nanas. http://rocky


16amelungi.wordpress.com/2009/08/26/74 (Diakses 25 Juli 2013)

Anonim. 2011a. Standar Mutu Dan Kemurnian Pupuk Organik Cair. http://
blog.1m-bio.com/2011/05/standar-mutu-dan-kemurnian-pupuk-organik-
cair/. (Diakses 29 Juli 2013)

Anonim. 2011b. Pupuk Organik Padat. http://rinoitink.blogspot.com/2011/02/


pupuk -organik-padat.html (Diakses 28 Juli 2013)

Anonim. 2012a. Pupuk Organik Cair Mengandung N, P dan K. http://dipertanak


nunukan. blogspot.com/2012/05/pupuk-organik-cair-mengandung-n-p-
dan-k.html (Diakses 20 Juli 2013)

Anonim. 2012b. Manfaat dan Kandungan Nanas. http://manfaat dan kandungan.


blogspot.com/2012/11/manfaat-buah-nanas.html (Diakses 25 juli 2013)

Anonim. 2012c. Jenis Pupuk dan Fungsi Pupuk Organik dan Anorganik.
http://ekaboymaster.blogspot.com/ 2012/ 02/ jenis-pupuk-dan-fungsi-
pupuk-organik.html. (Diakses 25 Juli 2013)

Anonim. 2013a. Gula Merah. http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_aren. (Diakses 25


juli 2013)

Anonim. 2013b. Pembuatan Kompos dengan Teknologi EM4. http://uyat


kusnandars. blogspot. com/2013/02/ pembuatan-kompos-dengan-
teknologi-em-4.html (Diakses 26 Juli 2013)

Anonim. 2013c. Petunjuk Budidaya Pupuk Organik. http://petunjuk budidaya.


blogspot.com/2013/02/pupuk-organik.html. (Diakses 29 Juli 2013)

Anonim. 2013d. pH. http:// id.wikipedia. org/ wik i/ PH. (Diakses 25 Juli 2013)

Anonim. 2013e. Pupuk Oranik Cair. http:// epetani. deptan.go.id / pasar/ pupuk
organik-cair-poc-7671. (Diakses 27 Juli 2013)
25

Arisandi, D. 2010. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Murbei (Morus


multicaulis) dengan Pemberian Kompos Serasah dan Urea di Areal
Agroforestry Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Budiyanto. 2013. Pengertian dan Macam-macam Pupuk. http://budisma.web.


id/pengertian-dan-macam-macam-pupuk.html

Lingga P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Nasih. 2007. Pupuk. Http:// www. nasih. staff. ugm.ac.id. (Dikses 28 Juli 2013).

Parnata, AS. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. Agro Media
Pustaka. Depok.

Purwendro S. dan Nurhidayat. 2007. Mengelola Sampah untuk Pupuk Organik.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Tama, C. 2013. Manfaat Pupuk Makro dan Pupuk Mikro. http://


chandratama.wordpress.com/2013/03/03/arti-dan-manfaat-pupuk-makro
-dan-pupuk-mikro/
26

Lampiran 1. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit Nanas
27

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian

Gambar 1. Kulit nanas sebagai Gambar 2. EM4 sebagai bahan


bahan baku dalam aktivator dalam pembuatan
pembuatan pupuk pupuk organik cair
organik cair

Gambar 3. Gula merah sebagai Gambar 4. Air sebagai bahan


bahan aktivator dalam campuran dalam
pembuatan pupuk pembuatan pupuk
organik cair organik cair
28

Gambar 5. Blender digunakan untuk Gambar 6. Ember digunakan


menghaluskan kulit sebagai wadah larutan
nanas kulit nanas

Gambar 7. Saringan digunakan Gambar 8. Telenan & pisau


untuk menyaring larutan digunakan untuk
kulit nanas mencincang kulit nanas.
29

Gambar 9. Proses mencincang Gambar 10. Proses menghaluskan


kulit nanas kulit nanas

Gambar 11. Proses penyaringan Gambar 12. Proses


larutan kulit nanas menambahkan EM4
pada larutan kulit
nanas
30

Gambar 13. Proses Gambar 14. Proses pengadukan


menambahkan gula pada larutan kulit
merah pada larutan nanas
kulit nanas

Gambar 15. Sampel di diamkan Gambar 16. Sampel yang akan di


selama 2 minggu analisis

You might also like