You are on page 1of 16

Jurnal Analisis dan Pelayanan Publik

Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Volume 2, Nomor 1, Juni 2016
pISSN: 2460-6162 | eISSN: 2527-6476

Model Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa
Hasniati*

Abstrak
Dana desa ini merupakan kebijakan yang relatif baru sehingga dalam pengelolaannya masih banyak ditemui
kelemahan-kelemahan terkait dengan akuntabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah
model akuntabilitas pengelolaan dana desa yang dapat dijadikan sebagai rujukan oleh Pemerintah Desa
agar penggunaan dana desa bisa dipertanggungjawabkan kepada seluruh pemangku kepentingan (stake
holder). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan kegiatan telah memenuhi prinsip akuntabilitas. Model yang dikembangkan berdasarkan
hasil penelitian ini diberi nama Model Akuntabilitas Proses. Akuntabilitas proses dalam pengelolaan dana
desa adalah kesediaan dari para pengelola dana desa untuk menerima tanggung jawab atas apa yang ditu-
gaskan kepadanya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan dilaksanakan secara transparan dengan melibat-
kan masyarakat.

Kata kunci: Dana Desa, Akuntabilitas, Pemerintah Desa, Pengelolaan Dana Desa

Abstract
The village fund is a relatively new policy in Indonesia which may faces some challenges in implementa-
tion process, particularly accountability issues. This research aims to develop an accountability model
of village fund management that can be referenced by the village government in utilizing village funds to
be more accountable to all stakeholders. The results showed that the village fund management, including
planning, implementation, and reporting of activities in compliance with the principle of accountability.
The model was developed based on the results of this study are named Model Accountability Process. Ac-
countability process in the management of village fund is the willingness of the village fund managers to
accept responsibility for what was assigned to him in an efficient, effective, equitable, and implemented in
a transparent manner with community participation

Key Words: Village Fund, Accountability, Village Government, Participation, Transparency

I. Pendahuluan kait pembangunan desa dan pemberdayaan


Keberadaan Undang-Undang No- masyarakat desa. Sesuai ketentuan pasal
mor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang kemu- 72 ayat (1) huruf d UU No. 6 Tahun 2014
dian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pe- tentang Desa, yang menyatakan bahwa
merintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang pendapatan desa salah satunya bersumber
Dana Desa yang Bersumber Dari Angga- dari alokasi dana desa yang merupakan ba-
ran Pendapatan dan Belanja Negara, ber- gian dari dana perimbangan yang diterima
tujuan untuk meningkatkan kemandirian kabupaten/kota. Selanjutnya pasal yang
desa melalui program dan kegiatan ter- sama ayat (4) menyatakan bahwa alokasi

*Departemen Ilmu Administrasi, Universitas Hasanuddin


hasniati@unhas.ac.id

15
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

dana desa paling sedikit 10% dari dana yang dituangkan kedalam dokumen RKP-
perimbangan yang diterima kabupaten/kota Desa dan APBDesa, melainkan memberi-
dalam APBD setelah dikurangi dana alokasi kan pandangan prioritas penggunaan Dana
khusus. Dengan ketentuan tersebut diharap- Desa, sehingga desa tetap memiliki ruang
kan desa dapat berkembang secara lebih op- untuk berkreasi membuat program/kegiatan
timal dan mampu membangun wilayahnya desa sesuai dengan kewenangannya, analisa
sesuai kebutuhan yang ada di wilayahnya kebutuhan prioritas dan sumber daya yang
masing-masing (Pahlevi, 2015), untuk men- dimilikinya.
dukung pencapaian target RPJMN 2015- Fenomena yang terkait dengan
2019 dalam membangun Desa Mandiri. pengelolaan dana desa adalah (1) laporan
Pada tahun 2016, Direktorat Pem- pertanggungjawaban yang dibuat desa be-
bangunan dan Pemberdayaan Masyarakat lum mengikuti standar dan rawan manip-
Desa telah mengeluarkan Permendes No. ulasi. Serta APBDesa yang disusun tidak
21 Tahun 2016 tentang Penetapan Prior- sepenuhnya menggambarkan kebutuhan
itas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016, yang diperlukan desa; (2) pada aspek pen-
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi gawasan terdapat tiga potensi persoalan
desa dalam menentukan program dan pri- yang dihadapi, yakni masih rendahnya efek-
oritas pembangunan desa yang meliputi: tivitas inspektorat daerah dalam melakukan
(a) pembangunan, pengembangan, dan pe- pengawasan terhadap pengelolaan keuan-
meliharaan infrasruktur atau sarana dan gan di desa, tidak terkelolanya dengan baik
prasarana fisik untuk penghidupan, terma- saluran pengaduan masyarakat oleh semua
suk ketahanan pangan dan permukiman; daerah dan belum jelasnya ruang lingkup
(b) pembangunan, pengembangan dan pe- evaluasi dari pengawasan yang dilakukan
meliharaan sarana dan prasarana kesehatan oleh camat; dan (3) dari aspek sumber daya
masyarakat; (c).pembangunan, pengem- manusia terdapat potensi persoalan yakni
bangan dan pemeliharaan sarana dan tenaga pendamping berpotensi melakukan
prasarana pendidikan, sosial dan kebu- korupsi dengan memanfaatkan lemahnya
dayaan; (d) pengembangan usaha ekonomi aparat desa (Pramesti, 2015).
masyarakat, meliputi pembangunan dan Mengingat besarnya dana desa yang
pemeliharaan sarana prasarana produksi dikelola setiap tahunnya, dana desa perlu
dan distribusi; atau (e) pembangunan dan dikawal dengan baik agar sesuai dengan pe-
pengembangan sarana-prasarana energi ter- runtukannya. Setelah digulirkannya alokasi
barukan serta kegiatan pelestarian lingkun- dana desa, desa sekarang menjadi sangat
gan hidup. “seksi”. Ini terbukti dengan banyaknya
Dalam Peraturan Menteri Desa ten- daerah yang mengusulkan pemekaran desa,
tang Prioritas Penggunaan Dana Desa, tidak dan pada tahun 2015 terdapat 1.800 usulan
membatasi prakarsa lokal dalam merancang pemekaran desa yang datang dari berbagai
program/kegiatan pembangunan prioritas daerah di Indonesia (Liputan 6.com, terse-

16
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

dia tanggal 20 April 2016). Ke-“seksi”an negara.


lainnnya dapat dilihat dari proses pemilihan Akuntabilitas birokrasi dalam
kepada desa yang sangat ketat. melaksanakan program-program untuk
Artikel ini adalah hasil penelitian kepentingan masyarakat merupakan suatu
tentang akuntabilitas pengelolaan dana kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar
desa. Bagian awal artikel ini menguraikan lagi. Hal ini mengingat masyarakat selaku
teori-teori yang berkaitan dengan akuntabil- kelompok sasaran (target group) sebuah
itas birokrasi yang dapat dijadikan sebagai program senantiasa menuntut transparansi
kerangka analisis dalam pengelolaan dana dan akuntabilitas dalam proses anggaran
desa. Selanjutnya penulis menguraikan (Carlitz, 2013).
metode yang digunakan dalam penelitian Dalam kaitan akuntabilitas penge-
ini, dan pada bagian akhir tulisan mem- lolaan dana desa dapat dimaknai sebagai
bahas hasil penelitian terkait penerapan perwujudan kewajiban kepala desa untuk
prinsip-prinsip akuntabilitas dalam perenca-
mempertanggungjawabkan pengelolaan
naan, pelaksanaan, dan pelaporan penggu- dana desa yang dipercayakan kepadanya
naan dana desa, dan juga model akuntabili- dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
tas pengelolaan dana desa yang diharapkan ditetapkan melalui media pertanggungjawa-
dapat menjadi acuan bagi penyelenggara ban secara periodik.
dana desa.
Model Akuntabilitas Birokrasi
II. Kajian Literatur Polidano (1998) membedakan
Akuntabilitas Birokrasi akuntabilitas menjadi dua yaitu akunt-
Good Governance merupakan se- abilitas langsung dan akuntabilitas tidak
buah paradigma yang berorientasi kepada langsung. Akuntabilitas tidak langsung
hubungan yang sinergik dan konstruktif merujuk pada pertanggungjawaban ke-
di antara pemerintah, sektor swasta, dan pada pihak eksternal seperti masyarakat,
masyarakat dalam rangka melaksanakan konsumen, atau kelompok klien tertentu,
penyelenggaraan pemerintahan yang baik sedangkan akuntabilitas langsung berkai-
dan bertanggung jawab. Di Indonesia, kon- tan dengan pertanggungjawaban vertikal
sep good governance mulai mengemuka melalui rantai komando tertentu.
sejak tahun 1990-an dan dan semakin pop- Ferlie et al (1997;202-216) dalam
uler pada era 2000-an yakni sejak lembaga Kumorotomo (2005) membedakan bebera-
donor seperti IMF mempersyaratkan tata pa model akuntabilitas yakni (1) akuntabil-
kelola kepemerintahan yang baik bagi neg- itas ke atas; (2) akuntabilitas kepada staff;
ara-negara yang akan dibantu. Dalam good (3) akuntabilitas ke bawah; (4) akuntabil-
governance, akuntabilitas birokrasi merupa- itas berbasis pasar; dan (5) akuntabilitas
kan elemen penting dan menjadi tantangan pada diri sendiri. Akuntabilitas ke atas
tersendiri bagi pemerintah dan aparatur sipil dan akuntabilitas ke bawah menekankan

17
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

pada konsep kontrol, pengawasan atau administrasi atau organisasi, terutama kare-
pengendalian di dalam birokrasi publik. na politisi terpilih menganggap tanggung
Akuntabilitas ke bawah, berkaitan dengan jawab baik politik maupun hukum untuk
konsep partisipatif, bahwa aktivitas politik mencapai hasil pekerjaan; keempat, Akunt-
dan pelayanan publik harus memiliki kaitan abilitas Profesi (Profesional Accountability)
yang erat dengan proses konsultatif antara menuntut PNS profesional untuk menye-
rakyat dengan wakilnya (legislatif). Akunt- imbangkan antara pelaksanaan kode etik
abilitas berbasis pasar mengutamakan kom- profesi dengan kepentingan masyarakat.
petisi dan mekanisme pasar. Pada model Sekali waktu, keduanya tidak dapat berjalan
akuntabilitas ini, rakyat memiliki pilihan bersamaan dan kadang-kadang juga sejajar
(choice) atas kualitas pelayanan publik yang atau bersaing untuk didahulukan; kelima,
dikehendaki. Sehingga perlu diperbanyak Akuntabilitas Moral (Moral Accountability)
penyedia alternatif alternatif pelayanan pub- Aktivitas pejabat publik harus berakar pada
lik disamping memperluas informasi dan prinsip moral dan etika sebagai pembenaran
menetapkan standar pelayanan publik yang atas dokumen konstitusi dan hukum, dan
baik. Akuntabilitas diri sendiri menguta- diterima publik untuk membentuk norma
makan pada penghayatan nilai-nilai moral dan perilaku sosial.
dan etika pejabat dalam menjalankan tugas
kepelayanan. Dwivedi dan Jabbra (1989)
menguraikan akuntabilitas pelayanan pub-
lik yang mencakup lima elemen sebagai
berikut:pertama, Akuntabilitas Adminis-
tratif/Organisasional (Administrative/Or-
ganizational Accountability), Akuntabilitas
ini menuntut pemangkasan hubungan bi-
rokrasi antara tanggung jawab dan perintah
yang dilaksanakan; kedua, Akuntabilitas Gambar 1. Akuntabilitas Pelayanan Publik (diadop-
Hukum (Legal Accountability), berhubun- si dari Jabbra dan Dwivedi, 1989).
gan dengan tindakan dalam domain publik
untuk memperkuat proses legislatif dan Pola akuntabilitas memiliki dua di-
yudikatif. Ketika kekuatan legislatif dan mensi sebagaimana yang dikemukakan oleh
yudikatif untuk menghukum administrasi Moncieffe (2001), yakni (1) ex-post facto
baik tidak dengan cepat maupun tidak luas, accountability, dan (2) ex-ante account-
akuntabilitas hukum dapat diterapkan, ce- ability. Ex-post facto pada intinya meng-
pat atau lambat, atau hukum akan diubah; haruskan pejabat dan lembaga publik untuk
ketiga, Akuntabilitas Politik (Political Ac- bertanggung jawab atas kewenangan yang
countability) Akuntabilitas politik dalam ada pada mereka (answering for the use of
beberapa kasus memasukkan akuntabilitas authority) melalui norma hukum, monitor-

18
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

ing sistem, mekanisme penilaian (appraisal norma-norma eksternal yang dimiliki oleh
mechanism) melalui lembaga publik lain para stakeholders yang berkepentingan den-
yang independen (seperti institusi auditor gan pelayanan tersebut. Dalam kaitan ini,
dan kejaksaan) yang diberikan hak untuk United Nations Development Programme
memeriksa setiap lembaga publik terhadap (UNDP) mengembangkan sebuah metode
rasionalitas kinerja yang dilakukan oleh atau cara untuk mengukur akuntabilitas
birokrasi. birokrasi yang dapat dilihat dari 5 (lima)
Sedangkan dalam perspektif ex-ante prinsip akuntabilitas, yaitu transparansi
(positive) accountability pada intinya meng- (keterbukaan), liability (kewajiban), con-
haruskan pejabat publik untuk selalu merep- trollability (keterkendalian), responsibili-
resentasikan keinginan rakyat dalam setiap ty (tanggung jawab), dan responsiveness
pelaksanaan kebijakan yang mereka ambil. (ketanggapan).
Mereka harus selalu mengkonsultasikan
secara terus menerus setiap tindakan pada Tabel 1. Prinsip Dasar Akuntabilitas
publik, memberikan alternatif pilihan atau Prinsip Akuntabil- Pertanyaan Kunci
solusi, memberikan informasi atau penjela- itas
Apakah organisasi yang ber-
san yang lengkap, dan juga menyediakan sangkutan mampu menge-
Transparansi
mekanisme bagi publik untuk memberikan mukakan fakta-fakta tentang
kinerjanya?
masukan atau mengecek kualitas kebijakan
Apakah organisasi yang ber-
para pejabat serta merevisinya bila dipan- Kewajiban sangkutan menghadapi kon-

dang perlu. sekuensinya atas kinerjanya


Apakah organisasi yang ber-
Dalam perspektif ini, akuntabili- sangkutan melakukan apa
Keterkendalian
tas tidak hanya diukur dari aspek legalitas yang diinginkan oleh pihak
yang memberikan tugas?
formal menurut dokumentasi laporan dan
Apakah organisasi yang ber-
pemenuhan prosedur administrasi, melain- sangkutan memiliki tanggung
Tanggung Jawab
kan yang lebih penting adalah apakah setiap jawab standar kinerja yang
ada?
kebijakan dan tindakan birokrasi secara
Apakah organisasi yang ber-
etik, moral, dan material telah memenuhi sangkutan telah memenuhi
Ketanggapan
kehendak rakyat yang membayar mereka harapan nyata dari pemangku
kepentingan?
melalui pajak dan memberikan kewenan-
Sumber: UNDP, 1997
gan pada mereka untuk mengelola negara
Sementara itu, Humanitarian Forum
(Paselle, 2013).
Indonesia (HFI) bersama dengan Public
Interest Research and Advocacy Center
Prinsip Akuntabilitas Birokrasi
(PIRAC) didukung oleh Ford Foundation,
Prinsip akuntabilitas publik adalah
bersama juga dengan organisasi kemanu-
suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
siaan lainnya, berupaya bersama untuk
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan
merumuskan suatu panduan atau pegangan
pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau
akuntabilitas, yang diberi nama “Panduan

19
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

Akuntabilitas Pengelolaan Bantuan Ke- lar, sekitar bulan September sampai Oktober
manusiaan di Indonesia” (Sinandang dan 2016. Penelitian ini menggunakan metode
Maria, 2011). Panduan ini memuat tiga kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
belas prinsip akuntabilitas beserta dengan wawancara mendalam dan Focus Group
indikator-indikatornya, cara verifikasi, dan Discussion (FGD). Wawancara mendalam
juga tools apabila organisasi kemanusiaan digunakan untuk mengekplorasi penera-
ada yang ingin menilai akuntabilitas or- pan prinsip-prinsip akuntabilitas. Adapun
ganisasinya. Panduan ini cocok digunakan informan adalah Anggota Tim Pengelola
untuk kondisi Indonesia yang sangat be- Kegiatan, Anggota Badan Permusyawaratan
ragam, dapat digunakan oleh organisasi itu Desa, Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan
sendiri jika ingin menilai akuntabilitasnya, Masyarakat.
dan dapat menjadi alat bantu untuk pening- Sedangkan FGD dilakukan untuk
katan kapasitas organisasi dalam hal akunt- membahas issu terkait dengan model akunt-
abilitas pengelolaan bantuan kemanusiaan abilitas pengelolaan dana desa yang dapat
termasuk didalamnya adalah bantuan dana dikembangkan sehingga dapat menjadi
operasional sekolah. Di dalam pedoman solusi dalam pengelolaan dana desa. Dalam
ini, disepakati dan dirumuskan sejumlah FGD ini telah mengundang Camat, Kepala
13 (tiga belas) prinsip dan penjelasannya Desa, Tim Pelaksana Program Dana Desa,
yang digunakan untuk menjelaskan hal-hal Anggota Badan Permusyawaratan Desa,
terkait akuntabilitas pengelolaan bantuan serta 3 orang perwakilan tokoh masyarakat.
kemanusiaan. Ketigabelas prinsip tersebut Jadi jumlah peserta FGD adalah kurang
adalah sebagai berikut: (1) independen- lebih 10 orang. Pembatasan jumlah peserta
si, (2) komitmen organisasi, (3) kompe- FGD ini dilakukan dengan tujuan agar para
tensi, (4) non-diskriminasi, (5) partisipasi, peserta memiliki kesempatan untuk menge-
(6) transparansi, (7) koordinasi, (8) pem- mukakan pendapat masing-masing. Dari
belajaran dan perbaikan, (9) kemitraan, kegiatan FGD ini telah diperoleh sejumlah
(10) non-proselitis, (11) mekanisme ump- informasi dan masukan terkait model akunt-
an-balik, (12) kemandirian, dan (13) keber- abilitas pengelolaan dana desa. Melalui
pihakan terhadap kelompok rentan. teknik FGD ini, peneliti dapat memahami
Dari beberapa prinsip akuntabilitas apa yang diinginkan oleh para pengelo-
yang dikemukakan di atas, dalam penelitian la dana desa dan juga masyarakat terkait
ini penulis menggunakan prinsip partisipasi,penggunaan dana desa dan pengelolaan-
transparansi, dan kompetensi dalam penge- nya. Metode analisis data adalah analisis
lolaan dana desa. kualititif dengan mengacu kepada Miles
III. Metode Penelitian dan Huberman (1984) yaitu reduksi data,
Penelitian ini dilaksanakan di desa penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
pesisir pantai yaitu Desa Sampulungan Ke-
camatan Galesong Utara Kabupaten Taka-

20
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan gram pembangunan yang dibutuhkan


untuk 6 tahun ke depan (sesuai den-
Penerapan Prinsip Akuntabilitas: Parti- gan masa jabatan kepala desa). Dalam
sipasi musyawarah dusun ini, warga dusun
Partisipasi dalam Perencanaan Kegiatan menentukan sendiri apa yang menjadi
Mekanisme perencanaan dana desa kebutuhan mereka.
dimulai dari musyawarah dusun hingga • Musyawarah Desa
musyawarah desa. Masyarakat desa tel- Musyawarah Desa difasilitasi oleh
ah berpartisipasi sejak perencanaan dana Badan Permuswaratan Desa. Musy-
desa, yaitu pada saat penyusunan Rencana awarah desa membahas program pem-
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RP- bangunan yang telah dibuat oleh setiap
JMDes). Untuk memahami lebih menda- dusun, dan melalui musyarawah desa
lam bentuk keterlibatan masyarakat dalam ini, Kepala Desa, BPD, dan masyarakat
perencanaan dana desa, maka berikut ini desa menyepakati prioritas program
akan diuraikan proses penyusunan RPJM- pembangunan. Hasil kesepakatan da-
Des, yang mana didalamnya terlihat dengan lam musyawarah desa ditindaklanjuti
jelas bentuk keterlibatan masyarakat mulai dengan Peraturan Desa (Perdes) tentang
dari musyawarah di tingkat dusun sampai Rencana Pembangunan Jangka Menen-
kepada musyawarah di tingkat desa. Taha- gah Desa (RPJMDes). RPJMDes ini
pan dalam penyusunan RPJM Desa adalah dijadikan sebagai acuan dalam meny-
sebagai berikut: usun rencana tahunan berupa RKP-De-
• Musyawarah Dusun sa.
Musyawarah Dusun difasilitasi oleh Dalam proses penyusunan RKP-De-
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). sa, Pemerintah Desa mengundang:
Anggota dari BPD adalah perwakilan 1) Ketua dan Anggota BPD Desa Sampu-
tokoh masyarakat dan tokoh perempuan lungan
dari setiap dusun. Anggota BPD dipilih 2) Ketua dan Anggota LPM Desa Sampu-
oleh warga dusun. Tidak semua desa lungan
memiliki jumlah anggota BPD yang 3) Ketua Tim Penggerak PKK Sampulun-
sama, hal ini tergantung dari jumlah gan
penduduk dan luar wilayah. Jumlah an- 4) Imam/Pembantu Penghulu Desa Sam-
ggota BPD adalah 5 – 11 orang. BPD pulungan
berperan sebagai mitra kepala desa dan 5) Para Kepala/Imam Dusun se-Desa
juga melaksanakan fungsi pengawasan Sampulungan,
terhadap penyelenggaraan pembangu- 6) Kepala Postu Sampulungan
nan yang ada di desa. 7) Para Kepala SD-SDI/TK se-Desa Sam-
Musyawarah dusun dihadiri oleh semua pulungan,
warga dusun untuk membicarakan pro- 8) Ketua KTI dan Kelompok Tani se-Desa

21
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

Sampulungan, yarakatan, mencakup: pembayaran insentif


9) Ketua Lembaga Kemasyarakatan/ parewa/ponggawa, pembinaan pendidikan
Ekonomi Desa, dan anak usia dini (PAUD), pembinaan keag-
10) Tokoh Masyarakat, Agama dan Pemuda amaan, pembinaan sosial budaya, pembi-
se-Desa Sampulungan. naan pemuda dan olah raga, dan pemberian
Berdasarkan uraian diatas dapat di- peralatan pelampung bagi para nelayan. Se-
simpulkan bahwa proses perencanaan dana dangkan bidang pemberdayaan masyarakat
desa telah memenuhi prinsip akuntabilitas mencakup beberapa kegiatan seperti: pela-
yakni partisipasi, karena didalam menentu- tihan aplikasi keuangan desa, pelatihan
kan jenis program kegiatan yang akan dilak- peningkatan kapasitas petani, bimbingan
sanakan, telah melibatkan semua unsur atau teknik penguatan kader desa, pelatihan
elemen masyarakat, mulai dari Badan Per- peningkatan kesadaran hukum, pelatihan
musyawaratan Desa yang memiliki fungsi peningkatan kapasitas nelayan, pengadaan
sebagai DPRD nya desa sampai kepada perpustakaan desa, dan pelatihan aparatur
level terkecil dalam masyarakat. Dengan pemerintah desa.
demikian, maka seyogyanya program yang Perencanaan program pembangu-
disepakati adalah betul-betul menjadi pri- nan infrastruktur dituangkan dalam RAB.
oritas kebutuhan masyarakat yang perlu Proses penyusunannya difasilitasi oleh tena-
segera diselesaikan. ga pendamping. Hal ini dilakukan karena
tidak semua kegiatan pembangunan infras-
Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan truktur diketahui oleh masyarakat, sehingga
Program/Kegiatan memerlukan pendamping yang mengetahui
secara teknis kegiatan tersebut, termasuk
Untuk tahun anggaran 2016, program dana dalam hal anggaran yang dibutuhkan untuk
desa yang diselenggarakan di Desa Sam- pembangunan kegiatan tersebut.
pulungan mencakup tiga (3) bidang, yakni: Pelaksana kegiatan adalah Tim Pen-
1) Bidang Pembangunan Infrastruktur gelola Kegiatan (TPK) yang dibentuk oleh
Desa: Kepala Desa. Anggota TPK adalah mas-
2) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, yarakat dusun dimana kegiatan pembangu-
dan nan infrastruktur itu dilaksanakan. TPK ter-
3) Bidang Pemberdayaan Masyarakat. diri atas: Ketua, Bendahara, dan Anggota.
Bidang pembangunan infrastruktur Jumlah TPK antara 9 – 10 orang. Dalam
desa meliputi: pengadaan dan pemeliharaan melaksanakan tugasnya, TPK bertanggung
lampu jalan, pembangunan drainase, pem- jawab kepada Kapala Urusan Pembangu-
bangunan talur, perintisan jalan baru, pem- nan Kantor Desa, dan Kaur Pembangunan
bangunan jalan paving block, pemeliharaan Kantor Desa bertanggung jawab terhadap
lapangan sepak bola, dan pembangunan Kepala Desa.
tempat sampah. Bidang pembinaan kemas- Berdasarkan uraian di atas, maka

22
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

dapat disimpulkan bahwa aspek partisipasi Dalam pengelolaan dana desa ini,
dari segi pelaksanaan kegiatan telah dapat Kepala Desa telah membentuk sebuah BPD
berjalan dengan baik di Desa Sampulun- yang anggotanya adalah perwakilan tokoh
gan Kecamatan Galesong Utara Kabupaten masyarakat dari setiap dusun yang ada di
Takalar. Dengan demikian maka hal ini Desa Sampulungan. Sebagai representa-
telah memenuhi prinsip partisipasi. si dari masyarakat desa, BPD diharapkan
dapat memperjuangkan dan mengakomo-
Partisipasi Masyarakat dalam Monitoring dasi berbagai kepentingan masyarakat,
dan Pengawasan Kegiatan sehingga seyogyanya wakil-wakil tokoh
Sesuai dengan Undang-undang No- masyarakat ini adalah mereka sumber daya
mor 6/2014 tentang Desa, dalam Pasal 1 manusia yang professional, kapabel, serta
angka 4, menyebutkan bahwa Badan Per- mampu untuk menyuarakan aspirasi mas-
musyawaratan Desa (BPD) adalah lem- yarakat dan mampu mengawal program
baga yang melaksanakan fungsi pemer- pembangunan yang dilaksanakan oleh
intahan. Dan lebih lanjut dalam pasal 55 Kepala Desa.
pada Undang-Undang tersebut dengan tegas Kedudukan BPD sebagai salah satu
dikemukakan fungsi BPD sebagai berikut: lembaga pemerintahan di tingkat desa, yang
(a) membahas dan menyepakati Rancangan bertugas untuk menyusun rancangan pera-
Peraturan Desa bersama Kepala Desa; (b) turan desa sehingga diharapkan bahwa ke-
menampung dan menyalurkan aspirasi mas- bijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat
yarakat desa, (c) melakukan pengawasan mencerminkan keinginan masyarakat dan
kinerja Kepala Desa. Fungsi terakhir inilah berpihak kepada masyarakat. Harapan mas-
yang dikaitkan dengan monitoring dan pen- yarakat yang cukup besar terhadap peran
gawasan terhadap pelaksanaan kegiatan BPD yang dianggapnya akan mampu mem-
yang dilakukan oleh Desa. berikan perubahan yang signifikan terhadap
Berdasarkan ketentuan dalam Un- kemajuan Desa Sampulungan sangatlah
dang-undang Desa di atas, setiap desa harus besar. Masyarakat Desa Sampulungan telah
membentuk sebuah lembaga yang bertugas mempercayakan kepada wakil mereka di
untuk melakukan monitoring dan penga- BPD untuk menentukan nasib mereka.
wasan terhadap jalannya kegiatan pemba- Terwujudnya peran dan fungsi BPD
ngunan yang dilakukan agar dapat berjalan secara optimal tidak lepas dari peran Kepala
sesuai dengan rencana yang telah disepakati Desa Sampulungan yang kooperatif dan
sebelumnya. Aspek monitoring dan penga- terbuka kepada BPD untuk turut bersa-
wasan tidak kalah pentingnya dibandingkan ma-sama dalam menyusun dan menyepakati
aspek perencanaan. Karena tanpa monitor- Rancangan Peraturan Desa sebagai dasar
ing dan pengawasan yang baik, maka pro- dalam pelaksanaan program kegiatan pem-
gram kegiatan bisa saja tidak sesuai dengan bangunan dan pemberdayaan masyarakat
standar perencanaan yang telah ditetapkan. setiap tahunnya. Hal ini diakui pula oleh

23
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

Kepala Desa Sampulungan bahwa pihak- dan pengawasan program kegiatan telah
nya senantiasa membuka kerjasama yang berjalan dengan baik melalui perwakilannya
kooperatif dengan pihak BPD agar selalu di lembaga BPD. Dengan demikian maka
bersinergi dalam mengawal pelaksanaan aspek monitoring dan pengawasan terhadap
program dana desa yang diadakan di desa pelaksanaan program dana desa juga telah
ini. berlangsung dengan efektif.
Pengawasan yang dilakukan oleh Beberapa hal menarik yang menjadi
BPD terhadap pelaksanaan program dana temuan penelitian adalah secara umum mas-
desa mengacu kepada rencana awal pro- yarakat tidak mengharapkan insentif dalam
gram dengan pelaksanaan program serta re- proses pembangunan dan pemberdayaan
alisasinya. Fokus yang menjadi aspek mon- masyarakat serta kebanyakan masyarakat
itoring dan pengawasan adalah spesifikasi rela mengorbankan sebagian miliknya untuk
pekerjaan dan juga besarnya dana yang di- kepentingan bersama. Meskipun demikian,
gunakan. Sepanjang pelaksanaan program masih banyak masyarakat yang belum dapat
pemerintah dan pemakaian dana desa sesuai berpartisipasi dengan baik disebabkan oleh
dengan rencana maka BPD menganggapnya beberapa faktor. antara lain:
tidak menjadi masalah. Berikut ini petikan 1) Masalah kesibukan dalam pekerjaann-
wawancara dengan anggota BPD Bapak AT: ya,
“selama ini semua program kegiatan baik 2) Masyarakat kurang memiliki inisiatif
itu program pembangunan infrastruktur dalam proses partisipasi karena kap-
maupun program pembinaan dan pember- asitas masyarakat itu sendiri seperti
dayaan masyarakat telah berjalan sesuai tingkat pendidikan yang rendah, keter-
dengan rencana. Dan untuk saat ini ma- ampilan teknis terkait program kegiatan
sih ada beberapa program yang sementa- yang dilakukan, dan juga terkait mas-
ra berjalan seperti perintisan jalan baru alah informasi.
dekat pesisir pantai Sampulungan berupa 3) Masyarakat juga kurang terorganisir
jalan beton dan diperkirakan akan rampung dalam partisipasi dilihat dari kurangnya
hingga akhir tahun ini. Ini selalu kami masyarakat yang mengetahui metode
pantau pengerjaannya agar sesuai dengan dan teknik partisipasi.
standar kerja yang diharapkan”.
Penerapan Prinsip Akuntabilitas: Trans-
Pengawasan yang dilakukan oleh paransi
BPD mengacu kepada RAP setiap kegia- Transparansi menjamin masyarakat
tan, untuk memastikan terlaksananya ke- memiliki akses untuk memperoleh infor-
giatan sesuai dengan rencana dan besa- masi terkait dana desa. Pada dasarnya ke-
ran anggaran yang telah ditetapkan. Dari tika masyarakat telah berpartisipasi dalam
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dana desa, maka secara otom-
peran serta masyarakat dalam monitoring atis pemerintah desa juga telah transparan

24
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

kepada masyarakatnya. Dalam beberapa anggaran dana desa di kantor desa. Namun
dekade terakhir, transparansi anggaran telah masyarakat juga mengharapkan agar pem-
menjadi pilar akuntabilitas (Carlitz, 2013). berian informasi kepada masyarakat perlu
Dengan partisipasi, masyarakat dapat men- ditingkatkan, misalnya dengan memasang
getahui jumlah dana yang dikelola oleh pengumuman ditempat-tempat umum seh-
pemerintah desa, jenis kegiatan yang akan ingga mudah dilihat oleh masyarakat ban-
dilakukan, dan juga bentuk pertanggung- yak, seperti di tempat ibadah dan pos ronda.
jawaban yang dilakukan oleh pemerintah
desa. Penerapan Prinsip Akuntabilitas : Kom-
Namun tidak semua masyarakat petensi
dapat ikut berpartisipasi dalam pengelo- Kompetensi adalah kemampuan dan
laan dana desa, hanya mereka yang terlibat keterampilan yang dimiliki oleh pengelola
dalam TPK dan anggota BPD yang dapat dana desa, seperti anggota TPK, anggota
mengetahui besaran dana yang dikelola BPD, dan Bendahara Desa dalam mengelola
oleh Desa. Sedangkan masyarakat secara keuangan desa. Kemampuan dapat dilihat
umum belum tentu dapat mengetahui infor- dari tingkat pendidikan. Sedangkan keter-
masi terkait jumlah dana dan jenis kegiatan ampilan dapat dilihat dari indikator jenis
yang dilakukan oleh Desa. Oleh karenanya, pelatihan yang pernah diikuti dan pengala-
maka transparansi dalam pengelolaan dana man dalam mengelola dana desa. Apratur
desa tidak hanya cukup bagi mereka yang desa yang memiliki kompetensi dibidang
terlibat dalam pengelolaan dana desa saja, kepengelolaan dana desa akan dapat melak-
akan tetapi juga masyarakat secara luas sanakan tugas dan kewajibannya secara
yang ada di desa tersebut. akuntabel.
Terkait dengan transparansi ini, in- Dari segi tingkat pendidikan, ra-
formasi terkait dengan dana desa telah dis- ta-rata pengelola dana desa berpendidikan
ampaikan kepada masyarakat berupa papan SLTA, namun beberapa diantaranya adalah
pengumuman yang ada di kantor desa, na- sarjana. Sedangkan dari segi keterampilan,
mun kadang masyarakat tidak menyadarin- semua pengelola dana desa telah memper-
ya, sehingga sering ada yang mengatakan oleh pelatihan dalam mengelola dana desa.
bahwa kami tidak terbuka terhadap mas- Jenis pelatihan yang pernah diikuti selama
yarakat (hasil wawancara dengan Sekretaris kurun waktu dua tahun terakhir adalah: (1)
Desa). pelatihan pengelolaan keuangan desa, (2)
Sementara itu, hasil wawancara pelatihan peningkatan kapasitas aparatur
dengan warga masyarakat secara umum desa, (3) Bimtek penguatan kader desa, (4)
dapat disimpulkan bahwa masyarakat telah pelatihan peningkatan sadar hukum, dan
menilai bahwa pemerintah desa telah cuk- (5) pelatihan aplikasi keuangan desa (Sis-
up transparan dalam mengelola dana desa, KeuDes). Khusus untuk pelatihan aplikasi
karena telah mengumumkan kegiatan dan SisKeudes, masih dirasakan belum maksi-

25
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

mal, sehingga belum dapat diaplikasikan tingkat pendidikan masyarakat yang ada
tahun 2016. Dari hasil wawancara dengan di pesisir pantai umumnya masih rendah,
Sekretaris Desa terungkap bahwa mereka sehingga kemampuan mereka untuk ber-
masih sangat membutuhkan pendampingan partisipasi juga rendah. Berikut ini model
yang lebih intens sampai mereka memaha- akuntabilitas proses berdasarkan hasil pe-
mi dengan baik system tersebut. Terlebih nelitian:
lagi karena terkendala dengan faktor skill
penggunaan teknologi komputer yang ma- Gambar 1. Model Akuntabilitas Proses
sih rendah dan juga fasilitas yang masih Pengelolaan Dana Desa
belum memadai.

Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana


Desa
Untuk mendapatkan model akunt-
abilitas pengelolaan dana desa, peneliti
menggunakan teknik Fokus Group Dis-
cussion (FGD) dengan para pemangku
kepentingan dana desa, mulai dari kepala
desa, aparat desa, anggota BPD, tokoh mas- Sumber: Hasil Penelitian, 2016
yarakat. Berdasarlam hasil FGD peneliti
mencoba mengembangkan sebuah model Model di atas menunjukkan bahwa
akuntabilitas pengelolaan dana desa ber- masyarakat menjadi pusat (central) dari
dasarkan informasi dan data yang diperoleh sebuah program pembangunan. Hal ini se-
selama penelitian. Model yang dikembang- jalan dengan Teori Democratic Citizenship
kan berdasarkan hasil penelitian ini diberi dari Denhardt and Denhard (2003) yang
nama Model Akuntabilitas Proses. memandang warga negara bukan sebagai
Akuntabilitas proses dalam pengelo- entitas dan obyek dari system hukum yang
laan dana desa adalah kesediaan dari para diatur dan dikendalikan oleh hak dan kewa-
pengelola dana desa untuk menerima tang- jiban legal, akan tetapi harus menempatkan
gung jawab atas apa yang ditugaskan ke- masyarakat sebagai aktor pembangunan
padanya secara efisien, efektif, berkeadilan, aktif untuk menjamin hak warga negara
dan dilaksanakan secara transparan dengan membuat pilihan sesuai dengan kepentin-
melibatkan partisipasi masyarakat. Da- gannya. Democratic Citizenship dapat kita
lam hal pelibatan masyarakat, temuan yang wujudkan dalam program dana desa yang
menarik dari penelitian ini adalah bahwa se- memang mempersyaratkan pelibatan mas-
bagian besar masyarakat belum memahami yarakat mulai dari perencanaan kegiatan,
dengan baik teknik-teknik untuk melakukan mulai musyawarah dusun sampai musy-
partisipasi. Hal ini disebabkan oleh karena awarah desa, akan memberikan rasa memi-

26
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

liki (sense of belonging) yang tinggi kepadaadalah menumbuhkan kepercayaan (trust)


setiap warga desa, dan akan menjadikan masyarakat melalui penyelenggaraan pro-
kehidupan masyarakat menjadi penting dan gram pembangunan secara bertanggung
lembaga-lembaga publik akuntabel (Rob- jawab, adil, dan transparan, sehingga mas-
erts, 2004). yarakat tidak menjadi apatis. Ketika keper-
cayaan masyarakat terhadap penyelenggara
V. Penutup pembangunan semakin besar, maka dengan
Pengelolaan dana desa secara umum sendirinya masyarakat akan terpanggil un-
sudah dapat dikatakan memenuhi prinsip tuk berpartisipasi dan turut menjaga suk-
akuntabilitas sehingga dapat disimpulkan sesnya program pembangunan.
sudah terlaksana secara akuntabel, meski- Partisipasi dan transparansi bagai dua sisi
pun masih ada beberapa hal yang memer- mata uang. Ketika masyarakat terlibat (ber-
lukan peningkatan seperti kemampuan pe- partisipasi) maka secara otomatis prinsip
manfaatan aplikasi SisKeuDes. Pemerintah transparansi sudah dapat terpenuhi. Ke-
desa juga terlihat telah menerapkan open berhasilan sebuah program pembangunan
government, yang memungkinkan mas- hanya dapat efektif ketika semua stakehold-
yarakat memiliki akses yang besar untuk er dapat berpartisipasi mulai penyusunan
mengetahui dana desa dan jenis kegiatan program sampai kepada pengawasan dan
yang dilaksanakan. evaluasi program. Dan aspek yang tidak
Kesuksesan sebuah program pembangu- kalah pentingnya adalah kompetensi, kare-
nan sangat tergantung dari partisipasi mas- na salah satu prasyarat untuk berpartisipasi
yarakat. Untuk meningkatkan partisipasi adalah harus punyai kompetensi akan apa
masyarakat, pemerintah desa perlu memba- yang akan dilakukannya.
ngun modal sosial masyarakat, diantaranya

Daftar Pustaka

Arianti, Fiki. 2016. Muncul Usulan 1800 Desa Baru Untuk Terima Dana Rp 1 Milyar.
Liputan 6.com, tersedia 20 April 2016.

Carlitz, Ruth. 2013. Improving Transparency and Accountability in the Budget Process:
An Assessment of Recent Initiatives. Development Policy Review. Volume 31 (51)
pg 549-567.

Denhardt, Janet V, and Robert B. Denhardt. 2003. The New Public Service : Serving Not
Steering. Armonk, N.Y : M.E.Sharpe.

Kumorotomo, Wahyudi, 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik: Sketsa Pada Masa Transisi.
Penerbit: Magister Administrasi Publik UGM kerjasama dengan Pustaka Pelajar,

27
Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

Jogyakarta.

O.P. Dwivedi, J.G. Jabra, 1989. Public Service Accountability: A Comparative Perspective.
Kumarian Press, Hartford, CT.

Pahlevi, Indra. (2015). Dana Desa dan Permasalahannya. Info Singkat Pemerintahan Da-
lam Negeri. Vol. VII No. 17 September 2015.

Paselle, Enos. 2013. Akuntabilitas Birokrasi Dalam Pelayanan Perizinan Mendirikan


Bangunan di Kota Samarinda. Disertasi. Program Doktor Ilmu Administrasi Publik,
Fisip Unhas.

Polidano, C. 1998. Why Bureaucrats Can’t Always Do What Minister Want: Multiple
Accountabilities in West Minister Democracies. Public Policy and Administration.
Vol. 13 No. 1, spring 1998, p. 38

Pramesti, Sisi (2015). KPK Temukan 14 Potensi Masalah Pengelolaan Dana Desa. Sin-
donews.com. Tanggal 12 Juni 2015.

Miles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis, Londok: Sage Pub-
lication.

Moncrieff, J. 2001. Accountability: Idea, Ideals, Constraints. Democracy, Vol. 8 No. 3,


pp. 26-50.

Roberts, Nancy. 2004. Public Deliberation in an Age of Direct Citizen Participation.


American Review of Public Administration, Vol. 34 No. 4, December 2004, pg 315-
353

Sinandang, Kristanto, dan Maria R. Nindia Radyati. 2011. Pedoman Akuntabilitas Penge-
lolaan Bantuan Kemanusiaan di Indonesia. Public Interest Research and Advocacy
Center Humanitarian Forum Indonesia. Penerbit: Piramedia, Depok.

Dokumen:

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI Nomor 2015 ten-


tang Pembagian Dana Desa Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.

Dokumen APB-Desa Sampulungan Kecamatan Galesong Utara, 2016.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa

28
Hasniati, Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangungan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No. 21 Tahun
2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,


Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata


Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

UNDP, 1997. Governance for Sustainable Human Development. UNDP Policy Paper,
New York: UNDP

29
JumalAnalisis Kebyakan dan Pelayanan Publik, Volume 2, Nomor 1, Juni 2016

] !b i
Dan Pelayanan Publik
30

You might also like