You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kebidanan adalah pemecahan masalah yang dipergunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam tahapan yang akurat untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney,2004). Tujuan asuhan
kebidanan komprehensif adalah melaksanakan pendekatan manajemen kebidanan
pada kasus kehamilan dan persalinan, sehingga dapat menurunkan atau
menghilangkan angka kesakitan ibu dan anak (Varney, 2009:210).
Kehamilan meruapakan proses fisiologis. Kehamilan dapat berkembang
menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Saat ini, secara umum diketahui
setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu hamil. WHO memperkirakan setiap
15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi atau
masalah yang bisa menjadi fatal (Hani, 2010:6). Pelayanan antenatal memiliki
peranan yang sangat penting, diantaranya agar dapat dilakukan deteksi dan
tatalaksana dini komplikasi yang dapat timbul saat persalinan (Kemenkes RI,
2014:4). Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, yaitu 1
kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan dua kali pada
trimester ketiga. Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk manjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Secara rasional,
indikator kinerja cakupan layanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2014
belum mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementrian yaitu sebesar
95% (Kemenkes RI, 2015:87).

Pelayanan kesehatan juga berkaitan masalah persalinan, analisis persalinan


ibu yang dilakukan direktorat bina kesehatan ibu pada tahun 2010 membuktikan
bahwa kematian ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat atau fasilitas
persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti sangat
berpengaruh terhadap turunnya resiko kematian ibu, demikian pula dengan

1
2

tempat atau fasilitas persalinan, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan


kesehatan tentu akan menekan resiko kematian ibu. Kementrian kesehatan tetap
konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong
oleh tenaga kesehatan dan difasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,
2015:93). Secara umum, cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 yaitu sebesar
88,69% dimana angka tersebut belum dapat memenuhi target Renstra
Kementrian kesehatan tahun 2014 yaitu sebesar 90% ibu (Kemenkes RI,
2015:91).

Perhatian utama bagi ibu dan bayi, dinegara maju maupun Negara
berkembang, banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan. Namun pada
kenyataannya terjadi pada masa persalinan, karena resiko kesakitan dan kematian
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa persalinan (Syaifuddin, 2010:357).

Sejak tahun 2008 sampai 2011 terdapat perbedaan cakupan yang cukup
besar antara persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (Pn) dan kunjungan nifas
(KF3). Hal tersebut menunjukan bahwa meskipun proses kelahiran ditolong oleh
tenaga kesehatan, namun banyak ibu bersalin yang tidak melakukan kunjungan
nifas ke fasilitas kesehatan. Pada tahun 2012 hingga 2014 cakupan indikator
tersebut secara rasional tidak menunjukan perbedaan yang cukup berarti. Hal itu
menunjukkan bahwa ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan sebagian besar
telah melakukan kunjungan nifas ke fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,
2015:97).

Melihat adanya resiko kematian yang tinggi dan berbagai komplikasi pada
minggu pertama kelahiran, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan
pemeriksaan sesuasi standar. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara
dini penyakit atau tanda bahaya pada neonatus, sehingga pertolongan segera
dapat diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi
untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Capaian kunjungan neonatal
(Kn) lengkap di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 93,33% melebihi target
program tahun 2014 (Kemenkes RI, 2015:110-111).
3

Salah satu cara untuk mencegah kehamilan adalah ber-KB. Sekitar 38%
WUS tidak menggunakan KB (pada tahun 2013) sehingga peluang hamil lebih
besar dan meninggal ketika melahirkan. Khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu
terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan,
terlalu dekat jarak melahirkan dan terlalu tua melahirkan (diatas 35 tahun).
Angka kesertaan ber-KB peningkatan nya sangat kecil yaitu hanya 0,5% dalam 5
tahun terakhir (Kemenkes RI, 2014:4).

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam


kehamilan, infeksi, partus lama atau macet, dan abortus. Kematian ibu di
Indonesia masih di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Namun perbandingannya
telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan
sedangkan hipertensi dalam kehamilan rasionya semakin meningkat. Lebih dari
25% kematian ibu di Indonesia tahun 2013 disebabkan oleh hipertensi dalam
kehamilan (Kemenkes RI, 2015:100). Selain itu, terdapat penyebab lain kematian
ibu yaitu 4T terlambat mendeteksi ibu hamil resiko tinggi, terlambatnya
mengambil keputusan keluarga untuk merujuk, terlambat untuk mencapai
fasilitas rujukan, dan terlambat mendapat pertolongan di fasilitas rujukan (Hani,
2010).

Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia sangat tinggi, tercatat 800
perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak. Tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah
kehamilan serta persalinan (WHO, 2014). Berdasarkan data Kemenkes, 2010
AKI dan AKB di Indonesia menjadi urutan tertinggi di ASEAN dengan jumlah
kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/ 100.000 kelahiran hidup, berbanding
dengan Filipina yang hanya 170/ 100.000 Kelahiran hidup. Kesepakatan global
(Millenium Develoment Goals/ MDG’s 2000) untuk tahun 2015 yang
mentargetkan AKI menurun dari 228 menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup dan
AKB dari 34 menjadi 23/ 100.000 kelahiran hidup nyatanya tidak tercapai
dilihat dari data AKI menurut SDKI (2012) terdapat 359/ 100.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan SDKI, Provinsi Jambi pada tahun 2012 terdapat 77 kasus
dan menurun menjadi 58 kasus pada tahun 2013, selanjutnya berdasarkan data
4

Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2014 AKI 7/ 100.000 kelahiran hidup. 28,6
% kematian ibu disebabkan oleh gangguan peredaran darah (Jantung/ Stroke)
pada kehamilan, 14,3 % kematian ibu disebabkan oleh hipertensi dalam
kehamilan, 42, 8 % kematian ibu pada saat persalinan, dan 14,3 % kematian ibu
pada saat nifas. Sedangkan angka kematian neonatal 15/ 1000 kelahiran hidup
yang terdiri dari, 73,3 % bayi laki- laki dan 26,7% bayi perempuan. Kematian
neonatal disebabkan oleh beberapa faktor 40 % akibat BBLR, 26,6 % bayi
asfiksia, 6,7% infeksi sepsis, 6,7 % congenital dan 20% penyakit lainnya.
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu tidak
dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, dengan berbagai keterbatasan sumber
daya yang dimiliki, tenaga, sarana prasarana, dan anggaran, sangat diperlukan
kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah,
sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga
dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Upaya pemerintah dibuat sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan
continuity care (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kepada Ny. N dengan usia
kehamilan 31-32 minggu, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (continuity of care) mulai dari masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta
melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil,
bersalin, BBL, nifas dan KB di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Poinem, Am.Keb
di Muaro Jambi.
B. Batasan Masalah
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. N tahun, G1P0A0 dimulai pada
usia kehamilan trimester III, dilanjutkan sampai proses persalinan, BBL, Nifas
dan KB yang diberikan secara continuity of care dengan menggunakan
manajemen Kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan. Asuhan kebidanan
komprehensif ini dilakukan di BPM Poinem, Am.Keb. Kumpe, Muaro Jambi.
Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Februari sampai Juli 2016.
5

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran continuity of care dalam standar pelayanan
kebidanan pada ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan menggunakan
pendekatan managemen kebidanan varney dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data pada
kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan KB pada Ny. N di BPM
Poinem, Am.Keb Tahun 2016
b. Mampu menginterprestasikan data untuk mengindentifikasi diagnosa,
masalah kehamilan persalinan, BBL, nifas dan KB pada Ny. N di
BPM Poinem, Am.Keb Tahun 2016
c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa kehamilan,
persalinan, BBL, nifas dan KB pada pada Ny. N di BPM Poinem,
Am.Keb Tahun 2016
d. Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik
mandiri, kalaborasi, maupun rujukan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan pada Ny. N di
BPM Poinem, Am.Keb Tahun 2016
e. Mampu menyusun rencana asuhan menyeluruh dengan tepat dan
rasional berdasarkan kebutuhan pada kehamilan persalinan, BBL,
nifas dan KB pada Ny. N di BPM Poinem, Am.Keb Tahun 2016
f. Mampu menerapkan tindakan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai
dengan rencana yang efisien dan aman pada kehamilan, persalinan,
nifas, BBl/neonatus dan KB pada Ny. N di BPM Poinem, Am.Keb
Tahun 2016
g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kehamilan, persalinan, BBL, nifas
dan KB pada Ny. N di BPM Poinem, Am.Keb Tahun 2016
6

D. Manfaat
1. Bagi Pemberi Asuhan
Menambah dan meningkatkan keterampilan dalam memberikan
pelayanan asuhan kebidanan yang meliputi kehamilan, persalinan, Bayi Baru
Lahir, nifas dan KB dengan manajemen asuhan kebidanan secara
komprehensif.
2. Bagi BPM Poinem
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan kebidanan mulai dari pendekatan manajemen asuhan kebidanan
secara komprehensif dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang meliputi
kehamilan, persalinan, Bayi Baru Lahir, nifas dan KB.
3. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Menambah bahan bacaan untuk perpustakaan, agar dapat meningkatkan
mutu pelayanan asuhan kebidanan mulai dari pendekatan manajemen asuhan
kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, Bayi Baru Lahir, ibu
nifas dan KB dan sebagai bahan informasi bagi prodi DIII kebidanan tentang
continuity of care pada asuhan kebidanan.

E. Ruang Lingkup
Managemen Asuhan kebidanan komprehensif pada kasus ini adalah
kangkah- langkah Asuhan kebidanan yang mengacu pada teori Varney yang
dilakukan secara diskriptif dengan studi kasus, sebagai subyek penelitiannya
adalah Ny. N 26 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 31-32 minggu,secara purposive
sampling. Adapun tujuan adalah untuk mengetahui gambaran Countinuity Of
Care mulai dari masa hamil sampai KB di BPM Poinem. Pengumpulan data dari
bulan Februari- Juli 2016. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
pemreriksaan ANC di BPM Poinem dilanjutkan dengan kunjungan rumah.
`

You might also like