You are on page 1of 11

I.

METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO


Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha, auditor harus mendapatkan hasil yang
memuaskan atas delapan tujuan audit saldo. Untuk yang khusus diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut
disebut tujuan audit saldo piutang usaha sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam master file yang bersangkutan
dan penjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di buku besar (kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan).
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian).
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan).
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah-batas).
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (nilai bisa direalisasi).
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha.
A. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berhubungan dengan Piutang Usaha (Tahap 1)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh auditor yang memberi
pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Sebagai bagian dari proses mendapatkan pemahaman
tersebut, auditor mempelajari bidang usaha klien dan lngkungan eksternal dan mengevaluasi tujuan
manajemen serta proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Selain itu, manajemen juga melakukan
prosedur analitis pendahuluan yang mungkin memberi petunjuk meningkatnya risiko kesalahan penyajian
dalam piutang usaha. Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang ushaa dipertimbangkan dalam
evaluasi auditor tentang risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha.
B. Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleranis dan Risiko Bawaan
Auditor pertama-tama menetapkan petimbangan materialitas pendahulua untuk keseluruhan laporan
keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan tersebut ke setiap akun
neraca yang signifikan. Pengalokasian ini disebut menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi.
Auditor menetapkan risiko bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun seperti halnya piutang
usaha, dengan mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta bidang usahanya. Auditor
umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan (fraud risk) tertentu untuk pengakuan pendapatan.
Hal ini bisa mempengaruhi penetapan risiko bawaan oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan,
pisah batas penjualan, dan pisah batas retur penjualan.
C. Menetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang
Pada kebanyakan perusahaan, pengendalian internal atas penjualan dan pengumpulan piutang serta
piutang usaha yang bersangkutan, biasanya cukup efektif karena manajemen berkepentingan untuk
memiliki catatan yang akurat guna menjalin hubungan baik dengan para pelanggan. Auditor biasanya
menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff).
3. Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang.
D. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
(Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian untuk penjualan dan
pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif transaksi
untuk menentukan seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha.
E. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis
Kebanyakan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil dilakukan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum pengujian setil saldo. Auditor melakukan prosedur analitis untuk
keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini penting karena
adanya hubungan yang erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca. Apabila auditor
mengidentifikasi adanya kemungkinan kesalahan penyajian dalam penjualan atau retur penjualan dengan
menggunakan prosedur analitis, kemungkinan kesalahan penyajian piutang usaha akan terkurangi.
F. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Apabila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang mengungkapkan adanya
fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Jawaban
dari manajemen harus dievaluasi dengan kritis untuk menentukan apakah jawaban tersebut cukup
menjelaskan fluktuasi tidak biasa tersebut dan apakah disertai dengan bukti pendukung.
Pengujian detil saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum dalam kertas kerja
perencanaan bukti. Risiko deteksi direncanakan untuk setiap tujuan audit saldo piutang usaha akan
nampak pada baris risiko deteksi direncanakan untuk pengujian detil saldo.
Tugas untuk memadukan faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi direncanakan cukup komples
karena pengukur setiap faktor tidak bisa dipresisi dan bobot yang diberikan pada setiap faktor sangat
subyektif. Sebaliknya, hubungan natara setiap faktor dan risiko deteksi direncanakan ditetapkan dengan
baik.
II. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun neraca, namun tidak
berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun-akun laba-rugi) karena akun-akun laba-rugi
diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-akun neraca.

2
Untuk membahas pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita akan fokus pada tujuan-tujuan audit saldo.
Kita juga mengasumsukan dua hal, yaitu:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk setiap tujuan audit.
A. Kecocokan Saldo dalam Catatan
Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang akan
didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo
setiap akun yang terdapat diasalam master file piutang usaha per tanggal neraca.
Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum melakukan pengujian
lain untuk memastikan bahwa populasi yang akan diuji cocok dengan buku besar dan master file piutang
usaha. Kolom total dan kolom-kolom yang dibagi menurut umur piutang harus diuji kebenaran
penjumlahan vertikalnya (footing) dan total pada daftar ini dibandingkan dengan saldo di buku besar.
Selain itu, auditor harus menelusur suatu sampel dari saldo individual ke dokumen pendukung seperti
misalnya duplikat faktur penjualan untuk memastikan kebenaran nama pembeli, jumlah saldo, dan
kebenaran penentuan umurnya.
B. Keberadaan - Piutang Usaha
Konfrimasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk menentukan keberadaan
piutang usaha sebagaiman tercantum dalam pembukuan. Apabila pelanggan tidak memberi jawaban atas
konfrimasi, auditor juga memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan bahwa barang sungguh-
sungguh telah dikirimkan dan bukti adanya penerimaan kas untuk menentukan bahwa piutang telah
diterima pembayarannya setelah tanggal neraca. Biasanya auditor tidak memeriksa bukti pengiriman
barang atau bukti penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang dikonfrimasi, tapi hal ini
baru dilakukan secara ekstensif sebagai prosedur alternatif untuk akun yang tidak memberi jawaban atas
konfrimasi.
C. Kelengkapan – Piutang Usaha
Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang dengan sengaja dihilangkan (tidak
mencantumkan) dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan pada sifat keseimbangan yang dimiliki
oleh master file piutang.
Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan, kurang saji
piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian rinci saldo. Selain itu, penjualan kepada
pelanggan baru yang tidak dicatat, sulit diidentifikasi untuk dikonfrimasi karena nama pelanggan baru
tersebut tidak tercantum di master file. Cara terbaik untuk menemukan kurang saji dan piutang usaha

3
adalah dengan pengujian substantif transaksi atas pengiriman barang yang tidak dicatat (tujuan
kelengkapan untuk pengujian transaksi penjualan) dan dengan prosedur analitis.
D. Ketelitian - Piutang Usaha
Konfirmasi akun-akun piutang yang dipilih dari daftar umur piutang adalah pengujian rinci saldo yang
paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian piutang usaha. Apabila pelanggan tidak menjawab
permintaan konfrimasi, auditor memeriksa dokumen pendukung dengan audit untuk tujuan keberadaan.
Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan pengkreditan pada masing-masing akun
pelanggan individual dengan membandingkan pada dokumen pendukung pengiriman barang dan
penerimaan kas.
E. Penggolongan - Piutang usaha
Auditor dapat mengevalusi penggolongan piutang dengan mudah, yaitu dengan cara mereview daftar
umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan
staf perusahaan, atau piutang kepada pihak-pihak berelasi yang material.
Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang penggolongan dengan tujuan audit kejelasan
penyajian dan pengungkapan tentang penggolongan atau pengelompokan. Untuk memenuhintujuan audit
saldo tentang penggolongan, auditor harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan piutang dengan
tepat, dan piutang usaha dipisahkan dari piutang lainnya. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan
pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan tepat dengan
menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan dengan benar selama tahap
penyelesaian audit.
F. Pisah Batas - Piutang Usaha
Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada tahun berikutnya atau
sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cut off test), apapun jenis transaksinya, adalah untuk memeriksa
apakah transaksi menjelang akhir buku telah dicatat pada periode yang tepat. Tujuan pisah batas adalah
salah satu yang paling penting dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih periode ini.
Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas.
Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakuakn pendekatan sebagai berikut:
1. Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas.
2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah batas yang
seawajarnya.
3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.
i. Pisah Batas Penjualan

4
Pada kebanyakan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, pencatatan suatu penjualan
biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula sejumlah perusahaan lain yang
mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang
dikirimkan, pada saat barang dikirim, atau setelah berang dikirimkan. Untuk kepentingan pengkuran
laba periodik yang benar, metoda hendaknya sesuai dengan standar akuntansi dan diterapkan secara
konsisten.
Bagian terpenting dalam menilai metoda yang digunakan klien utnuk mendapat pisah batas yang
bisa dipercaya adalah prosedur yang digunakan. Apabila klien menerbitkan dokumen pengiriman
barang bernomor urut tercetak secara berurutan (urut nomor), maka evaluasi dan pengujian pisah batas
bisa dilakukan dengan mudah.
Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik, auditor biasanya dapat memeriksa
pisah batas dengan meminta dokumen pengiriman barang yang terakhir yang dilakukan pada akhir
tahun buku dan membandingkan nomor bukti pengiriman barang ini dengan penjualan tahun ini dan
penjualan tahun berikutnya.
ii. Pisah Batas Retur Penjualan
Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan penjualan yang
bersangkutan pada periode yang sama apabila jumlahnya material. Sebagai contoh, apabila barang
yang dikirm pada tahun ini ternyata dikembalikan (retur) pada periode berikutnya, maka retur
penjualan tersebut harus dilaporkan sebagai retur tahun ini. Namun demikian, pada kebanyakan
perusahaan retur penjualan sering dicatat pada periode terjadinya retur dengan asumsi bahwa retur
yang terjadi pada akhir periode, sehingga tidak ada masalah karena keduanya akan saling menutup.
Apabila auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur dengan benar, pisah batas
bisa dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat memeriksa suatu sampel bukti pendukung
retur penjualan yang terjadi beberapa mnggu setelah berakhirnya tahun buku untuk menentukan
tanggal penjualan yang berkaitan dengan retur tersebut.
iii. Pisah Batas Penerimaan Kas
Dalam audit pada umumnya, pisah batas yang tepat untuk penerimaan kas biasanya dipandang
kurang penting dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan dan retur penjualan karena pisah
batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh terhadap saldo kas dan piutang usaha, bukan pada
laba perusahaan.
Pengujian kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas mudah dilakukan dengan cara
menelusuri penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang Nampak dalam laporan bank pada periode

5
berikutnya. Apabila terjadi penundaan samapai beberapa hari, hal ini bisa menjadi petunjuk adanya
kesalahan penyajian pisah batas.
Sampai pada tingkatan tertentu, auditor bisa juga mengandalkan pada konfirmasi piutang untuk
mengungkap kesalahan penyajian pisah batas penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas. Namun,
auditor seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan kesalahan penyajian pisah batas karena
adanya perbedaan waktu yang normal yang timbul dari pengiriman barang dan penerimaan kas dalam
perjalanan pada akhir tahun.
G. Nilai Bersih yang bisa Direalisasi - Piutang Usaha
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang usaha sebesar
jumlah yang akhirnya akan bisa diterima pembayarnya. Nilai piutang yang bisa direalisasi sama dengan
piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien
menaksir jumlah total piutang yang diperkirakan tidak bisa ditagih. Sudah barang tentu klien tidak akan
bisa menaksir secara tepat, tapi bagi auditor sudah dipandang memadai apabila taksiran masuk akal setelah
mempertimbangkan berbagai data terkait.
Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang, auditor mereview hasil pengujian pengendalian
yang berkaitan dengan kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien. Auditor seringkali
mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa secara cermat akun-akun yang memiliki jangka
panjang dalam daftar umur piutang untuk menentukan mana yang belum juga diterima pembayarannya
setelah lewat tanggal neraca.
Auditor memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara mereview saldo
berjangka panjang individual dalam daftar umur piutang. Pertama, akun-akun yang belum jatuh tempo
diabaikan dalam penetapan kecukupan cadangan, walaupun sebagian dari piutang ini tidak diragukan lagi
tidak akan dapat diterima. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil dari tahun ini dengan tahun
sebelumnya untuk sesuatu yang tidak terstruktur semacam itu.
i. Beban Kerugian Piutang
Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan mudah untuk
memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:
a. Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dar audit tahun yang lalu.
b. Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian substantif
transaksi
c. Saldo akhir dalam suatu akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.
Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat diperiksa
dengan rekalkulasi.

6
H. Hak Klien atas Piutang Usaha
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit, karena piutang
biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu, sebagian dari piutang mungkin saja
dijadikan jaminan, atau dijual kepada seseorang, atau dijual dengan discount. Untuk mengungkapkan
situasi di mana klien telah dibatasi haknya atas piutang, auditor bisa merevies notulen rapat,
membicarakannya dengan klien, mengirim konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk
mencari informasi tentang penggadaian atau penjaminan piutang, serta memerika arsip korespondensi.
I. Penyajian dan Pengungkapan - Piutang Usaha
Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan sebagai bagian dari
tahap penyelesaian audit. Namun demikian, sejumlah penyajian dan pengungkapan sering dilakukan
dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan dalam standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan
pengungkapan.
III. KONFIRMASI PIUTANG USAHA
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita mengenai
perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk
memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang
diperoleh sebagai suatu respons tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi),
baik dalam bentuk kertas atau secara elektrnik atau media lainnya (SA 505.6).
A. Ketentuan dalam Standar Audit
Standar audit (SA) 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi internal oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330 (Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai)
dan SA 500 (Bukti Audit).
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini
tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut diperoleh. SA 505 bertujuan untuk
membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti
audit yang relevan dan andal.
B. Jenis – jenis Konfirmasi
i.Konfirmasi Positif
Konfirmasi posistif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespon secara
langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju

7
dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi atau menyediakan informasi yang diminta
(SA 505.6b).
1. Konfirmasi bentuk kosong (blank) adalah sejenis konfirmasi positif namun konfirmasi tersebut
tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk menyebutkan jumlah
saldo atau menyampaikan informasi lainnya.
2. Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya meminta konfirmasi atas
suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan.
ii.Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negative adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara
langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat
dalam permintaan konfirmasi.
Dibandingkan dengan konfirmasi negatif, konfirmasi positif lebih bisa dipercaya karena auditor bisa
melakukan prosedur tindak lanjut apabila jawaban dari debitur tidak diterima. Dalam hal konfirmasi
negatif, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa yang tercantum dalam konfirmasi sudah
benar, meskipun mungkin saja sebenarnya debitur tidak acuh atas konfirmasi tersebut.
Konfirmasi tidak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut:
1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat jawaban
diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya.
2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti substantive
lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup.
C. Saat Pengiriman Konfirmasi
Bukti yang paling bisa dipercaya dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itun dikirim
sedekat mungkin dengan tanggalakhir tahun buku. Apabila auditor memutuskan untuk mengirim
konfirmasi sebelum akhir tahun buku, auditor harus membuat rekonsiliasi untuk transaksi yang terjadi
antara tanggal konfirmasi dengan tanggal neraca. Namun demikian, agar audit bisa selesai tepat waktu,
kadang-kadang diperlukan untuk mengirim konfirmasi pada tanggal interim (sebelum tanggal akhir tahun
buku).
D. Ukuran Sampel untuk Konfirmasi
i. Ukuran Sampel
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirimi konfirmasi
meliputi:
1. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi

8
2. Risiko bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan kesalahan
penyajian yang diperkirakan)
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain (luas dan hasil pengujian substantif
transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detil lainnya)
5. Jenis konfirmasi (konfirmasi negative biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar)
ii. Pemilihan Unsur – unsur untuk Diuji
Pada pelaksanaan prosedur konfirmasi, seringkali diperlukan stratifikasi piutang. Dalam
pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk memilih saldo yang akan
dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya jumlah rupiah saldo, maupun jangka waktu
atau umur piutang. Pada kebanyakan audit, tekanan biasanya diberikan pada akun berjumlah rupiah
besar dan telah lama lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi termasuk dalam kesalahan
penyajian.
E. Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan Atas Konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat email yang digunakan dalam
konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor harus melaksanakan pengawasan atas
konfirmasi sampai jaawaban diterima dari debitur.
F. Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Terjawab
Tidaklah tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak dikembalikan debitur
sebagai bukti audit yang signifikan. Apabila digunakan konfirmasi positif, standar auditing yang
mengharuskan dilakukannya prosedur tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh
konsumen. Dalam situasi demikian, auditor sering mengirim ulang konfirmasi kedua atau bahkan sampai
tiga kali. Untuk konfirmasi tidak berjawab, auditor bisa memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk
memeriksa keberadaan dan ketelitian transaksi penjualan individual yang membentuk saldo akhir piutang
usaha
i. Penerimaan Kas Kemudian
Bukti terjadinya penerimaan kas setelah lewat tanggal konfirmasi, meliputi pemeriksaan atas surat
pengantar pembayaran, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, dan barangkali juga pengkreditan
kemudia atas piutang dalam master file piutang usaha.
ii. Duplikat Faktur Penjualan
Dokumen ini berguna dalam pemeriksaan faktur penjualan yang sesungguhnya diterbitkan dengan
tanggal sesungguhnya dilakukan penagihan.
iii. Dokumen Pengiriman Barang

9
Dokumen ini berguna dalam menetapkan apakah pengiriman sungguh-sungguh telah dilakukan dan
untuk pengujian pisah batas.
iv. Korespondensi dengan Klien
Korespondensi bisa digunakan untuk mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan
yang tidak terungkap oleh cara lain.
G. Analisis Selisih
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa yang menyebabkan
terjadinya selisih. Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan karena perbedaan waktu pencatatan
klien dengan debiturnya. Jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi :
i. Pembayaran telah Dilakukan Debitur
Selisih antara catatan klien dengan catatan debitur seringkali timbul apabila debitur telah melakukan
pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai
tanggal konfirmasi.
ii. Barang Belum Diterima Debitur
Biasanya disebabkan karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman barang, sedangkan
pembeli mencatat pembelian barang ketika barang tersebut diterima.
iii. Barang Telah Dikembalikan (Retur)
Penyebabnya adalah klien lupa mencatat suatu kredit memo (yang dibuat sebaga dasar pengembalian
barang/retur penjualan).
iv. Kesalahan Pencatatan atau Kerancuan Jumlah
Jenis penyebab selisih yang paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah kesalahan klien dalam
mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang
tertulis dalam dokumen dan sebagainya.
H. Menarik Kesimpulan
Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang cukup telah
diperoleh dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah
batas, konfirmasi, dan pengujian substanstif lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang
kebenaran saldo.
IV. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO
Penentuan prosedur ini berdasarkan pengujian pengendalian substantive dalam transasksi. Auditor yang
bertugas akan membuat kertas kerja perencanaan bukti sebagai alat untuk membantunya dalam menentukan
luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan. Sumber dari setiap baris dalam kertas kerja ini adalah:
1. Kesalahan penyajian bias ditoleransi

10
2. Risiko audit bia diterima
3. Risiko bawaan
4. Risiko pengendalian
5. Hasil pengujian substantif transasaksi
6. Prosedur analitis
7. Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan.

11

You might also like