You are on page 1of 19

ARTIKEL

STUDI PENGELOLAAN
BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS
PLTN JENIS PWR DAN BWR
Wati
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

ABSTRAK
STUDI PENGELOLAAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS
PLTN JENIS PWR DAN BWR. Telah dilakukan studi tentang
pengelolaan bahan bakar nuklir bekas sebagai upaya antisipasi bagi
program pengoperasian PLTN di Indonesia. Dalam makalah ini
diperkirakan kuantitas bahan bakar nuklir bekas (B2NB) yang
ditimbulkan berdasarkan skenario pemenuhan kebutuhan energi listrik
nasional, tingkat daya dan tipe PLTN kemudian dibahas alternatif
pengelolaanya terkait dengan strategi daur bahan bakar nuklir yang akan
dikembangkan. Data untuk perkiraan digunakan PLTN jenis Pressure
Water Reactor (PWR) untuk tingkat daya 1.000 MWe. Dengan
melakukan komparasi pengalaman negara-negara yang sudah
mengoperasikan PLTN, ada empat strategi daur bahan bakar nuklir yang
dapat dilakukan yaitu : direct disposal, reprocessing, DUPIC (Direct
Use of Spent PWR Fuel In Candu) dan wait and see. Terkait dengan
B2NB yang ditimbulkan ada empat alternatif pengelolaanya yaitu :
penyimpanan sementara di lokasi reaktor (at the reactor/AR), disediakan
fasilitas tersentralisasi jauh dari reaktor (away from reactor/AFR) tipe
basah, disediakan AFR tipe kering atau mempersiapkan fasilitas
reprocessing. Untuk kasus di Indonesia, metode pengelolaan B2NB
secara AFR tipe basah adalah pilihan yang paling tepat jika yang akan
dioperasikan adalah PLTN jenis PWR atau BWR.
Kata kunci : pembangkit listrik tenaga nuklir, bahan bakar nuklir bekas

ABSTRACT
THE STUDY OF MANAGEMENT SPENT FUEL FROM NPP’S
PWR AND BWR TYPE. Management of spent nuclear fuel from Nuclear
Power Plant (NPP) reactor had been studied to anticipate for program of
NPP operation in Indonesia. In this paper the quantity of spent nuclear fuel
(SNF) predicted. Data for the estimate used NPP type Pressure Water
Reactor (PWR) 1.000 MWe and the SNF management overview base on the
experiences of some countries that have NPP. There are four strategy nuclear
fuel cycle which can be developed i.e : direct disposal, reprocessing, DUPIC
(Direct Use of Spent PWR Fuel In Candu) and wait and see. And four

Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 1


Wati : Studi Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir Bekas PLTN Jenis PWR dan BWR

alternative for SNF management that are : store in the reactor building (AR),
make wet centralized storage AFR, make dry centralized storage AFR and

2 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006


Wati : Studi Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir Bekas PLTN Jenis PWR dan BWR

prepare for reprocessing facility. For the Indonesian case,


centralized facility of the wet type is recommended for PWR or BWR spent
fuel.
Keywords : nuclear power plant, spent nuclear fuel

PENDAHULUAN energi nuklir1. Bila yang akan


Sebagaimana tertuang dibangun adalah PLTN dengan daya
dalam Kebijakan Energi Nasional 1.000 MWe, maka diperkirakan
(KEN) 2003–2020 yang telah pada tahun 2025 Indonesia akan
disusun oleh Departemen Energi mengoperasikan paling sedikit 10
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), unit PLTN. Sedangkan bila yang
pemenuhan kebutuhan listrik akan dioperasikan adalah PLTN
nasional dilakukan melalui dengan daya lebih kecil dari 1.000
diversifikasi pembangkitan MWe, maka jumlah unit PLTN ini
akan semakin besar, hal ini berarti
listrik1. lah satu pilihan
bahwa bahan bakar nuklir bekas
pembangkitan energi listrik yang
yang dilepas dari reaktor akan
akan dibangun adalah Pembangkit
semakin banyak. Bahan bakar nuklir
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
bekas (B2NB) yang ditimbulkan
Berdasarkan perencanaan KEN
dari operasi PLTN bersifat sangat
2003 – 2020 tersebut telah dibuat
radioaktif sehingga perlu dikelola
roadmap bersama antara
dengan baik agar memenuhi aspek
Kementrian Negara Riset dan
keselamatan bagi pekerja,
Teknologi (KNRT) dan Departemen
masyarakat dan lingkungan. Untuk
ESDM yang mencanangkan
dapat mengelola dengan baik maka
pengoperasian PLTN pertama di
perlu dipahami karakteristik B2NB
Indonesia pada tahun 2016
tersebut, perlu diperkirakan
mendatang. Adanya rencana
seberapa banyak kuantitasnya,
memasukkan energi nuklir dalam
memahami cara-cara
sistem pemasok energi nasional
pengelolaannya dan mempersiapkan
melalui pembangunan PLTN
fasilitas yang mungkin diperlukan.
tersebut maka akan mulailah era
Disamping itu, belum dipastikan
industri nuklir di Indonesia. Guna
apakah jumlah PLTN sebanyak itu
menghadapi kemungkinan
akan dibangun dalam satu tapak
pengelolaan bahan bakar nuklir
atau terdapat dalam beberapa tapak,
bekas dalam waktu dekat maupun
dan juga apakah PLTN yang akan
dalam jangka panjang, untuk reaktor
dibangun tersebut tipe PWR, BWR,
pembangkit daya listrik, maka perlu
CANDU atau campuran dari
dipelajari perkembangan teknologi
beberapa tipe PLTN. Oleh karena itu
pengelolaan bahan bakar nuklir
dalam makalah ini akan dipelajari
bekas.
metode pengelolaan bahan bakar
Berdasarkan Cetak Biru nuklir bekas PLTN untuk kasus di
(Blueprint) Pengelolaan Energi Indonesia terkait dengan
Nasional 2005-2025 yang telah tingkat/besar daya dan tipe PLTN
disusun oleh Departemen ESDM, serta strategi daur bahan bakar
diperkirakan bahwa sekitar 1,99 % nuklir yang akan dikembangkan
dari total kebutuhan listrik nasional sebagai upaya antisipasi bagi
pada tahun 2025 atau sekitar 10.000 program nuklir tersebut.
MWe akan disumbangkan dari

Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 3


Wati : Studi Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir Bekas PLTN Jenis PWR dan BWR

Limbah nuklir sering teknologi terus berkembang,


disebut sebagai kelemahan utama fasilitas olah ulang walaupun telah
dalam industri PLTN, dan beroperasi dan berhasil di beberapa
kebanyakan kontroversi berpusat negara penganut daur tertutup
pada munculnya limbah aktivitas namun kapasitas olah ulangnya jauh
tinggi dan berumur panjang yang lebih rendah dari B2NB yang
berada dalam bahan bakar nuklir ditimbulkan dari operasi PLTN.
bekas. Tingkat aktivitas yang tinggi serta harapan terhadap teknologi
dan umur yang panjang dari lanjut Partisi dan Transmutasi
radionuklida dalam B2NB (P&T) limbah nuklir membuat
merupakan persoalan utama dalam kebanyakan negara pemilik PLTN
pengelolaan bahan bakar nuklir melakukan penundaan dalam
bekas. Produk hasil belah, produk pembuangan akhir, membiarkan
aktivasi dan aktinida yang timbul B2NB dalam penyimpanan
dalam B2NB secara terus menerus sementara, IAEA menyatakan
memancarkan radiasi sampai bahwa negara-negara dalam
mencapai bentuk kestabilan. keadaan wait and see.
Karena potensi bahaya radiasi,
Dalam makalah ini
B2NB harus disimpan dalam kolam
diperkirakan kuantitas bahan bakar
air berperisai, atau dalam
nuklir bekas PLTN untuk kasus di
penyimpanan kering sampai
Indonesia, kemudian diberikan
radioaktivitas- nya turun ketingkat
empat alternatif pengelolaan, yaitu:
yang aman.[1,2].
Direct Disposal, Reprocessing,
Kuantitas B2NB dari PLTN DUPIC (Direct Use of Spent PWR
yang beroperasi dengan daya listrik Fuel In Candu) dan wait and see.
tertentu dapat diperkirakan dengan Data untuk perkiraan digunakan
mempertimbangkan faktor-faktor: bahan bakar PLTN PWR 1.000
jenis PLTN, fraksi bakar (burn-up), MWe dan kajian alternatif
faktor beban (load factor) dan pengelolaan bahan bakar nuklir
efisiensi dari pembangkitan listrik. bekas dilakukan dengan
Sedangkan untuk PLTN yang sudah mengevaluasi pengalaman beberapa
beroperasi dapat diperoleh langsung negara yang sudah mengoperasikan
dari data-data pengalaman operasi PLTN khususnya Amerika Serikat,
atau dihitung berdasarkan data-data Belgia, Bulgaria, China, Jepang,
yang tersedia. Jerman, Korea, Prancis, Rusia
Dalam strategi pengelolaan Swedia dan Swis. Data-data operasi
B2NB, beberapa negara seperti reactor masing-masing negara
Prancis dan Jepang melakukan diambil dari Power Reactor
proses olah ulang dan melakukan Information System (PRIS), data-
strategi daur tertutup (close cycle) data fasilitas pengelolaan B2NB
untuk memanfaatkan kembali bahan diambil dari Nuclear Fuel Cycle
bakar yang tersisa di dalam B2NB, Information System (NFCIS) serta
negara lain seperti Amerika dan beberapa data informasi tentang
Kanada menggunakan strategi daur fraksi bakar, faktor beban, dan
terbuka (open cycle) untuk langsung efisiensi berbagai tipe PLTN
membuang B2NB ke fasilitas diambil dari Nuclear Fuel Cycle
pembuangan akhir di penyimpanan Symulation System (VISTA).
geologi tanah dalam. Sementara itu

4 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006


TINJAUAN PUSTAKA dapat dilihat dalam Tabel 1. Unsur-
unsur limbah nuklir tersebut dapat
Bahan bakar nuklir bekas digolongkan sebagai aktinida inti
berat (Cm244, Am241, Am243 dan
Bahan bakar nuklir bekas
Np237), inti ringan dengan umur
adalah bahan bakar nuklir yang
pendek (Cs137, Kr85, dan Sr90) dan
telah selesai digunakan untuk
inti ringan dengan umur panjang
menghasilkan energi listrik dalam
(Tc99, Zr93, Cs135, Se79, Pd107, Sn126,
operasi PLTN. Dalam PLTN B2NB
Sm151 dan I129). Radioaktivitas dari
biasanya berbentuk perangkat bahan
aktinida inti berat sekitar 1 %, inti
bakar (fuel assembly). Bahan bakar
ringan dengan umur pendek sekitar
nuklir umumnya dipakai di dalam
99 % dan inti ringan dengan umur
PLTN selama beberapa tahun
panjang sekitar 0,00001 % dari
sebelum kehilangan kemampuan
tingkat aktivitas keseluruhan.
untuk menghasilkan energi. Saat
Meskipun aktinida inti berat dan inti
PLTN beroperasi proses
ringan dengan umur
pembelahan inti berlangsung, energi
panjangprosentasenya sangat kecil,
dilepaskan dan di dalam bahan
tetapi limbah ini tingkat
bakar terbentuk produk fisi dan
radioaktivitasnya tinggi dan waktu
aktinida hasil aktivasi. Umumnya
paronya sangat panjang sehingga
B2NB kelihatan sama persis seperti
membutuhkan waktu yang sangat
ketika pertamakali dimasukkan ke
lama untuk meluruh sampai limbah
dalam reaktor. Gambar 1
tersebut mencapai tingkat
memperlihatkan contoh perangkat
radioaktivitas yang aman. Resiko
bahan bakar nuklir PWR.
penyimpanan jangka panjang
Bahan bakar nuklir bekas radiologik berasal dari aktinida
mengandung sejumlah komponen umur panjang, produk fisi Tc99 dan
limbah. Unsur-unsur limbah nuklir I129 serta Sr90 dan Cs137.
yang ada dalam bahan bakar bekas

Assembly:
17x17
Berat uranium 461.4 kg
Berat UO2 523.4
Berat perangkat 657.9 kg
Berat logam 134.5 Kg

Gambar 1. Contoh perangkat bahan bakar PWR


Tabel 1. Unsur-unsur limbah dalam B2NB […]
Nuklida Waktu paro Atom X 1025
(tahun)
Aktinida :
Np237 2,1 x 106 3,66
Am241 432 4,13
Am243 7,4 x 103 0,73
Cm244 18,1 0,13
Produk Fisi :
Se79 6,5 x 104 0,13
Kr85 10,7 0,28
Sr90 28,8 9,0
Zr93 1,5 x 106 15
Tc99 2,1 x 105 15
Pd107 6,5 x 106 4,1
Sn126 1 x 105 0,46
I129 1,6 x 107 2,7
Cs135 3 x 106 4,2
Cs137 30 14
Sm151 90 0,16

Perkiraan Kuantitas B2NB Faktor beban berbeda-beda


untuk berbagai jenis PLTN dan
Jumlah akumulasi B2NB
harganya berubah seiring dengan
dapat dihitung dari konsumsi
waktu dan perkembangan teknologi
uranium yang dibakar dalam teras
reaktor, Gambar 2. memperlihatkan
PLTN, dimana jumlah konsumsi
faktor beban untuk berbagai jenis
tersebut tergantung pada faktor
PLTN, setelah tahun 2015
beban, efisiensi, burn-up dan daya
diperkirakan faktor beban untuk
listrik yang dibangkitkan. Konsumsi
berbagai jenis PLTN sama sebesar
uranium untuk tiap megawatts
0.85 dan diharapkan terus naik
listrik yang dibangkitkan per tahun
seiring perkembangan teknologi[4].
dapat dihitung dengan rumus:

8760 xLf
ton / MWe ……….......................... (1)
EffxBUx 24 x1000

dimana :
Lf : faktor beban, perbandingan jam operasi nyata dengan jam operasi
dalam satu tahun.
Eff : efisiensi termal, perbandingan daya listrik dan daya termal PLTN.
BU : burn-up bahan bakar GWd/tHM (tHM: ton heavy methal)
Gambar 2. Faktor beban berbagai jenis PLTN 4

Efisiensi PLTN yang telah Strategi Pengelolaan Bahan


beroperasi lama berkisar pada angka Bakar Bekas.
30-32%, untuk PLTN baru berkisar
Strategi dan konsep
pada angka 33% dan yang akan
pengelolaan bahan bakar bekas ke
datang diharapkan dapat mencapai
depan seperti terlihat pada
34%.
Gambar 4. Dua strategi yang
Burn-up bahan bakar dianjurkan untuk pengelolaan bahan
dipengaruhi oleh pengkayaan, jenis bakar bekas yaitu :
reaktor serta teknologi bahan bakar,
a. Penyimpanan langsung tanah
perkembangan burn-up bahan bakar
dalam dari elemen bahan bakar
untuk berbagai jenis PLTN dapat
bekas tanpa proses olah-ulang.
dilihat pada Gambar 3.
b. Proses olah-ulang bahan bakar
Untuk PLTN jenis PWR
bekas dengan tujuan untuk
1000 MWe dengan perangkat bahan
mengoptimalkan ekstraksi dari
bakar umumnya bahan bakar nuklir
aktinida dan produk fisi,
mengalami siklus 3 tahun, tiap
kemudian mentransmutasi
tahun sepertiga teras diganti dengan
dengan reaksi nuklir sehingga
bahan bakar baru.
radiotoksisitasnya berkurang
atau menjadi unsur dengan umur
pendek.
Gambar 3. Burn-up bahan bakar nuklir berbagai jenis PLTN 5
Suatu aspek yang menarik Penyimpanan Basah
dari strategi pengelolaan limbah ini
Kolam air adalah pilihan
yaitu diperlukannya partisi limbah.
utama untuk penyimpanan
Partisi limbah memisahkan uranium
sementara segera setelah B2NB
dan plutonium sehingga dapat
dikeluarkan dari teras reaktor, air
dimanfaatkan lagi sebagai bahan
mempunyai kapasitas perpindahan
bakar reaktor nuklir. Proses partisi
panas yang sangat baik untuk proses
sebagai bagian dari sistem olah-
pendinginan. Di dalam PLTN kolam
ulang dapat dilakukan dengan
ini umumnya terhubung dan
proses PUREX (Plutonium
terintegrasi dengan sistem PLTN
Uranium Extraction) yang dapat
dan pengelolaan kolam merupakan
dikombinasikan dengan proses
bagian dari operasi PLTN [7], dan
pemisahan aktinida. Dan upaya
sistem penyimpanan sementara ini
selanjutnya untuk memisahkan
disebut sistem penyimpanan di
aktinida adalah dengan proses
reaktor (AR : At Reactor). Sistem
TRUEX (Transuranium Extraction).
penyimpanan basah kolam air juga
Pada proses PUREX dan TRUEX
banyak digunakan untuk
ini unsur-unsur produk fisi dan
penyimpanan sementara jauh dari
aktinida dapat dipisahkan untuk
reaktor (AFR : Away From Reactor)
selanjutnya ditransmutasi.
dengan pertimbangan air
Transmutasi limbah tidak bertujuan
merupakan pendingin dan perisai
untuk mengeliminasi kebutuhan
yang baik, transparan dan mudah
tempat penyimpanan geologi, tetapi
didapat. Penyimpanan sementara
bertujuan untuk meningkatkan
AFR dilakukan jika kapasitas
kelangsungan tempat penyimpanan
penyimpanan AR tidak memadai
geologi. Jadi akan mengubah skala
(mencukupi) atau ada tujuan lain
waktu penyimpanan yang
misalnya untuk keperluan proses
diperlukan dari skala geologi
olah ulang.
(puluhan ribu tahun) menjadi skala
teknik (ratusan tahun).
Penyimpanan Kering sehingga tidak dapat digunakan
untuk B2NB yang baru keluar dari
Penyimpanan kering akan
teras reaktor, oleh karena itu
lebih baik dari segi kerusakan
penyimpanan kering banyak
perangkat B2NB terutama terhadap
digunakan untuk penyimpanan
korosi sehingga B2NB akan tahan
sementara AFR.
lebih lama dalam sistem
penyimpanan kering. Pada sistem Penyimpanan akhir geologi tanah
basah B2NB diharapkan tahan dalam
sampai 50 tahun, sedangkan pada
Dibeberapa negara telah
sistem kering diharapkan tahan
dikembangkan konsep penyimpanan
sampai 100 tahun, pendinginan
akhir geologi tanah dalam. Dalam
kering dengan udara merupakan
konsep tersebut B2NB atau limbah
pilihan yang lebih baik dari
aktivitas tinggi diletakkan dalam
pendinginan kolam air. Namun
fasilitas repository pada formasi
demikian sistem penyimpanan
geologi.
kering mempunyai kapasitas
perpindahan panas yang rendah

BBN baru

PLTN
Penggunaan kembali U & Pu

Penyimpanan sementara
AR
96.5 %

Penyimpanan
sementara AFR 100%
100%

3.5%
Olah ulang Penyimpanan akhir
Geologi tanah dalam
3.5%
3 % LR umur pendek
Partisi
0.3 % LR umur menengah
0.2 %

Transmutasi
FBR/ADS

Gambar 4. Konsep pengelolaan bahan bakar nuklir bekas6


Olah Ulang waktu paro ribuan tahun sementara
itu produk hasil belah berumur
Pada prinsipnya proses olah
pendek, kebanyakan berumur 30
ulang adalah untuk mengambil
tahun atau kurang. Dari sisi
uranium dan plutonium dalam
pengelolaan, transmutasi aktinida
B2NB dan mengunakannya kembali
akan menghilangkan bahaya radiasi
pada reaktor termal ataupun reaktor
jangka panjang menjadi radiasi
pembiak cepat (FBR: Fast Breeader
jangka pendek. Sebagai contoh
Reactor). Alasan kedua adalah
reaksi transmutasi untuk limbah
untuk mereduksi limbah yang akan
dibuang sebagai limbah aktivitas nuklir adalah8:
tinggi (HLW: High Level Waste),
hanya sekitar 3-5% material B2BN
akan menjadi limbah aktivitas
tinggi.
PENGELOLAAN BAHAN
Fasilitas proses olah ulang
BAKAR NUKLIR BEKAS
merupakan fasilitas yang sangat
kompleks dengan aspek Pada awal industri PLTN
keselamatan, potensi bahaya asumsi yang diterima dalam
meliputi aspek kritikalitas, paparan pengelolaan adalah B2NB akan
radiasi, reaksi kimia, kebakaran dan diolah ulang dan uranium dan
ledakan. plutonium digunakan kembali
sebagai bahan bakar nuklir. Situasi
Teknologi Lanjut ini muncul sebagai konsekuensi atas
perkiraan besar terhadap
Konsep Partisi dan
pertumbuhan program PLTN dan
Transmutasi (P&T: Partitioning and
kurangnya ketersediaan uranium.
Transmutation) adalah konsep lanjut
Namun demikian perubahan
pengelolaan B2NB. Nuklida-
pertumbuhan PLTN, penemuan
nuklida yang tidak diinginkan dalam
sumber-sumber uranium baru dan
B2NP diisolasi/dipartisi yang
penggunaan material dapat belah
kemudian dimusnahkan dengan cara
dari senjata nuklir membuat
transmutasi di reaktor nuklir atau
program olah ulang tidak
instalasi transmutasi seperti
berkembang. Teknologi olah ulang
akselerator (ADS: Accelerator
tersedia dan teruji, beberapa negara
Driven System).
telah memutuskan untuk
Unsur-unsur aktinida mengimplementasikannya dalam
khususnya isotop-isotop plutonium, program PLTN mereka.
neptunium, amerisium, dan curium
Beberapa negara atau pengguna
dapat ditransmutasi menjadi unsur-
listrik menganggap lebih
unsur yang tingkat bahayanya lebih
menguntungkan untuk
rendah. Apabila diiradiasi dengan
mengimplementasikan siklus
netron didalam reaktor nuklir,
terbuka, dimana B2NB yang
isotop-isotop tersebut dapat
dikeluarkan dari teras reaktor
membelah, mengurangi aktinida dan
disimpan, setelah jangka waktu
menghasilkan produk fisi radioaktif
tertentu.
dan non radioaktif yang berumur
lebih pendek. Isotop-isotop B2NB akan dikondisioning
plutonium dan aktinida lainnya dan dibuang langsung ke repository
cenderung berumur panjang dengan geologi. Kedua pendekatan siklus
terbuka dan tertutup masing-masing B2NB, menggunakan kembali
mempunyai kelebihan dan plutonium dan uranium hasil olah
kekurangan. ulang, dan disposal limbah sisa
Banyak negara dengan proses olah ulang.
program nuklir melakukan - Kebijakan wait and see, yang
pendekatan keputusan penundaan berarti menekankan
dikombinasi dengan penyimpanan penyimpanan B2NB dan
sementara, yang menyediakan
memutuskan langkah berikutnya
kesempatan untuk memonitor
penyimpanan secara kontinyu dan belakangan pada reprosesing,
mengambil kembali B2NB yang disposal langsung atau menunggu
akan datang untuk pembuangan teknologi baru.
langsung atau reprosesing. Beberapa
negara menggunakan pendekatan PENGELOLAAN BAHAN
keduanya dalam program nuklirnya. BAKAR NUKLIR BEKAS DI
Bahan bakar nuklir bekas BEBERAPA NEGARA
dari reaktor mungkin diletakkan
pada penyimpanan kering sesudah China
diletakkan beberapa tahun pada China memiliki 8 PLTN
kolam B2NB. Ujung akhir dari PWR dan 2 PHWR dengan
B2NB atau limbah dari proses olah kapasitas total 7.572 MWe, 5 PWR
ulang adalah pembuangan geologi dengan kapasitas 4.220 MWe
tanah dalam. Pada banyak negara, sedang dalam konstruksi. China
B2NB sekarang disimpan di fasilitas menganut siklus daur tertutup.
dekat reaktor atau jauh dari reaktor. Semua B2NB disimpan di reaktor.
Umumnya B2NB Reprosesing skala pilot dengan
kapasitas 0.1 tHM/tahun dibangun
dikeluarkan dari operasi reaktor dan
di Lanzhou, beroperasi tahun 2001.
sementara disimpan dalam kolam Penyimpanan basah tersentralisir
dekat reaktor (AR : At Reactor). dengan kapasitas 550 tHM
Setelah pendinginan dalam jangka beroperasi tahun 2003 di komplek
waktu tertentu, B2NB dipindah dari bahan bakar nuklir Lanzhou
kolam reaktor ke fasilitas yang jauh Jepang
dari reaktor (AFR : Away From
PLTN Jepang pertama
Reactor) di lokasi reaktor atau di berjenis BWR dengan kapasitas 13
luar lokasi reaktor berdasarkan MWe dan terhubung ke sistem
pertimbangan penggunaan praktis. kelistrikan pada tahun 1963. Sampai
Tiga alternatif strategi daur bahan saat ini 23 PWR dan 32 BWR
bakar nuklir yaitu : sedang beroperasi dengan kapasitas
mencapai 47.587 MWe,
- Siklus terbuka (open cycle) atau menyumbang energi sebesar 29,97
pembuangan langsung (direct % dari produksi listrik nasional
disposal)(once-through cycle), Jepang tahun 2006. Empat reaktor
yaitu mengirim langsung B2NB ke shutdown permanen dan satu PWR
penyimpanan lestari (geologic kapasitas 866 MWe sedang
repository). dibangun di HOKAIDO.
- Siklus tertutup (closed cycle), yaitu Jepang menganut siklus
melakukan proses olah ulang daur tertutup, fasilitas olah ulang
dengan kapasitas 0.7 tHM/hari dan dan penelitian aspek-aspek teknik
fasilitas kolam penyimpanan fasilitas penyimpanan sementara
sementara AFR berkapasitas 140 dilakukan oleh NETEC,
tHM beroperasi di Tokai pada tahun penyimpanan kering AFR untuk
1977. Sampai akkhir tahun 2002 B2NB PWR direncanakan
tidak ada B2NB di fasilitas AFR beroperasi tahun 2016 dengan
Jepang, pabrik olah ulang di Tokai kapasitas 2000 tHM
telah memproses sekitar 1009 t U,
Perancis
disamping itu Jepang juga membuat
kontrak dengan Perancis dan Inggris Perancis mulai
untuk memproses ulang 5600 t U menggunakan listrik dari PLTN
B2NB LWR, yang pengirimannya tahun 1959 dengan mengoperasikan
selesai akhir September 1998. PLTN jenis GCR yang sekarang
sudah shutdown. Reaktor jenis GCR
Korea Selatan
mendominasi Perancis sampai tahun
Korea Selatan memulai 1973, setelah itu pemerintah
program PLTN komersial pertama Perancis memutuskan untuk
pada tahun 1977 dengan mengkonsentrasikan pada PLTN
mengoperasikan PWR 600 MWe, jenis PWR. Sampai saat ini terdapat
lima tahun kemudian Korea 58 PWR dengan kapasitas total 61.5
mengoperasikan PLTN jenis PHWR GWe, menyumbang 78 %
600 MWe. Sampai saat ini 16 PWR kebutuhan listrik nasional Perancis
dan 4 PHWR beroperasi dengan tahun 2006.
kapasitas total 18 GWe
Perancis menganut siklus tertutup
menyumbang energi sekitar 38.64 %
dengan mengolah ulang B2NB
listrik nasional tahun 2006, satu
PWR dan menggunakan kembali
PWR dengan kapasitas 1000 MWe
plutonium dan uranium dalam
sedang dalam konstruksi dan
PLTN PWR. Semua bahan bakar
direncanakan beroperasi tahun
GCR (18000 tHM) telah di olah
2010.
ulang di Cogema UP1 yang
Korea menganut siklus daur berlokasi di Marcole yang sekarang
terbuka, B2NB disimpan dimasing- sudah dekomisioning. B2NB PWR
masing bangunan PLTN. KHNP Perancis dikirim ke kolam
mengoperasikan penyimpanan penyimpanan sementara AFR La
kering AFR untuk reaktor PHWR di Hague untuk pendinginan sebelum
Wolsong pada tahun 1994 dengan diolah ulang di Cogema UP2. B2NB
kapasitas 1212 tHM. AEC, Badan dari luar Perancis diolah ulang di
pembuat kebijakan tenaga atom Cogema UP3 La Hague. Uranium
tertinggi di Korea memutuskan dan plutonium digunakan kembali
untuk membangun AFR dan di fasilitas fabrikasi bahan bakar.
menunjuk KAERI sebagai Limbah olah ulang dikondisioning
organisasi nasional pengelolaan dan disimpan sementara sebelum
limbah tahun 1984. namun pada dikirim ke ANDRA (Agency
tahun 1999 tugas pengelolaan nationale pour la gestion des
limbah dipindahkan ke NETEC déchets radioactifs) atau pelanggan
(Nuclear Environment Technology luar negeri. Jumlah total B2NB
Institute) yang merupakan divisi LWR yang telah diolah ulang lebih
khusus dibawah KHNP. Persiapan dari 18300 t HM[]. Limbah
dan pemilihan lokasi untuk Aktivitas Tinggi yang telah
penyimpanan sementara AFR Korea dikondisioning disimpan di lokasi
produksi menunggu lokasi disposal Jerman tahun 1994 mengijinkan
yang disiapkan oleh ANDRA. pembuangan B2NB di repository
geologi sebagai penganti
Jerman
penghentian reprosesing. Dan aturan
Jerman mulai baru tahun 2001 melarang
mengoperasikan PLTN BWR 15 transportasi B2NB ke fasilitas
MWe pada tahun 1961, lima tahun reprosesing setelah pertengahan
kemudian menambah 3 PLTN 2005. B2NB yang tidak dikirim ke
PHWR, PWR dan BWR masing- luar negeri untuk reprosesing
masing berkapasitas 52, 62 dan 237 disimpan di fasilitas penyimpanan
MWe. Sampai tahun 1971 Jerman sementara tersentralisasi.
memiliki 8 PLTN dengan kapasitas
Amerika Serikat
total mencapai 1.000 MWe yang
semua sudah dalam status shutdown Amerika Serikat
permanen. Saat ini Jerman mengoperasikan 103 PLTN dengan
mengoperasikan 11 PWR dan 6 kapasitas total 99,25 GWe,
BWR dengan kapasitas total sekitar menghasilkan listrik 787.219,77
21 Gwe, total produksi listrik PLTN GWh(e) atau 19,42 % kebutuhan
untuk tahun 2006 di Jerman energi listrik Amerika Serikat tahun
158.709.486 GWh(e)[], atau 31.82 2006. PLTN pertama Amerika
% dari total penggunaan listrik di Serikat jenis BWR dengan kapasitas
Jerman. Jerman menganut siklus 24 MWe beroperasi tahun 1957 di
daur terbuka dan tertutup []. Semua California. Tidak ada pabrik olah
kegiatan olah ulang dalam negeri ulang yang beroperasi, Amerika
dihentikan, proses olah ulang Serikat menganut daur siklus
dilakukan dengan kontrak mengirim terbuka.
B2NB ke Inggris dan Perancis.
Amandemen Undang-undang di

Tabel 2. Pengelolaan bahan bakar bekas di beberapa negara.


Penyimpanan basah, AFR-1 Penyimpanan Kering, AFR-1

Negara Tahun
Kapasitas B2NB yangTahun sesudah Kapasitas
sesudah RK-1
(t HM) ada (tHM) RK-1 (tahun) (t HM)
(tahun)
USA -7 2100 0 34 380
Prancis 18/12 400 1135
Jepang 15/13 150 975 33 408
China 13 500 965
Korea 16 1212 776
Rusia 22/12 560 500 50 38000
Jerman 11 55 180 32 4200
Swiss 33 2500 2435
Belgia 5 370 5 22 2100 2976
Bulgaria 11 600 410
Swedia 22/15 8000 1700
KONSEP METODE
PENGELOLAAN BAHAN
BAKAR NUKLIR BEKAS antara unit PLTN yang akan
DI INDONESIA dibangun dan besar daya PLTN
untuk asumsi 10.000 MWe.
Berdasarkan Cetak Biru
Pengelolaan Energi Nasional 2005 – Sebagaimana diperlihatkan
2025 yang telah disusun oleh dalam Tabel 3., besar daya PLTN
Departemen ESDM, telah secara langsung akan berpengaruh
ditetapkan kebijakan pembangkitan pada jumlah unit PLTN yang akan
energi untuk tahun 2025 dengan dibangun untuk target total daya
komposisi yang masih didominasi tetap. Semakin kecil daya PLTN
oleh bahan bakar fosil batubara 32,7 yang akan dibangun, maka semakin
%, gas bumi 30,6 %, minyak bumi banyak unit PLTN yang diperlukan
26,2 %, PLTA 2,4 %, panas bumi untuk memenuhi kebutuhan listrik.
3,8 % dan lainnya 4,4 %. Energi Namun dapat diperkirakan, bahwa
nuklir masuk ke dalam kelompok jumlah total bahan bakar nuklir
lainnya dengan komposisi 1,99 %. bekas yang ditimbulkan oleh PLTN
Rencana pembangunan PLTN berdaya kecil, akan jauh lebih besar
dilakukan dalam dua periode. dibandingkan dengan jumlah bahan
Rencana awal akan mulai dibangun bakar nuklir bekas yang ditimbulkan
reaktor dengan kapasitas 1.000 PLTN dengan tingkat daya tinggi.
MWe dan 2.000 MWe pada tahun Dengan demikian, dari sudut
2016 dan 2017. Sedangkan pada pengelolaan bahan bakar nuklir
periode kedua menyusul bekas PLTN dengan tingkat daya
pembangunan reaktor dengan tinggi lebih menguntungkan
kapasitas 3.000 MWe dan 4.000 (efisien), karena menimbulkan
MWe dengan rencana operasi pada bahan bakar nuklir bekas yang lebih
tahun 2023 dan 2024, sehingga total sedikit.
daya yang dibangkitkan dari PLTN
tersebut mencapai 10.000 MWe. Diketahui bahwa masing–
Bila yang akan dibangun adalah masing tipe PLTN akan
PLTN dengan daya 1.000 MWe, menghasilkan jumlah bahan bakar
maka diperkirakan pada tahun 2024 nuklir bekas yang berbeda,
Indonesia akan mengoperasikan 10 berkaitan dengan tingkat bakar
unit PLTN. Sementara kalau yang (burn-up) dan pengkayaan U235
akan dibangun adalah PLTN dengan dalam bahan bakarnya. Secara
daya yang lebih rendah (600 MWe), umum untuk PLTN tipe LWR (PWR
maka jumlah PLTN yang akan & BWR) dan CANDU jumlah
dibangun akan semakin banyak. bahan bakar nuklir bekas yang
Tabel 3 memperlihatkan hubungan ditimbulkan setiap tahun
diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 3. Hubungan besar daya dan jumlah unit PLTN untuk asumsi 1.000
MWe.
Besar daya (MWe) Unit PLTN Keterangan
600 17 pembulatan
900 12 pembulatan
1.000 10
Tabel 4. Jumlah bahan bakar nuklir bekas yang dihasilkan beberapa tipe
PLTN.

Jumlah bahan bakar nuklir


Tipe PLTN Keterangan
bekas. (MTU/tahun/unit)
PWR 23 Ref. [13,14]
BWR 23 Ref. [13,14]
CANDU 100 Ref. [13,14]

Data ini untuk PLTN tipe LWR (PWR & BWR) dengan tingkat bakar
33.000 MWd/MTU dan PLTN CANDU dengan tingkat bakar 8.000
MWd/MTU [13]. Jumlah bahan bakar nuklir bekas yang dilepas setiap tahun
oleh seluruh unit PLTN untuk berbagai tipe PLTN, dengan memanfaatkan
data pada Tabel 4 tersebut di atas, untuk PLTN 1.000 MWe dapat dihitung
menggunakan persamaan (2):

Jumlah bahan bakar nuklir bekas total yang ditimbulkan seluruh unit
PLTN untuk PLTN tipe LWR dan CANDU, diperlihatkan seperti Tabel 5.

[MTU Total]T = NT X [MTU]T ...........................................................(2)

dimana :
[MTU Total]T = Jumlah bahan bakar nuklir bekas yang dilepas oleh
seluruh unit PLTN untuk target daya tertentu, dalam hal
ini 10.000 MWe. (MTU/tahun)
N = Jumlah unit PLTN untuk target daya (buah)
[MTU] = Jumlah bahan bakar nuklir bekas yang dilepas PLTN per
tahun (MTU/tahun)
T = Tipe PLTN

Tabel 5. Jumlah bahan bakar nuklir bekas total yang ditimbulkan untuk
PLTN tipe LWR dan CANDU
Jumlah bahan bakar nuklir
Tipe PLTN Keterangan
bekas (MTU/tahun/unit)

PWR 230 Ref. [13,14]

BWR 230 Ref. [13,14]

CANDU 1000 Ref. [13,14]


Tabel 4 dan Tabel 5 dilepaskan pada tahun 2024.
menunjukkan bahwa PLTN tipe Berdasarkan hal tersebut, maka dari
CANDU melepas bahan bakar nuklir sudut pengelolaan bahan bakar
bekas yang jauh lebih banyak nuklir bekas, PLTN tipe PWR atau
dibandingkan dengan tipe PWR dan BWR lebih menguntungkan
BWR. Bila yang akan dibangun di dibandingkan dengan PLTN tipe
Indonesia adalah PLTN tipe CANDU CANDU, karena menimbulkan
maka untuk setiap unit per tahun bahan bakar nuklir bekas dalam
akan ditimbulkan 100 MTU, jumlah yang lebih sedikit. Besarnya
sehingga pada tahun 2024 akan jumlah bahan bakar nuklir bekas
dilepaskan sekitar 1000 MTU/tahun yang dihasilkan PLTN CANDU
bahan bakar nuklir bekas. Apabila berkaitan dengan tingkat
yang akan dibangun adalah PLTN pembakaran dan pengayaan U235,
tipe PWR atau BWR maka akan sebagaimana diperlihatkan pada
ditimbulkan bahan bakar nuklir Gambar 5 di bawah ini. Terlihat
bekas sebanyak 23 MTU untuk bahwa CANDU memiliki pengayaan
setiap unit per tahun, sehingga U235 dan tingkat pembakaran yang
sekitar 230 MTU/tahun bahan rendah.
bakar nuklir bekas yang akan

Gambar 5. Hubungan antara tingkat bakar (burn-up) dan pengayaan U235


dengan tipe PLTN.
Ada beberapa alternatif akan lebih mudah penanganannya.
strategi daur bahan bakar nuklir Apabila seluruh unit PLTN yang
untuk Indonesia, yang berkaitan ingin dibangun terpusat dalam satu
tapak, maka konsep TPS terpusat
dengan tipe PLTN dan metode
tipe AFR akan semakin
penyimpanan bahan bakar nuklir menguntungkan dari segi
bekas. Yang pertama transportasi.
dengan asumsi bahwa Indonesia Bahan bakar nuklir bekas
akan terus dengan direct disposal untuk PLTN tipe PWR atau BWR
tanpa melakukan proses olah-ulang dengan pengayaan U235 sekitar 3 %
dan jenis reaktor yang dipilih adalah dan tingkat pembakaran sekitar
tipe LWR (BWR, PWR) atau 33.000 MWd/MT memerlukan
CANDU, maka berdasarkan pendinginan di dalam air lebih lama
pengalaman Jepang, Korea dan dibandingkan dengan bahan bakar
beberapa negara Eropa [6], ada 2 nuklir bekas dari PLTN tipe
pilihan fasilitas penyimpanan CANDU yang menggunakan
sementara (TPS) bahan bakar nuklir uranium alam dan tingkat
bekas yaitu : pembakaran hanya sekitar 8.000
1. Tipe basah terpusat dalam MWd/MTU. Karenanya TPS sistem
tapak PLTN, untuk LWR basah untuk bahan bakar nuklir
(PWR & BWR). bekas dari PLTN tipe PWR atau
BWR dan TPS sistem kering untuk
2. Tipe kering terpusat dalam bahan bakar nuklir bekas dari PLTN
tapak PLTN, untuk tipe CANDU seperti yang
CANDU. dikembangkan di Kanada. Jika
Jadi secara umum TPS situasi berubah dan Indonesia
terpusat (centralized facility and hendak melakukan reprosesing
away from reactor AFR) adalah sendiri maka jenis reaktor yang
pilihan yang paling rasional, karena dapat dipilih hanyalah tipe PWR
setelah bahan bakar nuklir bekas atau BWR, mengingat tidak ada
didinginkan di dalam kolam PLTN keuntungan memilih PLTN tipe
selama 3-5 tahun maka bahan bakar CANDU untuk aplikasi proses olah-
nuklir bekas tersebut akan disimpan ulang. Sebab PLTN tipe CANDU
dalam TPS relatif lama, yakni berbahan bakar uranium alam,
sekitar 50 tahun baru selanjutnya sehingga tidak ada U235 yang dapat
diproses untuk kondisioning dan diambil kembali dari bahan bakar
penyimpanan lestari. Karenanya bekasnya melalui proses olah-ulang.
akan menyulitkan kalau dalam Berdasarkan pengalaman Jepang
waktu lama bahan bakar nuklir dan beberapa negara Eropa [14,15],
bekas tersebut disimpan di dalam maka tidak diperlukan TPS secara
kolam PLTN (AR : at reactor ) khusus kecuali hanya kolam di
mengingat kapasitas kolam ini PLTN dan tempat penyimpanan
sangat terbatas. Dibandingkan sementara atau tempat transit bahan
dengan pengoperasian TPS secara bakar bekas, sebelum bahan bakar
tersendiri untuk setiap unit PLTN, bekas tersebut diproses olah-ulang.
maka TPS terpusat untuk beberapa Asumsi yang ketiga, apabila
unit PLTN atau bahkan TPS terpusat Indonesia ingin mengoperasikan
untuk seluruh PLTN secara nasional
jenis PLTN kombinasi antara tipe operasi PLTN pertama. Jika
PWR dan CANDU serta pengiriman kembali ke negara asal
menerapkan proses DUPIC (Direct B2NB dapat dilakukan dan
Use of Spent PWR Fuel In CANDU) ekonomis maka tidak akan ada
maka ujung akhir dari bahan bakar persoalan dengan B2NB bagi
bekas akan muncul dari PLTN tipe Indonesia.
CANDU, karena bahan bakar bekas
KESIMPULAN
dari PLTN tipe PWR akan diproses
dengan metode DUPIC dan diubah Dari seluruh pembahasan di
menjadi bahan bakar untuk PLTN atas dapat disimpulkan bahwa
tipe CANDU. Dengan demikian pengelolaan bahan bakar nuklir
maka TPS terpusat (AFR) sistem
bekas PLTN sangat berkaitan
kering adalah pilihan yang paling
menguntungkan. dengan besar daya, tipe PLTN dan
strategi daur bahan bakar nuklir
Peraturan Pemerintah
yang akan dikembangkan. Untuk
Republik Indonesia No. 27 tahun
2002 tentang Pengelolaan Limbah kasus di Indonesia, metode
Radioaktif, menyatakan bahwa pengelolaan bahan bakar nuklir
bahan bakar nuklir bekas dilarang bekas menggunakan tempat
untuk diolah ulang oleh penghasil penyimpanan sementara terpusat
limbah, B2NB wajib disimpan sistem basah adalah pilihan yang
sementara selama masa opeasi paling rasional jika yang akan
reaktor dan setelah penyimpanan
dioperasikan adalah PLTN tipe
sementara harus diserahkan ke
Badan Pelaksana untuk PWR atau BWR. Berdasarkan sudut
penyimpanan lestari atau dikirim pandang pengelolaan bahan bakar
kembali ke negara asal[4]. Peraturan nuklir bekas maka PLTN dengan
ini mensiratkan bahwa Indonesia daya lebih tinggi akan lebih efisien
mengikuti strategi daur terbuka, untuk dioperasikan dibandingkan
B2NB dianggap sebagai limbah dan dengan PLTN dengan daya rendah.
akan dikirim ke penyimpanan
PLTN tipe PWR atau BWR lebih
geologi tanah dalam. Namun
demikian pernyataan “dikirim efisien dibandingkan PLTN tipe
kembali ke negara asal” CANDU karena lebih sedikit bahan
memungkinkan bahwa Indonesia bakar nuklir bekas yang
kelak akan menganut kebijakan ditimbulkan.
wait and see sebagaimana status
dari kebanyakan negara-negara DAFTAR PUSTAKA
PLTN saat ini. Dalam hal ini 1. Republik Indonesia. Blueprint
Indonesia tidak hanya berharap pada Pengelolaan Energi Nasional
perkembangan teknologi saja tetapi 2005-2025. Jakarta, 2005.
juga kemungkinan reprosesing di
luar negeri dan kemungkinan 2. ZHIDONG, L. Present Situation
disposal regional. Yang perlu and Mid- to Long-Term Outlook
dilakukan adalah menunggu sampai of Nuclear Power Development
kapan terwujud, untuk itu Badan in China, IEEJ, July 2003.
Pelaksana harus menyiapkan
penyimpanan sementara jangka 3. European Commission.
panjang khususnya penyimpanan DILEMMA STUDY: Study of
kering kira-kira 30 tahun sesudah
the Contribution of Nuclear 12. IAEA. Nuclear Fuel Cycle
Power to the Reduction of Symulation System (VISTA),
Carbon Dioxide Emissions from IAEA-TECDOC-1535,
Electricity Generation, 1999. February 2007.
4. SEKNEG RI, Peraturan 13. Country Report, in Proc. 5th
Pmerintah Republik Indonesia International Seminar on
No. 27 tahun 2002 tentang Management of Radwaste and
Pengelolaan Limbah Radioaktif, Spent Fuel, Tokyo, Japan, 1998.
2002.
14. MULYANTO, Program Jepang
5. IAEA. Country Nuclear Fuel dalam Manajemen Limbah
Cycle Profiles, Second Edition, Radioaktif dan Bahan Bakar
Technical Reports Series Bekas, Laporan Kepada Dirjen-
No.425, Vienna, 2005. BATAN hasil keikutsertaan
dalam 5th International
6. IAEA. Factors determining the
Seminar on Management of
long term back end nuclear fuel
Radwaste and Spent Fuel,
cycle strategy and future nuclear
Tokyo, Japan, 1998.
systems, IAEA TECDOC-1286,
Proceeding of Technical 15. NOGUCHI, The Current Status
Committee meeting, Vienna, of Spent Fuel Storage and
1999. Transport in Nuclear Power
Plant-W18, in Proc. 5th
7. DICK P.H AND CRIJNS M.J.
International Seminar on
Rising Demands management
Management of Radwaste and
of spent fuel from nuclear
Spent Fuel, Tokyo, Japan, 1998.
power plants, IAEA Bulletin 40,
1998. 16. AFCI. Advanced Fuel Cycle
Initiative Program Plan, January
8. TRAKATS, GRIGORIEV A.
30, 2004. (hal 12).
AND RITCHIE I.G.
Management of spent fuel from 17. NEA-OECD. Accelerator-
power and research reactor: driven System (ADS) and Fast
International status and trends, Reactor (FR) in Advanced
IAEA Bulletin 3, 1993. Nuclear Fuel Cycles: A
Comparative Study, 2002
9. ONUFRIEV V. Spent fuel
management today, IAEA 18. NEA-OECD. The Economics of
Buletin Vol.26, No.1, 1984. the Nuclear Fuek Cycle, 1994.
10. IAEA. Power Reactor 19. NUROKHIM. A Study on the
Information System, PRIS, safety management of nuclear
http://www.iaea.org/programme reactor spent fuel, UKM
s/a2/, 2007 Malaysia, 2006.
11. IAEA. Nuclear Fuel Cycle
Information Systems, INFCIS,
http://www-nfcis.iaea.org, 2007.

You might also like