Professional Documents
Culture Documents
Abstract: This research purposed to find the influence of Adversity Quotient to influence nurse performance
in document processing of nursing care standard at RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi. The research design
was analitic descriptive survey, using cross sectional study, cluster random sampling on 76 respondents
(nurses). Tools of research were Adversity Quotient questionnaire, motivation questionnaire, and nurse
care standard document study. Data was analized by using path analysis. The result was Adversity Quotient
indirectly influence nurse job performance in documenting nursing care standard through motivation in
RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Adversity Quotient terhadap kinerja perawat
dalam pendokumentasian standar asuhan keperawatan melalui motivasi kerja di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi
Kabupaten Blitar. Desain penelitian ini merupakan survey diskriptif analitik menggunakan metode cross sec-
tional study, pada 76 responden dengan teknik cluster random sampling perawat di RSUD ”Ngudi Waluyo”
Wlingi Kabupaten Blitar. Instrument penelitian menggunakan kuesioner Adversity Quotient, motivasi kerja,
dan study dokumentasi kinerja perawat dalam pendokumentasian standar asuhan keperawatan. Teknik analisis
data menggunakan path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adversity Quotient berpengaruh tidak
langsung terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian standar asuhan keperawatan melalui motivasi
kerja di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi.
Kata Kunci: adversity quotient, motivasi kerja, pendokumentasian standar asuhan keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral pasien menghadapi masa pemulihan atau mati dalam
pelayanan di rumah sakit yang mempunyai peran damai (Awosusi, et al., 2011).
penting dalam menentukan citra dan peningkatan mutu Perubahan pelayanan yang berfokus pada pasien
pelayanan rumah sakit di mata masyarakat. Perawat menuntut perawat untuk bekerja secara profesional,
mendukung proses pelayanan pasien secara kese- terstandar, dan memuaskan pelanggan. Perawat harus
luruhan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan melayani setiap saat di dekat pasien secara kompre-
pasien selama 24 jam. Perawat memberikan hensif. Peran penting perawat memerlukan profesina-
perawatan pada pasien sakit untuk sehat, membimbing lisme. Salah satu ciri perawat profesional adalah
mampu bersikap atau berperilaku humanis terhadap
pasien. Perilaku humanis berarti perawat harus
memperlakukan pasien sebagai seorang manusia yang
Alamat Korespondensi: harus diperhatikan, dijaga dan dilayani setulus hati
Endah Woro Utami, Program Magister Manajemen Rumah Sakit sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Email:
(Nursalam, 2008).
dede_woro@yahoo.com, HP (08123259254)
2 JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 1 | MARET 2013
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja Perawat dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Mediasi
Motivasi (X2 )
Status responden hampir seluruhnya menikah yaitu 1,0 – 1,8 buruk, >1,8 – 2,6 kurang, >3,4 – 4,2
(90,79%). Sebagian besar responden (61,84%) memi- cukup, >3,4 – 4,2 baik, >4,2 – 5,0 sangat baik.
liki masa kerja lebih dari sepuluh tahun. Pendidikan Rata-rata variabel AQ 3,662, rata-rata variabel
responden paling banyak Diploma-3 (77,63%). motivasi kerja 3,745, dan rata-rata variabel kinerja
Distribusi frekuensi karakterisitik responden disajikan perawat dalam pendokumentasian SAK 3,574, ketiga-
pada Tabel 1. tiganya termasuk kriteria. Berikut ini adalah tabel
Gambaran AQ, Motivasi Kerja, dan Penilaian statistik deskriptif rata-rata, standart deviation (SD),
Kerja dalam Pendokumentasian Standar nilai minimum dan maksimum dari seluruh variabel
Asuhan Keperawatan penelitian.
Nilai rata-rata pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Penilaian terhadap variabel Adversity Quotient distribusi jawaban responden menunjukkan pada
menggunakan empat indikator (control, origin and kategori baik. Penilaian akan lebih bermakna bila dili-
ownership, reach, dan endurance). Masing-masing hat secara mendalam pada masing-masing indikator.
variabel dideskripsikan dan diintepretasikan dengan Beberapa hal yang menonjol terlihat pada jawaban
melihat acuan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh responden pada variabel AQ yang terdiri atas empat
dari hasil tabulasi jawaban 76 responden. Klasifikasi indikator, yaitu control, origin and ownership,
nilai rata-rata berdasarkan kriteria Noermijati (2008), reach, dan endurance. Kontrol responden rendah
4 JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 1 | MARET 2013
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja Perawat dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Mediasi
Tabel 2. Deskripsi Adversity Quotient, Motivasi Kerja, dan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Standar Asuhan
Keperawatan
Standard
No. Variabel Mean Min Maks
Deviation
1. Adversity Quotient 3.662 0.484 2.85 5.00
Motivasi kerja 3.745 0.371 2.60 5.00
2.
Kinerja perawat dalam pendokumentasian
3. 3.574 0.470 2.57 4.86
SAK
saat mendapatkan kesedihan yang mendalam. Pada Pengaruh AQ pada motivasi kerja ditunjukkan
variabel motivasi kerja, beberapa responden menyata- melalui hasil uji F dan uji t yang menunjukkan hasil
kan bahwa mereka belum mendapatkan penghargaan. yang signifikan (signifikan < 0,05). Hal ini menunjukan
Selain itu, tidak sedikit responden menyatakan bahwa syarat pertama terpenuhi. Selanjutnya pengaruh AQ
mereka belum mendapatkan kesempatan promosi. pada kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK
Variabel kinerja perawat dalam pendokumentasian ditunjukkan melalui hasil uji F dan uji t yang menunjuk-
SAK menunjukkan bahwa kelengkapan dokumentasi kan hasil yang signifikan (signifikan< 0,05) berarti
observasi dan pemeriksaan fisik, kajian anamnesa, syarat kedua terpenuhi. Hasil uji t menunjukkan AQ
dan catatan pemberian obat belum baik. secara parsial tidak berpengaruh signifikan pada
kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK
Hasil Analisis Uji Hipotesis Pengaruh Adver- (signifikan t sebesar 0,125 > 0,05), sedangkan motivasi
sity Quotient terhadap Kinerja Perawat dalam kerja secara parsial berpenga ruh signifikan pada
Pendokumentasian Standar Asuhan Kepera- kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK
watan Melalui Motivasi Kerja (signifikansi t sebesar 0,000 < 0,05), berarti syarat ke
ketiga terpenuhi. Penelitian ini membuktikan bahwa
Pengujian hipotesis digunakan analisis jalur motivasi kerja adalah pemediasi hubungan antara
dengan menggunakan regresi bertahap (hierarchi- dengan kinerja AQ perawat dalam pendokumentasian
cal regression) yaitu dengan membuat 3 persamaan standar asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil uji
regresi sederhana maupun regresi berganda, sehing- analisis jalur dapat disimpulkan bahwa semua hipotesis
ga dapat diketahui efek mediasi variabel motivasi kerja terbukti., yaitu AQ berpengaruh terhadap motivasi ker-
terhadap hubungan variabel Adversity Quotient dan ja perawat, AQ berpengaruh terhadap kinerja perawat
variabel kinerja perawat dalam pendokumentasian dalam pendokumentasian SAK, dan AQ berpengaruh
SAK. Hasilnya dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Uji Regresi Pengaruh Adversity Quotient, Motivasi Kerja, dan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian
Standar Asuhan Keperawatan
No. Tahap Regresi Uji F Sign F Uji t Sign t Koefisien Jalur
tidak langsung terhadap kinerja perawat dalam akibat dari kesulitan itu. Indikator reach menggam-
pendokumentasian SAK melalui mootivasi kerja di barkan semakin besar kemampuan merespon kesulit-
RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi. an sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas dan
e1
0,736
Adversity Quotient 0,561 e3
(X1)
0,640
0,163
Kinerja
Motivasi kerja (X2) perawat (Y)
0,645
0,822
e2
Analisis jalur menunjukkan hasil sebagai berikut: membuat perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran
(1) jalur langsung menghasilkan nilai koefisien jalur hidup, dan tantangan-tantangan hidup menjadi lebih
sebesar 0,561, (2) jalur tidak langsung dari AQ ke mudah ditangani. Indikator endurance (daya tahan)
kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK menunjukkan besar kemungkinan seseorang meman-
melalui motivasi kerja menghasilkan koefisien jalur dang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung
sebesar 0,666 (0,561 + (0,163 x 0,645)). Hal ini lama, dan menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang
menunjukkan jalur yang paling berpengaruh adalah bersifat sementara. Hal ini akan meningkatkan energi,
jalur AQ ke kinerja perawat dalam pendokumentasian optimisme, dan kemungkinan untuk bertindak lebih
SAK melalui motivasi kerja. Model lintasan jalur baik (Stoltz, 2004). Pada penelitian ini secara keselu-
disajikan pada Gambar 2. ruhan indikator-indikator tersebut cukup baik, namun
pada beberapa item harus mendapat perhatian.
PEMBAHASAN Indikator control pada item jika menghadapi
Adversity Quotient mempunyai beberapa indi- kesedihan mempunyai prosentase tinggi. Hal ini
kator, yaitu control, reach, origin dan owner, dan menunjukkan kendali perawat pada saat menghadapi
endurance (Stoltz, 2004). Kata kunci dari control kesedihan kurang baik, sehingga pada kondisi tersebut
atau kendali adalah merasakan. Indikator control akan sangat mempengaruhi kinerja perawat. Respon-
menjelaskan tentang berapa banyak kendali yang den terbanyak perempuan dengan status sudah
dirasakan terhadap peristiwa yang menimbulkan medinkah. Responden perempuan yang sudah meni-
kesulitan. Kendali yang tinggi berarti memiliki respon kah mempunyai kompleksitas masalah lebih banyak
berupa keuletan dan tekad yang tidak kenal menyerah yaitu masalah keluarga dan masalah pekerjaan (Fiati
dalam menghadapi tantangan. Indikator origin dan R, Zahro NI, 2010). Rumah sakit dapat meningkatkan
Ownership (asal usul dan pengakuan) menjelaskan kontrol perawat melalui pelatihan kecerdasan dalam
dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal kesulitan menghadapi rintangan. Program tersebut dapat men-
dan sampai sejauh mana seseorang mengakui akibat- ciptakan perawat yang terus bertahan tatkala
6 JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 1 | MARET 2013
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja Perawat dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Mediasi
menghadapi kesedihan atau kegagalan. Perawat dan gaji. Indikator-indikator pada motivasi tersebut
tersebut dapat meningkatkan kendali dan dapat saling terkait. Promosi dan kesempatan berprestasi
berpengaruh sangat kuat pada tindakan-tindakan dan sudah menjadi hak karyawan, dan sepatutnya diberi-
pikiran-pikiran dalam menghadapi kesedihan dan kan melalui prosedur terbuka, dasar kebijakan yang
kekecewaan agar tidak mempengaruhi kinerja benar dan dirasakan adil oleh seluruh karyawan.
mereka (Stoltz, 2004). Variabel kinerja perawat dalam pendokumen-
Indikator reach item yang kurang baik pada tang- tasian SAK yang mempunyai nilai paling rendah
gung jawab dan komunikasi. Dimensi ini menjelaskan adalah kajian anamnesa. Kajian anamnesa menjadi
tentang tanggung jawab dan komunikasi interper- dasar langkah keperawatan selanjutnya. Kajian
sonal masih perlu ditingkatkan. Rumah sakit dapat anamnesa merupakan pengumpulan data subyektif
menciptakan komunikasi yang baik dengan memberi secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan
kesempatan bergantian bertanggung jawab memimpin tindakan keperawatan bagi pasien dan keluarganya
rapat, dan membiasakan budaya memecahkan setiap (Deswani, 2011). Kurang sempurnanya kajian anam-
masalah dengan diskusi pada masing-masing ruang. nesa disebabkan belum ada format pengkajian yang
Masukan dan saran semua dikaji dan dibahas dapat menjadi alat bantu perawat dalam melakukan
bersama-sama untuk menentukan penyelesaian anamnesa. Format yang dapat mendukung penyu-
masalah yang terbaik (Supriyanto & Troena, 2012). sunan data dasar yang lengkap sangat membantu alur
Indikator origin dan owner yang perlu mendapat kajian anamnesa perawat diantara besarnya beban
perhatian pada item kemampuan mengambil hikmah kerja perawat.
dari pengalaman buruk. Perawat yang tidak bisa Pada indikator observasi dan pemeriksaan fisik
mengambil hikmah dari pengalaman buruk akan nilai kelengkapannya kurang bagus. Observasi dan
mempengaruhi kinerjanya, dan akan mengulang pemeriksaan fisik memerlukan waktu, ketelitian dan
kesalahan yang sama. Rumah sakit dapat melakukan ketrampilan. Pemeriksaan fisik merupakan salah satu
strategi-strategi untuk meningkatkan karyawan dalam dasar dalam proses diagnosa keperawatan, dan obser-
memiliki hal tersebut, dengan menggunakan program vasi merupakan bagian yang menentukan implemetasi
audit internal. Audit adalah suatu proses sistematis tindakan keperawatan.
yang mengevaluasi secara obyektif tentang kegiatan Prosedur umum pemeriksaan fisik melalui pengu-
dan peristiwa untuk menilai tingkat keseuaian antara kuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah,
penilaian dengan kriteria yang ada. Audit internal pernafasan, suhu, dan nadi. Perawat harus menjelas-
bukan untuk mengadili kesalahan tetapi mencari kan setiap langkah prosedur kepada klien dan mendo-
kelemahan untuk mendapatkan perbaikan (Singleton kumentasikan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memu-
& Hall, 2009). dahkan rumah sakit dapat menggunakan metode dan
Indikator endurance item tidak pernah mutasi format yang sistematis dan tapat melalui inspeksi,
atau promosi satu tahun terakhir perlu mendapat palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pendekatan yang bisa
perhatian. Beban tugas yang tetap dan berlangsung digunakan dari kepala sampai kaki (head to toe)
lama menimbulkan kejenuhan. Hal ini berdampak (Deswani, 2011).
pekerjaan hanya sekedar rutinitas. Rumah sakit dapat Observasi dilakukan perawat selama pengkajian,
memasukkan mutasi, promosi sebagai program rutin baik wawancara maupun pemeriksaan fisik. Perawat
tiap tahun (Handoyo & Hartati 2010). Masukan kar- mengobservasi perilaku klien pada tingkat fungsi dan
yawan dalam setiap proses mutasi perlu diperhatikan konsistensi. Tingkat fungsi meliputi fisik, perkem-
menjadi dasar penempatan tempat tugas baru. Pro- bangan dan psikososial, serta aspek sosial. Observasi
mosi juga meningkatkan motivasi kerja. Program ini fungsi dapat dilakukan melalui apa yang dilihat dan
akan meningkatkan kemampuan adaptasi pada dilakukan klien, kemudian dibandingkan dengan apa
karyawan. Kemampuan adaptasi akan meningkatkan yang dikeluhkan atau dinyatakan (Deswani, 2011).
AQ seseorang (Stoltz, 2004). Observasi yang tepat selanjutnya didokumentasikan
Variabel motivasi yang perlu menjadi perhatian secara lengkap.
pada promosi, kesempatan berprestasi, penghargaan
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Moti- hal-hal yang dapat merusak hubungan yang telah
vasi Kerja terjalin dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain ada-
lah: prasangka-prasangka yang negatif, perbedaan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan
prinsip hidup, perbedaan pengalaman hidup, perbeda-
bahwa terdapat pengaruh positif Adversity Quotient
an pengalaman hidup dan prioritas, perbedaan sudut
terhadap motivasi kerja perawat di RSUD ”Ngudi
pandang, dan sikap fanatisme (Supriyanto AS, 2012).
Waluyo” Wlingi. Koefisien jalur bertanda positif
bermakna bahwa semakin tinggi AQ, maka akan
mengakibatkan semakin meningkat pula motivasi Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja
kerja. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Perawat dalam Pendokumentasian Standar
Pangma, dkk (2009), yang menyebutkan bahwa AQ Asuhan keperawatan
yang tinggi mempengaruhi motivasi siswa untuk
Hasil pengujian data penelitian menunjukkan
berprestasi. Hasil penelitian Pangma, dkk (2009) juga
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan AQ
menunjukkan bahwa AQ juga mempengaruhi faktor-
terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian
faktor sense of personal, menghargai diri sendiri
standar asuhan keperawatan di RSUD ”Ngudi
(self esteem), antusias, kepercayaan diri, dan ambisi.
Waluyo” Wlingi. Koefisien jalur bertanda positif
Faktor-faktor tersebut tidak diteliti dalam penelitian
mengindikasikan bahwa semakin meningkat tingkat
ini.
AQ, akan mengakibatkan semakin baik pula kinerja
Hasil penelitian ini juga menunjukkan kesamaan
perawat dalam pendokumentasian standar asuhan
dengan penelitian Wijaya T (2007), yang menyatakan
keperawatan.
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
AQ dan Intensi berwirausaha.
Samsualam (2008), yang menyatakan bahwa kemam-
Adversity Quotient berpengaruh pada motivasi
puan seseorang dalam menyelesaikan beban kerja
kerja perawat di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi,
yang disebut AQ meningkatkan kinerja seseorang.
sehingga peningkatan AQ dapat menjadi dasar mana-
AQ yang tinggi menghasilkan kinerja yang tinggi juga,
jemen RS untuk mengembangkan kualitas jajaran
sehingga AQ dapat dipakai untuk memprediksi hasil
tenaga profesional dalam menghadapi tuntuntan
kinerja seseorang. Hasil penelitian ini juga sesuai
profesionalisme, tuntutan masyarakat akan pelayanan
dengan penelitian Amelia (2009), yang menyatakan
yang berkualitas. AQ yang tinggi dapat membantu
bahwa AQ berpengaruh terhadap kinerja perawat
perawat dalam meningkatkan motivasi kerja. Pening-
dalam pendokumentasian SAK. Perbedaannya pada
katan ini akan membantu perawat dapat memotivasi
penelitian Amelia tidak menyebutkan secara langsung
diri sendiri, memiliki semangat tinggi, dan memiliki
AQ, tetapi fenomena psikologis yang berpengaruh
sikap lebih positif dalam menghadapi perubahan baik
pada kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK.
di rumah sakit maupun di luar rumah sakit.
Fenomena tersebut adalah kemampuan untuk meng-
Peningkatan AQ memerlukan kombinasi antara
hadapi tantangan melakukan hal-hal baru dan kemam-
IQ dan EQ. Rumah sakit dapat menggunakan
puan menghadapi kesulitan yang tinggi.
pelatihan ketrampilan keilmuan tentang keperawatan
Hasil ini dapat menjadi dasar rekomendasi untuk
dan kesempatan meningkatkan pendidikan formal
program pembinaan dan pengembangan bagi pening-
untuk meningkatkan IQ. EQ dapat berkembang
katan AQ perawat. Teknik pembinaan dan pengem-
melalui hubungan dan komunikasi seseorang dengan
bangan AQ membantu perawat mampu menghadapi
orang lain agar tercipta keserasian hubungan timbal
lingkungan RS yang terus berubah, serta mengatasi
balik yang saling menguntungkan (Supriyanto AS,
kesulitan, kemunduran fisik dan psikis. AQ merupa-
2012).
kan dasar dari kesuksesan (Stoltz, 2004). AQ yang
Rumah sakit dapat meningkatkan kemampuan
tinggi pada perawat akan meningkatkan daya saing,
perawat dalam berkomunikasi ataupun persuasi yang
produktivitas, kreativitas, motivasi, kesiapan mengha-
baik melalui pelatihan, rekreasi bersama, dan pertan-
dapi resiko, ketekunan, dan keuletan, yang semuanya
dingan persahabatan antar ruangan/instalasi. Pening-
akan bermuara pada kinerja perawat yang baik,
katan kemampuan tersebut akan dapat meminimalis
8 JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 1 | MARET 2013
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja Perawat dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Mediasi
termasuk kinerja perawat dalam pendokumentasian Motivasi yang tepat akan mempengaruhi kinerja kar-
standar asuhan keperawatan. yawan (Zainudin & Isa, 2011). Kelompok karyawan
Adversity Quotient perawat RSUD ”Ngudi pada organisasi yang terdiri dari individu dengan
Waluyo” Wlingi masih dapat ditingkatkan agar kinerja motivasinya baik akan menghasilkan kinerja yang baik
perawat semakin baik. Pendokumentasian SAK pula (Peterson, 2007).
merupakan pencatatan yang terus menerus selama Rumah sakit tidak bisa mengesampingkan AQ
perawatan mengenai kondisi dan kebutuhan pasien dan motivasi dalam mewujudkan kesuksesan kinerja
(Triyanto & Kamaludin, 2008). Perawat akan meng- perawat dalam pendokumentasian SAK. Peningkatan
hadapi kejenuhan, beban kerja yang menumpuk, tetapi AQ melalui motivasi akan menghasilkan kinerja yang
dengan pembinaan AQ akan membantu perawat agar lebih bagus dibandingkan hanya peningkatan AQ saja.
mudah beradaptasi menghadapi setiap tantangan Proses rekruitmen karyawan dapat juga memasukkan
dalam pelayanan. Pembinaan sumber daya manusia seleksi tes AQ menjadi bagian tes psikologis. AQ yang
(SDM) tidak hanya semata-mata berupa peningkatan tinggi mempunyai point persyaratan diterimanya kar-
ketrampilan keperawatan seperti resusitasi, mema- yawan baru. Program pengembangan AQ juga dapat
sang alat kesehatan, dan Basic Life Support. Mana- dimasukkan dalam orientasi karyawan baru. Upaya
jemen dapat memasukkan program pengembangan peningkatan AQ tersebut akan lebih baik dalam
AQ ini menjadi bagian peningkatan mutu SDM dalam meningkatkan kinerja jika motivasi tetap dipikirkan.
setiap rencana tahunan. Perawat dengan AQ tinggi terus dibina AQ-nya,
tanpa mengesampingkan motivasi tetap diperhatikan,
Pengaruh Adversity Quotient melalui motivasi melalui promosi, kesempatan berprestasi, penghar-
kerja terhadap Kinerja Perawat dalam Pendo- gaan dan gaji.
kumentasian Standar Asuhan Keperawatan
Implikasi Hasil Penelitian
Hasil pengujian data penelitian menunjukkan
bahwa AQ berpengaruh tidak langsung terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa AQ ber-
kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pendoku-
melalui motivasi kerja di RSUD ” Ngudi Waluyo” mentasian SAK di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi
Wlingi. Koefisien jalur positif lebih kuat menunjukkan Kabupaten Blitar baik secara langsung maupun tidak
bahwa jika AQ perawat ditingkatkan melalui motivasi langsung. Jalur tidak langsung AQ terhadap kinerja
yang tinggi akan meningkatkan dan memberi dampak perawat dalam pendokumentasian SAK di RSUD
pada peningkatan kinerja perawat. ”Ngudi Waluyo” Wlingi melalui motivasi kerja berpe-
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian ngaruh lebih kuat.
Widayat (2009), yang menyatakan AQ berpengaruh Implikasi secara praktis adalah peningkatan AQ
langsung terhadap kinerja karyawan dan motivasi dengan berbagai cara antara lain pelatihan komuni-
berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. kasi, program audit internal, dan pelatihan kecerdasan
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Elfina menghadapi rintangan. Peningkatan AQ tersebut
(2007), yang menyatakan AQ mempengaruhi kinerja diatas disertai upaya peningkatan motivasi melalui
dan juga motivasi. Pada penelitian ini menjelaskan kesempatan berprestasi, promosi, penghargaan dan
bahwa jalur tidak langsung AQ mempengaruhi kinerja gaji akan meningkatkan kinerja perawat dalam
perawat dalam pendokumentasian SAK melalui pendokumentasian SAK lebih baik di RSUD ”Ngudi
motivasi kerja lebih kuat. Waluyo” Wlingi. Sebagai umpan balik manajemen RS
Motivasi kerja terhadap kinerja perawat pada saat dapat memberikan penilaian kinerja dalam pendoku-
ada varabel AQ, terbukti secara parsial tidak berpe- mentasian SAK sebagai bagian reward promosi
ngaruh siginifikan terhadap kinerja. Sebaliknya AQ perawat (Hartati & Handoyo, 2010).
secara parsial terbukti berpengaruh signifikan pada
kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK Keterbatasan Penelitian
melalui motivasi kerja. AQ yang tinggi disertai efek Kinerja perawat dalam penelitian ini diukur hanya
positif dari motivasi semakin meningkatkan kinerja. melalui pendokumentasian standar asuhan keperawatan
dalam satu kali penilaian berdasarkan kelengkapan mengevaluasi pada periode waktu tertentu secara
catatan rekam medis saat pengamatan. Penilaian berkala, dan memasukkan penilaian kinerja perawat
kualitas isian pada dokumentasi standar asuhan kepe- dalam pendokumentasian standar asuhan kepera-
rawatan tersebut belum dilakukan. Hal ini disebabkan watan sebagai pertimbangan pemberian promosi.
pada segi kelengkapan SAK masih belum lengkap Program peningkatan AQ tersebut akan lebih
sehingga belum bisa dinilai kualitasnya. meningkatkan kinerja perawat bilamana RS juga
melakukan peningkatan motivasi dengan pemberian
KESIMPULAN DAN SARAN penghargaan terhadap karyawan, misalnya dengan
pemberian hadiah perawat teladan/berprestasi, ke-
Kesimpulan
sempatan mengembangkan karier secara transparan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dan menganut azas keadilan. Program lain dengan
maka dapat disimpulkan bahwa Adversity Quotient peningkatan kesejahteraan karyawan melalui pening-
pada perawat RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi terma- katan gaji dan evaluasi tarif jasa pelayanan secara
suk klasifikasi baik dengan beberapa indikator paling berkala.
tinggi pada origin dan ownership, sedangkan dimensi
paling rendah reach. Motivasi kerja pada perawat DAFTAR RUJUKAN
RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi baik, dengan bebepara
Amalia, H., Noermijati, & Alamsyah, A. 2012. ’Pengaruh
item yang masih perlu perhatian adalah faktor promosi,
nilai organisasi terhadap kinerja karyawan di Rumah
keadilan, kesempatan berprestasi, penghargaan, dan Sakit Wava Husada Kepanjen’, Jurnal Manajemen
gaji. Kinerja perawat dalam pendokumentasian SAK Pelayanan Kesehatan, vol. 15, pp. 71–6.
adalah baik, dengan indikator kajian anamnesa, Amelia, R. 2009. ’Pengaruh motivasi berprestasi terhadap
observasi dan pemeriksaan fisik masih perlu perbaikan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan pasien
paling banyak dibandingkan indikator yang lain. gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Dari uji hipotesa terbukti bahwa AQ berpengaruh Sumatera Utara’, Majalah Kedokteran Nusantara,
positif terhadap motivasi kerja perawat. AQ berpenga- vol. 42, no. 1, pp. 8–13.
ruh langsung terhadap kinerja perawat dalam Awosusi, O., O., Jegede, & Osamede, A. 2011. ’Motivation
and job performances among nurses in the ekiti state
pendokumentasian SAK, dan AQ berpengaruh tidak
environment of Nigeria’, International Journal of
langsung terhadap kinerja perawat dalam pendoku-
Pharma and Bio Sciences, vol. 2, no. 2, pp. 583–95.
mentasian standar asuhan keperawatan melalui moti- Deswani. 2011. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis.
vasi kerja di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi. Jakarta: Salemba Medika.
Berdasarkan dua jalur yang diteliti terbukti bahwa jalur Djamarah, Bahri, S., & Zain, A. 1995. Strategi Belajar
tidak langsung AQ terhadap kinerja perawat dalam Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
pendokumentasian standar asuhan keperawatan Efnita, S., Taufik, & Uyun, Z. 2007. ’Adversity Quotient
melalui motivasi kerja lebih berpengaruh. pada etnis Cina’, Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi Edisi Khusus November 2007, vol. 9, no.
Saran 1, pp. 54–68.
Ernawati, NLAK 2011. ’Kebutuhan riil tenaga perawat
Berdasarkan kesimpulan, berikut ini saran yang dengan metode workload indicator staff need
direkomendasikan antara lain rumah sakit dapat (WISN)’, Jurnal Ners, vol. 6, no. 1, pp. 86–93.
mempertimbangkan pengembangan SDM dengan Fiati, R., & Zahro, N.I. 2010. ’Pengaruh teknologi
memasukkan program pembinaan AQ dalam rencana informasi, kecerdasan intelektual, emosional dan
tahunan disamping pelatihan ketrampilan dan penge- motivasi ekonomi terhadap stress pada wanita
tahuan profesi. Rumah sakit dapat mengkaji ulang karir’.
Handoyo, & Hartati. 2010. ’Pengaruh motivasi ekstrinsik
sistem rekruitmen dengan memasukkan penilaian
terhadap pelaksanaan dokumentasi proses kepera-
tingkat AQ seseorang dalam tes psikologis menjadi watan di Instalasi Rawat Inap RSUD Purbalingga’,
salah satu pertimbangan penerimaan karyawan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol. 6, no. 2,
Manajemen rumah sakit dapat mengembangkan pro- pp. 84–92.
gram audit internal, mensosialisasikan dan
10 JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 1 | MARET 2013
Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kinerja Perawat dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Mediasi
Hartati, & Handoyo. 2011. ’Pengaruh motivasi dua faktor educstion school’, International Refereed Research
Herzberg terhadap pelaksanaan dokumentasi proses Journal, vol. III, no. 4(2), pp. 13–23.
keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Purbalingga’, Singleton, & Hall. 2009. Information Technologi Auditing
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol. 7, no. 1, dan Ansurance. Jakarta: Salemba Empat.
pp. 26–34. Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Noermijati. 2008, Aktualisasi Teori Herzberg, Suatu kajian Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
terhadap kepuasan kerja dan kinerja spiritual Stoltz, P.G. 2004. Adversity Quotient Mengubah Hambatan
manajer, Universitas Brawijaya. Menjadi Peluang. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Supriyanto, A.S., & Troena, E.A. 2012. ’Pengaruh kecer-
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. dasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
Pangma, R., Tayraukham, S., & Nuangchalerm, P. 2009. kepemimpinan tranformasional, kepuasan kerja dan
’Causal factors influencing adversity quotient of kinerja manajer’, Jurnal Aplikasi Manajemen, vol.
twelfth grade and third-year vocatinal students’, Jour- 10, no. 4 Desember 2012, pp. 693–709.
nal of Social Sciences vol. 5, no. 4, pp. 466–70. Thoyib, A. 2005. ’kearifan Intelektual, Mental, dan Spiri-
Peterson, T.M. 2007. ’Motivation: how to increase project tual sebagai Dasar Pengambilan Keputusan’.
team performance’, Project Management Journal, vol. Triyanto, E., & Kamaludin, R. 2008. ’Gambaran motivasi
38, no. 4, pp. 60–9. perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan
Riyadi, S., & Kusnanto, H. 2007. ’Motivasi kerja dan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto’,
karakteristik individu perawat di RSD Dr. H. Moh Jurnal Keperawatan Soedirman vol. 3, no. Juli 2, pp.
Anwar Sumenep Madura’, Working Paper Series, vol. 66–80.
18, pp. 1–8. Widayat, R. 2009. Being A Great and Sustainable Hospi-
Robbins, S. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba tal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Empat. Wijaya, T. 2007. ’Hubungan Adversity Intelligence dengan
Samsualam, I., & Syafar, M. 2008. ’Analisis hubungan intensi berwirausaha (Study empiris pada siswa
karakteristik individu dan motivasi dengan kinerja SMKN 7 Yogyakarta)’, Jurnal Manajemen dan
asuhan keperawatan di BP Rumah Sakit Umum Kewirausahaan, vol. 9, no. 2 September 2007, pp.
Labuang Baji Makasar’, Jurnal Kesehatan 117–27.
Masyarakat Madani ISSN, vol. 01, no. 1979-228X. Zainudin, S., & Isa, C.R. 2011. ’The role of organitation
Sangaji, E.M., & Sopiah. 2010. Metodolgi Penelitian. fairness and motivation in the relationship between
Yogyakarta: CV Andi Offset. budget participation ang managerial performance: a
Santos, M.C.J. 2012. ’Assessing the effctiveness of the conceptual paper’, Australian Journal of Basic and
adapted adversity quotient program in a spesial Applied Sciences, vol. 5, no. 12, pp. 641–8.