You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN

“DISTOSIA BAHU”

Disusun Oleh:
KELOMPOK II

 Febi Febrita Pratiwi (21506037)


 Ahmad Riswan (21506044)
 Nirwana (21506058)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
YASASAN PENDIDKAN MAKASSAR
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
“DISTOSIA BAHU”

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh
terlalu lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang
abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi
janin dan jalan lahir. Kelainan persalinan ini adalah konsekuensi empat
kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi:

a.) kelainan gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang kurang kuat
atau kurangnya koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi
serviks (disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya otot volunteer selama
persalinan kala dua
b.) kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul sempit
c.) kelainan presentasi, posisi atau perkembangan janin dan kelainan jaringan
lunak saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi turunnya janin.
(Cunningham, Gary: 2005)
Antonim bahasa Yunani untuk eutosia, atau persalinan normal adalah
distosia yang menandakan persalinan yang abnormal atau sulit. distosia
dapat terjadi akibat beberapa kelainan tertentu yang melibatkan serviks,
uterus, janin, tulang panggul ibu, atau obstruksi lain di jalan lahir. Distosia
didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor
persalinan. (Bobak: 2004). Bahu merupakan bagian terbawah janin dan
abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak
teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan.
Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat
terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari
vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak
lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi
pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan
dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior
macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat
halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu
merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Klasifikasi Distosia:
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).

B. Etiologi
Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau


akibat upaya mengedan ibu (kekuatan atau powers ).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage ). Walaupun
kekuatan gaya ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan
struktur atau karakter jalan lahir yang menimbulkan hambatan mekanis
terhadap turunnya bagian terbawah janin yang tidak teratasi
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan
posisi, bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang atau passengers )
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan


pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem
pendukung. Penyebab dari distosia bahu disebabkan oleh
deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul
(misalnya pada makrosomia) yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan
kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

C. Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang


menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
rambut pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari distosia bahu adalah:
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi.
Namun, pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat
mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan
besar. Begitu juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga
mengalami obesitas.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak
berhasil melahirkan bahu.
4. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
5. Dagu tertarik dan menekan perineum
6. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
E. Komplikasi
1. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam
cairan amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin,
akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius
lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama
persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia.
2. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat seksio sesaria. Apabila disproporsi antara kepala
janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap dan
tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat terengang
yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
3. Cincin retraksi patologis
Cincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat, disertai
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi
semacam ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen
dan menandakan ancaman akan rupturya segmen bawah uterus.
4. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengn munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.
5. Cedera otot dasar panggul
Saat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari
kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-
gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf dan jaringan ikat.
6. Efek pada janin
Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi
intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan
saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan
penyebab penting kematian dan neonates. Hal ini disebabkan karena
bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan
janin. Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi
adalah konsekuensi serius lainnya.

F. Faktor Resiko

Sejumlah karakteristik ibu, janin dan intrapartum sering menyertai


distosia bahu. beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas,
multiparitas dan diabetes berpengaruh terhadap distosia bahu akibat
pengaruhnya pada peningkatan berat lahir. Hubungan antara kehamilan
lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak
janin terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Penyulit intrapartum yang
dihubungkan dengan distosia bahu adalah pelahiran dengan forceps tengah
serta persalinan kala satu dan kala dua yang memanjang.
G. Penatalaksanaan

Metode Persalinan Distosia Bahu


1. Manuver Mc. Roberts :
 Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi
pelebaran jalan lahir dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat
menjadi 10 derajat.
 Kepala janin tarik curam kebawah sehingga
memudahkan persalinan bahu depan.

Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen
sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan
suprapubic secara bersamaan (panah vertikal).

2. Manuver Hibbard dan Resnick


 Lakukan episiotomi luas untuk melebarkan jalan lahir
 Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah
masuk PAP
 Tekan bahu depan diatas simfisis, sehingga dapat masuk PAP
3. Manuver Woods Cork Screw
 Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian
terendah janin, untuk masuk PAP
 Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara spontan
lahir

Maneuver Wood.
Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah
simfisis pubis.
4. Melahirkan bahu belakang

 Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus


posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas
didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku
 Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
 Lengan posterior dilahirkan
5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
 Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan
tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan
langkah berikutnya yaitu :
 Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan
kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk
melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu
mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.

6. Manuver Zevanelli
 Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalam
vagina Diikuti dengan persalinan seksio sesarea
 Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR dan
menimbulkan trauma jalan lahir lebih besar.

7. Teknik Kleidotomi
 Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volume
bahu mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung
 Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikula depan

8. Simfisiotomi
Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pada pengkajian terdapat data awal yakni pengkajian fisik dan
pengkajian selanjutnya yang dapat memberikan informasi tentang
frekuensi, lama dan intensitas kontraksi uterus, status serviks, denyut
jantung janin, presentasi dan stasiun janin, serta status membran. Data
laboratorium seperti pH kulit kepala, dapat mengidentifikasi distress
janin, hasil ultrasonografi dapat mengidentifikasi masalah disfungsi
persalinan potensial yang terkait dengan janin atau panggul ibu. Seluruh
pengkajian ini membantu identifikasi akurat diagnose keperawatan yang
potensial dan actual, yang berhubungan dengan distosia dan gangguan
pada ibu janin.
Pada pengkajian dibedakan menjadi:
1) Data Subjektif
Data subjektif terdiri dari:
a) Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama klien, usia, suku, pendidikan,
agama, pekerjaan dan alamat
b) Keluhan utama klien
Keluhan yang dirasakan pada ibu dan biasanya mengeluh rasa
mulas dan nyeri pinggang
c) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif
sebanyak 20 kali dalam 24 jam
d) Makan dan minum terakhir
Mengetahui jumlah asupan nutrisi dan cairan yang terakhir ibu
konsumsi, serta jenis nutrisi yang telah dikonsumsi
e) Pola eliminasi
Mengetahui pola eliminasi pada ibu meliputi BAB dan BAK
f) Istirahat
Mengetahui pola istirahat dan tidur, apakah ada gangguan dalam tidur.
g) Kondisi psikologis
Mengetahui adakah perasaan cemas dalam proses persalinannya

2) Data Objektif
Data Objektif yang dapat diperoleh dalam pengkajian, meliputi:

1. Keadaan Umum, seperti tingkat kesadaran klien

2. Tanda-tanda vital: Tekanan darah, suhu, nafas, nadi

3. Inspeksi secara head to toe mulai dari rambut, muka, leher, telinga,
mamae, perut, punggung dan pinggang serta ektremitas atas dan
ekstremitas bawah
4. Palpasi: Lakukan palpasi dengan memberikan tindakan Leopold 1,
Leopold 2, Leopold 3, dan Leopold 4
5. Auskultasi: Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) di bagian bawah
pusat sebelah kiri
6. Perkusi: Reflek patella

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang potensial dan actual, yang dapat
diidentifikasi pada wanita yang mengalami distosia ialah sebagai berikut:
a) Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan persalinan yang lambat

b) Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kelahiran premature dan


rupture ketuban atau berhubungan dengan prosedur operasi
c) Nyeri yang berhubungan dengan distosia dan prosedur obstetric

d) Risiko tinggi cidera janin yang berhubungan dengan gangguan pada janin

e) Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan intervensi


penanganan distosia
f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur operasi

g) Gangguan rasa nyaman (cemas) berhubungan dengan ancaman


yang nyata atau potensial terhadap diri sendiri dan janin

3. Intervensi keperawatan

 Diagnosa 1: Ansietas yang berhubungan dengan kemajuan


persalinan yang lambat
Intervensi:

a. Kaji tingkat ansietas

b. Berikan rasa nyaman pada klien

c. Singkirkan stimulasi yang berlebihan

d. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya

e. Pahami perasaan klien terhadap situasi stress

f. Minta suami atau keluarga untuk mendampingi selama


proses persalinan untuk memberikan keamanan dan
mengurangi rasa takut
g. Ajarkan klien teknik relaksasi

 Diagnosa 2: Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan


kelahiran premature dan rupture ketuban atau berhubungan dengan
prosedur operasi Intervensi:
a. Kaji tanda dan gejala terjadinya infeksi

b. Pantau terhadapa peningkatan suhu sebagai tanda infeksi

c. Perhatikan teknik aseptic selama proses persalinan

d. berikan perawatan yang berhubungan dengan proses kelahiran


dan rupture ketuban
Bantu dan implementasikan intervensi untuk distosia
(misalnya posisi, version, peningkatan proses persalinan, dan
pematangan servikal)
1. Kaji DJJ selama proses berlangsung

2. Kaji tanda-tanda vital kehamilan

3. Nilai tingkat kenyamanan selama prosedur yang menyakitkan.

4. Berikan pendidikan kesehatan dan informasi pada ibu dan


keluarga

5. Berikan dukungan emosional pada ibu dan keluarganya

6. Berikan perawatan kolaboratif

Intervensi yang dapat diberikan secara kolaboratif seperti versi


sefalik luar ( external cephalic version), partus percobaan (trial of
labor), induksi atau augmentasi dengan oksitosin, amniotomi, dan
prosedur operatif misalnya upaya melahirkan dengan bantuan
forsep, ekstrasi vakum, dan kelahiran sesaria.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang


mengalami distosia berdasarkan hasil yang diharapkan adalah:
a. Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.

b. Menggunakan pola koping yang positif


untukmempertahankan konsep diri positif.
c. Mengekspresikan rasa cemasnya berkurang atau minimal

d. Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau


tidak ada komplikasi seperti infeksi, cedera, atau
hemoragik
e. Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera
kelahiran

f. Mengunggkapkan bahwa nyerinya berkurang.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed 4. Jakarta.


Penerbit: Buku Kedokteran EGC
Cunningham. 2004. Obstetri Wiliam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :J aringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi
Komar, Syamsudin. 2004. Bunga rampai Obstetri. Palembang: bagian
obstetric dan ginekologi Universitas Sriwijaya
Llwenllyn – Jones, Derek.2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi.
Edisi 6 Jakarta
: Hipokrates
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari .2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

You might also like