You are on page 1of 5

Klasifikasi Asfiksia Neonatorum

Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) asfiksia

diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

Nilai apgar 0-3 memerlukan resusitasi segera secara aktif dan terkendali. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x permenit, tonus otot

buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat. Pada asfiksia dengan henti jantung

yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 20 menit sebelum lahir lengkap

atau bunyi jantung menghilang. Pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

Nilai apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat

bernafas normal kembali. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih

dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis.

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)

Tabel 1.1 Nilai APGAR (Ghai, 2010)


Nilai 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut Jantung Tidak ada <100 >100
Warna Kulit Biru atau Pucat Tabuh merah Merah jambu
jambu dan
kaki, tangan
biru
Gerakan/tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Refleks Tidak ada Lemah/lambat Kuat

Nilai apgar mempunyai hubungan erat dengan beratnya asfiksia dan biasanya

dinilai satu menit dan lima menit setelah bayi lahir. Angka ini penting artinya
dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi yang

akan dikerjakan.

Observasi dan periksa :


A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi
denyut jantung dengan jari.
G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi
dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika
lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan
tenggorokannya dihisap.
A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya
atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan
kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan
pernapasannya.

Manfestasi Asfiksia Neonatorum

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala asfiksia antara lain :

a. Warna kulit kebiruan (sianosis)

b. Pernafasan cuping hidung

c. Pernafasan cepat

d. Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak

teratur

e. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

f. Hipoksia

g. Asidosis metabolik atau respirator

h. Perubahan fungsi jantung

i. Kegagalan sistem multi organ


j. Ketika mengalami perdarahan diotak maka ada gejala neuroligik seperti

kejang, nistagmus dan menangis kurang baik atau tidak menangis (Ghai,

2010).

Diagnosis Asfiksia

Anamnesis

Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia

neonatorum.

a. Gangguan/ kesulitan waktu lahir.

b. Cara dilahirkan.

c. Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai, 2010).

Pemeriksaan fisik

a. Bayi tidak bernafas atau menangis.

b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit.

c. Tonus otot menurun.

d. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada

tubuh bayi.

e. BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah

tali pusat jika:

a. PaO2 < 50 mm H2O

b. PaCO2 > 55 mm H2

c. pH < 7,30 (Ghai, 2010)


Asfiksia pada bayi biasanya merupakan lanjutan dari anoksia/hipoksia janin.Diagnosa

hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat

janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian :

a. Denyut jantung janin

Frekuensi normal adalah 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini

bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan

denyut umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun

sampai dibawah 100x semenit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal

itu merupakan tanda bahaya.

b. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi kepala kemungkinan menunjukkan gangguan

oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan.Adanya mekonium dalam

air ketuban dalam presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk

mengakhiri persalinan bila hal itu dapt dilakukan dengan mudah.

c. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat

sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Darah ini

diperiksa pH-nya.Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu

sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya

(Prawirohardjo,2009).

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya


asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
Pemeriksaan Penunjang

a. Foto polos dada

b. USG kepala

c. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit


(Prawirohardjo,2009).

You might also like