You are on page 1of 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN PNEUMOTORAK

(UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH KMB)

Ns. Vela Purnamasari M.kep

OLEH KELOMPOK 2

STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI

Jl.Soekarno Hatta No.7 Pare Kediri

Telp.0354391867/fax.0354391867

Tahun Akademik 2017/2018


NAMA KELOMPOK : NIM

1. April (2017030

2. Firstiantanika fortuny A (201703026)

3. Frisco febri agung A (201703028)

4. Ndaru (2017030

5. Praditya (2017030

6. Triana okta P.S (201703070)

7. Tya seftiani (201703073)

8. Weni wandansari (201703078)


LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini.

Meyatakan bahwa makalah yang telah kami buat ini adalah sah dan asli hasil

diskusi yang kami kerjakan sebaik-baiknya. Dengan ini kami kelompok 2 prodi

D3 Keperawatan angkatan tahun 2017/2018 menyerahkan makalah ini pada :

Hari :Kamis

Tanggal :13 September 2018

Oleh :

Ketua Kelompok Dosen Pengajar

Keperawatan

Triana okta p.s Ns.vela purnamasari M.kep.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya

miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Pare, 07 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT PNEUMOTHORAK

DEFINISI

Merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapumal rongga

pleura tidak berisi udara,lmoner dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan

parinteral, yang dapat menyebab kan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal

rongga pleura tidak berisi udara,supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap

rongga dada.(Rahajoe,2012).

ETIOLOGI

 Infeksi saluran nafas

 Adanya rupture ‘bleb’ pleura

 Traumatic misalnya pada luka tusuk

 Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan

kimia

 Penyakit inflamasi paru akut dan kronis (penyakit paru obstruif kronik

(PPOK),TB paru. Fibrosis paru,abses paru,kanker dan tumor metastase ke

pleura.

Pneumotoraks dapat diklarifikasikan menjadi spontan dan traumatic

1. Traumatik dapat dibagi lagi menjadi :

 Pneumotoraks iatroganik

Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini

dibedakan menjadi dua yaitu :

Pneumotoraks traumatic iaotroganik aksidental ini terjadi

akibat tindakan-tindakan parasentesis dada, biopsy


pleura,biopsy transbronkial.biopsy/ aspirasi paru

perkutaneus.

Pneumotoraks traumatic iatogonik artificial (deliberate)

merupakan pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan

cara mengisi udara biasanya untuk terapi tubercolosis (

sebelum era antibiotik ) atau untuk menilai permukaan

paru.

 Pneumotorak non-iatrogenik (accidental).

2. Pneumotoraks spontan dapat dibagi lagi menjadi primer (tanpa adanya

penyakit yang mendasarinya) ataupun sekedar ( komplikasi dari penyakit

paru akut atau kronik ).

MANIFESTASI KLINIS

1. Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang

terlokalisasi pada paru yang sakit.

2. Nyeri dada pleuritik biasanya disertai sesak nafas,peningkatan kerja

pernapasan,dan dispnea.

3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak

mengembang seperti sisi yang sehat.

4. Suara nafas jauh atau tidak ada.

5. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan.

6. Takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumotoraks.


7. Tension pneumotoraks

 Hipoksemia ( tanda awal )

 Ketakutan

 Gawat napas ( takipnea berat )

 Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan rerata,penurunan

komplians,dan auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP)

pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis.

 Kolaps kardio vaskuler ( frekuensi jantung >140xmenit pada setiap

hal berikut : sianosis perifer,hipotensi,aktivitas listrik tanpa denyut

nadi ) (marton,2012).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto thoraks : deviasi mediastinal menunjukkan adanya tegangan (

tension). umumnya didapat garis penguncupan paru yang sangat halus (

pleural line ). Bila disertai darah atau cairan lainya akan tampak garis

mendatar yang merupakan batas udara dan cairan (air fluid level ).

 Saturasi oksigen harus diukur,biasanya normal kecuali ada penyakit paru .

 Ultrasonografi atau CT Scan Toraks baik dalam mendeteksi pneumotoraks

kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi paru perkutan. ( swidarmoko

boedi )

PENATALAKSANAAN ( Reeves,2010)

Tatalaksana dari kelainan ini b ergantung pada tipe,ukuran,manifestasi

klinis,serta penyakit yang menyertainya. Ukuran pneumotoraks ditentukan


berdasarkan jarak antara apeks paru dengan kubah ipsilateral rongga toraks,seperti

yang terlihat pada rontgen thoraks posisi tegak. Dikatakan pneumotoraks minimal

bila jaraknya adalah <3 cm dan besar bila jaraknya >3cm.

Pada kelainan yang minimal biasanya tidak membutuhkan adanya

intervensi dan pasien cukup diobservasi kecuali menetapnya udsara yang

terkumpul. Tidak dibutuhkan adanya tindakan yang lebih jauh lagi bila ada

pemeriksaan foto rontgen menunjukkan hasil yang sama dalam 24 jam. Pada

pneumotoraks yang luas dibutuhkan tatalaksana rawat inap.

Tatalaksana dari kelainan ini termasuk evakuasi darah dari rongga pleura

dan menutup kebocoran yang terjadi. Pada keadaan dimana udara yang terjebak

memiliki volume yang cukup besar dan pasien mengalami kesulitan untuk

bernafas. Dibutuhkan penusukan selang torakostomi dan pemberian tekanan

negatif dengan menggunkan suction (-20cmH2O). Selang torakostomi ditusukan

pada garis midaksila sela iga 4-5. Paru harus mengallami ekspansi secara lambat

karena ekspansi secara cepat akibat evakuasi udara yang terjebak,dapat menim

nulkan komplikasi baru yaitu udema paru, pada keadaan pneumotoraks yang

cukup luas,akan lebih baik untuk tidak memberikan tekanan negatif secara

terburu-buru namun sebalikn ya membiarkan udara yang terjebak untuk keluar

secara perlahan-lahan dan klemudian membaik secara spontan sebelum suction

digunakan.

Suction dapat dipertahankan sampai tidak didapatkannya udara pada

rongga thoraks. Suction kemudian dapat dilepas namun selang WSD dapat

dipertahankan. Jika pada penentuan selama 24 jam,tidak ditemukan adanya udara

lagi,maka selang dapat dilepas. Bila udara tetap ditemukan,maka hal tersebut
merupakan tanda adanya kerusakan permukaan lapisan pleura, parenkim paru atau

fistula bronkopleura yang membutuhkan tindakan oprasi.

MASALAH YANG LAZIM MUNCUL (nanda 2015)

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang

tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot

sekunder.

3. Gangguan pertukaran gas

4. Intoleransi aktifatas.

5. Resiko defisit nutrisi

DISCHARGE PLANNING

1. Biasakan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan

bergizi

2. Istirahat yang cukup

3. Berhenti merokok dan hi ndari kontaminasi asap rokok

4. Berhenti minum alkohol

5. Kenali tanda gejala penyakit dan kurangi stress

6. Tindakan observasi hanya dilakukan bila luas lesi <15%.jika pasien

dirumah jelaskan kepada keluarga dan pasien untuk mengetahui keadaan

emergency pneumotorak supaya cepat dibawa ke RS segera

7. Kontrol foto thoraks ulang setelah beberapa hari diperlukan untuk

evaluasI.
8. Apabila selama 7 hari pengamatan masih terdapat pneumotoraks maka

diperlukan tindakan aspirasi ataupun pemasangan WSD

PHATOFISIOLOGI

Trauma tajam dan Torak


tumpul.

Akumulasi cairan pneumotorak


dalam kavum
pleura.
Resiko infeksi
kerusakan
integritas kulit

Ekspansi paru Pemasangan WSD Diskontuinuitas


jaringan

Thorakdrains Merangsang
Ketidak efektifan
bergeser reseptor nyeri
pola nafas
pada periver kulit

Merangsar
reseptor nyeri Nyeri akut
pada pleura
viseralis dan
parietalis.
KONSEP ASKEP PADA PASIEN PNEUMOTORAK

PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Identitas pada klien harus diketahui diantaranya :

Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,alamat, jenis

kelamin, status perkawinan dantanggung jawab.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dikatakan klien.

3. Riwayat penyakit sekarang

 Sering diawali oleh infeksi saluran napas akut, terutama pada orang
dewasa.
 Iritan, stres emosi, keletihan, perubahan endokrin, variasi suhu dan
kelembapan, dan terpajan dalam asap beracun yang mungkin
memperparah serangan asma instrinsik.
 Serangan asma mungkin dimulai dengan awitan keparahan yang
dramatis dan simultan, gejala multipel, atau tersembunyi dan
berbahaya, serta secara bertahap berkembang menjadi gagal napas.
 Terpajan pada alergen tertentu yang kemudian diikuti denga awitan
mendadak dispnea dan mengi serta sesak di dada juga disertai
dengan batuk yang menghasilkan sputum kental, jernihatau kuning.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pengakajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelum

klien pernah menderita asma, keluhan pada masa kecil ,dan penyakit lain

yang memperberat maupun penyakit keturunan.

5. Pemeriksaan fisik

- Dispnea yang nyata


- Dapat berbicara hanya beberapa kata sebelum berhenti untuk bernapas
- Penggunaan otot napas tambahan
- Diaforesis
- Peningkatan diameter anteroposterior toraks hiperesonans pada
pemeriksaan fremitus
- Ditemukan suara
- Menginspiratori atau ekspiratori
- Fase ekspiratori napas memanjang
- Suara napas tidak ada
- Sianosis, konfusi, dan letargi yang mengindikasikan awitan status
asmatikus dan gagal napas yang mengancam jiwa.

Pemeriksaan diagnosik

 Laboratorium
- Analisis gas darah arteri meunjukkan hipoksemia ( normal:PO2 75-100
mmHg)2
- Kadar IgE serum meningkat karena reaksi alergi (Normal: <40 U/mL)2
- Hitung darah lengkap dengan diferensial menunjukkan peningkatan hitung
eosinofil (normal: 1-3% atau 100-300 mL)2
- Foto thoraks.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan Hasil yang dicapai Intervensi (NIC)4


NANDA/SDKI (NOC) 4

Ketidakefektifan bersihan Status pernapasan: Manajemen jalan


jalan napas3 (D.0001) ventilasi napas:
Yang berhubungan dengan4 - 040301. Independen
: Frekuensi - Auskultasi
- Merokok/perokok pernafasan. 3 ( suara napas.
pasif deviasi sedang Catat suara
- Mukus berlebihan, dari kisaran napas tambahan
sekresi tertahan, normal ) seprtti mengi,
eksudat di dalam - 040302. Irama crackles atau
alveoli pernafasan. 3 ronki.
- Penyakit paru (devisiasi sedang - Kaji dan pantau
obstruksi kronik dari kisaran frekuensi
- Spasme jalan napas, normal) pernapasan.
jalan napas alergi - 040309. Catat rasio
- Penggunaan otot inspirasi-ke-
Definisi3: bantu ekspirasi.
Ketidakmampuan pernafasan.3 - Catat
membersihkan sekresi atau (deviasi sedang keberadaan dan
obstruksi dari saluran napas dari kisaran derajat dispnea,
untuk mempertahankan normal ) mis,
bersihan jalan napas. - 040310. Suara laporan”lapar
nafas tambahan. 3 udara”, gelisah,
( devisiasi sedang ansietas,
dari kisaran hipoksia distres
normal) napas, dan
penggunaan otot
aksesoris.
Gunakan skala
0-10 atau
thoracic
society’s grade
of
breathlessness
scale untuk
menilai
kesulitan
pernapasan.
Pastikan faktor
presipitasi jika
memungkinkan.
Bedakan
episode akut
darii eksaserbasi
dispnea kronis
- Evaluasi pola
tidur; catat
laporan
kesulitan dan
apakah klien
merasa telah
dapat
beristirahat
dengan baik.
Berikan
lingkungan
yang tenang dan
kelompokkan

Gangguan pertukaran Status pernapasan: Terapi latihan :


gas3 pertukaran gas Ambulasi
( D.0003) - 040208. Tekanan - Beri pakaian
Yang berhubungan parsial oksigen yang tidak
dengan4: didarah arteri mengekang
- Ketidakseimbangan (PaO2). 3 ( deviasi - Sediakan tempat
ventilasi-perfusi sedang dari tidur yang
(sekresi tertahan, kisaran normal ) berketinggian
bronkospasme, - 040213. Rontgen rendah, yang
udara terperangkap) dada. 3 (deviasi sesuai.
- Perubahan membran sedang dari - Bantu pasien
kapiler alveolar kisaran normal ) untuk duduk
- 040203. Dispnea ditempat tidur,
Definisi3: saat istirahat. 3 ( atau dikursi.
Kelebihan atau defisit cukup ) - Konsultasikan
oksigenasi dan/atau - 040206. Sianosis. pada ahli terapi
eliminasi karbon dioksida 3 (cukup) fisik mengenai
pada membran alveolar- rencana
kapiler. ambulasi sesuai
kebutuhan.

Nyeri akut ( D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri


Definisi : pengalaman - 210201. Nyeri - Melakukan
sensorik atau emosional yang dilaporkan pengkajian
yang berkaitan dengan 2(cukup berat). nyeri
kerusakan jaringan aktual - 210206. Ekspresi komprehensif
atau fungsional dengan nyeri wajah. 2. yang meliputi
onset mendadak atau lambat Cukup berat. lokasi ,
dan berintensitas ringan - 210226. karakteristik,
hingga berat yang Berkeringat onset/durasi,fre
berlangsung kurang dari 3 berlebihan. 3. kuensi,
bulan. Sedang. kualitas,intensit
- 210209. as,atau beratnya
Penyebab : agen pencedera Ketegangan. 2 nyeri dan faktor
fisiologis,kimiawi,fisik. cukup berat. pencetus.
- 210215. - Observasi
-Gejala dan tanda mayor Kehilangan nafsu adanya petunjuk
Subjektif : mengeluh nyeri makan.3 sedang nonverbal
Objektif : tampak - 160502. mengenai
meringis,bersikap Mengenali kapan ketidaknyamana
protektif,gelisah,frekuensi nyeri terjadi n terutama pada
nadi meningkat,sulit tidur. 4(sering mereka yang
-Gejala tanda minor mrnunjukkan) tidak bisa
Subjektif : tidak tersedia - 160510. berkomunikasi
Objektif : tekanan darah Menggunakan secara efektif.
meningkat, pola nafas jurnal harian - Gunakan
berubah,proses berpikir untuk memonitor strategi
terganggu,menarik gejala dari waktu komunikasi
diri,berfokus pada diri ke waktu 5( terapeutik untuk
sendiri, diafpresis. secara konsisten mengetahui
menunjukkan ). pengalaman
Kondisi klinis terkait : - 160504. nyeri dan
Kondisi pembedahan,cedera Menggunakan sampaikan
traumatis,infeksi,sindrom tindakan penerimaan
koroner akut, glaukoma. pengurangan ( pasien terhadap
nyeri ) tanpa nyerei.
analgesik. 4
(sering
menunjukkan)
D.0036. Resiko Status nutrisi : asupan Terapi intravena (IV)
ketidakseimbangan nutrisi Definisi: pemberian
cairan. Definisi : asupan gizi dan monitor cairan
Definisi : beresiko untuk memenuhi intravena dan
mengalami kebutuhan-kebutuhan pengobatan.
penurunan,peningkatan atau metabolik. - Intruksikan
percepatan perpindahan - 100901. Asupan pasien tentang
cairan dari kalori. 2. Sedikit prosedur
intravaskuler,interstivial,ata adekuat - Jaga teknik
u intraseluler. - 100902. Asupan aseptik,dengan
Faktor resiko : prosedur protein.2.sedikit ketat
pembedahan adekuat. - Lakukan 5
mayor,trauma/perdarahan,lu - 100903.2.sedikit benar sebelum
ka adekuat. memulai infus
bakar,aferesis,asites,obstruk - Seleksi dan
si intestinal,peradangan siapkan IV
pankreas,penyakit pompa infus
ginjal,dan kelenjar,disfungsi sesuai indikasi
intestinal. - Berikan
pengobatan IV
sesuai yang
diresepkan,dan
monitor untuk
hasilnya.

D. 0060. Resiko Toleransi terhadap Terapi oksigen


Intoleransi Aktivitas. aktivitas Definisi : pemberian
Definisi : beresiko Definisi : respon oksigen dan
mengalami ketidakcukupan fisiologis terhadap pemantauan mengenei
energi untuk melakukan pergerakan yang efektifitas nya.
aktifitas sehari-hari. memerlukan energi - Bersihkan
Faktor resiko : gangguan dalam aktivitas sehari- mulut,hidung
sirkulasi,ketidak bugaran hari. dan skresi
status fisik, riwayat - 000501. Saturasi trakea dengan
intoleransi aktivitas oksigen ketika tepat.
sebelumnya,tidak beraktivitas. 3. - Batasi aktifitas
berpengalaman dengan Cukup terganggu. merokok.
suatu aktivitas, gangguan - 000502. - Pertahankan
pernafasan. Frekuensi nadi kepatenan jalan
Kondisi klinis terkait : ketika nafas.
Anemia,gagal jantung, beraktivitas. 3. - Siapkan
penyakit katup jantung, Cukup terganggu. peralatan
aritmia, penyakit paru - 000503. oksigen dan
obstuktif kronis ( PPOK ), Frekuensi berikan melalui
gangguan pernafasan ketika sistem
metabolik,gangguan beraktifitas.3. humidifier.
musklus skletal. cukup terganggu - Nerikan oksigen
- 000507. Warna tambahan sesuai
kulit. 4 sedikit yang
terganggu. diperintahkan.
- Monitor aliran
oksigen.

-
Implementasi

1. Manajemen jalan napas: 4. Terapi oksigen


- Auskultasi suara napas. Catat suara Definisi : pemberian oksigen dan
napas tambahan seprtti mengi, pemantauan mengenei efektifitas
crackles atau ronki. nya.
- Kaji dan pantau frekuensi - Bersihkan mulut,hidung dan skresi
pernapasan. Catat rasio inspirasi-ke- trakea dengan tepat.
ekspirasi. - Batasi aktifitas merokok.
- Catat keberadaan dan derajat - Pertahankan kepatenan jalan
dispnea, mis, laporan”lapar udara”, nafas.
gelisah, ansietas, hipoksia distres - Siapkan peralatan oksigen dan
napas, dan penggunaan otot berikan melalui sistem humidifier.
aksesoris. Gunakan skala 0-10 atau - Nerikan oksigen tambahan sesuai
thoracic society’s grade of yang diperintahkan.
breathlessness scale untuk menilai - Monitor aliran oksigen.
kesulitan pernapasan. Pastikan
faktor presipitasi jika 5. Manajemen nyeri
memungkinkan. Bedakan episode - Melakukan pengkajian nyeri
akut darii eksaserbasi dispnea komprehensif yang meliputi lokasi
kronis , karakteristik,
- Evaluasi pola tidur; catat laporan onset/durasi,frekuensi,
kesulitan dan apakah klien merasa kualitas,intensitas,atau beratnya
telah dapat beristirahat dengan baik. nyeri dan faktor pencetus.
Berikan lingkungan yang tenang - Observasi adanya petunjuk
dan kelompokkan nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada
2. Terapi latihan : Ambulasi mereka yang tidak bisa
- Beri pakaian yang tidak mengekang berkomunikasi secara efektif.
- Sediakan tempat tidur yang - Gunakan strategi komunikasi
berketinggian rendah, yang sesuai. terapeutik untuk mengetahui
- Bantu pasien untuk duduk ditempat pengalaman nyeri dan sampaikan
tidur, atau dikursi. penerimaan pasien terhadap
- Konsultasikan pada ahli terapi fisik nyerei.
mengenai rencana ambulasi sesuai
kebutuhan.

3. Terapi intravena (IV)


Definisi: pemberian dan monitor
cairan intravena dan pengobatan.
- Intruksikan pasien tentang prosedur
- Jaga teknik aseptik,dengan ketat
- Lakukan 5 benar sebelum memulai
infus
- Seleksi dan siapkan IV pompa infus
sesuai indikasi
- Berikan pengobatan IV sesuai yang
diresepkan,dan monitor untuk
hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusuma,hardhi dan amin huda.2016.Asuhan Keperawatan Praktis.Jilid

2.Yogyakarta:Mediaction Jogja.

2. Nanda internasional Inc.nursing diagnosis : definition & classification

2015-2017 Ed.10. jakarta : EGC.

You might also like