Professional Documents
Culture Documents
Sumber: Bickley, Lynn S.Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Bates, ed.8. Jakarta: EGC, 2009.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
SISTEM KARDIOVASKULER
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
Nama :
Nim :
Tanggal :
Perceptor :
No PROSEDUR 4 3 2 1
1. PENGKAJIAN
A. PERSIAPAN
Siapkan peralatan pencahayaan yang tepat, termasuk
lampu “gooseneck” (leher angsa), tirai, dua buah
penggaris, stetoskop, doppler (tambahan)
Cuci tangan
Jelaskan prosedur pada klien
Tempatkan klien pada posisi nyaman
Tanyakan kepada klien, apakah memiliki salah satu
riwayat berikut:
a. Riwayat keluarga adanya insiden dan usia terjadinya
penyakit jantung, kadar kolestrol tinggi, tekanan darah
tinggi, stroke, obesitas, penyakit jantung kongenital,
penyakit arterial, hipertensi dan demam reumatik.
b. Riwayat klien demam reumatik, mur-mur jantung,
serangan jantung, varikositas atau gagal jantung
c. Adanya gejala yang mengindikasikan penyakit jantung
(misalnya kelelahan, dispnea, ortopnea, edema, batuk
dan nyeri dada, palpitasi, sinkop hipertensi, mengi dan
hemoptisis)
d. Adanya penyakit yang mempengaruhi jantung (misal
obesitas, diabetes, penyakit paru, gangguan endokrin)
e. Gaya hidup yang merupakan faktor resiko penyakit
jantung (misalnya merokok, konsumsi alkohol, pola
makan dan olahraga, area dan derajat stres yang
dirasakan)
2. B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
a. Atur posisi klien
Mulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk
dengan dada tanpa penutup
Ruang pemeriksaan harus tenang untuk
menampilkan auskultasi yang adekuat.
Pencahayaan terang
Tetap selalu menjaga privacy pasien
Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda
kegawatan.
b. Inspeksi wajah
Mulai dengan kulit muka
Pemeriksaan mata dan jaringan sekeliling mata (area
periorbital), xantelhasma (endapan kolesterol
berbentuk noda berwarna kuning muda di tengah
atau di ujung kelopak mata), konjungtiva (pucat
anemia, petekie endocarditis infektif), kornea
(arkus senilis hiperkolesterol)
Inspeksi bibir (sianosis hipoksia)
Kaji keadaan umum wajah
3. 2. Palpasi
a. Palpasi denyut karotis
Palpasi hanya satu arteri karotis pada satu waktu
Hindari memberi tekanan berlebihan dan memijat
arteri karotis
Minta klien untuk sedikit memutar kepala ke sisi
yang diperiksa
5. 4. Auskultasi
a. Auskultasi dada klien dengan diafragma stetoskop
Mulai auskultasi dengan posisi klien duduk.
Gerakkan stetoskop perlahan menyebrang dada dan
dengarkan di atas setiap “five key landmarks”
Dengarkan di atas RSB, 2 ICS. Dalam posisi ini
suara jantung 2 (S2) dapat lebih keras dibanding
suara jantung 1 (S1) karena sisi ini berada tepat
diatas katup aorta.
Dengarkan di atas LSB, 2 ICS. Pada lokasi ini juga
suara jantung 2 (S2) dapat lebih keras dibanding
suara jantung 1 (S1) karena pada sisi ini berada tepat
di atas katup pulmonalis.
Dengarkan di atas LSB, 3 ICS disebut juga “Erb’s
Point”. Pemeriksa harus mendengarkan kedua suara
jantung 1 (S1) dan jantung 2 (S2) relatif seimbang
intensitasnya. Pada lokasi ini suara jantung 1 (S1)
dapat lebih keras dibanding suara jantung 2 (S2),
terjadi karena penutupan katup trikuspidalis dan
merupakan tempat terbaik untuk auskultasi.
Dengarkan di atas apeks : 5 ICS, MCL. Pada lokasi
ini suara S1 dapat lebih keras dibanding suara S2,
terjadi karena penutupan katup mitral dan
merupakan tempat terbaik untuk auskultasi
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merumuskan diagnosa keperawatan NANDA berdasarkan data
yang didapat sesuai dengan masalah yang timbul pada kasus
gangguan sistem kardiovaskular
Menentukan prioritas diagnose keperawatan
7. Perencanaan
Menentukan tujuan
Menentukan label NOC (Outcome) dan indicator
Menyusun rencana tindakan keperawatan (NIC)
8. Evaluasi
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klien.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia.
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan.
9. Dokumentasi
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan.
10. Sikap
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien
Percaya diri
11. Komunikasi
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
Lampiran
Dokumentasi tindakan:
Tanggal Jam Dx Implementasi Paraf dan nama
keperawatan (D, A, R)