You are on page 1of 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

PASIEN FRAKTUR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah KMB III

Disusun oleh :

Kelompok 3

Hani Syfa Ulfa A : 4003160043

Indra Maelu L : 4003160032

Lisdiawati Putri : 4003160015

Narissa Ardya N : 4003160046

Sri Yani : 4003160013

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Fraktur. Tak lupa kami juga berterima kasih kepada ibu Ns.Arie
Sulistiyawati.,M.Kep selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah KMB III yang
sudah memberikan tugas ini.
Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna dan juga
bermanfaat serta menambah wawasan pengetahuan kita semua. Dalam pembuatan makalah
ini kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurnaoleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini bisa dengan mudah di mengerti dan di pahami.
Mohon maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini, serta bila ada kalimat yang
kurang berkenan.

Bandung, 01 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fraktur
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Klasifikasi Fraktur
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.7 Komplikasi
2.8 Penatalaksanaan Medis
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah
satu sebab.Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas industri, olah raga
dan rumah tangga (Muttaqin Arif,2008).
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual pada integritas individu
yang dapat menyebabkan gangguan biologis maupun psikologis sehingga dapat
menimbulkan respon berupa nyeri (Andarmoyo, 2013).
Fraktur di kenal dengan istilah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik.Kekuatan,sudut,tenaga,keadaan tulang,dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak
lengkap.Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,sedangkan fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Muttaqin Arif 2008).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2009 terdapat lebih dari 7 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan
yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
benda tajam/ tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak
1.775 orang(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul, yang
mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Menurut data Dinas Kesehatan
provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 586 kejadian,jumlah meninggal dunia
sebesar 630 orang,luka berat sebesar 7 orang dan luka ringan sebesar 55 orang.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari fraktur?


2. Apa saja etiologi dari fraktur?
3. Bagaimana patofisiologi dari fraktur?
4. Apa saja klasifikasi fraktur ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari fraktur?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang fraktur?
7. Apa saja komplikasi fraktur ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada fraktur?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien fraktur?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari fraktur?


2. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur?
4. Untuk mengetahui klasifikasi fraktur ?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fraktur?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang fraktur?
7. Untuk mengetahui komplikasi fraktur ?
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada fraktur?
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien fraktur?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang,
baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong,
2005).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).

2.2 Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya:

a. Trauma langsung/ direct trauma


Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan
fraktur patologis.
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.

Etiologi fraktur menurut Price dan Wilson yaitu:


a. Cidera atau benturan.
b. Faktor patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena
tumor, kanker dan osteoporosis.
c. Fraktur beban
Terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru
diterima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.

2.3 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2.4 Klasifikasi

Klasifikasi fraktur secara umum :


1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
a) Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
b) Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
 Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
 Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
 Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
 Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
 Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
 Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
 Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a) Tidak adanya dislokasi.
b) Adanya dislokasi
 At axim : membentuk sudut.
 At lotus : fragmen tulang berjauhan.
 At longitudinal : berjauhan memanjang.
 At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 medial
c) 1/3 distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,


pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung


bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas
yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena


kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1) X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
2) Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans.

3) Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

4) CCT kalau banyak kerusakan otot.

5) Pemeriksaan Darah Lengkap.


2.7 Komplikasi

1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit
karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan
tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan
pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih
sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini
akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh –
pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari
sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental
(gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit
ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai
darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau
keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular
mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien
mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit.
Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat
harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten
atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk
melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak,
fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi
karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka
vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama


a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang - kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor
yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi,interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
2.8 Penatalaksanaan Medis
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi
nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik
imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
 Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
 Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
o Immobilisasi dan penyangga fraktur
o Istirahatkan dan stabilisasi
o Koreksi deformitas
o Mengurangi aktifitas
o Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
o Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
o Gips patah tidak bisa digunakan
o Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
o Jangan merusak / menekan gips
o Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
o Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan
traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis
frakturnya sendiri.
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga
arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode
pemasangan traksi antara lain :
 Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency
 Traksi mekanik, ada 2 macam :
o Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.
Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
o Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
 Mengurangi nyeri akibat spasme otot
 Memperbaiki & mencegah deformitas
 Immobilisasi
 Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
 Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
 Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
 Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan
pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
 Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
 Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
 Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada


pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan
reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah
mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan
paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
 Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
 Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada
didekatnya
 Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
 Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
 Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-
kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan.
1) Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi
untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus
dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak
cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil
pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak
mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan
stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat
penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah
sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi,
trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat
dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur
transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik
dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan
rotasi.
2) Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus
terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke
enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang
tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali


Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu
dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang
terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan
kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Riwayat Psikososial
g. Pola aktivitas sehari hari
h. Pola Hubungan dan Peran
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
j. Pola Reproduksi Seksual

k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan


2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Keadaan lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai
status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler  5 P yaitu :

- Pain : rasa nyeri


- Palor : pucat
- Parestesia : mati rasa
- Pulse : Nadi
- Paralisis : kelumpuhan
Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
a) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
- Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
- Cape au lait spot (birth mark).
- Fistulae ()
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
- Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai
dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan
yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
(1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time  Normal > 3 detik
(2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
(3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,
tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan
permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau
permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
c) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam
ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
c. B1-B6

Breathing (B1)

Bagaimana pernafasannya, regular/tidak, bagaimana kesimetrisaanya,


bagaimana suaranya apakah terdapat suara tambahan. Apakah terdapat pergerakan
otot antar rusuk, bagaimana gerakan dada, bagaimana suaranya apakah ada
pembesaran dada

Blood (B2)

Tanda:

- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas)


Hipotensi (kehilangan darah)

- Takikardi ( respon stress, hipovolemi)

- Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler,
lambat, pusat bagian yang terkena

- Pembengkakan jaringan atau masa hematon pada sisi cedera

Brain (B3)

Gejala:

- Hilang gerakan/sensori, spasme otot

- Kesemutan

Tanda:

- Deformitas local angurasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi ( bunyi


berdent) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi

- Agitasi ( mungkin badan nyeri/ansietas/trauma lain)

Bowel (B4)

Bagaimana bentuk/kesimetrisannya, turgor kulit abdomen apakah suara tambahan


dan bagaimana peristaltic ususnya
Bladder (B5)

Bagaimana bentuk/kesimetrisannya, apakah terdapat lesi, apakah terjadi


inkontinensia urun

Bone ( B6)

Tanda :

- Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna

- Pembengkakan local ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

3. Analisa Data

PROBLEM ETIOLOGI SYMPTOM


DS : pasien mengatakan FRAKTUR Nyeri akut
nyeri pada bagian fraktur
Do: - Pelepasan mediator nyeri
(histamine,prostaglandin,
bradikinin,serotonin )

ditangkap reseptor nyeri perifer

impuls ke otak

persepsi nyeri

nyeri akut
DS: - FRAKTUR Kerusakan integritas jaringan
DO : terdapat luka di / kulit
kulit pasien Menembus kulit (fraktur
terbuka )

Luka

Kerusakan integritas jaringan /


kulit

DS: - FRAKTUR Kerusakan perfusi jaringan


DO :- terlihat adannya
edema Pelepasan mediator inflamasi

Vasodilatasi

Peningkatan aliran darah

Peningkatan permeabilitas kapiler

Kebocoran cairan ke intersisial

Edema

Menekan pembuluh darah perifer

Kerusakan perfusi jaringan


DS : pasien mengatakan FRAKTUR Hambatan mobilitas fisik
tidak bias bergerak
secara bebas Deformitas
DO: pasien tampak
melakukan kegiatan Gangguanfungsi
dibantu oleh keluarga /
perawat Hambatanmobilitasfisik
FRAKTUR Resiko infeksi

Menembuskulit (frakturterbuka )
Luka

Kerusakan integritas jaringan /


kulit

Kerusakanpertahanan primer

Post de entry kuman

Resikoinfeksi

4. DiagnosaKeperawatan

• Nyeri akut b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang , edema jaringan lunak

• Kerusakan integritas jaringan kulit b.d mobilisasi fisik atau cedera tusuk

• Kerusakan perfusi jaringan b.d berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma
jaringan tulang

• Gangguan imobilitas fisik b.d kelemahan , kerusakan neuoramuskular

• Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan primer , kerusakan kulit trauma
jaringan , adanya fraktur terbuka.

ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI


KEPERAWATA
N
Nyeri akut b.d Setelah dilakukant indakan 1)observasi 1)
spasme otot, keperawatandiharapkannyeriak TTV, untukmengetahuipe
gerakanfragment utberkurangatauhilang kajisklanyeri rkembangantanda-
ulang , edema Dengankriteriahasil : (0-10), tanda vital,
jaringanlunak 1. Skalanyeriberkurang / hilang derajatnyeri untukmenentukanka
2. mampuberaktifitas ,danlokasinyeri rakteristiknyeridanu
3. 2)pertahankanm ntukmelanjutkantin
mampumelakukanteknikdikstra obilisasibagian dakanselanjutnya
ksidanrelaksasi yang 2)
sakitdengantira menghilangkanatau
h baring , gips , menguranginyerida
traksi nmancegahkesalaha
3) nposisitulang
tinggikandandu 3)
kungekstremitas melancarkanalirand
yang fraktur arahdanmenurunkan
4)ajarkanteknik edema
distraksidanrela 4)
ksasi untukmenguranginy
5)kolaborasiden eri
gandokteruntuk 5)
pemberianterapi menghilangkannyer
obat i
Kerusakanintegri Setelahdilakukantindakankeper 1) 1)
tasjaringankulitb. awatandiharapkanpasiendapatm maragekulitdan untukmeminimalka
dmobilisasifisikat empertahankanintegritaskulitda penonjolantulan nresikotinggikerusa
aucederatusuk nmemberikankenyamanan g kanintegritasjaringa
Dengankriteriahasil : 2)pertahankante nkulit
1.ketidaknyamanan hilang mpatbebaskuma 2)mempertahankan
2. memudahkanpenyembuhan n kondisi normal kulit
3) 3)
ubahposisideng untukmencegahterja
anteratur dinyakerusakaninte
4) gritaskulit
kolaborasidenga 4) mempercepat
ndokteruntukpe proses
mberianterapi penyembuhan
yang sesuai
Kerusakanperfusi Setelahdilakukantindakankeper 1) observasi 1)
jaringanb.dberku awatandiharapkanperfusiperifer TTV untukmengetahuipe
rangnyaalirandar dapatdipertahankan 2) rkembangantanda-
ahakibatadanya Dengankriteriahasil : kajiadanyagang tanda vital
trauma 1. nadi normal 60-100 x/menit guan motoric 2)
jaringantulang 2.kulit hangat (36,5-37,5 C) , atausensorikpad mengetahuiperubah
sensori normal , RR 16- apasien an motoric
24x/menit, TD 120/80 mmHg 3) atausensorikpadapa
pertahankanposi sien
sidaerahfrakturl 3)
ebihtinggi untukmemperlancar
4) alirandarah
observasiadany 4)
aiskemikseperti untukmelakukantin
penurunansuhu dakanselanjutnya
danpeningkatan 5)
rasa sakit untukmelakukantin
5) dakanselanjutnya
observasiadany 6)
atandasianosisat untukmeningkatkan
aupenurunankes sirkulasidanmngura
adaran ngiterjadinya
6) thrombus
dorongpasienun 7)
tukmelakukanm untukmempertahan
obiliasisecepatn kanperfusi
ya
7)
kolaborasidenga
ndokter
Gangguanimobili Setelahdilakukantindakankeper 1) 1)
tasfisikb.dkelema awatandiharapkanmeningkatka jelaskanaktivita untukmelatihaktivit
han , nataumempertahankanaktivitas s-aktivitasapa aspasien
kerusakanneuora pasien yang 2)memenuhikebutu
muskular Dengankriteriahasil : dapatdikerjakan hansehari-
1. sendiriolehpasie haripasien
pasiendapatmelakukanaktivitass n dana pa yang 3)
ehari- perludibantuole mencegahterjadinya
harisesuaidenganpembatasanger hperawat komplikasidanmeni
ak 2) bantu ngkatkankesembuha
pemenuhanseha n
ri-haripasien 4)
yang memberikanposisi
tidakdapatdilak yang nyaman
ukannya
3)
ajarkandananjur
kanuntuklatihan
aktifpadadaerah
cedera
4)ajarkanteknik
relaksasi
Resikoinfeksib.dt Setelahdilakukantindakankeper 1) 1)
idakadekuatnyap awatandiharapkanmencegahterj inspeksikulitunt untukmengkajiluka
ertahanan adinyainfeksi ukiritasiataurob kemungkinanadany
primer , Dengankriteriahasil : ekankontinuitas ainfeksi
kerusakankulit 1. 2) kajisisikulit , 2)
trauma jaringan , tidakterjadiingfeksipadadaerahl perhatikanpenin dapatmengidentifik
adanyafrakturterb uka gkatannyeriatau asitimbulnyainfeksi
uka 2.pasien dapatmempertahankan rasa local
system imuntubuhnya terbakaradanya 3)
edema meminimalkanterja
3) dinyainfeksi
ajarkanpasienun 4)
tuktidakmenyen untukmemantaupato
tuhsisiinfeksi logisjikaterjadiinfek
4)lakukanpemer i
iksaanlaboratori 5)
um mengurangiataumen
5) ghilangkaninfeksi
kolaborasidenga
ndokteruntukpe
mberian
antibiotic

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang,
baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini harapan kami agar pembaca dapat memahami
tentang penyebab fraktur, sehingga kita dapat lebih berhati-hati dalam bekerja ataupun
melakukan aktifitas sehari-hari serta kita juga dapat membantu pasien yang fraktur.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

You might also like