Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Maternitas 1
2. Beban SKS : 4 SKS (2SKS Teori, 1 SKS Praktikum dan 1 Praktik Lapangan)
3. Tujuan Modul
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran keperawatan maternitas, bila diberi
data/kasus mahasiswa mampu:
4. Deskripsi Modul
Dalam modul blok ini, mahasiswa akan mempelajari tentang upaya meningkatkan
kesehatan reproduksi perempuan usia subur, ibu hamil, melahirkan, nifas, diantara dua
masa kehamilan dan bayi baru lahir fisiologis dengan penekanan dan upaya preventif
dan promotif yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
memperhatikan aspek legal dan etis ditatanan klinik maupun komunitas.
5. PROFESIONAL PROFIL
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa
memahami dan mampu mengaplikasikan keperawatan maternitas dalam berbagai
tatanan pelayanan baik di klinik maupun di komunitas pada tahap pendidikan profesi.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. KOMPETENSI
Hard Skill
No Knowledge Psikomotor Soft Skill
1. Mahasiswa mampu memahami 1. Komunikasi
dan menjelaskan tentang anatomi 2. Berfikir kritis
fisiologi organ reproduksi pria
dan wanita, serta fungsi organ
reproduksi sekunder
2. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang perilaku
dan tahapan hubungan seksual
3. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan peran dan
aspek legal etik keperawatan
maternitas
Mahasiswa mampu memahami
4. dan menjelaskan tentang konsep
kehamilan yang terdiri dari
konsep genetika, konsepsi, dan
perkembangan Janin
5. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan anatomi,
fisiologi dan psikologi pada
kehamilan
6. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang nutrisi
ibu dan janin
7. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pada ibu hamil
8. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang faktor
esensial dan proses persalinan
normal
9. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang
penatalaksaan nyeri selama
proses persalinan (farmakologi
dan non farmakologi)
10. Mahasiswa mampu memahami
dan menjelaskan pengkajian
janin
Selasa/ 04 11 13.30-18.30 Kasus 1 Kelp. 6 (Ns. Sufriani) Kasus 1 Kelp. 2 (Ns. Kiftia)
4 Desember Kasus 3 Kelp. 7 (Ns.Aida Fitri) Kasus 3 Kelp. 3 (Ns. Aida Fitri)
2018 Kasus 5 Kelp. 5 (Ns. Imelda) Kasus 4 Kelp. 4 (Ns. Sri Intan Rahayu)
Kasus 5 Kelp. 1 (Ns. Imelda)
5 Rabu/ 05 12 13.30-18.30 Kasus 3 Kelp. 4 (Ns.Aida Fitri) Kasus 1 Kelp. 7 (Ns. Elka)
Desember Kasus 4 Kelp. 1 (Ns.Imelda) Kasus 4 Kelp. 5 (Ns. Mariatul Kiftia)
2018 Kasus 5 Kelp. 2 (Ns. Sufriani) Kasus 5 Kelp. 6 (Ns. Sri Intan)
Kasus 4 Kelp. 2 (Ns. Mariatul Kiftia)
6 Kamis/ 06 13 13.30-18.30 Kasus 1 Kelp. 4 (Ns. Aida) Kasus 3 Kelp. 1 (Ns.Aida Fitri )
Desember Kasus 4 Kelp. 6 (Ns. Elka Halifah) Kasus 3 Kelp. 5 (Ns. Darmawati)
2018 Kasus 5 Kelp. 7 (Ns.Sri Intan) Kasus 1 Kelp. 3 (Ns. Elka Halifah)
Kasus 5 Kelp. 3 (Ns. Sufriani)
Senin /10 14 13.30 – 18.30 23 TCL mini:
Desember Senam Hamil & Senam Nifas (Semua Tutor di tutorial
2018 masing-masing)
Praktik Lapangan
Tutor
Ns. Darmawati, M.Kep., Sp. Mat
Ns.Sufriani, M.Kep., Sp. Mat
Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp. Kep. An
Ns. Mariatul Kiftia, M.Kep
Ns. Aida Fitri, M.Kep
Ns. Imelsa. MKep., Sp. Kep Ank
Ns. Elka Halifah, M.Kep
Kegiatan Tutor
1. Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2. Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar
aktif dalam proses pembelajaran.
3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik
pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari
kasus pemicu yang diberikan.
5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang
belajar dan laboratorium.
6. Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.
Kegiatan Mahasiswa
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (Introduction Lecturer) di kelas besar oleh koordinator blok yang
bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada mahasiswa
mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran
serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa
akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang
9
telah ditetapkan. Kegiatan praktikum merupakan lanjutan dari pembelajaran
konsep kebutuhan maternitas..
Metode Pembelajaran :
Pembelajaran berdasarkan masalahatau Problem Based Learning (PBL)
dengan menggunakan metode TheSeven Jump, ISS,Teacher Centered
Learning, Field Study, mini lecturer, case study, telaah jurnal, tugas
individu/kelompok dan praktikum di laboratorium keperawatan, dan praktik
klinik.
Metode Evaluasi
10
BAB II
URAIAN MATERI
11
Gambar 1: Struktur Genitalia Eksterna pada Wanita
13
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris
sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasitekanan,
fungsi utama klitoris ialah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual (Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2004).
5) Prepusium klitoris
Pada sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah
menjadi bagian medial lateral yang menyatu dibagian atas klitoris
dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.
Terkadang prepusium menutupi klitoris, akibatnya daerah ini
membentuk suatu muara yang dapat disalah artikan sebagai
meatus uretra.
6) Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak diantar labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibul terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum
minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum
mayus, vulvovagina, atau bartholin). Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
rabas, dan friksi. Kelenjar vestibulum minora ialah struktur tubular
pendek yang terletak pada arah posterolateral didalam meatus
uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lendir sebagai
pelumas (Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004).
Kelenjar vestibulummayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar
kelenjar labia mayora, masing-masing satu pada tiap sisi orifisium
vagina. Beberapa duktus dengan panjang sekitar 1,5 cm menjadi
saluran pengeluaran drain setiap kelenjar, yaitu seksresi sejumlah
kecil lendir yang jernih dan lengket, terutama selama koitus.
Keasaman lendir yang rendah (pH tinggi) baik untuk sperma.
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora digaris tengah dibawah orifisium vagia. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak diantara Fourchette dan himen
sperma.
14
8) Introitus/orifisium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa
robekan. Himen ialah lipatan yang tertutup mukosa sebagian atau
seluruhnya seluruhnya, bersifat elastis tapi kuat, disekitar introitus
vagian. Himen dapat bersifat elastis sehingga memungkinkan
distensi atau dapat robek dengan mudah.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang
robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen
yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
9) Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral
kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal
yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti
siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan
lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot),
merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
10) Perineum
15
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit anatar
introitus vagina dan anus. Perineum adalah perluasan kulit dari
belakang orifisium vagina ke anus. Panjangnya 5 cm dan
ditumbuhi rambut. Perineum membentuk dasar badan perineum,
suatu masa otot dan jaringan fibrosa yang memisahkan vagina
dan rektum. Otot badan perineum sebagian besar adalah levator
ani, otot utama dasar panggul (Watson, 2002)
11) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina
b. Struktur interna
Struktur genitalia eksterna pada wanita terdiri dari ovarium,
tuba faloppi, dan uterus.
1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak disisi uterus dibawah dan dibelakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya yaitu bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dingding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamen ovarii proprium yang mengikat ovarium ke uterus.
16
Gambar 3: Struktur Ovarium
18
falopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar terjadi pada
saat ovulasi. Sel-sel kolumnar menyekresi nutrien untuk menyokong
ovum selama berada di dalam tuba sperma (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004).
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih dan
cekung menyerupai bentuk buah pir terbalik, pada wanita dewasa
yang belum pernah hamil berat uterus ialah 60 gr (2 ons). Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Setelah pubertas uterus biasanya terletak digaris
tengahpada pelvis sejati, posterior terhadap simpisis pubis dan
kandung kemih, serta antertior terhadap rektum. Kandung kemih
yang penuh mendorong uterus kebelakang kearah rektum. Rektum
yang penuh mendorong uterus kedepan ke arah kandung kemih.
Posisi uterus juga berubah tergantung pada posisi wanita (seperti
berbaring terlentang atau miring), usia dan kehamilan. Pergerakan
yang bebas memungkinkan uterus bergerak sedikit ke atas selama
siklus respons seksual, sehingga serviks berada pada posisi yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu endometrium,
miometrium, dan peritonium parietalis. Terdapat tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan, dan persalinan. Uterus terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Fundus, yang merupakan tonjolan bulat dibagian atas dan
terletak di atas insersi tuba falopii
b) Korpus, merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri,
terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum
uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh
hormon-hormon ovarium.
19
c) Istmus, merupakan bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai
segmen uterus bagian bawah pada masa hamil
Ligamentum penyangga uterusantara lain ligamentum latum
uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum
ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina. Vaskularisasi uterusterutama dari arteri uterina cabang
arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta
abdominalis (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
20
Gambar 5 : Organ reproduksi pria
b. Struktur interna
1) Testis
testis merupakan dua kelenjar lonjong kecil yang terdapat
didalam kantong skrotum sebagai tempat terjadinya
spermatogenesis. Pada bayi yang lahir cukup bulan, satu atau
kedua testis mungkin masih tetap di dalam kabal inguinalis dan
penurunan akhir ke dalam kantong skrotum terjadi pada masa
awal pascanatal. Asal testis homolog dengan asal ovarium pada
wanita. Testis terdiri dari beberapa lubus, setiap lobus terdiri dari
satu sampai tiga tubulus dan kelompok sel intersisial (sel-sel
leydig) panjang sekitar 75 cm, sempit dan berkelok-kelok.
Testis berfungsi untuk spermatogenesis dan produksi hormon.
Spermatogonia (sel-sel seks primintif) berada di tubulus
semineferus neonatus laki-laki. Testis menyekresi hormon seks
steroid testosteron dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi pria normal (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
21
2) Kanal testis
Sperma akan melewati saluran secara berurutan: tubulus
semineferus, epididimis, duktus ejakulatorius, dan uretra.
Epididimis adalah saluran yang menggulung dengan ketat dan
memadat dalambentuk suatu struktur yang panjang, sempit, dan
menyatu dengan bagian belakang testis (Watson, 2002).
22
3. Organ reproduksi skunder (Payudara)
Pada pria danwanita, payudara adalah sama sampai masa
pubertas, sampai estrogen dan hormon-hormon lainnya
mempengaruhiperkembangan payudara pada wanita (Smeltzer, 2001).
Payudara adalah sepasang kelenjar mamae yang terletak di antara
tulang iga kedua dan keenam. Sekitar duapertiga payudara terletak
diatas otot pektoralis mayor, antara sternum dan garis aksilaris tengah
dengan perluasan kearah aksila disebut sebagai ekor spense. Sepertiga
bagian bawah payudara terletak diatas otot seratus anterior, payudara
melekat pada otot oleh jaringan ikat atau fasia (Bobak, Lowdermilk,
Jensen, 2004).
24
4. Hormon Sistem Reproduksi
4.1 Poros Hormonal Sistem Reproduksi
Badan perineal merupakan suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8
mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis
tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum
pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan
hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-
serabut saraf(Guyton& Hall, 2007).
a. Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah
talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke
hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan
hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone),
TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing
Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF
(Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon
penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
b. Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-
hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu
perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle
Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga
hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain.
c. Ovarium
Berfungsi gametogenesis/oogenesis, dalam pematangan dan
pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis,
menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari
korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
d. Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat
implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium
berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak
ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar
25
berupa darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan / implantasi,
endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
27
(hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel,
gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
28
rektal, dan sfingter uretal, dan kelompok otot sensasi ejakulasi yang tidak tertahankan,
lain, hiperventilasi dan peningkatan frekwensi kontraksi duktus deferens vesikle seminalis
jantung, memuncak frekwensi jantung, tekanan prostat, dan duktus ejakulatori, relaksasi
darah, dan frekwensi pernapasan. sfingter kandung kemih eksternal, kontraksi
otot uretra dan sfingter rektal, pemuncakan
frekwensi jantung, tekanan darah, dan
frekwensi pernapasan, ejakulasi.
Resolusi: fisiologi dan psikologis kembali pada keadaan tidak terangsang
Relaksasi berertahap dinding vaginal, Kehilangan ereksi penis, periode refraktori
perubahan warna yang cepat pada labia ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak
minora, berkeringat, bertahap kembali pada nyaman, reaksi berkeringat, penurunan
pernapasan normal, sering kemampuan untuk testis, kembali normalnya pernapasan,
mengalami orgasmus karena wanita tidak frekwensi jantung, tekanan darah, dan
mengalami periode refraktori seperti yang tegangan otot.
sering terjadi pada pria.
Materi herediter yang terdapat di dalam setiap inti sel tubuh adalah
penentu karakteristik fisik seseorang. Materi ini disebut kromosom.
Kromosom adalah untaian asam deoksiribonukleat (DNA). Setiap
kromosom terdiri dari banyak segmen DNA yang lebih kecil yang disebut
gen. Gen atau kombinasi gen mengandung informasi berkode yang
menentukan karakteristik unik individu. Alel adalah pasangan gen, satu
gen berasal dari ovum, dan satu berasal dari sperma.
29
terbagi 22 pasang otosom dan 1 pasang kromosom sex.Sex janin
ditentukan saat fertilisasi oleh kombinasi kromosom sex dari sperma (X
atau Y) dan ovum (X atau X). Hasil pasangan kromosom sex dapat XX
(perempuan) atau XY (laki-laki).
d. Gametogenesis
Pembentukan gamet (gametogenesis) terjadi melalui
pembelahan meiosis. Adapun waktu terjadinya gametogenesis
pada pria dan wanita berbeda. Pada pria spermatogenesis terjadi
31
saat mencapai pubertas. Sedangkan pada wanita oogenesis
sudah dimulai pada masa kehidupan janin wanita.
32
P
ada bayi wanita, saat dilahirkan telah memilliki ovarium yang berisi sel-
sel yang dapat menjalani proses meiosis seumur hidupnya. Sekitar 2
juta oosit primer (pembelahan meiosis pertama) berdegenerasi secara
spontan. Hanya 400 – 500 ovum yang akan matang selama masa
reproduksi wanita (sekitar 35 tahun) (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2004)
Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera
berdiferensiasi menjadi oogonium. Oogonium kemudian mengalami
beberapa kali mitosis, dan pada akhir perkembangan embrional bulan
ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal
dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler.
Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain
berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer.
Oosit primer kemudian mengadakan replikasi DNA dan memasuki
proses miosis pertama sampai tahap profase. Pada bulan ke-5 sampai
ke-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai 5-7 juta sel. Pada saat
itu sel-sel mulai berdegenerasi, sehingga banyak oogonium dan oosit
primer berhenti tumbuh dan menjadi atretik. Tetapi oosit primer yang
telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap bertahan pada
stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya
oosit primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel primordial).
Folikel primordial tetap pada stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase
diktioten / diplotene stage), sampai sesudah kelahiran dan menjelang
pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta
folikel.
Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus
menstruasi, folikel primordial / oosit primer mulai melanjutkan
33
pematangannya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada saat
ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum
terjadinya perdarahan haid berikutnya, hanya satu sel folikel yang
mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum
yang siap dibuahi. Pertumbuhan / pematangan diawali dengan
pertambahan ukuran oosit primer / folikel primordial menjadi
membesar, dan sel-sel epitel selapis gepengberubah menjadi kuboid
dan berlapis-lapis. Pada tingkat pertumbuhan ini, oosit primer
bersama lapisan epitelnya disebut bereda dalam stadium folikel primer.
Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler
kuboid yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan
mukopolisakarida yang membatasi / memisahkan di antaranya, yang
disebut zona pellucida. Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam
lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin besar. Tetapi
sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucida oosit primer
tetap utuh dan menjadi cumulus oophorus. Stadium perkembangan ini
disebut stadium folikel sekunder.
mudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi
luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu
teka interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian
menghasilkan hormon estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa,
sebelah luar). Pada stadium ini, folikel disebut sebagai berada dalam
stadium sudah matang, disebut sebagai folikel tersier atau folikel
deGraaf.Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki
pembelahan miosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing mengandung jumlah DNA sebanyak separuh sel induk
(23 tunggal, ). Tetapi hanya satu sel anak yang tumbuh menjadi oosit
sekunder, sementara sel anak lainnya hanya menjadi badan kutub
(polar body) yang tidak tumbuh lebih lanjut.
Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan
kumparan (coiling) terjadilah ovulasi di mana oosit tersebut dilepaskan
dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari
sel folikular dan lapisan zona pellucida. Susunan cumulus oophorus di
sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona radiata. Folikel
bekas tempat oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH hipofisis
34
akan menjadi korpus luteum yang kemudian menghasilkan hormon
progesteron. Kemudian, oleh gerakan kontraksi dinding tuba dan
ayunan serabut-serabut fimbriae dinding tuba, oosit tersebut ikut
terbawa ke arah uterus. Di dalam tuba inilah terdapat kemungkinan
terjadinya pembuahan dengan sel sperma.
35
Gambar11 : Proses spermatogenesis dan oogenesis
36
e. Transmisi Genetika
Karakteristik bawaan adalah karakteristik yang dapat diwariskan
kepada keturunannya. Hukum mendel memungkinkan kita
memperkirakan pewarisan karakteristik, misalnya warna mata dan
rambut. Dalam hal ini kita mengenal pola penurunan multifaktorial dan
unifaktorial.
Pola penurunan multifaktorial adalah penurunan karakteristik fenotip
(tampilan fisik) yang dihasilkan dari 2 gen atau lebih dalam kromosom
yang berbeda dan melakukan kegiatan bersama. Kebanyakan
malformasi kongenital terjadi akibat penurunan multifaktorial, yaitu
melibatkan sifat dan kelainan yang disebabkan iinteraksi dari banyak
faktor genetik atau interaksi faktor genetik dan lingkungan. Contoh :
kelainan jantung kongenital, talipes, defek tuba neuralis, stenosis
pilorus, secal bibir/palatum, dan displasia panggul kongenital.
Sedangkan penurunan unifaktorial/penurunan tunggal, merupakan
penurunan karakteristik yang dikontrol oleh gen tunggal.Gangguan
unifaktorial mengikuti pola penurunan dominan, segregasi, dan
pemilihan bebas yang dijelaskan Mendel. Gangguan ini mencakup
dominan outosom, resesif outosom, resesif terkait – X serta penurunan
model dominan. Berikut contoh-contoh kelainan unifaktorial :
achondroplastic dwarfism (dominan outosom), kistik fibrosis (resesif
autosom), sindrom x fragil dan riketsia resisten vitamin D (dominan
terkait X), hemofilia A, butawarna, dan distrofi muskular (resesif terkait
x) (Bobak, Lowdermilk & Jensen,2004)
f. Konsepsi
Konsepsi secara formal didefinisikan sebagai persatuan sebuah
sel telur dengan sebuah sel sperma ,yang menandai awal suatu
kehamilan. Peristiwa ini buka peristiwa yang terpisah tetapi merupakan
rangkaian kejadian yang dimulai dengan pembentukan gamet (sel telur
dan sperma), ovulasi (pelepasan sel telur), penggabungan gamet
(fertilisasi), dan implantasi embrio dalam uterus. Pembentukan ovum
(sel telur) di ovarium dengan 22 kromosom autosom dan 1 kromosom
sex X. Dan sperma di hasilkan oleh testis dengan 22kromosom autosom
dan 1 kromosom sex X atau Y.
37
Secara anatomi ovum memliki 2 lapisan pelindung yaitu zona
pelusida (lapisan pertama) dan korona radiata (lapisan luar) dan
mempunyai kemampuan hidup 24 jam setelah ovulasi. Sehingga bila
tidak terjadi pembuahan, maka ovum akan degenerasi dan diabsorbsi.
Sedangkan sperma mampu hidup 24 – 72 jam setelah ejakulasi dalam
system reproduksi interna wanita. Agar dapat menembus lapisan
pelindung ovum, maka ketika melewati tuba falopii, sprema mengalami
perubahan fisiologi yaitu kapasitasi (terbentuk lubang pada akrosom
dan mengeluarkan enzim Hialuronidase).
Fertilisasi terjadi di ampula (sepertiga bagian distal) tuba uterine.
Hal ini terjadi bila kepala sperma berhasil menembus corona radiata.
Selanjutnyaovum dan sperma berada dalam satu membran yang tidak
dapat ditembus lagi oleh sperma yang lain. Hal ini disebut reaksi zona.
Selanjutnya ekor sperma berdegenerasi. Demikian konsepsi
berlangsung dan terbentuklah zigot (sel pertama individu) dengan
jumlah kromosom 46. Bila kromosom yang terbentuk mengandung
kromosom sex XX, maka jadilah janin perempuan, dan bila XY, maka
jadilah janin laki-laki.
38
interseluler diantara blastomer. Keadaan ini menyebabkan ruang
interseluler itu menyatu dan terbentuklah struktur yang disebut
blastosis.
Dengan terbentuknya blastosis, maka dimulailah diferensiasi
utama pertama embrio, yaitu sel bagian dalam membentuk embrio dan
membran embrio (dinding amnion), sedangkan sel bagian luar jadi
trofoblat (cikal bakal plasenta).
40
areola menjadi lebih gelap, dan terjadi pengeluaran colostrums pada
trimester ke 3.
Perubahan pada sistem pernapasan terjadi akibat peningkatan kadar
estrogen dan pembesaran uterus. Peningkatan estrogen menyebabkan
edema dan kongesti vaskuler sehingga ibu mengalami hidung tersumbat
dan epistaksis. Pembesaran uterus akan menggeser diagfragma ke atas
dan sudut costae melebar sehingga terjadi keterbatasan ekspansi paru
saat ibu inspirasi. Keadaan ini akan menyebabkan kompensasi berupa
frekuensi pernapasan meningkat.
Perubahan pada sistem kardiovaskuler yaitu, jantung bergeser ke
atas, ke kiri, dan ke depan. Oleh karena pembesaran uterus, tekanan
pada pembuluh darah meningkat, dan perlambatan sirkulasi. Proses ini
dapat mengakibatkan edema dan varices pada kaki, vulva, dan
rektum.Pembesaran uterus menyebabkan penekanan pada vena kava,
sehingga ibu mengalami sindroma hipotensi supine pada trimester ke dua
(waktu wanita terbaring terlentang).
Perubahan lain yang terjadi volume darah meningkat (sampai 50%),
vol sel darah merah meningkat (sampai 30%), hematokrit menurun (7%,
menyebabkan anemia fisiologis), lekosit meningkat (sampai 20.500),
tekanan darah mula-mula turun, kemudian menjadi normal pada trimester
3, curah jantung meningkat (sampai 50%), dan detak jantung bertambah
(bertambah 15 kali per menit)
Akibat peningkatan estrogen dan progesteron selama kehamilan, maka
terjadi perubahan pada sistem gastrointestinal yg meliputi mual muntah pada
pagi hari (morning sicness), gusi mudah berdarah (karena jaringan menjadi
llunak), ptialisme (kelebihan saliva), nyeri epigastrik dan kembung (akibat
penurunan keasaman lambung, pembesaran uterus, dan relaksasi otot polos),
distensi dan konstipasi (akibat penurunan motilitas usus).
Pada kehamilan, karena pembesaran uterus dapat terjadi poliuri
(pada trimester 1 dan 3), pembesaran ginjal dan uretra, stasis urine serta
infeksi saluran kemih. Pada ibu hamil juga beresiko mengalami
peningkatan glikosuria karena reabsorbsi oleh tubulus renal mengalami
percepatan dan glomerulus filtrasi rate (GFR) yang meningkat.
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis
menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen
41
selama kehamilan. Perubahan yang umum timbul adalah peningkatan
ketebakan kulit dan lemak subderma, hiperpigmentasi (diareola, putting,
abdomen/linea nigra, paha, vulva, dan di wajah/kloasma
fasial/gravidarum), pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, peningkatan sirkulasi (vascular
spider nevi), dan aktivitas vasomotor. Hiperpigmentasi timbul akibat
peningkatan hormon melanotropin.
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan ibu
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
menyolok (lihat gambar pada lampiran). Sendi sakroiliaka,
sakrokogsigeus, dan pubis berelaksasi selama kehamilan (akibat
elastisitas dan perlunakan jaringan kolagen dan jaringan ikat akibat
peningkatan hormon seks steroid), sehingga ibu hamil sering mengeluh
nyeri pada daerah sekitar simpisis. Dan karena lengkung spinal
lumbodorsal meningkat selama trimester 3, maka ibu akan mengalami
nyeri punggung. Dan akibat peningkatan kadar estrogen, maka pada
wajah, leher, dada, dan lengan dapat timbul vaskuler spider nevi (ujung
arteriol yang berdenyut dan menonjol berbentuk kecil seperti sarang laba-
laba berwarna kebiruan) pada kehamilan 2 sampai 5 bulan.
b. Adaptasi Psikososial
Dalam perubahan psikologis, kehamilan dikatakan sebagai suatu
krisis akibat dari ketidakseimbangan psikologis yang disebabkan oleh
situasi atau tahap perkembangan . Perubahan psikologis pada kehamilan
meliputi adanya perasaan takut yang ditimbulkan karena kehamilan
menyebabkan perubahan besar pada tubuh yang dianggap oleh wanita
hamil merupakan sesuatu yang baru. Wanita hamil perasaannya bisa
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini dipengaruhi oleh
keluhan umum yang terjadi karena adanya perubahan fisiologis.
Banyak keluhan yang dirasakan saat hamil akibat perubahan
fisiologis dan psikologis seperti mual dan muntah (Morning Sickess)
merupakan keluhan umum yang sering dikeluhkan pada kehamilan
trimester pertama, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir
selama 10 minggu, sakit kepala, kelelahan.
Adaptasi maternal pada wanita dari remaja hingga dewasa
menggunakan masa hamil 9 bulan untuk beradaptasi terhadap peran
42
sebagai seorang ibu. Adaptasi ini merupakan proses sosial dan kognitif
kompleks yang bukan didasarkan pada naluri, tetapi harus dipelajari.
Adapun peran yang penting seperti menerima kehamilan, keseiapan
menyambut kehamilan, respon esmosional, respon terhadap perubahan
citra tubuh, dan hubungan ibu-anak perempuan.
Hubungan dengan pasanganseperti kasih sayang dan perhatian
dari pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih
mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ekspresi seksual
selama masa hamil bersifat individual. Dengan berlanjutnya kehamilan,
perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman
mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan
seksualitas mereka. Selama trimester pertama sering kali keinginan
seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan
mengantuk. Saat memasuki trimester kedua mombinasi antara perasaan
sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat meningkatkan
keinginan untuk melampiaskan seksualnya. Pada trimester ke tiga,
peningkatan keluhhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun
(Rynerson, Lowdermilk, 1993; Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Hubungan ibu-anak terus berlangsung sepanjang masa hamil
sebagai suatu proses perkembangan. Berdasarkan Runin (1975) dalam
Bobak (2004) terdapat tiga fase dalam pola perkembangan yaitu fase 1
wanita menerima fakta biologis kehamilan, fase 2 ibu merasa janin yang
tumbuh sebagai suatu yang terpisah dari dirinya dan sebagai seorang
yang perlu dirawat, dan fase 3 ibu mulai dengan realistis mempersiapkan
diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.
Adaptasi paternal, respon emosi pria terhadap peran seorang ayah,
kekhawatiran, kebutuhannya akan informasi akan berubah-ubah
sepanjang masa hamil. Terdapat 3 tugas tahap pola perkembangan yang
dialami ayah yang menantikan bayinya, yaitu peride awal (fase
pengumuman) dapat berlangsung bebrapa jam sampai bebrapa minggu.
Tuga perkembangannya ialah menerima fakta biologis akan kehamilan.
Fase ke dua (fase moratonium) merupakan periode penyesuaian
terhadap kenyataan hamil. Tugas perkembangan pada fase ini ialah
43
menerima kehamilan. Fase ke tiga (fase pemusatan) dimulai pada
trimester terakhir dan ditandai dengan keterlibatan aktif sang ayah, baik
dalam kehamilan, maupun dalam hubungannya dengan anaknya. Tugas
perkembangannya ialah bernegosiasi dengan pasangannya tentang
peran yang ia lakukan selama masa bersalin, dan mempersiapkan diri
menjadi orang tua (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
1. Variasi budaya dalam perawatan prenatal
Sebagaimana kita ketahui, perawatan prenatal dalah suatu
fenomena dalam pengobatan di Barat. Model perawatan biomedis Barat
menganjurkan wanita hamil mencari perawatan prenatal sedini mungkin.
Kunjungan biasanya dilakukan rutin dan mengikuti suatu rangkaian yang
sistematis, yakni kunjungan pertama diikuti kunjungan bulanan serta
mingguan, pemantauan berat badan serta tekanan darah, pengujian
darah dan urine,penyuluhan spesifik tentang diet, istirahat dan aktivitas,
serta persiapan menghadapi kelahiran.
Beberapa praktik dapat bertentangan dengan praktik keyakinan
suatu kelompok sub-budaya, seperti kurang biaya, transportasi tidak
adekuat, komunikasi buruk antara pemberi asuhan keperawatan, banyak
kelompok yang tidak berpartisipasi dalam system perawatan prenatal.
Perilaku mereka bisa disalah artikan oleh perawat sebagai tidak peduli,
malas, atau acuh.
Masalah kesopanan juga merupakan penghambat pada banyak
lapisan masyarakat. Pajanan bagian tubuh seseorang, khususnya bagi
pria merupakan suatu masalah kesopanan. Oleh karena itu banyak ibu
hamil lebih memilih pemberi perawatan adalah seorang wanita dari pada
pria. Seorang wanita lebih menghargai dan menghormati upaya yang
dilakukan untuk mempertahankan kesopanan (Bobak, I. 2004).
Respon emosional juga merupakan variasi budaya yang ada,
sebenarnya semua budaya menekankan pentingya lingkungan sosial
yang harmonis dan ramah. Kunjungan anggota keluarga jauh mungkin
diperlukan untuk menunjukkan kelangsungan hubungan yang
menyenangkan. Apa bila ada perbedaan dalam hubungan antar anggota
keluarga, hal ini biasanya diatasi dengan cara-cara yang ditetapkan
budaya.
44
Kepercayaan takhayul merupakan larangan tambahan terhadap
larangan makanan. Orang Meksiko menasihatkan ibu hamil untuk tidak
menyaksikan gerhana bulan karena mereka yakin hal itu akan
menyebabkan celah palatum pada bayi. Snow (1974) mecatan bahwa
diantara beberapa keturunan Afrika-Amerika ada kepercayaan bahwa ibu
hamil tidak boleh mengejek orang yang cacat karena dikhawatirkan
bayinya akan lahir dengan cacat yang sama. Seorang ibu sebaiknya tidak
membenci seseorang karena dikhawatirkan akan menyerupai orang
tersebut.
Pakaian, walaupun kebanyakan kelompok budaya tidak
menetapkan penggunaan pakaian tertentu selama masa hamil,banyak
individu diharapkan berpakaian sopan (Clark:1970; Meleis, Sorrel,1981).
Orang-orang berbahasa spanyol di Barat Daya memasang sebuah tali di
bawah dada dan diikatkan di umbilicus dianggap dapat mencegah
morning sickness dan menjamin keselamatan saat melahirkan (Brown,
1976). Jimat, medali dan tasbih dikenakan untuk menjauhkan roh jahat
(Bobak, I. 2004).
Aktivitas fisik dan istirahat,norma-norma yang mengatur aktivitas
fisik ibu hamil sangat bervariasi, banyak kelompok menganjurkan ibu
untuk aktif berjalan dan terlibat dalam aktivitas normal tetapi tidak
melelahkan untuk memastikan bayi yang dikandung sehat dan tidak
terlalu besar. Di belahan Negara Filipinamereka percaya bahwa dengan
tidak melakukan aktivitas, ibu-bayi terlindungi. Ibu dianjurkan hanya untuk
menghasilkan generasi selanjutnya. Pemberi perawatan kesehatan agak
keliru dalam menginterpretasikan perilaku ini sebagai suatu kemalasan
atau tidak patut terhadap program kesehatan yang diharapkan dalam
program prenatal.
Aktivitas seksual, pada kebanyakan budaya, aktivitas seksual
tidak dilarang sampai akhir kehamilan. Di antara Afrika-Amerika
hubungan seksual dipandang alami karena kehamilan dipandang sebagai
suatu keadaan yang sehat (Carringto, 1978). Orang Meksiko-Amerika
menganggap aktivitas seksual penting untuk mempertahankan jalan lahir
tetap licin (Kay, 1982). Di lain pihak orang Vietnam memiliki larangan
tetap tentang hubungan seksual yakni tidak melakukan hubungan seksual
45
semenjak usia enam bulan kehamilan (Lee, 1989). Tabu tentang
seksualitas lebih umum setelah melahirkan.
Diet, informasi tentang nutrisi yang diberikan oleh pemberian
perawatan kesehatan Barat dapat menjadi sumber konflik untuk banyak
kelompok budya.konflik umumnya tidak diketahui oleh pemberi perawatan
kesehatan, kecuali mereka memahami keyakinan dan praktik diet individu
yang mereka rawat (Bobak, I. 2004).
Di daerah pedesaan Indonesia, kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya
dilakukan di rumah. Beberapa budaya yang merupakan mitos pada masa
hamil yang masih dipercayaai oleh masyarakat Indonesia antara lain: ibu
hamil muda tidak boleh mengkonsumsi buah-buahan seperti nenas, ibu
hamil dilarang duduk di depan pintu rumah, ibu hamil tidak boleh pulang
pergi dimalam hari tanpa menggunakan gunting dan bawang putih.
46
energi tambahan. Trimester terakhir kehamilan ialah periode dimana
kebanyakan pertumbuhan janin berlangsung dan juga terjadi
penimbunan simpanan lemak, besi dan kalsium untuk kebutuhan
pertumbuhan pascanatal.
2. Protein
Tambahan protein diperlukan selama masa hamil untuk
persediaan nitrogen esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan
jaringan janin dan ibu. Rata-rata, 925 g protein tersimpan dalam janin.
Dengan demikian, asupan yang direkomdasikan ialah 60 g protein
setiap hari. Rekomendasi ini dibuat dengan anggapan bahwa ibu
mengkonsumsi masukan energi yang adekuat, sehingga protein
ditujukan untuk sintesis jaringan. Untuk mencapai asupan sebesar ini
tidaklah sukar, karena kebanyakan wanita di Amerika Serikat
mengkonsumsi sekitar 70 sampai 100 g protein setiap hari atau 10
sampai 40 g lebih banyak daripada yang dibutuhkan selama masa
hamil.protein tambahan harus merupakan protein yang memiliki nilai
biologis yang tinggi atau protein yang mengandung semua asam
amino esensial. Daging, ikan, ayam telur, keju dan susu adalah contoh
protein yang bernilai biologis tinggi. Makanan ini juga mengandung
nutrien penting lain.
Rekomendasi masukan protein juga bervariasi sesuai usia. Berikut ini
adalah pedoman yang dianjurkan:
a. Wanita dewasa (>18 tahun): 1,3 g protein per kilogram berat
badan saat hamil
b. Anak remaja (15 sampai 18 tahun) : 1,5 g protein perkilogram
berat badan saat hamil
c. Anak yang lebih muda (<15 tahun): 1,7 g protein perkilogram
berat badan saat hamil
48
b. Vitamin Larut – Air
Fungsi tiamin, riboflavin, piridoksin (B6) dan kobalamin (B12) yang
penting ialah sebagai koenzim dalam metabolism energi. Kebutuhan
akan vitamin-vitamin ini meningkat selama trimester II dan III, yakni
ketika masukan energi meningkat. Peningkatan kebutuhan ini dengan
mudah dipenuhi dengan mengonsumsi beraena makanan, yang
mencakup padi-padian utuh, daging, sayuran hijau dan daging. Kadar
B12yang rendah sering dikaitkan dengan kelahiran premature dan
kelainan system saraf pusat.
Vitamin C (asam askorbat) memainkan peran yang penting dalam
pembentukan dan integritas jaringan dan dalam upaya meningkatkan
absorpsi besi. Peningkatan ringan asupan vitamin C direkomendasikan
pada masa kehamilan, namun kelebihan dosis vitamin C dapat
menyebabkan ketergantungan metabolik pada janin. Asupan vitamin C
harian yang direkomdasikan adalah sebesar 70 mg atau sekurang-
kurangnya 1 gelas jus jeruk
Asam folat adalah salah satu vitamin B yang baru-baru ini
mendapat banyak perhatian. Kadar serum asam folat sering kali
rendah selama kehamilan, tetapi anemia megaloblastik yaitu suatu
tanda defisiensi asam folat jarang sekali terlihat. Agar efektif konsumsi
asam folat sebelum konsepsi, atau sebelum menutupnya tuba neural
pada sekitar 6 minggu kehamilan (Reeder, dkk, 2013)
5. Besi
Besi dibutuhkan baik untuk memungkinkan transfer besi yang
adekuat pada janin dan untuk pembentukan massa sel darah merah
(SDM) ibu. RDA besi selama kehamilan adalah 27 mg per hari
(National Institutes of Health, 2007), wanita hamil harus mendapatkan
suplemen besi ferosus 30 mg sehari, dimulai dari usia gestasi 12
minggu (suplemen besi mungkin tidak dapat ditoleransi dengan baik
selama mual yang terjadi pada trimester pertama). Ketika wanita
mengonsumsi besi ia tetap harus menyertakan sumber makanan yang
mengandung besi dalam dietnya sehari-hari.
6. Kalsium
Kebutuhan kalsium dibuthkan ibu untuk tulang janin dan memulai
pertumbuhan gigi serta mempertahankan massa tulang ibu. Susu dan
49
yogurt terutama merupakan sumber yang kaya akan kalsium,
rekomendasi jumlah kalsium untuk wanita hamil adalah sekitar 300 mg
per cangkir (240 ml). namun banyak wanita yang tidak mengonsumsi
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi asupan kalsium yang
direkomendasikan. Satu masalah yang dapat mengganggu konsumsi
susu adalah intoleransi laktosa, ketidakmampuan mencerna untuk
mencerna gula (laktosa) susu yang disebabkan oleh tidak adanya
enzim laktase pada usus halus . intoleransi laktase relative sering
terjadi pada orang dewasa terutama bangsa Afrika-Amerika, Asia,
Amerika Asli Dan Inuits. Konsumsi susu dapat menyebabkan kram,
kembung, dan diare pada orang-orang tertentu, walaupun banyak
orang dengan intoleransi laktosa dapat mengintoleransi susu dalam
jumlah kecil tanpa gejala.
7. Mineral dan Elektrolit Lainnya
a. Magnesium
Diet pada wanita pada masa-masa kehamilan dan melahirkan
cenderung mengandung magnesium yang rendah, dan sebanyak
setengah dari wanita hamil dan menyusui mungkin memiliki asupan
yang tidak adekuat (Institutes of Medicine, 2004). Produk kacang-
kacangan, biji-bijian dan sayuran hijau merupakan sumber
magnesium yang baik.
b. Natrium
Selama kehamilan kebutuhan akan natrium sedikit meningkat,
terutama karena cairan tubuh meningkat ( seperi volume darah
yang meningkat). Natrium penting untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh. Asupan natrium yang berlebih tidak
diperbolehkan selama kehamilan begitu pula yang tidak hamil,
karena dapat berperan dalam terjadinya hipertensi pada orang yang
sensitive terhadap garam. Asupan natrium yang adekuat untuk
wanita hamil dalam masa-masa reproduksinya, diperkirakan 1,5
g/hari, dengan batas asupan yang direkomendasikan sebesar 2,3
g/hari (Institutes of Medicine, 2003). Garam dapur (natrium
klorida)adalah sumber natrium yang paling kaya , dengan sekitar
2,3 g natrium terkandung dalam 1 sendok the (6 g) garam.
50
Asupan natrium sedang umumnya dapat dicapai dengan
memberikan sedikit garam pada masakan, tidak menambahkan
garam lagi saat makan dan menghindari makanan rendah nutrisi
tinggi natrium.
c. Kalium
Kalium telah diidentifikasi sebagai salah satu nutrisi yang cenderung
paling kurang dalam diet wanita pada masa-masa reproduksinya
(Institutes of Medicine, 2004).Diet yang mengandung 8-10 sajian
buah-buahan dan sayuran yang belum diolah setiap hari, beserta
daging rendah lemak dalam jumlah sedang dan produk susu,
memberikan jumlah kalium yang adekuat.
52
4. Asuhan antental
Kehamilan sebagai keadaan fisologis dapat diikuti proses
patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tujuan pemeriksaan
antenatal adalah menyiapkan fisikdan mental ibu serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat
dan normal setelah ibu melahirkan.
1. Kunjungan kehamilan
Pada setiap kunjungan antenatal perlu didapatkan informasi yang
sangat penting pertrisemester kunjungan. Kunjungan kehamilan
selama ibu hamil wajib dilakukan sebnanyak 4 kali yang dikenal
dengan K4. K1 dilakukan pada rimester pertama sebelum minggu ke
14, informasi penting yang perlu didapat adalah membina hubungan
saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, mendeteksi
masalah dan menanganinya, melakukan tindakan pencegahan
seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan
kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi,
mendorong perilaku yang sehat/ memberikan konseling (pemilihan
makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat, latihan, kebersihan
pribadi, istirahat, pemakaian obat-obatan harus dikonsultasikan
kedokter, menghentikan kebiasaan merokok dan peminum alcohol.
K2 dilakukan pada trimester kedua sebelum minggu ke 28,
informasi penting yang perlu didapat adalah Sama seperti trimester
pertama, ditambah kewaspadaan khusus mengenal pre eklamsia
(Tanya ibu tentang gejala-gejala pre eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).
K3 dan K4 dilakukan pada trimester ketiga antara minggu ke 28-
36, informasi penting yang perlu didapat adalah sama seperti
trimester pertama dan kedua, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Setelah 36 minggu
ditambah dengan deteksi letak janin yang tidak normal, atau kondisi
lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
2. Anamnesis/wawancara
Hal yang perlu ditanyakan meliputi : Alasan mencari perawatan, Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT), riwayat kehamilan, persalinan, dan
53
nifas yang sebelumnya serta berat bayi yang pernah dilahirkan,
riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat kontrasepsi, penggunanan obat-
obatan/kebiasan ibu, faktor risiko yang mungkin ada pada ibu dan
tempat/rencana melahirkan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum: penilaian keadaan umum, status gizi, dan tanda
vital. Pemeriksaan head to toe (rambut, mata, gigi, gusi, mulut, wajah,
leher, jantung, payudara, abdomen, dan anggota gerak secara
lengkap).
4. Pemeriksaan obstetrik
5. Pemeriksaan Luar
Cara pemeriksaan Leopold pada usia kehamilan diatas 16 minggu,
dengarkan DJJ. Dari hasil pemeriksaan luar diperoleh data berupa
usia kehamilan, letak janin, presentasi janin, kondisi janin dan
taksiran berat janin dengan rumus Johnson toshack :
Taksiran Berat Janin (TBJ) = [tinggi fundus uteri (dalam cm- N] X 155
155 ; merupakan standar tinggi badan wanita Indonesia
N ; 13 bila kepala belum melewati PAP
N : 12 bila kepala masih berada diatas spina ischiadika
N : 11 bila kepala masih berada dibawah spina ischiadika
6. Pemeriksaan Dalam
Siapkan ibu dalam Posisi litotomi, lalu bersihkan daerah vulva dan
perineum dengan larutan antiseptic. Inspeksi vulva dan vagina apakah
ada luka, varises, radang dan tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
inspekulo, lihat ukuran dan warna porsio, dinding dan secret vagina.
Lakukan vaginal toucher (VT) dengan memasukan telunjuk dan jari
tengah, raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina,
pembukaan serviks, keadaan portio, ketuban, presentasi terbawah,
bidang hodge dan pengeluarnnya
7. Pemeriksaan panggul
Dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam
rongga panggul lebih lunak sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.
Masukkan telunjuk dan jari tengah kedalam liang vagina. Arahkan
ujung kedua jari ke promomtorium, coba untuk merabanya. Bila teraba,
54
tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri
linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang
diraba. Raba lengkung sacrum dan tentukan apakah spina ischiadika
kiri dan kanan yang menonjol kedalam. Raba dinding pelvic, apakah
lurus atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia
interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis
dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan
kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar HB, HT dan hitung leukosit.
Dari urin diperiksa beta HCG, protein dan glukosa. Bila perlu anjurkan
untuk pemeriksaan golongan darah, factor rhesus dan lain-lain.
9. Keadaan ibu dan janin yang harus diperhatikan: berat-badan dan tinggi
badan ibu, tekanan darah, tinggi fundus, denyut jantung janin, edema,
besar dan letak janin, dan perdarahan.
1. Diagnosa
a. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nausea dan tenggorokan yang kering pada awal
kehamilan
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi dan
fisiologis kehamilan
c. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan rasa tidak
nyaman karena pembesaran abdomen dan ketakutan/kekhawatiran
2. Perencanaan
Diagnosa 1
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : ibu akan terbebas dari nausea dan tenggorokan kering
ibu akan mendapat asupan nutrisi yang cukup
Penambahan berat-badan 0,5 kg perminggu atau 6,5
sampai 16 kg selam hamil
Tindakan keperawatan :
a. Membahas insiden dan penyebab serta mencatat riwayat diet selama
24 jam
55
b. Memberi penjelasan kepada ibu untuk menghindari jenis makanan
berlemak dan digoreng atau makanan yang merangsang, terutama
sebelum tidur
c. Mendiskusikan dengan ibu tentang makan porsi sedikit tapi sering dan
menghindari perut kosong
d. Menganjurkan ibu untuk menyiapkan biscuit yang tidak asin (atau
karbohidrat kering lain) disamping tempat tidur, makan sedikit biscuit
saat bangun tidur, sebelum turun dari tempat tidur
e. Menjelaskan pada ibu dan keluarga, Jika terjadi mual dan muntah
yang berat segera menghubungi pemberi perawatan kesehatan
Diagnosa 2
Tujuan : ibu mampu beradaptasi dengan perubahan tubuhnya
Kriteria hasil : ibu mampu mengungkapkapkan tentang perubahan
anatomis fisilogis terjadi pada tubuhnya
Tindakan keperawatan :
a. Mendiskusikan dengan ibu perbahan-perubahan fisiologis dan
patologis yang terjadi selama kehamilan
b. Menjelaskan kepada ibu perubahan tersebut hanya berlangsung
sementara selama kehamilan ibu dan akan menghilang dalam 1
sampai 2 minggu setelah post partum.
c. Memberikan pendidikan tentang perawatan diri, cara berpakaian,
postur dan mekanika tubuh
d. Melibatkan pasangan untuk memberikan motivasi dan dukungan yang
positif terhadap keresahan ibu.
Diagnosa 3
Tujuan : Ibu mampu beradaptasi dengan hubungan seksual selama
kehamilan
Kriteria hasil: Ibu dapat melakukan hubungan seksual secara normal
Iibu mampu menyebutkan kondisi dan posisi yang aman
berhubungan seksual
Tindakan keperawatan :
a. Mendiskusikan dengan ibu dan pasangannya tentang pemahaman
hubungan seksual selama kehamilan secara terbuka
56
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dapat membahayakan kondisi
ibu dan janin bila melakukan hubungan seksual
c. Mendiskusikan bersama pasangan tentang seksualitas dan perilaku
dan posisi seksual alternative yang dapat dilakukan selama
kehamilannya
d. Menjelaskan kepada ibu dan pasangan seksualitas yang aman dan
nyaman akan membantu mempercepat proses persalinan pada
kehamilan cukup bulan.
3. Evaluasi
Diagnosa 1, klien dan pasangan mampu:
a. Secara verbal mengungkapkan pemahamannya tentang semua
informasi yang diberikan
b. Pada kunjungan berikutnya ibu melaporkan bahwa nausea ringan
kadang-kadang muncul, tetapi tenggorokan tidak kering lagi
c. Berat- badan ibu meningkat 1,25 kg pada akhir trimester pertama
Diagnosa 2, klien dan pasangan mampu:
a. Secara verbal klien dan pasangan mengatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada tubuh ibu adalah suatu respon fisiologis
b. Pasangan memberikan dukungan yang positif dan memahami
perubahan yang terjadi pada ibu
c. Pada kunjungan berikutnya klien tidak merasa malu dan khawatir
terhadap perubahan citra tubuh yang terjadi selama kehamilannya
Diagnosa 3, klien dan pasangan mampu:
a. Klien dan pasangan secara verbal meyatakan pemahaman tentang
informasi yang dberikan
b. Pada kunjungan berikutnya klien dan pasangan menyatakan bahwa
dia dan suaminya telah menemukan pola dan perilaku alternative
yang dapat diterima keduanya
c. Klien dan pasangan menyatakan puas tentang adaptasi dan posisi
seksual mereka terhadap kehamilan.
C. Uraian VI: Asuhan Persalinan Normal
1. Pengertian
Persalinan adalah proses yang dimulai dengan kontraksi regular
yang kuat yang di ikuti dengan pembukaan dan penipisan serviks dan
akhirnya melahiran bayi. Peranan hormon tertentu dan signal dari bayi
57
sendiri ikut memainkan peranannya. Saat dimulai persalinan dapat
dicirikan dengan kontraksi regular menjadi semakin kuat dan sering,
walaupun terjadi perubahan posisi atau berjalan terus-menerus.
Persalinan normalyaitu proses pengeluaran buah kehamilan
cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput
ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim
ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan
tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar). Dalam persalinan
terdapat 4 kala persalinan (Winkjosastro, 2005)
58
c. Power
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi uterus involunter yang disebut kekuatan primer menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter
dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, yang
memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
Kelainan pada penyulit power berupa kelainan yang disebabkan
oleh his (kelainan tenaga). His yang normal di mulai dari salah satu
sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata ke seluruh
korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri
dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang
amnion kembali ke asalnya kurang lebih 10 mmHg (Winkjosastro,
2002).
d. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi.
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada
reseptor regang dasar panggul merangsang refleks mengedan ibu.
Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang pelepasan
oksitosin dari hipofisis posterior (refleks ferguson). Pelepasan oksitosin
menambah intensitas kontraksi uterus. Apa bila ibu mengedan pada
posisi duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron
(saling menguatkan) dengan kontraksi rahim.
3. Tahapan persalinan
1) Kala I
Dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya
kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada
serviks hingga mencapai pembukaan lengkap danterdapat lendir yang
bersemu darah (bloody show) Terdiri dari dua fase:
1. fase laten, berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat samapi mencapai ukuran diameter 3 cm
59
2. fase aktif, dibagi dalam 3 fase; fase akselerasi yang berlangsung
dalam 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal
berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap.
Persiapan Asuhan Persalinan pada Kala I, antara lain
mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi,
persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan, persiapan rujukan, dan memberikan asuhan sayang ibu.
2) Kala II
Merupakan kala pengeluaran bayi, pada kala ini his menjadi lebih
cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, merasa
adanya tekanan pada rektum dan hendak buang air besar, perineum
menjadi menonjol dan melebar dengan anus membuka, labia
membuka, kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan
his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simpisih dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk mengeluarkan
badan. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara kira-kira 0,5 jam (Winkjosastro, 2005)
Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian
yang berbeda dan bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam
proporsi yang besar. Supaya dapat di lahirkan, janin harus dapat
beradaptasi dengan jalan lahir selama proses penurunan. Putaran dan
peneyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut
mekanisme persalinan. Tujuh gerakan kardinal presentasi puncak
kepala pada mekanisme persalinan ialah engagement, penurunan,
fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar (resitusi), dan
akhirnya kelahiran melalui ekspulsi.
Adaptasi persalinan pada janin yang harus diperhatikan antara
lain denyut jantung janin, sirkulasi, dan pernafasan serta perilaku
janin. Sedangkan pada ibu perubahan kardiovaskular,
60
pernafasan,ginjal integumen, muskulo skeletal, neurologi,
penecernaan, dan endokrin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Asuhan keperawatan kala II
3) Kala III
Tahap ke tiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai
plasenta lahir. Tujuan penanganan tahap ke tiga persalinan adalah
pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang di capai dengan cara
yang paling mudah dan aman Pelepasan plasenta diindikasikan
dengan tanda: fundus berkontraksi kuat, perubahan bentuk uterus dari
bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, darah berwarna gelap keluar
dengan tiba-tiba dari introitus, tali pusat bertambah panjang dengan
majunya plasenta mendekati introitus, vagina (plasenta) penuh pada
pemeriksaan vagina atau rektum atau membran janin terlihat di
introitus.
Secara klinis tidak penting apakah plasenta pertama pertama-
tama tampak pada permukaan janin yang licin (mekanisme Schultze)
atau plasenta berputar sehingga yang terlihat permukaan maternal
yang kasar (mekanisme Ducan). Setelah plasenta dan membrannya
keluar, perawat memastikan plasenta utuh, tidak ada bagian yang
tertinggal, di dalam uterus. Manajemen aktiv kala III sangat penting
untuk di lakukan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
4). Kala IV
Merupakan tahap pemulihan, periode yang kritis untuk ibu dan
bayi yang baru lahir. Selama dua jam pertama setelah melahirkan,
organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak
hamil dan sistem tubuh mulai menjadi stabil. Periode ini merupakan
periode yang paling penting untuk memantau adanya komplikasi.
5). Mekanisme persalinan
Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian dan
bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam proporsi yang besar.
Supaya dapat lahir janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama
proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada
proses kelahiran manusia disebut mekanisme persalinan. Tujuh gerakan
cardinal presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan ialah
engagement, penurunan, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran
61
paksi luar (resitusi), dan akhirnya kelahiran melalui ekspulsi. Fase-fase ini
merupakan gerakan kombinasi yang terjadi bersamaan.
4. Uraian VII: Manajemen Nyeri Persalinan
1). Neurologis
Nyeri dan ketidaknyamanan saat persalinan mempunyai dua
sumber, somatik dan viseral. Saat kala satu persalinan, kontraksi uterus
akan menyebabkan dilatasi dan penipisan (effacement) serviks. Iskemia
uterus (penurunan suplai darah, sehingga terjadi deficit oksigen)
disebabkan oleh kompresi arteri yang menyuplai myometrium saat uterus
berkontraksi.
Nyeri yang disebabkan oleh perubahan serviks, distensi segmen
bawah uterus, peregangan jaringan serviks saat berdilatasi dan tekanan
pada struktur dan saraf disekitarnya merupakan nyeri viseral. Nyeri
tersebut akan terasa diperut bagian bawah. Nyeri alih atau reffered pain
terjadi ketika nyeri yang berasal dari uterus menjalar ke dinding abdomen
, area lumbosakral di punggung, krista iliaka, bokong, paha dan punggung
bagian bawah (BlackBurn, 2007; Zwelling, dk dalam Lowdermilk, dkk,
2013)
Pada kala dua persalinan, wanita akan mengalami nyeri somatik
yang sering dideskripsikansebagai nyeri yang tajam, intens, terasa panas
seperti dibakar, dan lokasinya jelas. Nyeri berasal dari peregangan dan
distensi jaringan perineal dan dasar pelvis agar fetus dapat lewat, dari
distensi dan tertariknya peritoneum dan jaringan pendukung uterosrviks
saat kontraksi, dan laserasi dijaringan lunak (contoh : serviks, vagina,
perineum). Faktor fisik lain yang berhubungan dengan rasa nyeri pada
kala dua adalah posisi fetus, kecepatan, turunnya fetus, posisi ibu, durasi
dan interval kontraksi dan rasa lelah (BlackBurn, 2007 dalam Lowdermilk,
dkk, 2013)
Nyeri yang dialami pada kala tiga persalinan dan masa awal setelah
melahirkan adalah nyeri yang ebrasal dari uterus, sama seperti nyeri yang
dialami pada awal kala satu persalinan.
2). Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
a. Faktor fisiologis
Berbagai faktor fisiologis dapat mempengaruhi intensitas nyeri yang
dialami wanita saat melahirkan. Wanita dengan riwayat dismenore
62
dapat mengalami rasa nyeri yang meningkat disebabkan oleh kadar
prostaglandin yang tinggi. Nyeri punggung yang berhubungan dengan
menstruasi juga dapat meningkatkan kemungkinan nyeri punggung
bawah yang berhubungan dengan kontraksi. Faktor fisik lainnya
adalah kelelahan, durasi dan interval kontraksi, posisi fetus, kecepatan
penurunan fetus, dan posisi ibu (BlackBurn, 2007 dalam Lowdermilk,
dkk, 2013)
b. Budaya
Meskipun wanita memang diharapkan untuk mengalami setidaknya
sedikit rasa nyeri dan tidak nyaman selama persalinan, sistem
kebudayaan dan kepercayaan agamanya akan menentukan
bagaimana mereka mempersepsikan, meninterpretasikan, merespon
dan mengatasi rasa nyeri mereka. Pemahaman terhadap
kepercayaan, nilai-nilai dan berbagai kebudayaan akan mengurangi
perbedaan budaya dan membantu perawat menilai rasa nyeri yang
dialami wanita secara lebih akurat.
c. Kecemasan
Kecemasan dihubungkan dengan peningkatan rasa nyeri saat
persalinan. Sedikit rasa cemas pada wanita saat persalinan dianggap
normal. Meski demikian, kecemasan berlebihan dan rasa takut akan
menyebabkan sekresi dari panggul ke otak karena penurunan aliran
darah dan peningkatan tegangan otot, aktivasi inilah yang nantinya
akan meningkatkan persepsi nyeri.
d. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman sebelumnya dengan rasa nyeri dan persalinan dapat
mempengaruhi deskripsi seorang wanita mengenai rasa nyerinya dan
kemampuannya untuk mengatasi rasa nyeri tersebut. nyeri afektif
biasanya meningkat pada wanita nulipara selama kala satu persalinan
namun menurun pada wanita multipara dan nulipara kala dua
persalinan.
3). Penatalaksanaannyeri persalinan
Berikut terdapat beberapa jenis penatalksanaan non-farmakologi rasa
tidak nyaman berdasarkan Bobak (2005):
a. Metode persiapan melahirkan
A. Metode Dick-Read
63
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick-Read meliputi pemberian
informasi persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, hygiene, dan
latihan fisik. Latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan,
latihan relaksasi secara sadar, dan latihan pola nafas.
B. Metode Lamaze
Metode ini membuat wanita berespon terhadap kontraksi rahim
buatan dengan mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan
sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali. Strategi untuk
mengatasi rasa nyeri antara lain memusatkan perhatian pada titik
perhatian tertentu, misalnya pada gambar yang sangat disukai.
C. Metode Bradley
Metode ini didasarkan pada observasi perilaku binatang saat
melahirkan dan menenkankan keharmobisan tubuh, yakni dengan
melakukan control pernapasan, pernapasan perut, dan relaksasi
seluruh tubuh. Teknik ini menenkankan faktor lingkungan seperti
suasana gelap, menyendiri, dan suasana tenang sehingga suasana
melahirkan menjadi lebih alami.
b. Teknik relaksasi dan teknik pernapasan
1. Memfokuskan dan relaksasi umpan balik
Beberapa wanita membawa barang-barang yang disukai untuk
digunakan sebagai focus perhatiannya. Saat kontraksi mulai
timbul. Mereka memusatkan perhatian pada objek ini untuk
mengurangi sensai nyeri. Teknik ini ditambah relaksasi umpan
balik, membantu wanita bekerja sama dengan kontraksinya.
Mekanisme umpan balik yang umumdilakukan adalah dengan
mengucapkan kata ‘rileks’ pada awal suatu kontraksi dan terus
mengucapkannya sepanjang kontraksi.
2. Teknik pernapasan
Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki
relaksasi otot-otot abdomen dan dengan demikian meningkatkan
ukuran rongga abdomen. Pada tahap kedua pernapasan dipakai
untuk meningkatkan tekanan abdomen dan dengan demikian
membantu mengeluar janin. Keadaan ini juga dipakai untuk
64
merelaksasi otot-otot pudental untuk mencegah pengeluaran dini
kepala janin.
3. Effleurage dan tekanan sacrum
Dua hal ini metode yang memberikan rasa lega pada banyak
wanita selama tahap pertama persalinan. teori gate-control dapat
member alas an mengapa tindakan ini berhasil.. tindakan
memukul-mukul abdomen secara perlahan seirama dengan
pernapasan saat kontraksi, digunakan untuk mengganggu ibu
supaya ia tidak memusatkan perhatiannya pada kontraksi.
4. Hidroterapi jet (mandi whirlpool)
Walaupun metode ini tidak diterapkan secara universal, namun
banyak unit maternitas baru memasang tempat mandi seperti ini.
Kenikmatan berada didalam air hangat baik menggunakan pompa
jet atau tidak membuat otot-otot yang tegang menjadi rilaks.
5. Stimulasi saraf elektronik pertranskutan
Stimulasi saraf elektronik pertranskutan efektif akibat adanya
placebo, implementasi ini dapat menstimulasi pelepasan opiate
endogen pada tubuh wanita sehingga rasa tidak nyaman yang
dirasakan dapat mereda. Dua pasang elektroda dipasang
ditempelkan di kedua sisi spina sacrum untuk mengalirkan aliran
listrik ringan. Selama kontraksi wanita menekan tombol pengontrol
alat tersebut.
Penatalaksanaan farmakologi rasa tidak nyaman dengan menggunakan
sedative; agen sedative seperti barbiturate berfungsi menurunkan
ansietas dan menginduksi rasa kantuk hanya pada masa prodormal
atau tahap awal persalinan. Analgesia dan anastesia; secara umum
tidak diterima sebagai bagian dari penatalaksanaan obstetric. Sampai
ratu Victoria menggunakan kloroform saat melahirkan anaknya pada
tahun 1853. Penatalaksanaan metode ini mengkombinasi keterampilan
perawat dalam bidang perawatan maternitas dengan pengetahuan dan
pemahaman tentang anatomi dan fisiologi, efek samping yang
diinginkan dan tidak diinginkan, dan metode pemberian agens tersebut.
65
5. Uraian VIII: Pengkajian Janin
a. Respon Janin
Karena persalinan merupakan periode stress bagi janin, pemantauan janin
secara merupakan bagian dari tindakan perawatan selama persalian.
Suplai oksigen untuk janin harus tetap dipertahankan selama persalinan
untuk mencegah terjadinya cacat berat setelah lahir. Suplai oksigen untuk
janin dapat berkurang dalam beberapa hal:
1) Berkurangnya aliran darah dalam pembuluh darah ibu yang
disebabkan oleh hipertensi ibu (hipertensi kronis, preeklamsia, atau
hipertensi gestasional), hipotensi (karena posisi telentang, perdarahan
atau anastesia atau analgesic epidural), atau hipovelemia (karena
perdarahan).
2) Berkurangnya kandungan oksigen dalam darah ibu karena
perdarahan atau anemia berat.
3) Perubahan sirkulasi janin, yang terjadi karena kompresi tali pusat
(sementara, saat kontraksi uterus, atau mamanjang, karena prolaps
tali pusat), terlepasnya plasenta atau sepenuhnya lepas, atau
kompresi kepala (meningkatkan tekanan intracranial dan stimulasi
saraf vagal disertai penurunan DJJ).
4) Berkurangnya aliran darah diruang antarvilli dalam plasenta, yang
disebabkan oleh hipertonus uterus(umumnya disebabkan oksitosin
eksogen yang berlebihan) atau deteriorasi pendarahan janin yang
berhubungan dengan kelainan pada ibu seperti hipertensi atau
diabetes mellitus
Kesejahteraan janin selama persalinan dapat diukur melalui respon
DJJ terhadap kontraksi uterus. Suatu grup ahli pemantauan janin
baru-baru ini merekomendasikan gambaran DJJ yang menunjukkan
karakteris sebagai berikut adalah normal:
1. frekuensi DJJ dasar adalah 110-160 kali/menit
2. variatibilitas DJJ dasar sedang
3. tidak ada deselerasi lambat atau variable
4. deselarasi awal ada atau tidak ada
5. akselerasi ada atau tidak ada
2). Aktivitas Uterus
Tabel berikut menunjukkan aktivitas normal uterus selama persalinan
66
Karakteristik Deskripsi
67
memperlambat DJJ. Kisaran normal pada kehamilan aterm adalah 110-
160 denyut/menit.
Variabiltas
Variabilitas DJJ diartikan sebagai gelombang irregular atau
fluktuasi dari frekuensi dasar DJJ sebanyak 2 siklus permenit atau lebih.
Variabilitas merupakan ciri frekuensi dasar DJJ dan tidak termasuk
Bradikardi
Adalah frekuensi dasar DJJ yang kurang dari 110 denyut/menit selama 10
menit atau kebih. bradikardi yang sebenarnya jarang terjadi dan tidak
berhubungan secara spesifik dengan oksigenasi janin. Bardikardi sering
kali disebabkan oleh suatu masalah jantung janin seperti defek structural
yang menyangkut pacemaker atau sistem konduksi atau gagal jantung
janin. Penyebab lainnya dari bradikardi adalah inveksi virus, hipoglikemia
ibu dan hipotermia ibu.
b. Perubahan periodik dan episodik pada denyut jantung janin
Perubahan dari frekuensi dasar DJJ dikelompokkan sebagai periodik dan
episodik. Perubahan periodic adalah perubahan yang terjadi bersamaan
dengan kontraksi uterus. Perubahan epidosik adalah perubahan yang
tidak berhubungan dengan kontraksi uterus. Pola ini termasuk akselerasi
dan deselerasi
69
Akselerasi
Adalah suatu peningkatan mendadak ( dari awal mulai sampai puncak <
30 detik) DJJ dari frekuensi dasar (lihat gambar H). puncaknya minimal 15
denyut/menit diatas frekuensi dasar, dan akselerasi berlangsung 15 detik
atau lebih, dan kembali ke frekuensi dasar kurang dari 2 menit sejak
mulainya akselerasi. Akselerasi bisa merupakan perubahan episodik atau
periodik. Keduanya dapat terjadi bersamaan dengan pergerakan janin
atau secara spontan. Sama dengan variabilitas moderat, akselerasi
dianggap sebagai indikasi positif dari kondisi janin.
Deselerasi
Deselerasi DJJ dikelompokkan menjadi dini, lambat, variable dan
memanjang. Deselerasi dibedakan menurut hubungannya secara visual
dengan memulai dan selesainya kontraksi dan bentuknya.
1) Deselerasi dini : merupakan penurunan perlahan DJJ (mulai sampai
titik terendah > 30 detik) yang kemudian kembali ke frekuensi dasar
yang berhubungan dengan kontraksi uterus. Karena deselerasi dini
dianggap tidak berbahaya maka tidak perlu dilakukan tindakan apa-
apa.
2) Deselerasi lambat : merupakan penurunan perlahan (mulai sampai
titik terendah > 30 detik) yang kemudian kembali ke frekuensi dasar
yang berhubungan dengan kontraksi uterus. Deselerasi dimulai
setelah kontraksi terjadi, dan titik terendah deselerasi terjadi setelah
puncak kontraksi. Deselerasi tidak kembali ke asal sampai setelah
70
kontraksi selesai. Deselerasi lambat yang menetap dan berulang
mengidentifikasikan adanya hipoksia janin yang disebabkan oleh
insufisiensi perfusi plasenta saat kontraksi uterus
3) Deselerasi variable : merupakan penurunan DJJ mendadak (mulai
sampai titik terendah < 30 detik) yang kemudian kembali ke frekuensi
dasar. Penurunan minimal 15 denyut/menit atau lebih dibawah
frekuensi dasar, berlangsung selama lebih dari 15 detik, dan kembali
ke frekuensi dasar dalam kurun waktu kurang dari 2 menit sejak
dimulainya. Deselerasi variable yang hanya muncul kadang-kadang
tidak terlalu penting secara klinis. Sebaliknya, Deselerasi variable
yang berulang menunjukkan gangguan suplai oksigen janin yang
masih berlangsung.
4) Deselerasi memanjang : merupakan penurunan DJJ yang terlihat
jelas, dapat perlahan atau mendadak, sebesar minimal 15
denyut/menit dibawah frekuensi dasar dan berlangsung selama lebih
dari 2 menit tapi kurang dari 10 menit. Deselerasi yang berlangsung
lebih dari 10 menit dianggap sebagai perubahan frekuensi dasar.
Deselerasi memanjang disebabkan oleh gangguan suplai oksigen ke
janin. Awalnya deselerasi memanjang ini merupakan respons
terhadap hipoksia. Namun bila gangguan terus berlangsung, jaringan
jantung janin akan mengalami hipoksia, sehingga terjadi depresi
miokard secara langsung pada janin.
5). Teknik Pemantauan Janin
b. Auskultasi Berkala
Merupakan cara mendengarkan bunyi jantung janin dalam pada interval
tertentu untuk mengkaji DJJ. Auskultasi berkala bunyi jantung janin dapat
dilakukan dengan stetoskop Pinard, Doppler, stetoskop ultrasound atau
fetoskop DeLee Hillis. Alat ultrasound Doppler dan stetoskop ultrasound
akan menghantarkan gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi
yang menggambarkan gerakan janin dan dapat mengonversikan bunyi ini
menjadi sinyal elektronik yang dapat dihitung.
Ketika menggunakan metode auskultasi berkala, aktivitas uterus harus
dikaji dengan palpasi. Pemeriksa harus tetap meletakkan tangannya
diatas fundus sebelum, selama dan setelah kontraksi. Intensitas kontraksi
biasanya dideskripsikan sebagai lemah, sedang dan kuat. Lama kontraksi
71
dihitung dalam detik dari awal sampai akhir. Frekuensi diukur dalam
menit, dari awal kontraksi sampai awal kontraksi berikutnya. Pemeriksa
harus tetap meletakkan tangan di fundus setelah kontraksi selesai untuk
mengkaji tonus uterus saat istirahat atau relaksasi tiap kontraksi. Tonus
istirahat diantara kontraksi biasanya dideskripsikan sebagai lunak atau
relaks.
c. Pemantauan janin secara Elektronik (Electronic fetal Monitoring)
Tujuan pemantaun DJJ secara elektronik adalah mengkaji oksigenisasi
janin secara terus menerus. Tujuannya adalah untuk mendeteksi
hipoksia janin dan asidosis metabolic selama persalinan sehingga dapat
diambil tindakan untuk mengatasi masalah dalam waktu yang tepat
sebelum terjadi kerusakan permanen atau kematian.
Dua model Electronic fetal Monitoring (EFM) adalah model eksternal,
yang menggunakan transduser eksternal yang diletakkan diperut ibu
untuk mengkaji DJJ dan aktivitas uterus, dan model internal, yang
menggunakan elektroda berbentuk spiral yang diletakkan dibagian
terbawah janin untuk mengkaji DJJ dan suatu kateter tekanan intrauterus
untuk mengkaji aktivitas uterus dan tekanannya.
Tabel perbedaan teknik pemantauan eksternal dan internal
72
Eksternal Internal
74
perut lalu meneran, buang nafas dari mulut secara perlahan-
lahan, ulangi sampai lahir bayi)
5. Menjelaskan kepada ibu beberapa alternatif posisi(duduk,
jongkok,miring) bersalin dan berikan pilihan sesuai posisi yang
diinginkan ibu
6. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara
rutin
7. Menganjurkan ibu untuk hygiene umum(mandi,sikat gigi)
8. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dalam
partograf
5. Evaluasi
Pasien menunjukkan kemajuan persalinan yang normal,
menunjukka rasa puas terhadap tindakan perawat, pasien
menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam perawatan
selama persalinan, status hidrasi pasien memadai.
75
c. Memperoleh rasa nyaman dan dukungan dari anggota keluarga
dan berpartisipasi selama persalinan
4. Implementasi
a. Memposisikan pasien sesuai indikasi, bisa dengan jongkok, semi
fowler, atau posisi berdiri dengan beban tubuh bertumpu pada kedua
caput femur.
b. Menyesuaikan ranjang bersalin dengan posisi ibu
c. Membimbing pasien dalam melakukan upaya mengedan
d. Memantau DDJ dalam keadaan stabil
e. Menganjurkan suami untuk menemani pasien untuk dapat terus
memberi dukungan perawatan selama proses persalinan secara
psikologis.
f. Membantu lahirnya kepala, bahu, badan, dan tungkai bayi
g. Melakukan penanganan bayi baru lahir, APGAR score,dan
inisiasi menyusui dini
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi sampai dimana hasil akhir yang diharapkan
telah tercapai baik ibu dalam proses persalinan maupun kondisi
bayinya, tidak mengalami cidera selama proses persalinan dan
mendapatkan dukungan dari pasangan atau keluarga.
Asuhan Keperawatan Kala III
1. Pengkajian
Berdasarkan lowdermilk (2013) pengkajian yang dilakukan
pada kala III yaitu:
a. Lepas dan keluarnya plasenta
Berikut adalah tanda lepasnya plasenta
Fundus uterus berkontraksi berat
Perubahan bentuk uterus dari dikoid menjadi globular saat
plasenta bergerak ke segmen bawah uterus
Darah gelap menyemprot keluar dari lubang vagina
Tali pusat jelas memanjang saat plasenta turun ke lubang vagina
Rasa penuh di vagina (plasenta) saat pemeriksaan dalam atau
rectum atau selaput ketuban di lubang vagina.
Tata laksana aktif adalah mendorong pelepasan dan
pengeluaran plasenta dengan pemberian obat oksitosik setelah
76
melahirkan bahu anterior bayi. Segera setelah mengklem dan
memotong tali pusat, perawat akan melahirkan plasenta dengan
tarikan terkontrol ketika didapatkan tanda plasenta sudah terlepas.
2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien kala III adalah:
a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kontraksi
uterus tidak adekuat
b. Cemas berhubungan dengan trauma perineum dan kebutuhan
akan perbaikan
c. Kelelahan berhubungan dengan pengeluaran energy ketika
melahirkan dan mengejan.
3. Perencanaan
a. Kontraksi uterus baik
b. Pengeluaran plasenta dengan perdarahan kurang dari 500 ml
c. Tindakan suportif untuk meningkatkan rasa nyaman dan
suportif dari pasangan dan petugas kesehatan
d. Menjaga status hidrasi lewat asupan oral atau IV (atau
keduanya)
4. Implementasi
a. Mengintruksikan pasien untuk mengejan ketika terdapat tanda
plasenta sudah terlepas
b. Berikan okstosik (biasanya diberikan setelah plasenta terlepas
untuk mencegah perdarahan)
c. Memeriksa keutuhan plasenta dan memastikan tidak sisa
dirongga uterus.
d. Melihat apakah ada laserasi perineum, vagina dan serviks yang
butuh diperbaiki
e. Melakukan kontak kulit ibu-bayi
5. Evaluasi
Hasil yang diharapakan dari perawatan akan digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas perawatan.
Asuhan keperawatan kala IV
1. Pengkajian
Berdasarkan Bobak (2004), pengkajian dilakukan dengan
mengkaji keadaan yang dapat menjadi presisposisi perdarahan
77
pada ibu seperti persalinan yang cepat, bayi besar, grande
multipara, atau persalinan dengan induksi yang merupakan bahaya
yang mungkin terjadi pada kala IV
Selama jam pertama pada masa pemulihan perlu dilakukan
pemeriksaan fisik semua faktor setiap 15 menit pada jam pertama,
jika semua parameter telah stabil pemeriksaan diulang dua kali lagi
dengan selang waktu 30 menit. Perawat harus siaga dengan
terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup keadaan
hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan
kehilangan serta kedukaan.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (perdarahan)
berhubungan dengan atoni uterus setelah melahirkan
b. Nyeri akut berhubungan dengan luka akibat proses kelahiran
c. Retensi urine berhubungan dengan efek persalinan pada
sensasi saluran kemih
d. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan ambulasi dini
e. Ketidakefektifan pola menyusui berhubungan dengan kurang
pengalaman
3. Perencanaan
Selama langkah perencanaan hasil akhir yang diharapkan:
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Nyeri dapat diatasi setelah diberikan tindakan untuk meredakan
nyeri
c. Pasien dapat berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari
300 ml dalam 6-8 jam
d. Mobilisasi dilakukan setelah kala pengawasan
e. Menunjukkan perilaku ikatan batin dengan bayi dengan
menyusui
4. Implementasi
a. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
78
b. Melakukan pemeriksaan fisik semua faktor setiap 15 menit pada
jam pertama, jika semua parameter telah stabil pemeriksaan
diulang dua kali lagi dengan selang waktu 30 menit
c. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
d. Memberikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi
(di dada ibu paling sedikit 1 jam)
5. Evaluasi
Evaluasi kemajuan dan hasil akhir perawatan terus dilakukan
sepanjang tahap keempat persalinan dan sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan.
79
pembentukan bekuan. Hormon yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis.
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir disebut lokia yang
mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir,
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi. Terdapat tiga jenis lokhea,
lokhea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua serta
debris trofoblastik, aliran menyembur. Lokhea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosist, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi
lahir, berwarna merah muda atau coklat. Lokhea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri, berwarna kining
sampai putih, lokia alaba bertahan selama dua sampai enam minggu
setelah bayi lahir. Cara mengukur lokia yang ofektif adalah dengan cara
menimpang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas.
Setiap peningkatan berat satu gram setara dengan sekitar satu muliliter
darah.
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, delapan
belas jam pasca partum serviks memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen
bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari
setelah melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina)
terlihat memar dan ada sedikit laserasi.
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan berperan dalam hilannya rugae. Vagina yang semula
teregang kembali ke tahap ukuran sebelum hamil dalam 6-8 minggu
setelah bayi lahir. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman pada saat
koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan
menstruasi di mulai lagi. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa
dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi. Perbaikan yang
cermat, pencegahan atau pengobatan dini hematoma dan higiene yang
baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat
introitus dengan mudah dibedakan dari introitus pada wanita nulipara.
Hemoroid umumnya terlihat. Wanita sering mengalami gejala
terkait seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah
80
terang pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid biasanya mengecil
beberapa minggu setelah bayi lahir.
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar, pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human
placental lactogenic, estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan,sehingga kadar gula
darah menurun secara bermakna pada masa perpurium. Kadar estrogen
dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar.
Proses laktasi pada post partum tergantung pada gabungan kerja
hormone, reflek dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir, terdiri
dari faktor-faktor berikut; laktogenesis (permulaan produksi susu),
produksi susu, ejeksi susu, pengeluaran kolostrum dan pengeluaran air
susu ibu. Terdapat tiga reflek menyusui pada ibu sewaktu menyusui ialah
sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan reflek let down.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen akan mulai
meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari
pada wanita yang menyusui pasca partum hari ke 17. Kafar prolaktin
serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan
ovulasi. Pada wanita tidak menyususi ovulasi terjadi dini yakni dalam 27
hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari, sedangkan
pada wanita menysusui waktu ovulasi sekitar 190 hari.
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil dengan cara diafresisi
yang luas, dan diuresis pasca partum.
a. Sistem pencernaan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Secara khas penurunan tonus dan
motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah
bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa disebabklan oleh
tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada awal masa post
partum.
81
b. Sistem kardiovaskular
Perubahan volume darah tergantung dari beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
kcairan ekstravaskular (edema fisiologis). Penyesuaian pembuluh darah
maternal setelah melahirkan berlangsung cepat. Respon wanita dalam
menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda
dari respon wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum
yang melindungi wanita; hilangnya sirkulasi uretroplasenta yang
mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10-15%, hilangnya fungsi
endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, dan
terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama wanita
hamil.
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil, dan keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasa melintasi
sirkuit uretroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
Varises di tungkai dan sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada
wanita hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah
melahirkan.
c. Perubahan neurologi
Perubahan neurologis selama purpureum merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dialami wanita saat melahirkan.
d. Sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi, dan perubahan pusat
berat badan ibu akibat pembesaran rahim.
e. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang
saat kehamilan berakhir.hiperpigmentasi areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memmudar, akan tetapi ltidak
hilang seluruhnya. Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada
waktu hamil biasanya akan menghilang setelah wanita melahirkan.
82
f. Adaptasi psikologis
1) Proses menjadi orang tua
Selama periode prenatal, ibu ialah satu-satunya pihak yang
membentuk lingkungan tempat janin berkembang dan tumbuh.
Kemudian pada saat bayi lahir, orang lain mulai terlibat dalam
perawatan bayi. Menjadi orang tua bisa merupakan faktor
pematangan dalam diri seorang wanita atau pria, tanpa
memeprhatikan apakah anak yang diasuh memiliki hubungan biologis
atau tidak.
Peran orang tua sangat penting, tugas tanggung jawab dan sikap
yang membentuk peran menjadi orang tua sebagi fungsi menjadi ibu
(mothering function) merupakan proses orang dewasa (pribadi yang
matang, penyayang, mampu dan mamdiri) mulai mengasuh seorang
bayi (pribadi yang tidak matang, tidak berdaya, dependen).
Suatu hubungan orang tua-anak yang positif ialah saling memberi
satu sama lain, hubungan ini sangat mendasar. Konsep Erikson
(1959, 1964) dalam Bobak (2004) tentang dasar kepercayaan
mengatakan bahwa perkembangan rasa percaya akan menentukan
respon bayi seumur hidupnya
2) Perkenalan, ikatan, dan kasih sayang yang dalam menjadi orang tua
Motivasi dan komitmen orang tua dan anaknya selama bertahun-
tahun dalam saling mendukung dan merawat satu sama lain, proses ini
sering disebut attachment (kasih sayang) atau bonding (ikatan).
Bonding didefinisikan Brazelton (1978) sebagai suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antar orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu. Attachment terjadi pada periode
kritis, seperti pada kelahiran atau adopsi.
Respon orang tua memberi implikasi langsungnterhadap
perawatan. Perawat dapat menciptakan suatu lingkungan yang
meningkatkan kontak positif orang tua-anak. yang sangat berperan
dalam memperkuat ikatan ini adalah komunikasi orang tua-anak,
sentuhan, kontak mata, suara, aroma, kemudian kontak dini, dan
83
bioritme yaitu anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan
ritme alamiah ibunya.
3) Peran orang tua setelah bayi lahir
Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan
tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya
tentang anak ideal. Orang tua harus menguasai cara merawat bayi,
perlu menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk
menilai kesuksesan atau kegagaglan hal-hal yang dilakukan pada bayi,
menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga, perlu
menetapkan keunggulan hubungan dewasa mereka untuk
mempertahankan keluarga sebagai suatau kelompok.
Penyesuaian maternal(penyesuaian ibu terhadap bayinya) memiliki
tiga fase, yaitu:
1. Fase dependen, selama satu sampai dua hari pertama setelah
melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada fase ini ibu
mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi, ibu
memindahkan energi psikologisnya pada anaknya. Rubin (1961)
menetapkan periode ini sebagai fase menerima (taking-in phase).
2. Fase dependen – mandiri, apabila ibu telah menerima asuhan yang
cukup selama beberapa jam atau beberapa hari pertma, maka pada
hari ke dua atau ke tiga keinginan untuk mandiri timbul dengan
sendirinya. Dalam fase ini, ibu secara bergantian muncul kebutuhan
untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain, dan
keinginan untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu akan
memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubin
(1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang
berlangsung kira-kira 10 hari.
Namun pada fase ini tidak jarang terjadi depresi, perasaan mudah
tersinggung, jenuh, karena merasa kehilangan dukungan yang pernah
diterimanya. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan
bayi yang banyak sehingga dengan mudah dapat timbul perasaan
depresi. Sehingga kadar glukokortikoid dalam sirkulasi dapat menjadi
rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat
menjelaskan despresi pascapartum ringan (‘baby blues’).
84
3. Fase interdependen
Pada fase ini, ibu dan keluarganya beregrak maju sebagai
suatunsistem dengan para anggota saling berinteraksi. Kebanyakan
suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ketiga
atau ke empat setelah anak lahir. Fase interdependen (letting go) juga
merupakan fase yang penuh stres bagi orang tua, kesenangan dan
kebutuhan sering terbagi dalam masa ini, pria dan wanita harus
menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal
mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier.
Adapatasi paternal, dimana ayah menunjukkan keterlibatan yang kuat
dengan bayi. Beberapa respon sensual, seperti sentuhan dan kontak
mata, keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik ataupun hal
yang sama dengan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan
dengan kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah
miliknya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
85
Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar
estrogen,progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pasca partum karena estrogen memiliki efek supresi
aktivitas enzim monoamineaksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerja menginaktifasi noradrenalindan serotonin yang berperan
dalam perubahan mood dan depresi.
a. Faktor demografi yaitu umur dan paritas
b. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
c. Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
jiwa sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan
social dari lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah
suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga
dan teman memberikandukungan moril ( misalnya dengan
membantu pekerjaan rumah tangga selama atau berperan sebagai
tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu menjalani
kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya suami yang
tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami, masalah dengan orangtua dan
mertua, masalah dengan si sulung.
d. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum
blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia
atau kekurangan gizi. Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat
menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat
tertekansehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para
wanita lebihmungkin mengembangkan depresi postpartum jika
mereka tertekan secara sosial dan emosional serta baru saja
mengalami peristiwa kehidupan yang menekan. Ada juga
pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan
oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu. Penelitiand ari
Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukan bahwa
depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan
anak dikemudian hari.
86
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
a. Cemas tanpa sebab.
b. Menangis tanpa sebab.
c. Tidak percaya diri.
d. Tidak sabar.
e. Sensitif, mudah tersinggung.
f. Merasa kurang menyayangi bayinya.
g. Tidak memperhatikan penampilan dirinya.
h. Kurangnya menjaga kebersihan dirinya.Gejala fisiknya seperti :
kesulitan bernafas, ataupun perasaan yangberdebar-debar.
i. Ibu merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan.
j. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami atauapun keluarga.
4. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangani ibu dengan Baby
Blues, antara lain adalah:
a) Minta bantuan suami keluarga yang lain untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari, seperti mengurus rumah sehingga dapat
mengurangi pekerjaan ibu, ibu dapat beristirahat dan mengurangi
kelelahan.
b) Beritahu suami apa yang sedang ibu rasakan. Minta di dudukan
dan pertolongannya, karena dukungan dari suami sangat
penting.
c) Buang rasa cemas dan kekhawatiran
d) Tidur ketika bayi tidur. Ini adalah waktu yang efektif untuk tidur,
dimana ibu tidak perlu khawatir akan anaknya dan ibu dapat
mengetahui jika bayinya terbangun.
e) Berolahraga ringan/ melakukan latihan / senam nifas. Hal
tersebut penting mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa
sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu
f) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu dan Bounding
Attachment
87
g) Tidak perfeksionis dalam hal mengurus anak
h) Bicarakan rasa cemas dan komunikasi dengan orang yang bisa
kita percaya dan masalah ibu, seperti orang terdekat atau tenaga
kesehatan
i) Bersikap fleksibel
j) Merawat bayi dengan berfikir bahwa kesempatan merawat bayi
hanya datang satu kali
k) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Bersosialisasi /
membaur dengan banyak orang dapat membuat kita jadi lebih
rileks dan melupakan sejenak beban / masalah di rumah.
l) Berikan pelayanan KB agar ibu lebih fokus dalam merawat
bayinya sebelum kehamilan berikutnya.
88
Perencanaan asuhan keperawatan meliputi perawatan ibu
pascapartum dan bayinya. Adapun hasil akhir yang diharapkan
pada periode pascapartum antara lain tetap bebas dari infeksi,
memperlihatkan karakteristik involusi dan lokia yang normal,
tetapmerasa nyaman dan bebas dari cidera, memiliki pola defekasi
dan pola kemih normal, memiliki pengetahuan yang adekuat
tentang perawatan payudara, melindungi kesehatan kehamilan
bserikutnya, dan mengintegrasikan bayi baru lahir ke dalam
keluarga.
d. Implementasi
1) Menciptakan rasa nyaman ibu
2) Menganjurkan ibu untuk dapat beristirahat yang cukup
3) Menjelaskan pentingnya ambulasi dini dan tahapan-tahapan
ambulasi yang dianjurkan
4) Memberikan pendidiakn kesehatan terkait pola defekasi dan
berkemih
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang menyusui
6) Memberikan promosi kesehatan terkait kesehatan kehamilan
yang akan datang
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hal yang berlangsung secara
kontinu, berawal dari saat pasien masuk ke rumah sakit dan
berakhir pada saat paspien pulang. Apa bila kemajuan kesehatan
tidak sesuai dengan yang kita harapkan maka intervensi perlu di
modifikasi.
2. Uraian XII: Home Visite pada keluarga dengan ibu post partum
Pemulangan dini pasca partum merupakan suatu tren yang
dilakukan banyak ibu dan perawat yang member perawatan pada ibu
dengan pertimbangan criteria tertantu. Hal ini memiliki berbagai
macam keuntungan seperti memperkuat konsep kelahiran sebagai
seuatu peristiwa fisiologis yang normal, memperluas kemampuan
control dan partisipasi pasangan setelah kelahiran itu
sendiri,mengurangi pajanan pathogen, dan meberi rasa aman karena
berada dilingkungan rumah selama masa awal menjadi orang tua.
89
Sehingga ada hal yang jelas untuk melanjutkan perawatan selama
pasca partum di rumah terutama pada awal trimester ke empat ketika
terjadi perubahan fisiologis dan psikologis yang cepat.
Home visite merupakan hal yang penting bagi ibu post partum,
karena periode pemulihan yang lama pasca persalinan. kunjungan
rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan
dijadwalkan sesuai kebutuhan. Kunjungan bias dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang,kunjungan berikutnya direncakan sepanjang minggu
pertama jika diperlukan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Selama kunjungan ini perawat melakukan pengkajian yang
sistemasytis terhadap ibu dan bayi untuk menyesuaikan kondisi
fisiologis dan identifikasi komplikasi potensial. Juga bertujuan untuk
penyesuaian emosional ibu termasukfaktor keseimbangan (perspsi,
koping, dan dukungan). Idealnya ayah juga hadir saat kunjungan
rumah dilakukan. Intervensi yang dapat diberikan selama kunjungan
rumah berupa perawatan primer seperti konseling suportif, pedoman
petunjuk, pengarahan atau rujukan, terkadang perawatan fisik seperti
pengangkatan jahitan, penggantian kasa pembalut, atau menganjurkan
foto terapi untuk bayi di rumah.Perawat juga harus membuat
dokumentasi hasil temuan kunjungan yang nantinya akan berfungsi
sebagai catatan hukum pada tiap kunjungan dan juga untuk
mendapatkan penggantian dana yang sesuai.
Kunjungan rumah memiliki keuntungan yang sangat jelas karena
membuat pengunjung dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota
keluarga di dalam lingkungan yang dialami, perawat juga mampu
mengkaji sumber yang ada di rumah, keamanan, keadaan lingkungan
sekitar yang bermanfaat untuk pengajaran kesehatan. Walaupun
demikian, juga terdapat beberapa keterbatasn kunjungan rumah,
seperti biaya, terbatasnya jumlah perawat yang berpengalaman,
kekhawatiran tentang keamanan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004)
90
individu. Seksualitas tidak sama dengan seks, seksualitas ialah interaksi
faktor-faktor biologi, psikologi personal dan lingkungan.fungsi biologis
mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan menerima
kenikmatan dan untuk bereproduksi. Nila atau aturan sosio-budaya membantu
dalam membentuk individu berhubungandengan dunia dan bagaimana
mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. Sekitar 39%
kehamilan remaja diakhiri dengan abotus induksi. Sekitar sepertiga semua
aborsi di Amerika Serikat dilakukan oleh remaja (McAnarney Hendee). Tingkat
pendidikan orang tua remaja merupakan faktor untuk mempertimbangkan
apakah ia akan melakukan abortus
Strategi pendidikan seks dimasa lalu berfokus pada anatomi dan fisiologi
reproduksi dan penyuluhan perilaku. Baru-baru ini pendidikan seks mulai
membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya
program-program yang sekarang berfokus pada upaya membantu remaja
untuk “mengatakan tidak”. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan
seks anak-anaknya karena beberapa alasan seperti : (1) orang tua tidak
memiliki informasi yang adekuat. (2) orang tua tidak merasa nyaman dengan
topic seks, dan (3) para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka
membahas seks. Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui
anaknya adalah individu seksual yang memilikin perasaan dan perilaku
seksual.
91
a. Tugas Perkembangan pada Masa Hamil
Saat seorang remaja hamil, ia menghadapi tugas-tugas perkembangan
tertentu pada masa hamil yang meliputi:
Menerima realitas biologis kahamilan: kebanyakan remaja tidak
mengharap untuk hamil. Mereka mungkin menyangkalnya sebagai
tanda-tanda kehamilan menjadi sangat jelas sehingga tidak dapat lagi
diabaikan oleh anggota keluarga mereka. Beberapa remaja putri
berhasil menyembunyikan kehamilan mereka sampai tahap lanjut,
kadang-kadang sampai melahirkan. Tingkat penyangkalan pada
beberapa remaja dan keluarga mereka dapat cukup tinggi.
Menerima realitas tentang bayi yang belum dilahirkan__ remaja mungkin
hanya menerima fantasi memiliki bayi yang lucu, gembira, sehat ia
mengenakan bayinya pakaian dan mengajak bermain. Ia tidak
menerima kenyataan bayi tersebut akan bertumbuh dan berkembang
menjadi anak yang lebih besar.
Menerima realitas menjadi orang tua: menjadi orang tua mengandung
arti mencintai, memberi perhatian dan mampu memberi perawatan yang
dibutuhkan bayi. Meskipun biasnaya mereka berkeinginan untuk
menjadi orang tua yang baik, ibu dan ayah remaja memiliki pengalaman
hidup yang terbatas. Mereka mengabaikan kebutuhan sendiri untuk
berkoping terhadap hal-hal yang abstrakdan menyelesaikan masalah
hanya sedikit berkembang.
b. Pengaruh Budaya
Angka kehamilan pada remaja berpenghasilan rendah dan remaj-remaja
dari kelompok etnis minoritas terbilang tinggi. Kemiskinan dan rasisme
sosial memiliki pengaruh yang membahayakan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Remaja dalam kelompok minoritas terbilang aktif secara
seksual. Perawat harus menyadari perbedaan yang ada dalam keyakinan
budaya sehingga terjadi komunikasi yang terbuka. Dengan mengkaji dan
menggabungkan keyakinan-keyakinan ini perawat dapat memberikan
perawatanyang lebih tepat dan program yang lebih efektif untuk
mencegah kehamilan.
c. Reaksi Keluarga terhadap Kehamilan Remaja
Salah satu tugas paling sulit yang dihadapi remaja hamil ialah memberi
tahu orangtua mereka. Remaja mungkin tidak memberitahukan
92
kehamilannya sampai kehamilan semakin jelas. Reaksi awal orang tua
biasanya sypk, marah,malu, merasa bersalah dan sedih. Perawat harus
mengkaji setiap ketidakharmonisan dalam keluarga. Perawat juga harus
membatu anggota keluarga beradaptasi terhadap keputusan yang
mereka ambil tentang kehamilan, adopsi atau abortus.
93
puterinya terlalu muda atau tidak dapat mengambil keputusan yang
penting sebagai pengasuh.
b. Non-Malefisien
Non-maleficience berarti kontinum rentang dari bahaya tidak berarti
maksudnya adalah tidak melukai yang akan menimbulkan bahaya kepada
orang lain (klien). Contohnya : perawat memberikan vaksin TT kepeda ibu
hamil.
94
c. Benefecience
Prinsip kemaslahatan menuntut seorang perawat memberikan
keseimbangan maslahat terhadap resiko dalam suatu situasi, dimana suatu
pilihan harus dibuat dan menentukan suatu cara untuk membantu klien.
Misal, klien kanker harus mempertimbangkan resiko dari suatu obat kanker
eksperiment sebelum menerima obat tersebut.
d. Juctice
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain secara adil dan
memberikan apa yang menjadi kebutuhan dan manfaat bagi mereka. Ketika
ada hal yang diberikan untuk klien, perawat dapat mengalokasi
dalam konteks pembagian yang adil terhadap masing-masing klien yang
mereka butuhkan
e. Kejujuran (Veracity)
Kejujuran menuntut kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran yang
sesungguhnya. Sikap kejujuran tidak hanya harus berkata jujur tetapi juga
membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan informasi dan juga
pengajaran dan perlindungan klien. Misal, seorang wanita menanyakan obat
yang dibutuhkannya setelah trnsplantasi sumsum tulang belakang, kemudian
perawat harus memberikan informasi yang jujur. Akan tetapi mungkin wanita
tersebut tidak jadi untuk transplantasi. Tetapi dalam hal ini perawat harus
menekankan hal positif setelah transplantasi tersebut.
f. Kerahasiaan (Kridensialitas)
Rahasia adalahSemua informasi menjadi hak isimewa seseorang atau
pribadinya seseorang yang telah ada kesepakatan yang bersifat
resmi. Hubungan perawat dengan klien sudah dianggap hak istimewa
dimana perawat tidak boleh membocorkan informasi kepribadian klien
kepada orang lain. Kecuali, korban merupakan tindak kejahatan. Maka
perbuatan tersebut harus dilakukan saat menjadi seorang saksi di
pengadilan.
g. Kesetiaan (Fidelity)
Keyakinan atau kesetiaan menyatakan bahwa seorang perawat harus
memagang suatu janji yang dibuatnya untuk klien. Ketika dibuatnya suatu
janji, ada timbulnya rasa saling percaya diantara perawat-klien
h. Respek pada seseorang
95
Prinsip respek terhadap sesorang menetapkan bahwa semua etik perawatan
kesehatan harus menghargai kehidupannya sendiri dan kehidupan orang
lain bisa dikatakan bahwa menghormati dan menghargai pasien beserta hak-
hak pasien. contoh : perawat harus melakukan segala sesuatu yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan manusia dimana terdapat
harapan sembuh atau memperoleh keuntungan dari tindakan
memperpanjang hidup(Potter dan perry. Edisi 4 (2005).
6. Nursing Advocacy
Advokasi adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung
argumentasi bagi kebutuhan orang lain dengan bertindak sebagai pembela
pasien dalam praktik keperawatan
a. Peran Nursing Advocacy
1. Meningkatkan keyakinan para penentu kebijakan dalam melaksanakan
perubahan kebijakan dalam pelayanan keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan;
2. Meningkatkan keyakinan bahwa masalah dalam pelayanan
keperawatan harus diselesaikan bersama dan memerlukan
kesepakatan dalam bentuk kemitraan yang didukung olehh pemerintah
pusat maupun daerah;
3. Adanya komitmen dari penentu kebijakan di pusat propinsi dan
kabupaten/kota tentang hak masyarakat memperoleh pelayanan
keperawatan yang bermutu.
4. Melindungi hak-hak yang dimiliki oleh klien;
5. Untuk mencapai perawatan kesehatan yang lebih baik.
96
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model
karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari
karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga
menjadi kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih
kanker serviks dihubungkan dengan jenis human papilomma virus (HPV).
Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada
wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV
merupakan faktor inisiator kanker serviks. Oncoprotein E6 dan E7 yang
berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
serviks, antara lain adalah : Hubungan seks pada usia muda atau
pernikahan pada usia muda. Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku
seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma
virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks,
penis dan vulva. Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok.
Defisiensi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa
defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia. Trauma
kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun,
gangguan sistem kekebalan, pemakaian pil KB, infeksi herpes genitalis atau
infeksi klamidia menahun dan golongan ekonomi lemah (karena tidak
mampu melakukan Pap smear secara rutin).
Klasifikasi histologik kanker serviks yaitu: squamous carcinoma, adeno
carcinoma, mixed carcinoma, undifferentiatedcarcinoma, carcinoma tumor,
malignant melanoma,dan maliganant non-epithelial tumors.
c. Tanda dan Gejala
k. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
l. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
m. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
97
n. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
o. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
p. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di
tempat-tempat lainnya.
q. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh
d. Penatalaksanaan
Apa bila lesi prekursor lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) atau
lesi intra epitel tingkat tinggi (HGSIL) pengangkatan non bedahnkonservatif
memungkinkan untuk dilakukan. Krioterapi (terapi laser) efektif untuk kondisi
ini. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks)
dilakukan bila biopsi menunjukkan neoplasia intra epitel (CIN) atau HGSIL
yang sebanding dengan displasia dan karsinoma in situ. Jika kanker servikal
prainvasif terjadi ketika wanita telah selesai membesarkan ank-anaknya,
histerektomi sederhana biasanya di rekomendasikan. Apabila pasien
mempunyai kanker servikal invasif radiasi atau histerektomi radikal, atau
keduanya dapat dilakukan. Metoda yang dipilih tergantung tahap lesi
(Smeltzer, 2001)
Pencegahan dan Skrining. Salah satu cara terbaik untuk mencegah kanker
ini adalah bentuk skrining yang dinamakan PapSmear, dan skrining ini
sangat efektif. Papsmear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk
mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini
mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.
Vaksin HPV,Vaksin HPV dapat berguna dan cost efective untuk mengurangi
kejadian kanker serviks dan kondisi pra-kanker, khususnya pada kasus yang
ringan. Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis ini dapat melindungi tubuh dalam
melawan kanker yang disebabkan oleh HPV (tipe 16 dan 18).
Penggunaan kondomPara ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi
kini mereka punya bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi
98
risiko penularan virus penyebab kutil kelamin (genital warts) dan banyak
kasus kanker leher rahim.
Sirkumsisi pada pria. Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria
berhubungan dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan pada
kasus seorang pria dengan riwayat multiple sexual partners, terjadi
penurunan resiko kanker serviks pada pasangan wanita mereka.
e. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pelvis dan pemeriksaan
laboratorium, dan respons psikososial.
2) Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul adalah:
a) Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi pada jaringan syaraf akibat
proses penyakit kanker serviks
b) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi akibat penyakit cancer
serviks
3) Perencanaan
Adapun tujuan dari perencanaan dalam merawat pasien dengan kanker
serviks antara lain: rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang, kecemasan
berkurang, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria
4) Implementasi
Diagnosa 1:
a) Mengkaji riwayat nyeri sebelu nya dan nyeri saat ini meliputi lokasi nyeri,
frekuensi, durasi dan intensitas nyeri serta tindakan penghilang nyeri yang
digunakan.
b)Mengajarkan klien tehnik relaksasi dan distraksi dengan menceritakan hal-
hal yang menyenangkan dan memberikan posisi yang nyaman (mereposisi
kateter)
c)Memotivasi klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam penggunanaan
keterampilan manajemen nyeri relaksasi nafas dalam dan distraksi
d)Kolaborasi rencana menajemen nyeri melalui medikasi analgetik dengan
dokter dan klien
kolaborasi rencana manajemen nyeri melalui medikasi anlgetik dengan
dokter dan klien
Diagnosa 2
99
a) Mengkaji ulang pemahaman klien tentang hal yang menyebabkan
kecemasan sebelumnya
b) Mengkaji pemahaman klien tentang program terapi dan efek samping
yang mungkin dialami
c) Menciptakan lingkungan yang kondusif
d) Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan klien
e) Memotivasi klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang saat
ini dirasakan.
f) Membantu klien untuk memulai mengembangkan strategi koping yang
konstruktif untuk meng hadapi kecemasannya.
g) Memberikan informasi yang akurat dan konsisten mengenai ca.cerviks
dan pemasangan kateter
Diagnosa 3
a) Memonitor asupan nutrisi klien setiap hari
b) Menjelaskan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat
untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi
c) Memotivasi klien untuk makan makanan tinggi kalori kaya protein sesuai
dengan selera klien.
d) Memotivasi klien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
e) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan pada saat makan seperti
ruangan terang,bersih, tenang dan dorong klien untuk makan bersama-
sama keluarga dan klien lainnya
f) Apabila ada mual dan muntah klaborasi pemberian antiemetik sesuai
kebutuhan
g) Mengkaji BB klien setiap minggu atau sesuai kebutuhan
5) Evaluasi
Evaluasi mencakup pengungkapan pasien terhadap nyeri berukurang atau
teratasi, kecemasan berkurang, nutrisi pasien adekuat.
100
kontrasepsi atau penyakit episodic seperti infeksi vagina. Ketika seorang
wanita pertama kali berada dalam sistem pelayanan kesehatan, penyedia
pelayanan kesehatan bertugas mengenali kebutuhan terhadap promosi
kesehatan dan pemeliharaan kesehahatan preventif serta memberikan
pelayanan sebagai bagian dari pelayanan seumur hidup bagi wanita.
1. Anamnesis
Pada kunjungan wanita yang pertama, sering kali ia diminta untuk mengisi
formulir dengan data-data bografi dan riwayat kesehatan sebelum bertemu
dengan pemeriksa. Perawat umumnya bertugas untuk memastikan bahwa
nama, usia, satatus pernikahan, ras, etnis, alamat, nomor telepon, pekerjaan
dan tanggal kunjungan telah diisi. Anamnesis dilakukan dengan situasi yang
pribadi, nyaman, relaks dan tidak tergesa-gesa. Perawat harus mengenali
kelemahan pada wanita dan menyakinkannya akan kerahasiaan penuh.
Banyak wanita yang tdak mendapat informasi, mengikuti mitos-mitosyang
salah, atau takut mereka terlihat bodoh dengan pertanyaan-pertanyaan
tentang fungsi seksual atau reproduksi. Komunikasi juga dapat terhambat
dengan adanya kepercayaan yang berbeda walaupu perawat dan pasien
berbicara dengan bahasa yang sama.
2. Wanita dengan Kebutuhan Khusus
Wanita dengan kelainan fisik atau mental memiliki kebutuhan khusus.
Wanita dengan disabilitas penglihatan, pendengaran, emosional atau fisik
harus dihormati dan dilibatkan dalam pengkajian dan pemeriksaan fisik
dengan kemampuan penuhnya. Pengkajian dan pemeriksaan fisik dapat
disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap wanita. Komunikasi dengan
wanita yang mengalami gangguan pendengaran dapat dilakukan tanpa
kesulitan. Sebagian besar wanita-wanita ini membaca bibir, tulisan, atau
keduanya, oleh karena itu, pemeriksa yang berbicara dan mengucapkan
kata-kata dengan perlahan dan jelas terlihat dapat lebih mudah dimengerti.
Banyak wanita yang cacat fisik tidak dapat berbaring dengan nayaman pada
posisi litotomi untuk pemeriksaan panggul. Meja pemeriksaan dengan desain
khusus tersedia di beberapa klinik. Bila meja ini tidak tersedia, beberapa
posisi alternatif dapat digunakan, seperti posisi lateral (berbaring pada satu
sisi), posisi bentuk huruf V, posisi bentuk berlian dan posisi huruf v (lihat
gambar).
101
Wanita yang mengalami kekerasan
Perawat harus melakukan skrining pada semua wanita yang mendatangi
sistem pelayanan kesehatan terhadap kemungkinan terjadinya kekerasaan.
Merupakan hal yang oenting untuk memikirkan kemungkinan telah terjadinya
kekerasan pada seorang wanita. Bantuan pada wanita bergantung pada
sensivitas perawat dalam mencari kemungkinan terjadinya kekerasan,
penemuan adanya kekerasaan dan intervensi selanjutnya. Perawat harus
mengerti tentang hokum-hukum yang mengatur tentang kekerasan di
Negara tempat ia berpraktik.
Rasa takut, malu dan bersalah dapat membuat wanita tidak menceritakan
kekerasan dalam keluarganya. Didapatnya fakta-fakta kemungkinan
102
terjadinya kekerasan melalui anamnesis dan bukti adanya perlukaan pada
pemeriksaan fisik harus memberikan dugaan yang kuat. Daerah yang paling
sering terluka pada wanita adalah kepala, leher, perut, payudara dan
ekstremitas atas
Remaja
Ketika seorang wanita muda menjadi matur, ia harus ditanyakan pertanyan-
pertanyaa yang sama yang terdapat dalam anamnesis. Perhatian utama
harus diberikan untuk menemukan perilaku-perilaku berisiko, gangguan
makan dan deresi. Seorang remaja dapat aktif secara seksual atau tidak.
Setelah terbina hubungan yang baik, berbicara kepada remaja dengan
orangtua diluar ruangan adalah cara terbaik. Pertanyaan harus ditanyakan
dengan sensitif, lembut dan tidak menuduh.
3. Riwayat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada kunjungan pertama wanita,
ia harus mengisi formulir dengan data-data biografi dan riwayat kesehatan
sebelum bertemu dengan pemeriksa. Formulir ini membantu petugas
pelayanan kesehatan dalam melengkapi riwayat kesehatan selama
anamnesis. Sebagian besar formulir berisikan informasi mengenai katergori-
kategori berikut.
Data biografi
Alasan berkunjung ke pelayanan kesehatan
Kesehatan saat ini atau riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat keluarga
Pemeriksaan berdasarkan sistem
Pengkajian fungsi (aktivitas hidup sehari-hari)
4. Pemeriksaan Fisik
Dalam persiapan untuk melakukan pemeriksaan fisik, wanita diinstruksikan
untuk melepaskan pakaiannya dan diberikan gaun untuk dipakai selama
pemeriksaan. Biasanya aia akan diberikan kesempatan untuk melepaskan
pakaiannya sendiri. Data objektif dicatat berdasarkan sistem atau lokasi.
Pengkajian umum mengenai status kesehatan secara keseluruhan
merupakan cara yang baik untuk memulai pemeriksaan. Berbagai penemuan
dideskripsikan dengan terinci.
5. Pemeriksaan Panggul
103
Banyak wanita terintimidasi oleh pemeriksaan kandungan pada saat
pemeriksaan fisik. Perawat pada situasi ini dapat bertindak sebagai
perantara dalam melakukan pendekatan untuk mendukung hubungan
kerjasama antara wanita dan petugas pelayanan kesehatan. Wanita diminta
untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum prosedur dilakukan. Hal
ini akan membuat ketidaknyamanan dalam pemeriksaan berkurang dan
palpasi organ panggul menjadi lebih mudah. Wanita dibantu untuk
melakukan posisi litotomi , posisi litotomi, paha dan lututnya harus dalam
keadaan fleksi dengan pantat berada di pinggir meja, dan kedua kaki
disanggah dengan tumit atau tempat penyanggah lutut.
Inspeksi ekternal : pemeriksa duduk dikaki meja untuk inspeksi genetalia
ekternal dan untuk pmeriksaan menggunakan speculum.
Palpasi eksternal : pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan inspeksi
dan palpasi. Pemeriksa menggunakan sarung tangan dalam pemeriksaan
ini. Labia dipisahkan untuk memperlihatkan struktur-struktur pada
vestibulum :meatus uretra, kelenjar skene, orifisium vagina dan kelenjar
bartolin.
Pemeriksaan vulva sendiri : pemeriksaan panggul merupakan
kesempatan yang baikbagi praktisi untuk menekankan kebutuhan akan
pemeriksaan vulva sendiri atau pemeriksaan genital sendiri secara teratur
dengan mengajarkan prosedurnya. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
praktisi dan wanita secara bersamaan dengan menggunakan kaca.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi duduk dengan pencahayaan
adekuat, memegang kaca dengan satu tangan dan menggunakan tangan
yang lain untuk membuka jaringan disekitar introitus vagina. Kemudian
secara sismatik memeriksa mons pubis, klitoris, uretra, labia mayor,
perineum, area perineal dan mempalpasi vulva, memperhatikan adanya
perubahan yang abnormal, seperti ulkus, benjolan, kutil, lentingan, lesi
kulit dan perubahan pigmentasi.
Pemeriksaan dalam : spekulum vagina atas dua bilah dan pegangan dan
bervariasi jenisnya. Spekulum vagina digunakan untuk melihat
lengkungan vagina dan serviks. Spekulum yang tertutup diletakkan
kebelakang lengkung vagina dengan lembut dan dimasukkan kedalam
lengkung vagina. Kedua bilah dibuka untuk melihat serviks dan dikunci
pada posisi terbuka. Serviks diinspeksi posisi dan penampilan lubangnya:
104
warna, lesi, perdarahan, dan adanya cairan yang mengalir. Penemuan
serviks yang tidak normal meliputi ulserasi, massa, peradangan dan
protrusion berlebihan kedalam lengkung vagina. Anomali, seperti jengger
ayam (penonjolan diatas serviks yang terlihat seperti jengger ayam),
serviks bertopi atau berkerah atau polip diperhatikan.
Pengumpulan spesimen : pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan
sitologi adalah bagian yang penting dalam pemeriksaan kandungan.
Infeksi dapat didiagnosis melalui pemeriksaan spesimen yang
dikumpulkan selama pemeriksaan panggul.
Tes Papanicolaou (Pap) : kondisi karsinogenik, potensial dan nyata dapat
ditentukan melalui pemeriksaan sel dari serviks yang dikumpulkan selama
pemeriksaan panggul.
Pemeriksaan vagina : setelah spesimen didapatkan, vagina dilihat ketika
speculum diputar. Bilah spekulum dibuka kuncinya dan ditutup separuh.
Ketika akan dikeluarkan, spekulum diputar dan dinding vagina diinspeksi
untuk melihat warna, lesi, rugae, fistula dan penonjolan.
Palpasi bimanual : vagina dipalpasi untuk memeriksa peregangan, lesi
dan rasa nyeri. Serviks diperiksa posisi, bentuk, konsistensi, motilitas dan
adanya lesi. Forniks disekeliling serviks dipalpasi.
Palpasi rektivagina : untuk mencegah kontaminasi rectum dari organisme-
orgsnisme didalam vagina (seperti gonorhoeae), pemeriksa harus
mengganti sarung tangan, menambahkan lubrikan baru dan kemudian jari
telunjuk dimasukkan kembali kedalam vagina dan jari tengah kedalam
rektum. Rektum dipalpasi untuk mengetahui adanya rasa nyeri dan
massa.
105
6. Prosedur Laboratorium dan Diagnostik
Prosedur laboratorium dan diagnostik selanjutnya dilakukan atas keputusan
klinis: hitung darah lengkap atau hemoglobin atau hematocrit, kolestrol darah
total, gula darah puasa, urinalisis untuk bakteri, serologi sifilis, mammogram,
uji kulit tuberculin, tes pendengan, Dll. Skrining HIV dan obat dapat
ditwarkan atau disarankan dengan persetujuan, terutama pada populasi
resiko tinggi.
106
3. Kegel Exercise
Latihan kegel atau latihan otot dasar panggul dilakukan untuk menguatkan
otot-otot dasar panggul agar dapat mengontrol atau mengurangi
inkontinensia urin. Latihan ini juga menguntungkan selama kehamilan dan
pasca melahirkan. Latihan ini akan menguatkan otot-otot dasar panggul,
menyanggah organ panggul dan mengontrol otot-otot disekeliling vagina dan
uretra.
4. Manajemen Stres
Karena tidak mungkin untuk menghindari semua stress, wanita perlu untuk
belajar bagaimana cara menangani stres. Perawat harus menilai setiap
wanita untuk mencari tanda-tanda stress menggunakan kamampuan
komunikasi terapeutik untuk menentukan faktor risiko dan kemampuan
wanita untuk berfungsi. Perawat harus sadar akan gejala-gejala kelainan
mental serius, seperti depresi dan ansietas. Wanita yang mengalami
perubahan besar dalam kehidupannya, seperti perceraian, perpisahan,
kehilangan, penyakit berat dll.
Memainkan peran, teknik relaksasi, biofeedback(pengontrolan diri sendiri),
meditasi, desensitisasi, latihan pengendalian, yoga, diet dan olahraga adalah
kemampuan seorang perawat yang siap pakai.
107
PRAKTIKUM MATERNITAS
A. Praktikum I: PENGKAJIAN FISIK IBU HAMIL, ANTENATAL CARE (ANC)
1. Pengertian
Antenatal care merupakan pelayanan terhadap individu yang
bersifat care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi
ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman,
di perlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan
status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu
yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang di
kandungnya ( Departemen kesehatan RI, 2007)
3. Indikasi
108
Pemeriksaan antenatal care dilakukan pada semua ibu hamil minimal
4 kali kunjungan yaitu: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan
dua kali pada trimester III.
109
bagian tubuh pasien yang tidak termasuk area yang akan
diperiksa
6. Memeriksa tanda – tanda vital
7. Lakukan manuver leopold I
1) Manuver leopold I
Tujuan: untuk mengetahui tinggi fundus uteri
Cara kerja :
a) Posisi pemeriksa menghadap kekepala pasien
b) Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian fundus
uteri pasien
c) Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk
menentukan apa yang ada di bagian fundus uteri
d) Tentukan apa yang ada di bagian fundus
e) Apabila kepala janin teraba difundus, yang akan teraba
adalah keras, rata, bulat, mudah digerakkan dan
“Balloteble”
f) Apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang akan
teraba adalah lembut, tidak beraturan/tidak rata, melingkar,
dan sulit digerakkan.Posisi janin-hubungan antara panjang
axila janin dan panjang axila ibu-dapat juga ditentukan
pada saat manuver I. Posisi ini biasanya longitudinal atau
trasversal, tetapi mungkin juga oblique.
Gambar 1. Maneuver 1
110
Menentukan usia kehamilan :
111
g) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil,
bentuk/posisi tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat
bergerak aktif dan pasif
Gambar 2. Maneuver II
Gambar 4. Manuver IV
113
Cara kerja
114
c Pengukuran tinggi fundus uterus diatas simphisis pubis digunakan
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan
pertumbuhan janin.
d Tentukan tinggi fundus. Hitung perkiraan usia kehamilan dengan
metode Mc. Donald.
e Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi
adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus
yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya
jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramion.
Rumus Mcdonald’s :
- Usia kehamilan (hitungan bulan ) = Tinggi Fundus Uterus (cm) x 2/7 (atau +3.5)
- Usia kehamilan (hitungan minggu) = Tinggi Fundus Uterus (cm) x 8/7
115
Rumus Taksiran Berat Janin Johnson Tossec
116
7. Melihat Dasar Kulit Kepala dan kondisi rambut
8. Melihat keadaan muka/wajah ibu (Edema, warna, memar)
9. Melihat Konjungtiva dan sclera
10. Melihat lubang hidung ibu hamil dengan menggunakan pen light
11. Melihat Kondisi sinus dengan perkusi Ringan
12. Melihat liang telinga ibu hamil dengan menggunakan pen light
13. Melihat rongga mulut, lidah, gusi, bibir ibu hamil dengan menggunakan pen
light
14. Meraba Kelenjar getah bening pada ibu hamil
15. Meraba Kelenjar tiroid pada ibu hamil sambil menganjurkan ibu hamil
menelan
16. Membuka pakaian atas ibu dan mendengar bunyi jantung dengan
menggunakan stateskop binokuler
17. Mendengar bunyi paru dengan menggunakan stateskop binokuler
18. Mengobservasi pengeluaran ASI dengan menekan areola mamae sambil
memegang puting susu dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan
menggunakan sarung tangan
19. Mengajarakan Ibu hamil cara melakukan SADARI
20. Memperhatikan dan meraba bentuk payudara ibu hamil
21. Meraba daerah aksila kiri dan kanan ibu hamil
22. Memasang pakaian atas dan membuka pakaiandaerah perut serta
memperhatikan bentuk abdomen
23. Melakukan leopold I
24. Mengukur Tinggi fundus uteri dengan menggunakan meteran pita
25. Melakukan leopold II
26. Melakukan leopold III
27. Melakukan leopold IV
28. Mendengar DJJ dengan menggunakan stateskop leanec/Dropler
29. Merapikan pakaian bawah dan melihat varises pada ekstremitas
30. Melihat dan melakukan palpasi tekan edema pada ektremitas
31. Melakukan pemeriksaan reflek patella dengan menggunakan reflek hummer
32. Menganjurkan ibu membuka pakaian dalam
33. Mengatur posisi dorsal recumbent
34. Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT dengan menggunakan sarung
tangan
35. Melakukan/menanyakan kondisi vulva, vagina, kelenjar inguinal, nodul dan
lesi
36. Memindahkan alat dengan tangan kiri dan tangan kanan mengulung
117
pengalas
37. Melakukan cuci tangan dengan benar
38. Melakukan komunikasi selama pemeriksaan berlangsung
39. Empati dengan kondisi pasien dan melakukan dokumentasi
B. SENAM HAMIL
1. Pengertian
Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu
hamil dalam rangka mengencangkan sistem tubuh dan menyiapkan otot-
otot yang diperlukan sebagai tambahan yang harus dialami selama
kehamilan meskipun aktivitas rutin tetap dilakukan misalnya olahraga
ringan dapat trus dilakukan secara rutin.
118
3. Indikasi senam hamil
Ibu hamil yang sehat dengan usia kehamilan 4-6 bulan
119
melengkung.
c. Latihan menyamankan punggungdengan cara duduk bersandar
dengan punggung disangga beberapa bantal, luruskan kaki dan tarik
ujung kaki bergantian sehingga tulang panggul bergerak, ulangi latihan
ini sebanyak 10 x.
d. Mengencangkan otot-otot pangguluntuk melatih tulang panggul
dengan cara duduk bersandarkan beberapa bantal, lutut ditekuk, tapak
kaki rata dengan lantai, jatuhkan kedua kaki kesamping membuka lalu
dirapatkan kembali ulangi hingga 10 x.
120
f. Melatih tulang belakang, berdiri tegak dengan kaki regang sambil
pegangan pada sandaran kursi, kemudian tegapkan dan kendurkan
tubuh dengan mengaktifkan dasar panggul selama latihan, kaki menapak
pada lantai lakukan 10 x.
121
i. Memperkuat otot-otot perut; sikap merangkak, posisi punggung lurus
tanpa digerakkan dan tahan otot-otot perut sampai hitungan 5 x,
perlahan lepaskan lagi, ulangi sampai 10 x.
122
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta atau selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai
adanya penyulit. Memasuki hari ke 28 usia kehamilan, janin mencapai
kematangan dan siap untuk hidup diluar uterus. Pada saat bayi siap untuk
dilahirkan, proses mendorong bayi untuk keluar dari uterus yang
dinamakan persalinan dimulai. Persalinan merupakan usaha kontraksi otot
uterus secara teratur dan ritmik. Tanda – tanda persalinan apabila ibu
hamil mengalami tanda- tanda seperti dibawah ini, mengindikasikan bahwa
proses persalinan akan segera berlangsung.
123
kemih akan tertekan akibat dorongan bagian presentasi janin ke
arah rongga pelvis
d. Tanda persalinan palsu ( false labor)
a) Kontraksi
1 Terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya sebentar
2 Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah posisi
3 Dirasakan di daerah punggung atau abdomen di atas navel
b) Serviks
1 Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda – tanda adanya
perdarahan
2 Seringkali dalam posisi posterior, tidak dapat dipastikan tanpa
pemeriksaan vagina
c) Janin
1 Bagian presentasi biasanya belum masuk rongga pelvis
2 Faktor – faktor esensial dalam persalinan
3 Lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan.
5P. Passanger (janin dan plasenta) passageway (jalan lahir),
power, posisi ibu, dan respon psikologis.
e. Batasan Kala I persalinan
a. Fase laten kala I persalinan
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabakan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
2) Berlangsung hingga serviks mencapai kurang dari 4 cm
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
Fase aktif kala I persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih)
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atu
10 cm akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam
(nullipara atau primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multi
para)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
124
4. Batasan kala II persalinan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
Cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
5. Pengertian Partograf
Alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan kala satu dan informasi
untuk membuat keputusan klinik.
6. Tujuan Partograf
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
janin, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan lab, membuat keputusan klinik dan tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau
rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
7. Indikasi Partograf
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan
b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua temapt ( rumah, PKM,
klinik, RS)
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan
125
No Aspek yang dinilai
1 Pengisian Identitas
2 Kondisi Janin
U : Ketuban utuh
2 = tulang - tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat di
pisah
3 = tulang - tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di pisah
4 Kemajuan Persalinan
126
6 Kontaksi uterus
7 kondisi ibu
Temperatur
127
11. Batasan kala IV persalinan
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu.
Asuhan keperawatn yang harus diperhatikan pada kala IV persalinan
adalah :
a. Memperkirakan kehilangan darah
b. Memeriksa perdarahan dari perenium
c. Pencegahan infeksi
d. Pematauan keadaan umum ibu ( Selama dua jam : 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua).
128
2 Siapkan alat – alat dan privacy ruangan
3 Cuci tangan
3. Tahap orientasi
1 Beri salam, panggil klien dengan namanya
2 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga
1) Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusiatasi dan ganjal bahu
bayi
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
3 Pakai APD ; celemek plastik, masker, kaca mata, sandal tertutup, dan topi
penutup kepala
4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan denga
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
10. Periksa denyut jantun janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
11. Beritahukan bagwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantuk ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayiuntuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
1) Jika tali pusat melilit leher secara longar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
131
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjut diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
dan jari-jarinya)
1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
(tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
2) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.
3) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus
(hamil tunggal).
28. Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik).
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir)
pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2
cm distal dari klem pertama.
1) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudia
lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut.
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
132
kedua menggunakan dengan simpul kunci
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisi, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang alin mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
133
melalukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan talapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
. selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling
sedikit 1 jam).
45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin
K1) di paha kanan anterolateral.
134
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klori 0,5% untuk
dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DDT. Bersihakn sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memeberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuah kala IV
135
14. Tahap terminasi
1 Evaluasi perasaan klien
2 Simpulkan hasil kegiatan
3 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4 Akhiri kegiatan
5 Cuci tangan
6 Dokumentasi
D. Amniotomi
E. HEATING EPISIOTOMY
1. Jenis Episiotomi:
Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
a. Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus
ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah : perdarahan yang
timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah
yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. sayatan bersifat
simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan. Kerugiannya adalah dapat terjadi
136
ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau
komplet (laserasi dinding rektum).
Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat
dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan
orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira2 4 cm.
Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam
3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak
dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka
sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri
yang mengganggu penderita.
Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis,
tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari
rektum, serta sayatannya lebih lebar.
1. Indikasi episiotomy.
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin.
137
3) Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya
pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi
vakum dan anak besar
4) Arkus pubis yang sempit
b. Indikasi janin antara lain adalah:
1) Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2) Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin
besar.
3) Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II
seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.
3. Kontra indikasi.
Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah :
138
putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continous suture).
Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lendir
adalah catgut khromik, sedangkan untuk kulit perineum dipakai
benang sutera.
5. Prosedur tindakan
1) Persiapan Alat dan bahan
a. Sarung tangan steril
b. Solusi irigasi
c. Needle holder
d. Metzenbaum gunting
e. Jahitan gunting
f. Gunting tang dengan gigi
g. Klem Allis
h. Gelpi atau deaver retractor ( untuk digunakan dalam
memvisualisasikan derajat ketiga atau keempat robekan perineum,
atau dalam robekan vagina)
139
i. 10 ml suntik dengan 22 gauge
j. 1% lidokain ( xylocaine )
k. 3-0 jahitan polyglactin 910 ( vicryl ) jahitan di CT-1 jarum ( untuk
jahitan mukosa vagina )
l. 3-0 jahitan pada polyglactin 910 CT-1 jarum ( untuk jahitan otot
perineum )
m. 4-0 polyglactin SH 910 pada jarum jahit ( untuk jahitan kulit )
n. 2-0 polydioxanone sulfat (PDS) jahitan di CT-1 jarum ( untuk
jahitan eksternal sfingter anal )
2) Teknik menjahit robekan perineum
a) Tingkat I :
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya
dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continous
suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).
b) Tingkat II :
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal
otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan
jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup
dengan mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
c) Tingkat III :
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat
II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata
140
atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan
terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-
masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir
robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Jahitan sfingter ani : jepit otot sfingter dengan klem Allis atau
pinset. Tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang
kromik 2-0 angka 8 secara interuptus. Larutan antiseptik pada daerah
robekan. Reparasi mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
d) Tingkat IV :
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit.
Kemudian fasia perirektaldan fasia septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dengan Pean
lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat II.3,4
141
F. PEMASANGAN CTG
Pengertian CTG
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat
yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat
persalinan.
Tujuan Pemasangan CTG
1). Menghitung denyut jantung janin (DJJ)
2). Memantau gerakan janin
3). Memantau kontraksi Rahim
c. Indikasi Pemasangan CTG
1. Pre-eklampsia-eklampsi
2. Ketuban pecah
3. Diabetes melitus
4. Kehamilan 40 minggu
5. Vitium cordis
6. Asthma bronkhiale
7. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
8. Infeksi TORCH
10. Induksi atau akselerasi persalinan
11. Persalinan preterm
12. Hipotensi
13. Perdarahan antepartum
15. Berusia lanjut (>35 tahun)
17. Untuk kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan
janin
d. Alat dan Bahan
1. Alat Kardiotokografi (CTG)
2. Gel
3. Kassa
e. Prosedur Pemasangan CTG
4. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
5. Posisikan ibu dengan nyaman
6. Informed Concent : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan
kemungkinan hasil yang akan didapat
142
7. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
8. Periksa kesadaran dan TTV pasien
9. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter
atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter /
menit.
10. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi
dan punktum maksimum DJJ
11. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan
segera setelah kontraksi berakhir
12. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum
13. Hidupkan komputer dan kardiotokograf
14. Rekamkira-kira 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang
ingin dicapai)
15. Evaluasi dan beritahu hasil kepada pasien
G. APGAR SCORE
Pengertian
Pengkajian awal pada neonatus dilakukan segera setelah lahir
menggunakan skor Apgar dan pemeriksaan fisik singkat. Skor Apgar
memberikan pengkajian cepat pada transisi bayi baru lahir terhadap
kehidupan diluar uterus, yaitu berdasarkan lima tanda yang
mengidentifikasikan status fisiologis noenatus: 1) denyut jantung, 2) laju
pernafasan, 3) tonus otot dan 4) reflek. Apgar biasa dikenal dengan
Appearance (colour = warna kulit) , Pulse (heart rate = denyut nadi) ,
Grimace (refleks terhadap rangsangan) , Activity (tonus otot) , dan
Respiration (usaha bernapas).
Tujuan
1. Mengkaji status umum neonatus
2. Memutuskan tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan/tidak
Indikasi
Bayi baru lahir
143
Alat dan Bahan
a. Stotoskop
b. Stopwatch atau jam dengan jarum detik
Prosedur pelaksanaan
Skor
Tanda 0 1 2
Warna Biru, pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
(Appearance) ekstremitas biru kemerahan
Denyut jantung Tidak ada Lambat (<100) >100
(Pulse)
Reflek iretabilitas Tidak ada menggeram menangis
(Grimace) respon
Tonus otot lemas Fleksi pada Fleksi sepurna
(Activity) beberapa
ekstremitas
Laju pernafasan Tidak ada Lambat,menangis Menangis kuat
(Respiration) lemah
144
banyak pada saluran nafas, rongga mulut dan hidung dapat diisap
dengan pipet bundar.
Tujuan
1. Mempertahan jalan nafas bayi
2. Mengefektifkan jalan nafas
3. Sirkulasi adekuat, perfusi adekuat dan fungsi jantung efektif
4. Termoregulasi adekuat.
145
Pipet bundar/alat penghisap lender (mucus ekstraktor)
I. MEMANDIKAN BAYI
1. Pengertian
Suatu tindakan membersihkan tubuh bayi dengan menggunakan air serta
memantau dan membersihkan tali pusat bayi baru lahir sebelum tali pusat
lepas.
2. Tujuan
a. Membersihkan bayi secara keseluruhan
b. Memantau keadaan bayi
c. Memantau keadaan tali pusat dari tanda-tanda infeksi, granuloma,
perdarahan dan adanya cairan
d. Memberikan kenyamanan
146
e. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
4. Prosedur pelaksanaan
a. Kaji temperature tubuh bayi serta tanda dan gejala adanya distress
pernafasan
b. Pastikan bayi dalam posisi nyaman
c. Periksa suhu air. Air harus terasa cukup hangat pergelangan tangan
bagian dalam --- 36,6 – 37,2 0C
d. Jangan memandikan bayi dibawah air yang mengalir karena suhu air
dapat berubah, dan bayi dapat mengalami panas terbakar atau
menggigil kedinginan dengan cepat.
e. Bersihkan bagian mata mulai dari dalam keluar menggunakan waslap
dengan bagian waslap yang berbeda untuk tiap-tiap mata.
f. Basahkan muka bayi dengan air : jangan gunakan sabun pada muka.
g. Pegang bayi dengan aman, gunakan “football hold”. Basahi rambut bayi
dengan air secara lembut
h. Usapkan sampo bayi, bilas rambut dan keringkan kulit kepala secepat
mungkin
i. Letakkan bayi di atas perlak, buka selimut/pakaian bayi,
basahi/bersihkan leher, dada, abdomen, tangan, kaki dan punggung
menggunakan waslap yang sudah dibasahi
147
j. Sabun seluruh tubuh bayi menggunakan waslap 1, bilas kembali
menggunakan waslap 2, hingga tidak ada cairan sabun yang melekat
ditubuh bayi.
k. Keringkan tubuh bayi menggunakan handuk
l. Membersihkan genetalia:
Bayi perempuan :bersihkan labia secara perlahan dari arah
depan kebelakang
Bayi laki-laki : tarik preputium uretra dengan lembut dan sejauh-
jauhnya bersihkan ujung gland penis dengan gerakan memutar
dan balikkan kulup segera setelah dibersihkan
m. Bersihkan dan keringkan daerah genetalia
n. Tidak dianjurkan menggunakan bedak dan lotion pada kulit bayi
o. Lakukan teknik perawatan tali pusat
Keringkan kulit disekitar tali pusat dengan menggunakan
handuk bersih dan kering atau kassa
Pantau adanya tanda-tanda infeksi, granuloma, pendarahan dan
adanya cairan
p. Gunakan pakaian bayi : sarung tangan dan sarung kaki, popok, baju
serta topi. Pastikan tali pusat tidak tertutup oleh popok bayi. Gunakan
bedong bayi.
148
bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak
teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
2) Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya
kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada
perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang.
Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek
teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum
dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi
epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau
mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak
banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih
mudah diperbaiki
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture
yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1) Episiotomi medial
2) Episiotomi mediolateral
149
d. Daftar Tilik Penjahitan Laserasi Perinium / Episiotomi
MEMPERSIAPKAN PENJAHITAN
1 Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada ditepi tempat
tidur/meja. Topang kakinya dengan alat penopang/minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi
2 Tempatkan handuk/kain bersih dibawah bokong ibu
3 Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bias dilihat dengan
jelas
4 Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan/episiotomi memberikan anastesi
local dan menjahit luka
5 Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
6 Pakai sarung tangan Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT)/steril
7 Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapan peralatan dan bahan-bahan DTT untuk
penjahitan
8 Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bias dengan mudah dilihat dan
penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan
9 Gunakan kain/kassa DTT/bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan
lembut bersihkan darah/bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka
10 Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan
perineum hanya merupakan derajat satu/dua. Jika laserasinya dalam/episiotomi telah
meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat
tiga/empat. Masukkan jari yang bersarung tangan kedalam anus dengan hati-hati dan
angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba
tonus/ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mangalami laserasi derajat
tiga/empat dan harus segera dirujuk. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks
11 Ganti sarung atangan dengan sarung tangan DTT/steril yang baru setelah melakukan
pemeriksaan rectum
12 Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. benang kromik
bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan
13 Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 900, jepit tersebut.
14 Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan Bantu ibu merasa santai
15 Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml (tabung
suntik yang lebih besar boleh digunakan jika diperlukan) jika lidokain 1 % tidak tersedia,
lanjutkan 1 bagian lidokain 2 % dengan 1 bagian normal salin/air steril yang sudah
150
diseling
16 Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut
17 Tusukkan jarum ke ujung/pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi luka
(kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum).
18 Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan
lidokain dan tarik jarum seluruhnya.Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali
19 Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
20 Tarik jarum hingga sampai kebawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan
21 Arahkan lagi jarum kedaerah luka dan ulangi langkah ke 17. tusukkan jarum untuk
ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke 17 sehingga 3 garis di satu sisi luka
mendapatkan anestesi lokal. Ulangi proses ini di sisi dari luka tersebut. Setiap sisi luka
akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1 % untuk mendapatkan anestesi yang
cukup.
22 Tunggu selam 2 menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji daerah
yang dianastesi dengan dara dicubit dengan forseps/disentuh dengan jarum yang tajam
Jika ibu merasakan jarum/dicubit tersebut, tunggu 2 menit lagi dan kemudian uji kemba
sebelum mulai menjahit luka
23 Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah
dianastesi.telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas
menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman lukan dan lapisan jaringan mana yang
terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjad
satu dengan mudah
24 Buka jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di vagina bagian dalam
Setelah membuat tusukan pertama, buka ikatan dan potong pendek benang yang lebih
pendek dari ikatan bias dilakukan tanpa kesulitan
25 Tutup muka vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah cincin hymen
26 Tepat sebelum cincin hymen masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah
cincin hymen sampai jarum ada dibawah laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum
kepuncak luka
27 Teruskan kearah bawah tepi tepat pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan oto
yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu/dua lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
151
dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif
28 Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum. Jahit lapisan kedua ini
meninggalkan luka yang tepat terbuka berukuran 0.5 cm atau kurang, luka ini akan
menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka
29 Tusuk jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang
cincin hymen
30 Ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan
sekitar 1.5 cm. jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan
laserasi akan membuka
31 Ulangi pemeriksaan vagina denga lembut untuk memastikan bahwa tidak ada
kasa/peralatan lain tertinggal didalam
32 Dengan lembut masukan jari paling kecil kedalam anus, raba apakah ada jahitan pada
rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rectum enam minggu pasca
persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalnya ada fistula rektovaginal/jika
ibu melaporkan inkontinesia alvi/feses), ibu segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan
33 Cuci daerah genetal dengan lembut dengan sabun dan air DTT, kemudian dikeringkan.
Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman
34 Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali perhari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus
kembali lebih awal jika ia mengalami demam/mengeluarkan cairan yang berbau
busuk dai daerah lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri
154
16) System musculoskeletal ; ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak
bebas, kadang ditemukan oedema, varises pada tungkai kaki, ada
atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek
patella baik, Kaji apakah ada varises dan tanda homan,tanda homan
positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat menghambat
sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan adalah
memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis,
jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk
mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.
17) Kepala dan wajah
a) Mata : Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia
kerena perdarahan saat persalinan.
b) Hidung : Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek
atau sinusitis.Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan
kebutuhan energi
c) Telinga : Kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan
pada telinga
d) Mulut dan gigi :Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis,atau gigi yang berlubang.Gigi yang berlubang dapat
menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara
sistemik
e) Leher :Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid.Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan
adanya infeksi,ditunjang dengan adanya data yang lain seperti
hipertermi,nyeri dan bengkak.
(18.a.) Payudara (inspeksi)
155
a) Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh
terhadap produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan,
seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi
b) Kontur atau permukaan : Kaji kondisi permukaan, permukaan
yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka
pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
c) Warna kulit : Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan
d) Kalang Payudara : Kaji ukuran dan bentuk, simetris atau tidak,
biasanya akan meluas saat pubertas dan selama kehamilan
.Kaji permukaan kondisi dapat licin atau berkerut, bila ada sisik
putih perlu dipikirkan adanya penyakit kulit. Warna : Pigmentasi
yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit
Pada areola mammae menjadi lebih gelap dibanding sebelum
hamil.
e) Papilla mamae
(1) Ukuran dan bentuk : Kaji ukuran dan bentuk, ukuran sangat
bervariasi dan tidak mempunyai arti kusus.Bentuk putting
susu ada beberapa macam seperti datar , normal, panjang
dan terbenam.
(2) Permukaan dan warna : Kaji permukaan dan warna,
permukaan biasanya tidak beraturan kaji ada sisik, luka atau
lecet.Warna biasanya terjadi hiperpigmentasi pada kehamilan
18.b. Palpasi payudara
a. Konsistensi : Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi
lebih keras karena laktasi
b. Massa
c. Putting susu : Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu
merupakan hal yang penting dalam mempersiapkan ibu
menyusui
18) Abdomen
a) Keadaan : Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen,
apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan.
156
Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat
dimasase untuk merangsang kontraksi.
b) Kondisi luka : Luka Sectio Caesaria harus dikaji apakah terdapat
tanda-tanda infeksi, jika ada harus dilaporkan segera untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut
c) Diastasis rektus abdominis : Diastasis rektus abdominis adalah
regangan pada otot rektus setinggi lebih dari 2,5 cm sejajar
umbilicusyang terjadi akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi
,regangan ini menyerupai celah memanjang dari prosessus
Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan
lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu
untuk melakukan senam nifas.
Diastasis recti abdominis terjadi jika dalam pemeriksaan tedapat
peegangan otot atau pemisahan otot pada garis tengah perut
hingga dua jari atau lebih atau pemeriksa dapat memasukkan dua
jari atau lebih ke dalam ruang unggul umbilikus. Pada kontraksi
perut lanjut, pemisahan atau peregangan otot pada garis tengah
perut harus menutup, namun jika masih ada peregangan yang
lebarnya lebih besar dari 1 jari, itu merupakan diastasis recti
abdominis positif. Seperti tes biasanya yang diberikan pada wanita
postpartum untuk memeriksa integritas dari recti abdominis, dan
harus ditekankan bahwa tes ini dapat dilakukan pada ibu pasca-
caesar hanya setelah sayatan mereka sudah sembuh, sekitar 6-10
minggu setelah operasi.
157
Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan
meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
kepala, tidak diganjal. Kemudian palpasi abdomen dari bawah
prosessus xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan
lebar diastasis.
d) Fundus uteri : Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah.
Tentukan tinggi fundus uteri, misalnya 1 jari diatas pusat dll.posisi
fundus apakah sentral atau lateral.Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.Kontraksi juga harus diperiksa,
kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan kontraksi
uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan
e) Kandung kemih :Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung
kemih. Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah
urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
19) Lokhea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu Postpartum.
Perubahan warna harus sesuai dengan hari post partum.Misalnya Ibu
Postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhea yang sudah berwarna
merah muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah maka ibu
mengalami komplikasi Postpartum. Lokhea yang berbau busuk
menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera
ditangani.
20) Perineum
Kaji kondisi perineum, apakah utuh atau terdapat luka episiotmi, atau
ruptur. Kaji juga adanya tanda –tanda REEDA(Redness atau
kemerahan , Edema atau bengkak didaerah perineum ,Ekimosis atau
adanya perdarahan bawah kulit , Discharge atau adanya cairan
158
abnormal biasa berupa nanah atau perubahan warna pada lokhea dan
Aproximation atau pertautan jaringan bekas episiotomy).Kebersihan
perineum menunjang penyembuhan luka.Serta adanya hemoroid
derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
L. PERAWATAN PERINEAL
1. Pengertian
Membersihkan area perineal dan genital dari sisa-sisa kotoran dan bau,
baik pada perempuan maupun pada laki-laki.
2. Tujuan
c. Untuk membersihkan sisa kotoran atau sekresi
d. Menghilangkan bau dari genital
e. Mencegah terjadi infeksi
f. Mempertahankan kebersihan daerah alat kelamin
3. Indikasi
a. Adanya sekret pada vagina dan uretra
b. Adanya bau pada daerah genetalia
c. Pasien dengan inkontinensia urine atau fekal
d. Pasien dengan pemakaian keteter urine
e. Pasien tidak sadar
4. Pengkajian
a. Anamnesa: nyeri atau tidak nyaman, kemampuan untuk
membersihkan sendiri, inkontinensia urinal atau fekal
b. Inspeksi: kaji adanya iritasi, peradangan, dan pembengkakan,
adanya perdarahan, mukus, lokhea, pemasangan kateter urine, luka
jahitan (contoh: pasien pascapartum), serta kebersihannya.
c. Pembedahan perineal atau rektal yang baru saja dilakukan
5. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya kebersihan pada daerah
alat kelamin dan area sekitarnya
6. Perencanaan
a. Lakukan perawatan vulva (vulva hyigene) bagi wanita dan
perawatan perineal bagi pria
b. Persiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan
159
7. Bahan dan Alat
a. Handuk mandi
b. Hand schoon bersih
c. Baskom dengan air bersuhu 43-46 oC
d. Sabun
e. Waslap
f. Kapas swab
g. Pispot
h. Perlak
i. Air keran atau larutan antiseptic
8. Prosedur tindakan perineal hygene
a. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan, mengapa perlu
dilakukan dan bagaimana cara pasien dapat berpartisipasi
b. Cuci tangan
c. Sediakan privasi bagi pasien dengan cara menutup gorden atau
menutup pintu.
d. Siapkan pasien
1) Lipat seprei bagian atas ke kaki pasien dan lipat pakaian pasien
untuk membuka area genital.
2) Letakkan handuk dibawah panggul pasien untuk menjaga
kebersihan tempat tidur.
e. Posisikan pasien dorsal recumbent
1) Atur posisi pasien seperti pada gambar 4.12, dengan posisi tidur
terlentang, lutut ditekuk, kaki direnggangkan
2) Tutuplah badan dan kaki dengan selimut mandi, ujung bawah
selimut dililitkan melalui bagian dalam kaki (semakin sedikit area
yang dibuka maka akan mengurangi perasaan malu dan
memberikan kehangatan). Bagian tengah dari selimut menutupi
area pubis
3) Gunakan sarung tangan, bersihkan dengan waslap dan keringkan
paha atas bagian dalam.
4) Dekatkan tempat kapas swab. Tangan kanan, mengambil kapas
basah, dan tangan kiri renggangkan labia dengan ibu jari dan jari
telunjuk
160
5) Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora
kanan, labia minora kiri, labia minora kanan, dan perineum. Lalu
usap dari pubis ke rektum.
6) Gunakan satu kapas swab atau waslap yang berbeda untuk setiap
kali usapan.
7) Bersihkan area dengan menggunakan :
b Gunakan botol larutan untuk menuangkan air hangat pada
area perineal dan genital. Keringkan area perineal seluruhnya
dengan metode dari depan ke belakang (lihat gambar 4.15)
c Keringkan bagian perineum, terutama pada lipatan diantara
labia (untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme).
d Rapikan pasien
e Rapikan alat
f Buka sarung tangan
g Cuci tangan
h Dokumentasi
Gambar 8 Gambar 9
161
M. SENAM NIFAS
1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak sehari setelah persalinan
dan baik bila dilakukan setiap hari.
2. Tujuan
a. Mengembalikan bentuk tubuh sebelum hamil
b. Memperkuat tonus otot
c. Mencegah inkontinensia urin
3. Waktu
a. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan (pervaginam)
b. Latihan dilakukan semakin lama semakin berat
4. Indikasi
Postpartum normal/pervaginam
6. Prosedur pelaksanaan
a. Pernafasan abdomen. Ibu berbaring dengan lutut ditekuk. Tarik nafas
dalam-dalam melalui hidung, pertahankan tulang iga tetap dan biarkan
abdomen mengembang keatas lalu keluarkan nafas secara berlahan-
lahan tetapi dengan tenaga sementara otot-otot abdomen kontraksi ;
tahan selama 3 sampai 5 detik sambil mengeluarkan nafas. Rileks.
162
mengeluarkan nafas angkat kepala dan bahu secara perlahan dan
halus, upayakan menyentuh lutut dengan lengan diregangkan. Tubuh
hanya boleh naik pada bagian punggung sementara pinggang tetap
dilantai atau tempat tidur (kira-kira 6 sampai 8 inc). perlahan-lahan
turunkan kepala dan bahu ke posisi semula. Rileks.
163
e. pernafasan abdomen. Campuran dan supine pelvic tilt (pelvic rock).
Berbaring dengan lutut ditekuk. Sambil menarik nafas dalam, putar
punggung bagian pelvis dengan mendatarkan punggung bawah ke
lantai atau ditempat tidur. Keluarkan nafas dengan perlahan, tetapi
dengan mengarahkan tenaga sementara mengontraksikan otot-otot
perut dan mengencangkan bokong. Tahan selama 3 sampai 5 detik
sambil mengeluarkan nafas. Rileks.
164
h. angkat lengan. Berbaring dengan lengan diangkat sampai membentuk
sudut 90 derajat terhadap tubuh. Angkat lengan bersama-sama
sehingga telapak tangan dapat bersentuhan. Turunkan secara perlahan
N. KETERAMPILAN PERAWATANPAYUDARA
1. Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara teratur untuk memelihara kesehatan dan kebersihan
payudara pada waktu post partum (setelah melahirkan) atau saat ibu
masih menyusui bayinya. Perawatan payudara adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan
kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum
2. Tujuan
a. Menjaga kebersihan payudara terutama puting susu
b. Mencegah agar payudara tidak mudah lecet
c. Melancarkan kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar
d. Mengetahui adanya kelainan puting secara dini
e. Mencegah terjadinya penyumbatan
f. Menjaga keindahan payudara
3. Waktu
a. Pertama kali dilakukan pada hari ke 2 setelah persalinan
b. Dua (2) kali sehari sebelum mandi
4. Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara :
a Bayi kesulitan menyusu
b Puting susu tenggelam
c Proses pengeluaran Asi lama keluar
165
d Produksi ASI berkurang
e Resiko terjadinya pembengkan payudara
f Payudara kotor
g Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet
166
10. Ulangi langkah tersebut untuk payudara yang lain
11. Hidari gesekan kulit dengan lubrikasi ringan pada ibu jari dan jari
telunjuk, tetapi jangan menggunakan lubrikan dalam jumlah banyak
sehingga puting terlalu licin untuk dimanipulasi.
12. Kompres putting susu secara bergantian dengan air hangat dan
dingin menggunakan waslap atau kassa selama kurang lebih 5
menit, setelah itu bersihkan daerah aerola dan putting susu dengan
menggunakan kassa tadi, lalu buang kapas kotor ketempat sampah.
c) Terminasi
1. Evaluasi pasien
2. Rapikan alat dan pasien
3. Dokumentasi
d) Hal – hal perlu di perhatikan dalam perawatan putting susu dan payudara
2) Jika posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka kecukupan nutrisi
bayi tidak terjamin dan puting susu mungkin mengalami trauma. Perlu
diingat bahwa ibu harus duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman
dan bayi berada didekatnya. Ibu tidak boleh mencondongkan tubuh
kearah bayi saat menyusui, tetapi ibu harus dapat membawa bayi
kearahnya. Harus disediakan atau gunakan bantal untuk membantu ibu
menopang bayinya atau letakkan bayi diatasnya agar tinggi posisi bayi
sesuai
3) Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan
kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya setelah
menyusukan bayi. Keringkan puting dengan diangin-anginkan sebelum
167
ibu mengenakan pakaian. Jangan menggunakan kain atau handuk untuk
mengeringkan puting karena akan mengiritasi.
4) Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak bukan merupakan hal yang
berbahaya dan tidak menghalangi ibu untuk terus menyusukan bayi. Jika
puting susu ibu lecet dan retak, amati cara ibu menyusukan bayinya
karena cara yang salah dapat menimbulkan hal tersebut. Untuk
mencegah retak dan lecet, ajarkan ibu untuk mengeluarkan sedikit
ASInya kemudian dioleskan ke puting susunya.
5) Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI atau
mastitis kepada ibu dan keluarganya.
6) Jelaskan jika ia mengalami masalah dengan payudaranya apabila tampak
gejala atau tanda berikut ini :
1) Bintik atau garis merah dan panas pada salah satu atau kedua
payudara
2) Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri
3) Demam (suhu lebih dari 38ºC)
7) Jika tidak dikeluarkan dapat terjadi pembengkakakan payudara, mastitis,
abses dan produksi ASI berkurang. Jadi jangan anjurkan ibu untuk
mengistirahatkan payudaranya. Payudara yang bengkak dapat ditangani
sebagai berikut:
a Jika bayi mampu menyusu, sebaiknya bayi menyusu lebih sering.
Ini cara terbaik untuk mengeluarkan ASI. Bantu ibu mengatur
posisi bayi agar melekat dengan baik sehingga bayi akan
menyusu secara efektif dan tidak mencederai putting
b Jika bayi tidak mampu menyusu, bantu ibu memerah ASI nya. Ibu
dapat memerah ASI dengan tangan atau pompa payudara.
Langkah memerah sedikit ASI membuat payudara cukup lunak
untuk bayi menyusu
c Sebelum menyusu atau memerah, rangsanglah refleks oksitosin
ibu : letakkan kompres hangat pada payudara ibu atau mandi air
hangat, pijat tengkuk dan pumggung ibu, rangsang payudara dan
kulit puting dan bantu ibu untuk rileks
d Setelah menyusui, letakkan kompres dingin pada payudara. Hal ini
akan membantu mengurangi edema
168
e Tingkatkan rasa percaya diri ibu: jelaskan bahwa ibu akan bisa
segera menyusui lagi dengan nyaman
O. Prosedur tindakan Rolling Massage
1. Pengertian
Rolling Massage adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009)
2. Tujuan
Meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
sehingga ASI pun otomatis keluar, serta melancarkan sirkulasi darah
sehingga ibu lebih nyaman.
3. Persiapan alat :
1. Handuk 2 buah
2. Waslap 2 buah
3. Waskom 2 buah masing-masing berisi air hangat dan air dingin
4. Kapas minimal 4 buah / kassa
5. Minyak kelapa/baby oil
6. Tempat sampah
7. 3 buah peniti
8. Mangkok plastic untuk menampung air susu
d. Persiapan pasien
Anjurkan ibu duduk dalam posisi membungkuk dan memeluk bantal
dan senyaman mungkin ( rileks )
e. Prosedur tindakan
1 Menempatkan handuk didaerah pundak ibu dan satunya lagi
dibawah payudara lalu disatukan dengan yang dipundak, kalau
perlu jepit dengan peniti agar tidak jatuh.
2 Dekatkan tempat untuk menampung air susu, jika ada air susu
yang menetes pada saat pemijatan nanti, bila perlu ditampung
pada mangkok plastic
3 Licinkan kedua tangan dengan minyak atau baby oil
4 Lakukan teknik Rolling Massase sebanyak 15 x selama 10 - 15
menit, dengan cara :
a Ibu miringkan ke kanan dan ke kiri, lalu memeluk bantal
169
b Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
c Memijat sepanjang tulang kedua sisi tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua tangan, dengan ibu jari menunjuk
ke depan yaitu mulai dari tulang cervikalis 5 - 6 sampai tulang
belakang arah bawah hingga kembali ke cervikalis 5 – 6.
d Menekan kuat – kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakan gerakan melingkar kecil – kecil dengan kedua ibu jari
e Kemudian memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah
dari leher kearah tulang belikat, selama 2 -3 menit
f Mengulangi pemijatan
g Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan
dingin secara bergantian
f. Terminasi
1. Evaluasi pasien
2. Rapikan alat
3. Rapikan pasien
4. Cuci tangan
170
P. Tehnik Menyusui Bayi
1. Pengertian
Menyusui bayi adalah memberikan nutrisi kepada bayi baik berupa air
susu ibu maupun susu formula. Namun, ASI lebih baik daripada susu
formula karena mengandung nutrisi yang lebih lengkap, bebas bakteri,
dan selalu dalam keadaan segar. Sangat dianjurkan untuk memberikan
ASI saja selama 6 bulan pertama (ASI eksklusif).
2. Tujuan
a. Memberikan nutrisi yang lengkap kepada bayi
b. Meningkatkan ikatan sosial dan psikologis antara ibu dan bayi.
c. Melatih kebiasaan makan/diet pada bayi
3. Persiapan alat dan bahan
Bantal atau selimut
4. Prosedur pelaksanaan
a. Posisikan bayi sejajar dengan payudara ibu.
b. Letakkan bantal/ selimut dibawah lengan ibu untuk menyangga dan
meningkatkan kenyamanan saat menyusui
c. Hadapkan bayi kepada ibu (dari kepala sampai kaki) dan tubuh bayi
menyentuh perut ibu. Hidung bayi tepat didepan putting payudara.
d. Sangga leher dan bahu bayi dengan tangan ibu.
e. Posisikan tubuh bayi dimana kuping, bahu, dan pinggul berada pada garis
lurus selama menyusui
f. Keluarkan sedikit ASI/kolostrum dari payudara dan olesi pada putting
susu agar bayi terangsang untuk membuka lebar mulutnya.
g. Sangga payudara dengan menggunakan tangan, dimana jempol berada
diatas payudara dan jari-jari lain dibawah payudara (C Hold).
h. Stimulasi bayi untuk membuka mulut dengan menyentuhkan puting
payudara ke bibir bawah bayi.
i. Saat mulut bayi sudah terbuka, masukkan puting payudara dan sebagian
areola ke dalam mulut bayi dan dorong tubuh bayi agar lebih mendekat
ke payudara. Umumnya mulut bayi baru lahir belum cukup untuk
dimasukkan seluruh areola.
j. Saat puting payudara sudah berada di dalam mulut bayi, hidung, dagu,
dan pipi bayi harus menyentuh payudara ibu. Agar payudara tidak
171
menggangu pernapasan bayi, atur kemiringan tubuh bayi sehingga
payudara tidak menutupi hidung bayi.
k. Susui bayi rata-rata selama 20-30 menit (15 menit untuk masing-masing
payudara).
l. Lepaskan puting dari mulut bayi saat bayi telah selesai menyusui yang
ditandai dengan; bayi tertidur, bayi berhenti menghisap, payudara terasa
kosong, dan bayi melepas sendiri putingibu.
m. Jika bayi telah selesai menyusui namun tidak melepas sendiri puting ibu,
masukkan telunjuk ibu kepinggir mulut bayi sampai mulut bayi
melepaskan seluruh puting susu ibu.
5. Beberapa posisi menyusui bayi yang benar
Terdapat empat posisi menyusui; football hold, cradle, cross cadle atau
across-the-lap, dan side-lying position. Football hold cocok untuk ibu yang
melahirkan secara saecar karena dengan posisi ini tubuh bayi tidak
menekan perut ibu.
a. Cradle hold. Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir.
Caranya: kepala bayi pada siku ibu, tubuh bayi menghadap pada ibu,
kulit abdomen bayi bersentuhan dengan abdomen ibu.
172
c. Football position/clutch position: posisi bayi ke arah belakang tubuh
ibu, kepala bayi di lengan bawah ibu, lengan ibu menyangga kepala
dan leher bayi. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang baru saja
melahirkan dengan cara operasi caesar atau untuk ibu dengan
payudara besar
173
Gbr 11. Bayi melekat dengan benar (kiri), dan tidak benar (kanan) pada
payudara ibu
Gbr 12. Perlekatan yang benar (kiri), dan salah (kanan) penampang melintang
dari payudara dan mulut bayi
7. Ciri-ciri bayi yang telah memperoleh ASI yang cukup menurut para pakar
laktasi (sumber: La Leche League International (LLLI)):
b. BAK minimal 1 atau 2 kali selama 2 hari pertama, ketika bayi baru
memperoleh kolostrum.
c. Pada hari ke-3 atau ke-4 ketika ASI sudah mula, BAK minimal 6 - 8
kali/ 24 jam atau 5 sampai 6 kali untuk popok sekali pakai per hari
d. BAB minimal 2 - 5 kali per hari (24 jam) selama 2 bulan pertama,
walaupun ada juga bayi yang mulai lebih jarang BAB namun
jumlahnya lebih banyak pada usia 6 minggu.
e. Bayi sering menyusu, sekitar 6 - 10 kali per 24 jam
f. Saat menyusu, suara menelan bayi terdengar jelas
g. Kenaikan berat badan bayi sekitar 120 - 210 gram per minggu setelah
hari ke-4 kelahirannya.
174
h. Bayi terlihat aktif, sehat, memiliki kulit yang kenyal dan cerah dan
bertambah tinggi serta memiliki lingkar kepala yang juga semakin
bertambah.
175
DAFTAR PUSTAKA
Baines,E., (2005). Coffee Increases Fetal Death Risk.GP. London: Nov 18, 2005. pg.
2, 1 pgs.
Bobak, I.M, Lowdermilk, D.L, Jensen, M.D. (2004). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC
Cokkinides, V.E., Coker, A.L., Sanderson, M., Addy, C., Bethea L. (1999).
Physical Violence During Pregnancy: Maternal Complication and Birth
Outcome.Obstetry Gynecology 93:661.
Connoly, A.M., Katz, V.L., Bash, K.L., McMohan M.J., Hansen, W.F. (1997).
Trauma and Pregnancy. American Journal Perinatology 14:331.
Cuningham, G.F., Gant,F.N., Leveno, J.K., Gilsstrap III, C.L., Hauth, C.J.,
Wenstrom. D.K., (2005). Obstetri William. Edisi 21. Jakrata : EGC.
176
Gorrie, T. M., McKinney. E. S., & Murray. S. S. (1998). Foundations of maternal-
newborn nursing. (2thEd).Philadelphia: W.B.Sauder Company.
Guyton, A.C, Hall, J.E. (2007).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta:
EGC
Lowdermilk, D.L & Perry, S.E (2006). Maternity Nursing, (7 th.ed). Mosby.inc
May, K.A. & Mahlmeister, L.R. (1999). Maternal and neonatal nursing: family
centered care. (4thEd). Philadelphia: JB Lippincott.
Pilliteri A. (2003). Maternal and Child Health Nursing: Care of the Childbearing
and Childrearing Family. 3th edition. Philadelphia: Lippincott
177
Perry, Hockenberry, Lowdermilk, Wilson. (2010). Maternal Child Nursing Care.
Vol 1. 4th ed. Missouri: Mosby
Potter, P. A, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep
Proses dan Praktik, edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C, Bare, B.G, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
178
Youngkin, E. Q & Davis, M.S. (1998). Women’s Health a Primary Care Clinical
Guide. USA: Prentice Hall
Watson,R. (2002). Anantomi dan Fisiologi untuk Perawat edisi 10. Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M, Ahern, N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta: EGC
179
BAB III PENUTUP
A. Tugas Individu/Kelompok
TUGAS INDIVIDU Konsul Minimal 1 kali dengan Tutor
Jelaskan tentang :
1. Jurnal berupa intervensi masa ANC (kelompok 1,2,3)
2. Jurnal berupa intervensi aktivitas selama hamil (kelompok 4)
3. INC (kelompok 4,5)
4. PNC (kelompok 6,7,8)
Masing-masing judul di tulis berdasarkan evidence based 1 jurnal
internasional dan 1 jurnal nasioal disertai dengan 1 pembahasan kasus yang
didapatkan dimasyarakat.
B. Kasus pemicu
180
kepada bu saras. Sebagai tenaga profesioal perawat maternitas menjalani
perannya dengan memberikan konseling sesuai dengan aspek legal etik
keperawatan maternitas (4). Bu saras mengatakan memiliki anak remaja yang
berusia 15 tahun, bu saras merasa khawatir dengan perilaku remaja dan
menanyakan bagaimana sebaiknya pendekatan yang baik kepada anaknya
untuk menjelaskan tentang seksualitas pada remaja (8), agar anaknya tidak
hamil diusia remaja (9) dan resiko apa saja yang bisa terjadi jika menjadi orang
tua dimasa remaja (10) serta upaya pencegahan primer dan tersier sistem
reproduksi(11)dan promosi kesehatan pada wanita (12).
181
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pencegahan primer, tersier
pada sistem reproduksi ; exercise, kegel exercise, nutrisi, dan manajemen
stress
12. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang promosi kesehatan wanita:
pemberian vaksin ca. cerviks, TT untuk ibu hamil, fe untuk ibu hamil
4. Jelaskan tentang adaptasi fisiologis dan psikologis pada ibu post partum
(Ns. Imelda)
5. Jelaskan tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum (Ns. Aida
fitri)
182
6. Jelaskan tentang Manajemen laktasi(Ns. Sri Intan)
Kasus 1
183
Kasus 2
Kasus 3 partograf
Pada pukul 17.00 ibu R masuk kedalam fase aktiv dan perawat mulai mencatat
temuannya pd partograf, pembukaan serviks dicantumkan pd garis waspada dan
ssemua temuan lainnya di garis waktu yg sesuai. Perawat mulai menilai DJJ,
kontraksi uterus dan nadi ibu R setiap 30 menit dan termperatur tubuhnya setiap
2 jam. Semua temuan di catat di partograf dengan tepat:
185
5. Selama 15 menit pertama kala IV (sampai pukul 21.45) dan 15 menit
berikutnya pd jam pertama setelah plasenta lahir, catatan perawat
menunjukkan semua berjalan normal (catatan kala IV)
21.50 : TD 120/70 mmHg, Nadi 80, Suhu 37,20c, Tinggi fundus 3
jari dibawah pusat, tonus/kontraksi uterus baik (keras), kandung
kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas
normal
22.05 : TD 120/70 mmHg, Nadi 76, Tinggi fundus 3 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah
darah pervaginam masih dalam batas normal
22.20 : TD 110/70 mmHg, Nadi 76, Tinggi fundus 3 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah
darah pervaginam masih dalam batas normal
22.35 : TD 110/70 mmHg, Nadi 76, Tinggi fundus 3 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah
darah pervaginam masih dalam batas normal
6. Temuan selama 1 jam ke dua (setiap 30 menit), kala IV sebagai berikut:
23.05: TD 110/70 mmHg, Nadi 80, Suhu 37, tinggi fundus 2 jari
dibawah pusat, tonus uterus baik, ibu R berkemih dan
pengeluaran urin 250 cc, sedikit perdarahan pervaginam.
23.35: TD 110/70 mmHg, Nadi 80, tinggi fundus 2 jari dibawah
pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kososng, sedikit
perdarahan pervaginam.
Kasus 4
186
Kasus 5
187