Professional Documents
Culture Documents
KARYA TULIS
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas dari guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun oleh
Diva Noviana Safitri
9J
15167403/0025291780
BANTEN
2018
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Pertama-tama saya panjatkan puja dan pujisyukur kehadirat
Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayat-nya saya dapat
menyusun karya tulis untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada waktu yang telah direncanakan oleh saya.
Adapun maksud penyusunan karya tulis ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh guru bahasa
Indonesia,
2. Untuk belajar membuat karya tulis yang bersifat sederhana.
Pada kesempatan yg baik ini saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu saya, antara
lain:
1. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Rajeg
2. Guru bahasa Indonesia
3. Kepada orang tua
4. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Semoga pihak-pihak yang membantu tadi di berikan pahala
oleh Allah SWT.
Dalam karya tulis ini saya menyadari bahwa banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karna itu mohon dimaafkan
karena saya masih dalam bimbingan belajar.
Harapan saya dalam karya tulis yang sederhana ini adalah,
semoga bisa di ambil manfaatnya dari segi isi ilmu, maupun teknik
pembuatan karya tulis ini, akhir kata.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................... 1
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................ 1
D. Pembahasan Masalah .................................................... 2
E. Sistematika penulisan ................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Planetarium .................................................................... 3
B. Taman Mini Indonesia Indah ........................................ 9
C. Museum Tekstil ............................................................. 22
D. Gedoeng Joang 45 ......................................................... 25
E. Museum Bank ................................................................ 28
Sumber Gambar
Indeks
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alasan saya memilih judul “OBJEK – OBJEK
WISATA di JAKARTA” adalah karena pada saat ini banyak
masyarakat Jakarta maupun luar Jakarta banyak yang belum
mengenal objek – objek wisata yg berskala kecil atau kurang
terkenal. Tempat – tempat itu misalnya, Gedong Joeang 45,
Museum Batik, dan lain – lainnya. Masyarakat pada
umumnya hanya mengetahui objek wisata yang terkenal
saja. Objek wisata itu biasanya lebih mementingkan segi
hiburan semata misalnya Ancol, sedangkan yang bersifat
ilmu pengetahuan dan sejarah luput dan kunjungan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pemilihan judul ini adalah
memberikan informasi kepada masyarakat tentang objek-
objek wisata di Jakarta, masyarakat biasa berkunjung di
wisata. Semoga banyaknya pengunnjung, objek wisata ini
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.. Karena
tiket masuk dapat dijadikan dana untuk biaya oprasional,
misalnya membayar gaji karyawan, bayar listrik, kebersihan,
dan lain-lainnya.
1
D. Pembahasan Masalah
Masalah yang dibahas pada karya tulis ini adalah:
1. Planetarium
2. Taman mini Indonesia Indah
3. Musium Batik
4. Gedung Joeang 45
5. Musium Bank
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Halaman judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab I Pendahuluan
5. Bab II Pembahasan Masalah
6. Bab III Penutup
7. Sumber Gambar
8. Indeks
9. Daftar Pustaka
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Planetarium
Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan
simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap
gedung biasanya berbentuk kubah setengah lingkaran. Di
planetarium, penonton bisa belajar mengenai pergerakan
benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di
bumi dan sejarah alam semesta. Planetarium berbeda
dari observatorium. Kubah planetarium tidak bisa dibuka
untuk meneropong bintang.
3
bintang, biasanya terletak di tengah ruangan, yang berfungsi
untuk memproyeksikan cahaya pada atap kubah
planetarium, untuk menghasilkan cahaya benda-benda langit
seperti bintang-bintang, planet, bulan dan lain-lain sehingga
menghasilkan gambaran keadaan langit malam sebenarnya.
Lahirnya planetarium itu sendiri didorong oleh
keinginan dari diri manusia yang senantiasa mencari tahu
dan memahami hakikat kehidupan ini. Hal-hal yang terjadi
di sekelilingnya berusaha dipahami dengan akalnya. Sejarah
mencatat bahwa manusia sudah mulai memperhatikan
benda-benda langit dengan karakternya masing-masing sejak
beberapa ratus tahun sebelum masehi –ribuan tahun dari
sekarang. Pada waktu itu manusia telah mencoba
membedakan benda-benda langit satu dengan lainnya.
Manusia juga telah mengamati letak dan pergerakan benda-
benda langit tersebut.
Dalam proses memahami itulah, sejak sekitar dua abad
SM dicoba dibuat alat-alat yang menirukan gerak benda-
benda itu, yang juga berfungsi sekaligus untuk menguji
ketepatan teori yang ada saat itu. Kemudian sekitar abad 17
telah dikenal alat peraga yang disebut planetarium,
stellarium, tellurium, dan lunarium. Pada akhir abad 17 telah
dibuat dinding bola yang permukaan dalamnya digambari
bintang-bintang atau diberi lubang kecil-kecil untuk dilalui
cahaya matahari sebagai penggambaran letak bintang-
bintang (S.Darsa, 1992).
Planetarium kuno pertama adalah alat peraga atau
model miniatur Tata Surya dengan menggunakan mesin
mekanik, hasil karya tinggi dari tangan pembuat arloji. Alat
peraga tersebut memang dibuat untuk mengenal waktu,
dengan membuat peraga benda-benda langit yang bergerak
yang dapat dijadikan acuan waktu astronomis. Dari sinilah
cikal bakal planetarium.
Cara-cara yang sederhana ini kemudian memberi
dorongan munculnya pikiran-pikiran inovatif untuk
menciptakan sistem proyeksi cahaya pada dinding bola yang
terus digunakan sampai saat ini. Alat peraga yang berupa
4
mesin mekanik yang dapat menggambarkan gerak planet-
planet mengelilingi Matahari dengan teliti terakhir dibuat
tahun 1924, tidak dapat bersaing dengan sistem proyeksi
cahaya yang dilengkapi dengan mesin-mesin penggeraknya.
Gagasan untuk membuat alat peraga dengan sistem
proyeksi cahaya untuk menghasilkan gambaran langit
mendekati sebenarnya ini giat dikemukakan oleh Max Wolf,
astronom Jerman. Pada masa itu, kemajuan ilmu
pengetahuan dalam bidang optik, instrumentasi, dan listrik
memungkinkan untuk merealisasikan gagasan ini.
Perusahaan Carl Zeiss, yang berdiri sejak 1846 dan terkenal
akan reputasinya dalam pembuatan instrumentasi optik yang
berkualitas, merupakan perusahaan yang dipercaya untuk
membuat alat proyeksi cahaya tersebut.
Pada bulan Agustus 1923, proyektor pertama (Model I)
ini dipasang di Jena untuk diuji coba, di bawah kubah
berdiameter 16 meter. Kemudian pada bulan Mei 1925
proyektor tersebut dipasang secara permanen di Museum
Jerman – Munich. Masyarakat yang menyaksikan
pertunjukan perdananya dibuat sangat terpukau. Planetarium
pertama ini sempat hancur dalam perang dunia II, tetapi
pada tahun 1950-an dibangun kembali.
Sejak hadirnya proyektor yang pertama tersebut,
proyektor-proyektor baru dengan berbagai pemutakhiran
untuk menghadirkan langit dan isinya pada ruangan
berkubah terus bermunculan. Dengan segala
kecanggihannya, kini planetarium tak lagi hanya sebuah alat
untuk memahami pergerakan benda-benda langit, tetapi juga
untuk menjelaskan astronomi secara umum dan luas.
Dilengkapi berbagai sarana dan kegiatan yang mendukung,
planetarium modern kini telah menjadi tempat wisata yang
ilmiah, berrekreasi sambil berilmu.
Demikianlah planetarium lahir dari tangan manusia
untuk membantu manusia memahami alam semesta dan
memahami posisinya di jagat raya mahaluas ini. Planetarium
Jakarta yang merupakan satu dari sekian ribu planetarium di
seluruh dunia pun berdiri sebagai alat manusia Indonesia
5
yang ingin membuka matanya dalam memandang alam
semesta ini.
Sejarah
Planetarium dan Observatorium Jakarta dibangun oleh
Pemerintah Republik Indonesia mulai tahun 1964, atas
gagasan Presiden Soekarno dengan harapan agar bangsa
Indonesia sedikit demi sedikit mengenal berbagai macam
benda langit dan berbagai peristiwa di luar angkasa. Selain
6
dana dari pemerintah, Planetarium dan Observatorium
Jakarta ini juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik
Indonesia.
Pada tahun 1968, gedung beserta peralatan planetarium
berhasil diselesaikan. Pada tanggal 10 November pada tahun
yang sama, Planetarium dan Observatorium Jakarta
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali
Sadikin bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian
Jakarta —Taman Ismail Marzuki.
Pertunjukan Planetarium mulai dibuka untuk umum
pada tanggal 1 Maret 1969, menggunakan proyektor
Universal buatan perusahaan Carl Zeiss, Jerman. Tanggal 1
Maret itu kemudian dijadikan hari ulang tahun Planetarium.
Pada tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta membentuk
Organisasi Penyelenggara Tugas dan Fungsi Planetarium
dan Observatorium sebagai pengganti status awal Proyek
Planetarium menjadi Badan Pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta. Kepala Badan Pengelola
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya
langsung kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Perubahan
status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 2209 Tahun 1984.
Pada tahun 1996, Badan Pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta melakukan renovasi gedung
sekaligus pemutakhiran peralatan pertunjukan dengan
mengganti proyektor utama dengan yang lebih canggih dan
dikontrol sepenuhnya oleh program komputer. Proyektor
Universal diganti dengan Proyektor Universarium Model
VIII, bahan layar kubah diganti dengan yang baru dan garis
tengahnya dikurangi dari 23 meter menjadi 22 meter.
Lantainya ditinggikan dan dibuat bertingkat. Seluruh kursi
dibuat menghadap ke arah Selatan dan jumlahnya dikurangi
dari 500 ke 320 kursi.
Pada tahun 2002, Badan Pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta mengalami perubahan status dari
organisasi nonstruktural menjadi organisasi struktural
berupa Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Pendidikan
7
Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta. Perubahan
status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 118 Tahun 2002.
Judul Film
Planetarium dan Observatorium Jakarta menyajikan 9
judul film yang diputar secara bergantian. Setiap
pertunjukkan berlangsung selama kurang lebih 60 menit
dengan narasi yang disampaikan secara langsung dan
diiringi suara musik. Berikut adalah judul film yang
disajikan di Planetarium:
Tata Surya, berisi pengenalan tentang Tata Surya dan
perkembangan pemahaman manusia tentang alam
semesta.
Penjelajah Kecil di Tatasurya, membahas
tentang komet, asteroid, materi antarplanet dan benda-
benda lain yang sering disebut sebagai penjelajah kecil
di tatasurya.
Pembentukan Tata Surya, membahas tentang
berbagai teori percobaan yang dilakukan untuk
menyingkap tabir pembentukan Tata Surya.
Planet Biru Bumi, membahas tentang Bumi dan asal-
usulnya.
Dari Ekuator Sampai ke Kutub, berisi tentang
penampakan dan gerak harian benda langit yang terlihat
dari Bumi.
Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan, membahas
tentang peristiwa gerhana, termasuk mitos-mitos yang
menyertainya.
Galaksi Kita Bima Sakti, membahas tentang
galaksi Bima Sakti.
Riwayat Hidup Bintang, membahas tentang proses
kelahiran, perkembangan, dan kematian sebuah bintang.
Bintang Ganda dan Bintang Variabel, membahas
tentang sistem Bintang.
8
Lokasi dan Jam Pertunjukan
Alamat Planetarium Jakarta : Jl. Cikini Raya No. 73 , Taman
Ismail Marzuki (TIM), Jakarta tel : 021 - 2305146(7)
Jadwal Pertunjukan:
ROMBONGAN
Selasa - Kamis : 09.30, 11.00, dan 13.30
Jum'at : 09.30 dan 13.30
PERORANGAN/UMUM
Selasa - Jum'at : 16.30
Sabtu - Minggu : 10.00, 11.30, 13.00 dan 14.30
Senin : TUTUP untuk pemeliharaan;
9
Sejarah
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat
kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan
oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan
sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu
pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13
Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat
membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada
seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek
yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah",
yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada
tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan
budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern
diperagakan di areal seluas 150 hektare. Aslinya topografi
TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan
perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian
tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam
dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis
lingkungan hidup di Indonesia.
10
Anjungan Daerah
11
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki
bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak
jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis
bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional
yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi
lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII,
gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah,
yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi
Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau
dengan miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi
atas enam zona; Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali
dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan
menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga
menampilkan baju dan pakaian adat, busana pernikahan,
baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan
perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan.
Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi
lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku
bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga
dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk
menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik
daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar
pada hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi
kafetaria atau warung kecil yang menyajikan
berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta
dilengkapi toko cenderamata yang menjual berbagai
kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cenderamata.
Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli
TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27 provinsi di
Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi
setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari
Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur
berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena
kini Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan
provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi
Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua
Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun
12
ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil
dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.
Bangunan keagamaan
Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah
ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk
menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar
agama di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan antara
lain:
Masjid Pangeran Diponegoro
Gereja Katolik Santa Catharina
Gereja Protestan Haleluya
Pura Penataran Agung Kertabhumi
Wihara Arya Dwipa Arama
Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa
Kuil Konghucu Kong Miao
Sarana rekreasi
Keong Mas
13
Perahu Angsa Arsipel Indonesia
Taman Among Putro
Taman Ria Atmaja
Desa Wisata
Kolam renang Snow Bay
Museum Iptek TMII
Taman
Di TMII terdapat sepuluh macam taman yang
menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia:
Taman Anggrek
14
Taman Kaktus
Taman Melati
15
Akurium Ikan Air Tawar
Taman Burung
Museum
16
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan
sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di
Indonesia. Terdapat 16 museum di TMII:
Museum Indonesia
Museum Purna Bhakti Pertiwi
17
Gerbang Anjungan Bali
18
Baterry Car Rp. 10.000,-
Pesawat Capung Rp. 10.000,-
Fancy Animal Rp. 10.000,-
Giring Ombak Rp. 10.000,-
SnowBay Water
Park Senin s/d Kamis Rp. 140.000,-
Jam Operasional Jumat s/d Minggu, Hari
09.00 - 18.00 WIB Libur Rp. 180.000,-
Theater IMAX
Keong Emas Umum / Biasa Rp. 35.000,-
Senin – Minggu VIP / Balkon Rp. 75.000,-
Jam Operasional Volcanoes of the Deep
09.00 - 17.00 WIB Sea
Umum / Biasa Rp. 35.000,-
VIP / Balkon Rp. 75.000,-
Outbound - Harga
terusan Rp. 65.000,-
Green Skate Park Rp. 15.000,-
Dunia Inline Skate
(coba-coba) Rp. 60.000,-
Manasik Haji,
perorangan (minim. 500
orang) Rp. 65.000,-
Teater 4 Dimensi Senin s/d Jumat Rp. 20.000,-
Jam Operasional Sabtu-Minggu, Hari
09.00 - 17.00 WIB Libur Rp. 25.000,-
Senin-Jumat (09.00-
Titihan 16.30 WIB)
Samirono/Aeromove Sabtu-Minggu (08.30-
l 18.00 WIB) Rp. 30.000,-
Senin-Jumat (09.00-
16.30 WIB)
Sabtu-Minggu (08.30-
Kereta Gantung 18.00 WIB) Rp. 40.000,-
Taman Legenda Senin s/d Kamis (10.00 -
Keong Emas 17.00 WIB) Rp. 15.000,-
Jumat s/d Minggu, Hari Rp. 25.000,-
19
Libur (09.00 - 20.00
WIB)
Petualangan Dinosaurus Rp. 30.000,-
Mata Legenda Rp. 20.000,-
Nirwata Kisar Rp. 20.000,-
Kapal Bajak laut Rp. 15.000,-
Kereta Beos Rp. 15.000,-
Ulat Selur Rp. 15.000,-
Anak Tirta Rp. 35.000,-
Dunia Air Tawar dan Senin-Minggu (08.30-
Dunia Serangga 18.00 WIB) Rp. 25.000,-
Teater 4 Dimensi
(DAT) Senin s/d Jum'at Rp. 15.000,-
Teater 4 Dimensi
(DAT) Sabtu s/d Minggu Rp. 20.000,-
Taman Burung dan Senin-Minggu (08.00-
Taman Bekisar 17.00 WIB) Rp. 20.000,-
Senin-Minggu (09.00-
Museum Indonesia 16.00 WIB) Rp. 15.000,-
Museum
Keprajuritan
Indonesia Dewasa
Selasa-Minggu
(08.00-16.00 WIB) Perorangan Rp. 4.000,-
Rombongan (min 40
Orang) Rp. 3.000,-
Anak-
anak/Pelajar/Mahasiswa
/Pramuka
Perorangan Rp. 2.500,-
Rombongan (min 40
Orang) Rp. 2.000,-
Museum Prangko Senin-Minggu (09.00-
Indonesia 16.00 WIB) Rp. 5.000,-
Senin-Minggu (08.00-
Museum Pusaka 16.00 WIB) Rp. 10.000,-
Museum Rp. 5.000,-
20
Transportasi
Museum Listrik dan Selasa-Minggu (08.00-
Energi Baru 16.00 WIB) Rp. 10.000,-
Museum Senin-Jum'at (09.00-
Telekomunikasi 16.00 WIB) Rp. 2.000,-
Museum Olahraga Selasa-Minggu (09.00-
Nasional 15.30 WIB) Rp. 2.000,-
Senin-Minggu (09.00-
Museum Asmat 16.00 WIB) Rp. 10.000,-
Museum Fauna
Indonesia Komodo Senin-Minggu (09.00-
dan Taman Reptilia 16.00 WIB) Rp. 25.000,-
Museum Timor- Senin-Minggu (08.00-
Timor 16.00 WIB) Rp. 5.000,-
Senin-Sabtu (08.30-
16.00 WIB)
Pusat Peragaan Minggu (09.00-16.00
IPTEK WIB) Rp. 16.500,-
Museum Minyak dan
Gas Bumi
(GAWITRA) Sedang di renovasi Rp. 2.000,-
Museum Penerangan Bebas Biaya
Senin-Minggu (08.30-
Bayt AL-QUR'AN 15.30 WIB)
dan Museum Istiqlal hub : 021-8416468 Bebas Biaya
Rp. 10.000,-
Transportasi TMII Mobil Wisata Nusantara untuk 3x naik
Carter Mobil Wisata Rp. 150.000,-
(Suzuki Carry) /jam
Carter Mobil Wisata Rp. 200.000,-
(Isuzu VIP) /jam
Carter Mobil Wisata Rp. 250.000,-
(Micro Bus) /jam
Carter Mobil Wisata Rp. 500.000,-
(Suzuki Carry) /hari (8 jam)
Carter Mobil Wisata Rp. 750.000,-
(Isuzu VIP) /hari (8 jam)
21
Carter Mobil Wisata Rp. 1.500.000,-
(Micro Bus) /hari (8 jam)
Rp. 1.500.000,-
Carter Mobil Gandeng /hari (8 jam)
Lokasi TMII :
Jalan Raya Taman Mini,Jakarta Timur,Indonesia.
C. Museum Tekstil
22
Harga Tiket Masuk Museum Tekstil
Perorangan:
Dewasa : Rp 5.000,-
Mahasiswa : Rp 3.000,-
Pelajar / Anak-anak : Rp 2.000,-
Rombongan (group) Minimal 30 orang
Dewasa : Rp 3.750,-
Mahasiswa : Rp 2.250,-
Pelajar / Anak-anak : Rp 1.500,-
Pelatihan Batik
Wisatawan Lokal : Rp 40.000,-
Wisatawan Asing : Rp 75.000,-
Alamat : Jl. Aipda Ks Tubun No.2-4, Tanah Abang,
Petamburan, RT.6/RW.1, Kota Bambu Sel., Palmerah, Kota
Jakarta Barat, DKI Jakarta 10260
Telepon:(021) 5606613
Sejarah
Konon gedung tua namun indah yang kini menjadi
Museum Tekstil Tanah Abang adalah bekas milik Justinus
Vinck. Dia adalah tuan tanah Belanda, yang menguasai
tanah luas di Weltevreden yaitu kawasan yang antara lain
meliputi Lapangan Banteng, Gambir, dan Senen di tahun
1730-an. Dia lah juga yang membuat jalur yang
menghubungkan Pasar Senen dan Tanahabang yang kini
bernama Jalan Prapatan dan Kebon Sirih. Ia juga yang
menciptakan Pasar Senen (Vinck Passer) dan Tanahabang.
23
Sebenarnya, sejak abad 17 nama Tanahabang sudah
mulai terdengar, yaitu saat tentara Mataram mengepung
Batavia. Di dataran berbukit bertanah merah dan berawa
itulah pangkalan tentara Mataram. Kawasan ini di masa itu
juga masih menjadi kebun teh, melati, kacang, sirih, jahe.
Pasar Tanahabang yang kemudian dibangun pada 30
Agustus 1735 merupakan pasar tradisional pertama yang tak
berbeda jauh dengan Pasar di Tanahabang yang sekarang.
Adapun bangunan museum tekstil ini dari sejak menjadi
milik seorang warga Prancis kemudian beberapa kali
berpindah tangan. Tahun 1942 bangunan dengan halaman
luas itu dibeli Dr Karel Christian Cruq dari tangan seorang
konsul Turki. Di masa revolusi, rumah itu dijadikan markas
Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Pada 1947 rumah itu dibeli seorang pengusaha bernama
Lie Soin Phin yang kemudian dikontrakkan ke Departemen
Sosial (Depsos). Tahun 1952 Depsos membeli bangunan itu
dan bulan Oktober 1975 menyerahkannya ke Pemda DKI
untuk dijadikan museum. Itulah awal keberadaan Museum
Tekstil.
Lantas apa saja yang bisa dilihat di museum ini, selain
alat tenun manual tradisional yang dibuat tahun 1927 dan
gedogan (alat tenun tradisional), serta beragam koleksi kain
batik, ikat, kain tradisional, dan lukisan tangan? Masih ada
lagi yang lain, antaralain ada Bendera Kraton asal Cirebon
buatan tahun 1776 yang merupakan panji kebesaran
Kesultanan Cirebon; Kain Adat asal Bali dari abad ke -19.
Kain ini disebut juga Geringsing Wayang Kebo, merupakan
kain tenun yang pembuatannya paling rumit karena
menggunakan teknik ikat ganda. Teknik ini adalah teknik
langka yang hanya ada di sedikit negara.
Sri Susuhunan Pakubuwono XII dari Surakarta pernah
menyumbangkan kain motif batik bernama Tumurun
Srinarendra (kelahiran raja). Dibuat oleh almarhum
Hardjonegoro untuk dikenakan sendiri pada perayaan
ulangtahun Sunan Solo. Selain itu ada pula koleksi baju
perang Irian Jaya berbahan rotan dan serat alam. Teknik
24
pembuatan dianyam. Baju ini digunakan sebagai busana
suku di Papua untuk melindungi dada dari serangan benda
tajam.
D. Gedung Joang 45
25
Bangunan kamar penginapan yang tersisa saat ini
tinggal beberapa yang ada di sisi utara gedung utama, saat
ini dipergunakan sebagai ruang perpustakaan dan kantor
pengelola Museum Juang 45.
Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-
1945) dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih
oleh pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor
yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda
Jepang) yang dikepalai seorang Jepang, “Simizu”.
Di kantor inilah kemudian diadakan program
pendidikan politik yang dimulai pada 1942 untuk mendidik
pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya
pemerintah Jepang. Dan sejak itu namanya kemudian diganti
dengan nama Gedung Menteng 31.
Setelah jaman kemerdekaan, gedung ini pernah
digunakan untuk kantor Kementrian Pengerah Tenaga
rakyat, dan Kantor Dewan Harian Nasional 45. Tempat ini
sendiri resmi dijadikan Museum sejak 19 Agustus 1974 oleh
Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.
26
bangunan utama yang digunakan sebagai kantor pengelola
Museum, ruang Sinema Juang dan ruang perpustakaan untuk
anak-anak. Dibagian belakang dari bangunan museum ada
ruang pamer mobil dinas pertama kepresidenan RI dan
wakilnya.
Ada juga bangunan tambahan yang dibangun pada
masa Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, diperuntukkan
untuk kantor Dewan harian Angkatan 45 dan Kantor Dewan
harian Angkatan 45 cabang DKI Jakarta, Kantor Wirawati
Catur Panca Nasional dan DKI Jakarta.
Jika ingin menikmati sejarah perjuangan menjelang
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa,
sambil menikmati tontonan film-film bersejarah perjuangan
bangsa. Kalian bisa datang ke gedung ini.
27
Alamat: Jl. Menteng Raya No.31, RT.1/RW.10, Kb. Sirih,
Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 10340.
Telepon:(021) 3909148.
E. Museum Bank
28
dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan detektor logam
yang dilakukan petugas keamanan. Terlihat sangat ketat
untuk kunjungan ke sebuah museum. Lobi terlihat mewah
dengan kondisi yang sangat bersih, dan sangat sejuk
walaupun di siang hari terik, karena gedung ini ternyata Full
AC lho.. wow..keren..
Seperti gedung peninggalan Belanda lainnya, di atas
pintu masuk Museum Bank Indonesia ini juga menggunakan
kaca patri mozaik indah. Kaca patri ini dibuat oleh seniman
Belanda bernama Ian Sihouten Frinsenhouf dengan total
1509 panel kaca patri. Kondisi museum ini dapat dikatakan
menakjubkan, bahkan dapat kami katakan Museum Bank
Indonesia ini menggeser posisi Museum Geologi di
Bandung yang mendapat penilaian museum terbaik versi
Jalan Jajan Hemat.
29
gratis, kami berpikir mungkin semua museum yang bagus
Batavia tempo
Ruang Teater Informasi sejarah doeloe
30
Keluar dari teater, kita akan memasuki ruang museum
yang modern, bahkan seakan kita tidak melihat museum di
Indonesia. Jauh dari kesan kuno, kampungan, tak terawat…
Semua di desain dengan teliti dan rapih. Ada setting
dermaga di Batavia tempo doeloe, ada setting nasabah
Belanda yang sedang menyetor di bank. Di sini kita dapat
melihat sejarah Bank Indonesia dan juga fungsi dari Bank
Indonesia. Juga ada ensiklopedia seputar perbankan yang
diberi judul “Yang Seru Yang Lucu”.
Kemudian kita akan melihat ruang brankas yang terbuat
dari pintu baja, mirip dengan yang ada di Museum Bank
Mandiri, tapi di Museum BI ini ruangannya lebih kecil. Di
dalamnya adalah ruang numismatik collection yang
memberikan informasi sejarah alat tukar menukar yang ada
di Indonesia. Semua ditata rapi, lengkap dengan kaca
pembesar agar pengunjung dapat melihat lebih seksama. Di
ruang itu juga terdapat pemandu yang siap menjelaskan
kepada pengunjung yang ingin bertanya. Di luar ruang
terdapat tempat duduk yang berbentuk koin raksasa dan juga
uang kertas pecahan 10.000 yang dapat kita gunakan untuk
berfoto dengan wajah kita. Di dekat pintu keluar terdapat
tempat penjualan cinderamata dan juga kantin (tapi saat itu
keduanya tutup).
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia memiliki banyak obyek wisata yang memiliki
segudang ilmu yang tentunya dapat kita pelajari, dan kita
manfaatkan sebagai sarana hiburan yang bermanfaat.
B. Saran
Ilmu dapat kita dapatkan dimanapun tempatnya
termasuk dari tempat wisata, maka kita sebagai warga
Negara Indonesia harus bangga dengan apa yang Negara
kita miliki termasuk tempat wisatanya.
32
SUMBER GAMBAR
Google search
INDEKS
G
gedoeng joang 45 25 – 28
M
museum 22 – 25, 28 – 31
P
planetarium 3 – 9
T
taman mini indonesia indah 9 – 22
DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Planetarium_a
nd_Observato
https://en.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesi
a_Indah
https://en.wikipedia.org/wiki/National_Textile_Mus
eum
https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Joang
https://en.wikipedia.org/wiki/Museum_Bank_Indon
esia