You are on page 1of 20

RUANG LINGKUP DAN

KEBIJAKAN K3 DALAM
KEPERAWATAN
Penyusunan Kebijakan K3
1. Penetapan kebijakan K3 dilakukan melalui:
a.tinjauan awal kondisi K3, dan
b.proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pegawai
2. Kebijakan K3 harus:
a.disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b.tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c.secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d.dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh
pegawai, tamu, pemasok dan pelanggan;
e.terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
f. bersifat dinamik; dan
g.ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa
kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan
yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundang-undangan.
3. Ketentuan tersebut pada kebijakan
K3 dilakukan peninjauan ulang secara
teratur.
4. Setiap tingkat pimpinan dalam
perusahaan harus menunjukkan
komitmen terhadap K3 sehingga
SMK3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan.
5. Setiap pekerja/buruh dan orang
lain yang berada ditempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan K3.
Bagian-bagian Kebijakan K3
Sebuah kebijakan K3 yang efektif terdiri
dari dua tingkatan:
◦ Pada tingkat prinsip umum, menggaris
bawahi menghormati kebutuhan dasar dari
semua pekerja dan tindakan membimbing;
◦ Pada tingkat rinci, memberikan pertanyaan
dan tanggapan terhadap "siapa, apa, kapan,
mengapa, dimana dan bagaimana,"
langkah-langkah spesifik untuk keadaan
tertentu (seperti mengalokasikan pekerja
hamil untuk pekerjaan yang tidak akan
membahayakan pertumbuhan bayi mereka.)
 Sebuahkebijakan K3 ditulis umumnya
memiliki tiga bagian besar:
 Sebuah bagian pernyataan atau prinsip (mungkin satu
halaman)
 menetapkan bagaimana keselamatan secara keseluruhan
akan dikelola dan jelas menyatakan komitmen organisasi
terhadap keselamatan dan kesehatan;
 Sebuah bagian organisasi
 rincian siapa yang bertanggung jawab untuk apa dan
bagaimana karyawan dan perwakilan mereka masuk ke
dalam sistem manajemen keselematan secara keseluruhan.
Dalam usaha kecil, merupakan hal mungkin bahwa bagian
ini akan berisi hanya satu atau dua nama, karena sebagian
besar tanggung jawab akan dialokasikan kepada orang-
orang;
 Sebuah bagian pengaturan
 rincian tentang bagaimana kegiatan-kegiatan khusus, fungsi dan
masalah yang akan dikelola, seperti: o Identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko; o program pemantauan, audit, inspeksi; o
prosedur tanggap darurat; o pertolongan pertama; o pelaporan dan
investigasi kecelakaan / insiden ; o keselamatan untuk operasional
tertentu atau misalnya peralatan listrik aman, bahan berbahaya dan
penanganan manual; o bagaimana kemajuan tentang keselamatan
dan kesehatan akan diukur dan Kebijakan akan dievaluasi.
Menentukan Penanggung
Jawab K3
Menulis kebijakan akan melibatkan
tugas dan tanggung jawab kepada
anggota. Untuk memilih staf dengan
bijaksana, dapat menggunakan
pedoman:
◦ Competence (Kompetensi): perekrutan,
pelatihan dan dukungan penasehat;
◦ Control (Pengendalian): mengamankan
komitmen, pengawasan dan instruksi;
◦ Cooperation (Kerjasama): antara individu
dan kelompok;
◦ Communication (Komunikasi): lisan,
tertulis dan visual.
Pengawasan Keselamatan
Kerja
◦ Pengawasan secara langsung
dilakukan pegawai pengawas dan
ahli keselamatan kerja.
◦ Pengawasan secara tidak
langsung termasuk oleh
manajemen puncak yang hanya
melakukan audit terhadap usaha
perbaikan dari hasil pelaporan
pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja
Peraturan Perundang-undangan
tentang Keselamatan & Kesehatan
Kerja
Peraturan Perundang-undangan K3
merupakan salah satu usaha dalam
pencegahan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran
lingkungan kerja yang penerapannya
menurut jenis dan sifat pekerjaan
serta kondisi lingkungan kerja.
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA No. 1 Tahun 1970
Landasan Hukum Peraturan
Perundang-undangan K3
UUD 1945 pasal 27 ayat 2 “Tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.”
UU RI No 14 Tahun 1969 tentang pokok-
pokok ketenagakerjaan, dalam undang-
undang ini mengatur tentang
perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja. (Pasal 9, 10, 86, 87)
UU No. 1 Tahun 1970 merupakan induk
dari peraturan perundang-undangan K3
PERATURAN &
PERUNDANGAN YANG
TERKAIT
UU NO. 23/1992 KESEHATAN
UU NO. 13/2003 KETENAGAKERJAAN
UU NO. 23/93 POKOK KESEHATAN
UU NO. 3/92 ASURANSI KESEHATAN
UU NO.13/2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
PP NO. 32/1996 TENAGA KESEHATAN
KEPPRES NO. 22/1993 PENYAKIT
YANG TIMBUL KRN HUB.KERJA
PERATURAN
&PERUNDANGAN YANG
TERKAIT
 KEPPRES NO.7/1999 WAJIB AKIBAT HUBUNGAN
KERJA
 KEPMENAKER 2/1980 PEMERIKSAAN KESEHATAN
 KEPMENAKER 51/1999 AMBANG BATAS FAKTOR FISIK
 KEPMENAKES 1075/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG
PEDOMAN SIM KESEHATAN KERJA
 KEPMENAKES 1457/MENKES/SK/X/2003 TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BID. KESEHATAN
 KEPMENKES 1758/MENKES/SK/XII/2003 TTG
STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR
 KEPMENKES 128/MENKES/SK/II/2004 KEBIJAKAN
DASAR PUSKESMAS
 KEPMENKES 130/MENKES/SK/II/2004/SIMSTEM
KESEHATAN NASIONAL
 PERMENAKERTRANS 04/1987 P2K3
 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA
 mengatur keselamatan kerja disegala
tempat kerja baik itu di darat, laut dan
udara dalam wilayah NKRI
 bertujuan untuk mengurangi kecelakaan,
mengurangi adanya bahaya peledakan,
memaksa peningkatan kemampuan
pekerja dalam memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan dan pemberian
alat-alat pelindung kepada pekerja
terutama untuk pekerjaan yang memiliki
resiko tinggi serta membantu terciptanya
lingkungan kerja yang kondusif seperti
penerangan tempat kerja, kebersihan,
sirkulasi udara serta hubungan yang serasi
antara pekerja, lingkungan kerja,
peralatan dan proses kerja.
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA
berisi petunjuk teknis mengenai apa
yang harus dilakukan oleh dan kepada
pekerja untuk menjamin keselamatan
pekeja itu sendiri, keselamatan umum
dan produk yang dihasilkan karena
begitu banyak proses yang dilakukan
dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyebabkan
perubahan resikko pekerjaan yang
dihadapi pekerja di tempat kerjanya.
Pengawasan Keselamatan
Kerja
 Monitoring dan pengambil keputusan
tindakan perbaikan keselamatan
kerja
 Tindakan perbaikan keselamatan
kerja (Continuous Improvement)
seperti perbaikan cara dan proses
kerja, pemeriksaan rutin kesehatan
pekerja, retribusi keselamatan kerja.
Tanggung Jawab
Manajemen
 Kebijakan K3 : Pastikan semua tingkat
manajemen dan seluruh pekerja tahu isi dan
mengikuti kebijakan K3, tanpa kecuali.
 Penyediaan Sumber Daya : Menyediakan
fasilitas yang memadai dan sumber daya
sehingga kebijakan kesehatan dan
keselamatan dapat diimplementasikan dengan
baik -termasuk anggaran, personil, pelatihan,
kesempatan meningkatkan kualitas dan wadah
untuk berpartisipasi dalam perencanaan,
evaluasi pelaksanaan, dan tindakan menuju
perbaikan.
 Kebijakan pelatihan K3: Pelatihan K3 harus
dimulai dengan orientasi karyawan, ketika
seorang karyawan baru atau ditransfer ke
pekerjaan baru.
Kebijakan Pelaksanaan
K3RS
Agar penerapan K3Rs dapat
dilaksanakan sesuai peraturan yang
berlaku, maka perlu disusun hal-hal
berikut ini:
◦ Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang
pad at karya, pakar, modal, dan teknologi,
namun keberadaan Rumah sakit juga
memiliki dampak negatif terhadap
timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, bila Rumah Sa kit tersebut tidak
melaksanakan prosedur K3
Tujuan Kebijakan
Pelaksanaan K3RS
◦ Menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah Sakit, aman dan sehat
bagi pasien, pengunjung/pengantar
pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar Rumah Sakit sehingga proses
pelayanan Rumah Sa kit berjalan
baik dan lancar.
Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS
a. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan
pembudayaan K3RS;
b. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit;
c. Membentuk Organisasi K3RS;
d. Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan;
e. Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS;
f. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS);
g. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS;
h. Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan menggunakan
instrumen penilaian sendiri (self assessment) akreditasi Rumah
Sakit yang berlaku;
I. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.
STANDAR PELAYANAN
K3RS
 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat
kerja, yang wajib melaksanakan Program K3RS
yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit,
pasien, engunjung/pengantar pasien, maupun
bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah
Sakit.
 Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara
terpadu melibatkan berbagai komponen yang
ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3RS sampai
saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang
belum menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
SEMOGA
BERMANFAAT

You might also like