You are on page 1of 64

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam istilah elektro, transformator adalah suatu alat yang dapat mengubah

energi listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi yang sama. Perubahan energi

listrik yang terjadi adalah perubahan tegangan dan arus. Pada transformator suplai

tegangan dan arus yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC).

Sedangkan tegangan dan arus searah (DC) tidak dapat dikonversikan oleh

transformator.

Jenis-jenis transformator sangat banyak, tetapi secara umum dapat

diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu Transformator Daya, Transformator Distribusi

dan Transformator Pengukuran. Dalam aplikasinya di lapangan transformator yang

paling banyak dipergunakan adalah Transformator Daya dan Transformator

Distribusi. Pada umumnya jenis transformator yang dipergunakan sebagai

Transformator Daya dan Transformator Distribusi adalah transformator tiga fasa,

karena suplai tegangan dan arus yang masuk dari pembangkit tenaga listrik adalah

tegangan dan arus tiga fasa.

Pada saat-saat tertentu transformator tiga fasa yang dipergunakan dapat

mengalami kerusakan. Contoh kerusakan yang bisa terjadi adalah kerusakan pada

salah satu belitan fasanya, sehingga menyebabkan penyaluran tegangan dan arus

terputus. Hal ini akan mengakibatkan kerugian baik di pihak produsen listrik maupun

1
konsumen yang memakai listrik. Oleh karena itu harus dilakukan suatu tindakan

sementara agar transformator yang rusak tersebut dapat terus bekerja melayani beban

secara sementara sebelum dilakukan perbaikan atau pergantian transformator.

Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian terhadap transformator dalam

keadaan terjadi kerusakan pada salah satu belitan fasanya dan hanya dua belitan fasa

yang dapat bekerja untuk menyalurkan tegangan dan arus tiga fasa. Pengujian ini

bertujuan untuk memperbandingkan efisiensi transformator dalam keadaan normal

dengan keadaan ketika terjadi kerusakan seperti diatas. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian dengan metode-metode yang efektif dan efisien.

I.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Memberikan penjelasan tentang cara pemakaian transformator dalam

keadaan darurat, ketika terjadi kerusakan pada salah satu fasanya dan hanya

dua fasa yang dapat bekerja untuk menyalurkan tegangan dan arus tiga fasa.

2. Untuk menjelaskan perbandingan efisiensi antara transformator dalam

keadaan normal hubungan Delta dengan transformator dalam keadaan

terjadi kerusakan hubungan Open-Delta.

I.3 BATASAN MASALAH

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta

terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka penulis

membatasi permasalahan yang akan dibahas pada :

2
1. Pengujian efisiensi transformator dalam keadaan normal hubungan

Delta dan pengujian efisiensi transformator dalam keadaan darurat

hubungan Open-Delta.

2. Transformator yang dipergunakan adalah transformator buatan Pabrik

AEG-Jerman pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen

Teknik Elektro FT-USU dengan rating sebagai berikut :

Transformator tiga fasa : 2000 VA ; 50 Hz

Primer : 36,7-63,5 Volt ; 5,3 Ampere

Sekunder : 127-220 Volt ; 3,2 Ampere

I.4 MANFAAT PENULISAN

Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Mahasiswa Departemen Teknik Elektro yang ingin memperdalam

pengetahuan tentang Transformator.

2. Penulis sendiri untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya

mengetahui cara pemakaian transformator dalam keadaan darurat untuk

sementara ketika terjadi kerusakan agar dapat terus melayani penyaluran

daya.

3. Penulis sendiri untuk mengetahui perbandingan efisiensi transformator

hubungan Open-Delta dibandingkan dengan transformator hubungan

Delta.

4. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menjadi sumbangan dalam

memperkaya pengetahuan sehingga dapat memunculkan ide-ide yang baru

3
dalam menemukan suatu metode untuk mengetahui atau meningkatkan

nilai efisiensi dari suatu transformator.

I.5 METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN

A. Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan

lain-lain

2. Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di Laboratorium

Konversi Energi Listrik FT USU

3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir

ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen

Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik,

asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama

mahasiswa.

4
B. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai

berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, metode

dan sistematika penulisan.

BAB II TRANSFORMATOR

Bab ini menjelaskan tentang transformator secara umum, konstruksi,

prinsip kerja, rangkaian ekivalen, operasi kerja paralel, keadaan tanpa

beban dan keadaan berbeban serta rugi-rugi dan efisiensi.

BAB III TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA DAN

TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA

Bab ini menjelaskan tentang hubungan belitan transformator tiga fasa

hubungan delta dan hubungan open delta, arus dan tegangan serta daya

pada hubungan belitan transformator tiga fasa hubungan delta dan

hubungan open delta, perbandingan rugi-rugi dan efisiensi transformator

tiga fasa hubungan delta dan hubungan open delta.

5
BAB IV PERBANDINGAN EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA

HUBUNGAN DELTA DAN TRANSFORMATOR TIGA FASA

HUBUNGAN OPEN-DELTA

Bab ini menjelaskan tentang penerapan perhitungan efisiensi

transformator tiga fasa hubungan delta dan hubungan open-delta yaitu

dengan melaksanakan percobaan pada transformator di Laboratorium

Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro FT USU.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil percobaan.

6
BAB II

TRANSFORMATOR

II.1 UMUM

Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang

lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.

Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis,

dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio

perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan

itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar “kaki” inti

transformator.

Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah

satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-

balik, karena arus bolak – balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan

penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi

kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila

tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka saluran – saluran

transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini

dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara

mempergunakan transformator untuk menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari

tegangan generator yang biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV pada awal

7
transmisi ke tegangan saluran transmisi antara 100 kV sampai 1000 kV, kemudian

menurunkannya lagi pada ujung akhir saluran ke tegangan yang lebih rendah.

Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan

transformator tenaga. Disamping itu ada jenis – jenis transformator lain yang banyak

dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih

kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk menyesuaikan

tegangan dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari jaringan listrik umum.

Atau transformator yang lebih kecil, yang dipakai pada lampu TL. Atau, lebih kecil

lagi, transformator – transformator “mini” yang dipergunakan pada berbagai alat

elektronik, seperti pesawat penerima radio, televisi, dan lain sebagainya.

II.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang

dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus bahasan disini

adalah transformator daya.

Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan tipe

cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi

satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.

Tipe inti ( Core form )

Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan

kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti,

lilitan mengelilingi inti besi,seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

8
Gambar 2.1. Konstruksi transformator tipe inti ( core form )

Sedangkan konstruksi intinya umumnya bebrbentuk huruf L atau huruf U.

( Gambar 2.2. )

9
Gambar. 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentul L dan U

Tipe cangkang ( Shell form )

Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk

dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada transformator

ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti

Gambar 2.3. Transformator tipe cangkang ( shell form )

Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf

F ( Gambar. 2.4 ).

10
Gambar. 2.4. Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F

II.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan

energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik

yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi

elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang tenaga

listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap

keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak

jauh.

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang

bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan

secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila

kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks

bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut

membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di

kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction )

dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari

11
kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang

menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus

sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer

keseluruhan (secara magnetisasi ).


e = (-) N (volt)....………………………………..( 2.1 )
dt

Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan


= perubahan fluks magnet
dt

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat

ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,

transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban

untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara

rangkaian.

Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk

mengurangi reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common

magnetic circuit )

II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan

12
dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus

primer I0 menimbulkan fluks ( Ф ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid

Ф = Фmax sin ωt ................................................................... (2.2)

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 ( Hukum Faraday )


e1 = -N 1
dt

dΦ max sin ωt
e1 = -N 1
dt

e1 = - N1 ω Фmax cosωt (volt)................................................(2.3)

Dimana : e1 = Gaya gerak listrik induksi

N1 = Jumlah belitan di sisi primer

ω = Kecepatan sudut putar

Φ = Fluks magnet

Harga efektif :

- N 1ωΦ max
E1 =
2

- N1 2πfΦ max
E1 =
2

E1 = 4, 44 N1 f Фmax (volt)....................................................(2.4)

Dimana : E1 = Gaya geraqk listrik induksi (efektif)

N1 = Jumlah belitan di sisi primer

f = Frekuensi

Φ = Fluks magnet

13
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor di abaikan akan terdapat

hubungan

E 1 V1 N 1
= = = a ........................................................... (2.5)
E 2 V2 N 2

Dimana : E1 = GGL induksi di sisi primer (volt)

E2 = GGL induksi di sisi sekunder (volt)

V1 = Tegangan terminal di sisi primer (volt)

V2 = Tegangan terminal di sisi sekunder (volt)

N1 = Jumlah belitan di sisi primer

N2 = Jumlah belitan di sisi sekunder

a = Faktor transformasi

II.3.2 Keadaan Berbeban

Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban

I1 I2

Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan berbeban.

14
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet ( ggm ) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks ( Ф ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im.

I 2' I0 I2

Gambar 2.6 Pergerakan Fluks Didalam Inti Transformator

Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus

mengalir arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga

keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I0 + I2' (ampere)..............................................................(2.6)

II.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR

Tidak seluruh Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im merupakan

Fluks Bersama ( ФM ), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer ( Ф1 ) atau

sekunder saja ( Ф2 ) dalam model rangkaian ekivalen yang dipakai untuk menganalisis

kerja satu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan mengalami proses

transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan fluks bocor Ф2 dengan

mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi

15
tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian model rangkaian dapat

dituliskan seperti gambar.

I1 R1 X1 I2' I2 R2 X2

I0

AC Im Ic Z
Xm Rc

N1 N2

Gambar.2.7 Rangkaian ekivalen sebuah transformator.

Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer,

harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang model

rangkaian menjadi sebagai terlihat pada gambar berikut.

I1 R1 X1 I2' a2 R2 a2 X2

I0

Im a2 Z aV2
AC Ic
Xm Rc

Gambar 2.8a Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator

Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian tersebut dapat diubah

menjadi seperti gambar dibawah ini.

16
I1 I 2' R1 X1 a2 R2 a2 X2

I0

Im a2 Z aV2
AC Ic
Xm Rc

Gambar 2.8b Parameter Sekunder pada Rangkaian Primer

Maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

Rek = R1 + a2R2 (ohm)...................................................................(2.7)

Xek = X1 + a2X2 (ohm)..................................................................(2.8)

I1 I 2' Rek X ek

I0

Im a2Z aV 2
AC Ic
Xm Rc

Gambar 2.8c Hasil Akhir Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian ( rangkaian

ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam

pengukuran ( test ) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

II.4.1 Pengukuran beban nol

17
Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan

sumber tegangan V1, maka hanya I0 yang mengalir dari pengukuran daya yang masuk

( P1).

P A

V V

Gambar 2.9 Pengukuran Beban Nol

Arus I0 dan tegangan V1 akan diperoleh harga

V1 2
Rc = (ohm)......................................................................(2.9)
P1

V1 jX m R c
Z0 = =
P1 R c + jX m (ohm)...................................................... (2.10)

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga Rc dan Xm

II.4.2 Pengukuran hubung singkat

Hubungan singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil menjadi nol,

sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus. Karena harga Rek

dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan masuk ( Vhs ) cukup kecil,

sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga I0 akan relatif kecil

18
bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada pengukuran ini dapat

diabaikan.

P A

V A

Gambar 2.10 Pengukuran Hubung Singkat

Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs, akan dapat dihitung

parameter :

Phs
R ek = (ohm).............................................................(2.11)
( I hs ) 2

Vhs
Z ek = = R ek + jX ek (ohm) .............................................(2.12)
I hs

X ek = Z 2 ek R 2 ek (ohm) ...................................................(2.13)

II.5 RUGI – RUGI DAN EFISIENSI

Rugi Tembaga Rugi Tembaga

Pin Kumparan Fluks Kumparan Pout


primer Bersama Sekunder

19
Rugi Besi Histeresis

Dan Eddy Current

Gambar 2.11 Blok diagram rugi – rugi pada transformator.

1I.5.1 Rugi tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai

berikut :

Pcu = I2 R (watt)...................................................................... (2.14)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan.

Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada

beban. Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.

II.5.2 Rugi besi ( Pi )

Rugi besi terdiri atas :

• Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti

besi yang dinyatakan sebagai :

Ph = kh f Bmaks1.6 ( watt ) ....................................... (2.15)

Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

20
• Rugi arus eddy , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

Dirumuskan sebagai :

Pe = ke f2 B2maks ...................................................... (2.16)

Ke = Konstanta

Bmaks = Fluks maksimum (weber)

Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

Pi = Ph + Pe ............................................................... (2.17)

II.5.3 Efisiensi

Efisiensi dinyatakan sebagai :

Pout
η=
Pin

Pout
η == ..................................................... (2.18)
Pout + Σrugi 2

dimana : Pin = Daya input transformator

Pout = Daya output transformator

∑ rugi = Pcu + Pi

BAB III

TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA DAN

TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA

21
III.1 TRANSFORMATOR TIGA FASA

III.1.1 UMUM

Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk bank-3

fasa (susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara

menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa yang

dipakai sebagai transformator tiga fasa setiap kumparan primer dari satu

transformator dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat bahwa

pada transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya

transformator (KVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi

tegangan fasa netral (VL-N) serta arus dari masing-masing transformator tergantung

pada hubungan belitannya.

Ada beberapa jenis hubungan belitan yang terdapat pada transformator tiga

fasa ini. Hubungan Y-Δ biasa digunakan untuk menurunkan tegangan, dari tegangan

tinggi ke tegangan menengah atau rendah. Satu diantara alasannya adalah karena

dengan menggunakan hubungan belitan ini untuk membumikan dari sisi tegangan

tinggi telah tersedia saluran netral. Dapat dibuktikan bahwa hubungan belitan ini

adalah hubungan yang paling banyak dipergunakan di lapangan.

Sebaliknya hubungan Δ-Y biasa digunakan untuk menaikkan tegangan, dari

tegangan rendah ke tegangan menengah, atau dari tegangan menengah ke tegangan

tinggi. Hal ini juga bertujuan sama, agar pada sisi tegangan tingginya apabila akan

dibumikan telah tersedia saluran netralnya.

Hubungan Δ-Δ adalah salah satu jenis hubungan belitan yang istimewa.

Keuntungannya yaitu salah satu kaki transformator dapat dipindahkan apabila terjadi

22
kerusakan atau apabila akan dilakukan perawatan, sementara dua yang tertinggal

dapat terus beroperasi sebagai bank-3 fasa dengan rating KVA yang turun sampai

dengan 57,7% dari bank yang asli. Hubungan ini dikenal sebagai hubungan belitan

Open-Delta. Hubungan Y-Y paling jarang digunakan karena kesukaran dalam gejala

arus penalaan dan harmonisa.

III.1.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR TIGA FASA DENGAN

MENGGUNAKAN TIGA BUAH TRANSFORMATOR SATU FASA

Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,

rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis

konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada gambar 3.1 dan 3.2 berikut

ini.
PRIMER

SEKUNDER

Gambar 3.1. Transformator 3 Fasa Tipe Inti

23
TRAFO TIGA FASA TIPE CANGKANG

a b

Φ A/ 2 ΦA/ 2
d c

PRIMER

SEKUNDER

n m

ΦB / 2 ΦB / 2
r q

ΦC / 2 ΦC / 2

Gambar 3.2 Transformator 3 Fasa Tipe Cangkang

Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti

magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki

tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan

untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-

steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan

permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan

dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah, kadang-

kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan sebagai

permalloy.

24
Kebanyakan fluks terkurung dalam inti dan karena itu dirangkum oleh kedua

kumparan. Meskipun fluks bocor yang dirangkum salah satu kumparan tanpa

dirangkum yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai pengaruh

penting pada perilaku transformator. Kebocoran dapat dikurangi dengan membagi-

bagi kumparan dalam bagian-bagian yang diletakkan sedekat mungkin satu sama

lainnya. Dalam konstruksi jenis inti (core type), tiap kumparan dari dua bagian, satu

bagian pada setiap kaki dari kedua kaki inti. Kumparan primer dan sekunder

merupakan kumparan yang konsentris. Dalam konstruksi janis cangkang (shell type)

berbagai variasi susunan kumparan konsentris dapat digunakan atau kumparan dapat

terdiri dari sejumlah “apem” (pancake) tipis disusun dalam satu tumpukan dengan

kumparan primer dan sekunder berselang-seling.

III.1.3 HUBUNGAN TIGA FASA DALAM TRANSFORMATOR

Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu

hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini

memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan

dijelaskan dibawah. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat

dihubungkan wye ataupun delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara

terpisah, yaitu :

1. Hubungan wye (Y)

25
Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan

transformator yang memiliki rating yang sama.

IR
R

Z01

E1
IN
N
E1 E1
Z01 Z01

IS
S

IT
T

Gambar 3.3 Hubungan Wye

Dari gambar diatas dapat diketahui sebagai berikut,

IT = IS = IR = IL-L (ampere)...…………( 3.1 )

IL-L = Iph (ampere)..………….............( 3.2 )

Dimana : IL-L = Arus line to line

Iph = Arus line to netral

Dan,

VRS = VST = VTR = VL-L (volt).........…( 3.3 )

VL-L = √3 Vph = √3 E1 (volt).....………( 3.4 )

Dimana : VL-L = Tegangan line to line

Vph = Tegangan line to netral

26
2. Hubungan delta (Δ)

Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing

memiliki rating yang sama.

IR
R
E1
Z01

E1
IS
S
Z01
E1

IT
T

Gambar 3.4 Hubungan Delta

Dari gambar diatas dapat kita ketahui sebagai berikut,

IR = IS = IT = IL-L (ampere)……………( 3.5 )

IL-L = √3 Iph (ampere).........………........( 3.6 )

Dimana : IL-L = Arus line to line

Iph = Arus line to netral

Dan,

VRS = VST = VTR = VL-L (volt)………( 3.7 )

VL-L = Vph = E1 (volt)....……………( 3.8 )

Dimana : VL-L = Tegangan line to line

Vph = Tegangan line to netral

III.1.4 JENIS-JENIS HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR TIGA

FASA

27
Dalam sistem tenaga listrik transformator tiga phasa digunakan karena

pertimbangan ekonomis dan efisien. Pada transformator tiga phasa terdapat dua

hubungan belitan utama yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Dan ada empat

kemungkinan lain hubungan transformator tiga phasa yaitu :

1. Hubungan Wye-Wye ( Y-Y )

Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.7

berikut ini.
a . . a'

N p1 Ns1

b+ . . + b'

N p2 Ns2
V LP VΦ p VΦ s V
LS

c - . . + c'

N p3 Ns3

Gambar 3.5 Transformator Hubungan Y-Y


Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing phasa adalah

Vφ P = VLP / 3 .……………………( 3.9 )

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan

belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada transformator

adalah:

VLP 3 VφP
= =a ………………..( 3.10 )
VLS 3 VφS

Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka tegangan pada

phasa transformator tidak seimbang.

28
2. Hubungan Wye-Delta ( Y-Δ )

Hubungan Y- Δ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.8

berikut ini.
a . . a'

Np1 Ns1
VΦp
VLP VLS
VΦs

b . . b'

Np2 Ns2

c . . c'

Np3 Ns3

Gambar 3.6 Transformator Hubungan Y- Δ

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan

phasa primer VLP = 3 VφP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan

tegangan phasa VLS = VΦS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan

ini adalah sebagai berikut :

VLP 3 VφP
= = 3 a …………..( 3.11 )
VLS VφS

Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak seimbang dan

harmonisa.

29
3. Hubungan Delta – Wye (Δ – Y )

Hubungan Δ – Y pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar 3.9

dibawah ini.
a+ . . + a'

Np1 Ns1 VΦ s
V LP VΦ p

b-
VL S
. . c'

Np2 Ns2

c
. . - b'

Np3 Ns3

Gambar 3.7 Transformator hubungan Δ – Y

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa

primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = 3 VφS . Maka perbandingan

tegangan pada hubungan ini adalah :

VLP VφP 3
= = ……………( 3.12 )
VLS 3 VφS a

Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama seperti

pada hubungan Y- Δ.

4. Hubungan Delta-Delta (Δ – Δ )

Hubungan Δ – Δ ini pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar

3.10 berikut :

30
a+ . . + a'

Np1 Ns1 VLS


VLP VΦ p
VΦ s

b- - b'

. .

Np2 Ns2

c c'
. .

Np3 Ns3

Gambar 3.8 Transformator hubungan Δ – Δ

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk primer

dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS. Maka hubungan tegangan

primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :

VLP VφP
= =a ……………..( 3.13 )
VLS VφS

Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak

seimbang dan harmonisa.

III.2 TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA

III.2.1 UMUM

Salah satu jenis hubungan belitan transformator yang dipergunakan adalah

hubungan belitan Δ-Δ atau sering juga disebut hubungan delta. Jenis hubungan ini

memang jarang dipergunakan secara umum dalam penyaluran tenaga listrik. Akan

tetapi jenis hubungan belitan ini memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan

dengan jenis hubungan belitan yang lain. Hubungan belitan ini biasa dipergunakan

untuk melayani beban lampu satu fasa yang kecil dan beban daya tiga fasa yang

31
bekerja secara terus menerus. Transformator ini tidak bermasalah dengan tegangan

lebih akibat harmonisa ketiga atau interferensi saluran telekomunikasi. Akan tetapi,

perputaran arus akan menyebabkan seluruh belitan transformator ini harus

dihubungkan pada tap pengatur yang sama dan memiliki rasio tegangan yang sama.

Rating transformator akan berkurang kecuali seluruh hubungan belitannya memiliki

nilai impedansi yang identik.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan beban yang seimbang pada

transformator, syarat-syarat berikut harus dipenuhi :

1. Seluruh transformator harus memiliki rasio tegangan yang identik.

2. Seluruh transformator harus memiliki nilai impedansi yang identik.

3. Seluruh transformator harus dihubungkan dengan tap yang identik.

Akan tetapi jika dua buah belitannya memiliki nilai impedansi yang identik

dan belitan ketiga memiliki nilai impedansi kira-kira, plus atau minus, 25 % dari nilai

impedansi transformator yang lainnya, masih ada kemungkinan untuk

mengoperasikan hubungan Δ–Δ, dengan sedikit pembebanan tiga fasa yang tidak

seimbang, dan berkurangnya kapasitas output transformator. Karena pembebanan

yang tidak seimbang, nilai beban harus dicek dan disesuaikan dengan kemampuan

belitan transformator sehingga tidak ada belitan yang kelebihan beban.

Hubungan Δ–Δ ini pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar

3.9 berikut :

32
a+ . . + a'

Np1 Ns1 VLS


VLP VΦp
VΦs

b- - b'

. .

Np2 Ns2

c c'
. .

Np3 Ns3

Gambar 3.9 Transformator hubungan Δ – Δ

Salah satu keuntungan pemakaian transformator tiga fasa hubungan Δ–Δ

adalah perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak

seimbang dan harmonisa. Selain itu keuntungan lain yang dapat diambil adalah

apabila transformator ini mengalami gangguan pada salah satu belitannya maka

transformator ini dapat terus bekerja melayani beban walaupun hanya menggunakan

dua buah belitan saja. Hubungan belitan yang dimaksud adalah hubungan belitan

Open-Delta. Mengenai hubungan belitan Open-Delta ini selanjutnya akan dijelaskan

pada bab ini.

III.2.2 DAYA PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk

primer dan sekunder transformator VAB = VBC = VAC = VLN. Maka hubungan

tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :

VL-L = VL-N (volt)..................................( 3.14 )

VAB = VBC = VAC (volt).........................( 3.15 )

33
Dimana : VL-L = Tegangan line to line

VL-N = Tegangan line to netral

Sedangkan arus pada transformator tiga fasa hubungan delta dapat dituliskan

sebagai berikut :

IL-L = 3 IL-N (ampere)......................( 3.16 )

Dimana : IL-L = Arus line to line

IL-N = Arus line to netral

Daya pada transformator tiga fasa dapat dituliskan sebagai :

P = V.I.Cos φ (watt)..........................( 3.17 )

Dimana : P = Daya pada transformator


V = Tegangan
I = Arus
Cosφ = Faktor kerja
Daya input dan daya output dari transformator dapat dihitung dengan

menggunakan rumus diatas. Untuk perhitungan efisiensi transformator dapat

dipergunakan rumus standar untuk mendapatkan nilai efisiensi.

Pada transformator tiga fasa hubungan delta, Efisiensi dinyatakan sebagai :

Pout Pout
η= = .....................................( 3.18 )
Pin Pout + Σrugi 2

dimana : Pin = Daya input transformator

Pout = Daya output transformator

∑ rugi = Pcu + Pi

III.3 TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA

34
III.3.1 UMUM

Hubungan belitan delta adalah hubungan belitan yang paling fleksibel jika

dibandingkan dengan berbagai macam hubungan belitan lainnya. Salah satu

keuntungan dari hubungan belitan ini adalah jika salah satu belitannya mengalami

kerusakan atau tidak dapat melayani beban, sisa dua belitan lainnya dapat

dioperasikan untuk menyalurkan daya, yang dikenal dengan nama Transformator

Open-Delta.

A a

B b

C
c

Gambar 3.10a. Transformator Hubungan Delta

A a

B b

C c

Gambar 3.10b. Transformator Hubungan Open-Delta

Sekalipun besar daya yang diterima pada beban berkurang beberapa persen

dari rating KVA transformator tiga fasa hubungan delta-nya, yaitu 0<cosΦ<0,866

35
pada transformator hubungan Open-Delta dengan memisalkan KVA kedua

transformator adalah sama, hubungan belitan ini mempunyai peranan yang sangat

penting dalam pengiriman daya ke beban agar kontinuitas beban diperoleh dengan

baik untuk sementara sehingga sistem bekerja terus menerus sampai ada perbaikan

atau pergantian yang baru.

III.3.2 PEMAKAIAN TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-

DELTA

Pemakaian transformator tiga fasa hubungan Open-Delta umumnya hanya

dipergunakan untuk sementara. Yaitu apabila transformator yang mengalami

kerusakan tersebut akan diperbaiki atau diganti dengan transformator yang baru.

Disamping bersifat sementara (temporer) transformator ini dapat juga bekerja secara

permanen.

1. Temporer

Telah kita ketahui bahwa pada beberapa industri sangat diperlukan kontinuitas

daya yang baik. Tetapi apabila salah satu belitan dari transformator tiga fasa ini

mengalami gangguan dan menyebabkan kedua belitan yang lainnya bekerja tidak

seimbang sehingga fasa-fasa yang tadinya stabil menjadi tidak stabil. Hal ini

menyebabkan pengiriman daya terganggu dan kerugian yang sangat besar akan

dialami oleh konsumen. Dengan demikian hubungan belitan Open-Delta memegang

peranan penting dalam kejadian ini. Pada kejadian ini perubahan belitan pada inti

36
tidak perlu dilakukan untuk mengurangi lekage impedance untuk memperoleh sistem

lebih seimbang. Hubungan ini dapat dipakai sementara sebelum adanya pergantian

transformator baru atau perbaikan belitan yang rusak apabila memungkinkan.

2. Permanen

Pada suatu industri yang besar biasanya ada menggunakan penerangan-

penerangan dan motor-motor kecil untuk dapat menggerakkan peralatan-peralatan

industri yang tersendiri, misalnya pemompaan minyak. Transformator hubungan

Open-Delta ini cukup mampu untuk pengiriman daya yang dibuat khusus, karena

industri itu cukup mempunyai tenaga teknis untuk itu dan dipandang lebih ekonomis

jika dibandingkan dengan pemakaian transfoemator tiga fasa. Keuntungan yang

paling besar adalah sistem dapat lebih seimbang kalau dibandingkan dengan tidak

dibuat satu transformator khusus untuk melayani beban ini, sebab belitan konduktor

pada inti dapat dibuat sehingga leakage impedance menjadi lebih kecil dan akhirnya

dapat mendekati keseimbangan seperti transformator tiga fasa.

III.3.3 DAYA PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-

DELTA.

Anggap sebuah beban tiga fasa yang seimbang dengan faktor daya didapat

dari transformator tiga fasa hubungan delta. Pencabutan dari salah satu belitan dari

pelayanan beban akan menghasilkan arus pada dua buah belitan lainnya bertambah

dengan rasio 1,73 kali, walaupun output dari transformator sama dengan faktor daya

sebelum salah satu belitan dilepas. Pada saat ini, masing-masing belitan dari

transformator bekerja pada faktor daya 0,866. Salah satu belitan transformator

37
menyuplai daya mendahului, dan yang satu lagi menyuplai daya tertinggal. Untuk

mengoperasikan sisa belitan dari transformator hubungan delta (atau sekarang adalah

hubungan Open-Delta) dengan aman, beban yang terhubung harus dikurangi sampai

dengan 57,7 % yang dapat dibuktikan sebagai berikut :

3VL - L IL
SΔ-Δ = (kVA)……………..( 3.19 )
1000

3VL - L IL
S Δ-Δ = (kVA)……………..( 3.20 )
3x1000

Dengan membagi kedua persamaan diatas, maka didapat :

SΔ - Δ 1
= = 0.577 or 57 .7% ……………..( 3.21 )
SΔ - Δ 3

dimana : SΔ-Δ = rating kVA transformator hubungan Delta

SΔ-Δ = rating kVA transformator hubungan Open-Delta

VL-L = tegangan fasa ke fasa, kV

IL = arus saluran, A

Perhatikan bahwa dua buah belitan dari transformator dari hubungan Open-

Delta seharusnya dapat menyuplai 66,6 persen dari kapasitas total transformator

hubungan delta, tetapi kedua belitan tersebut hanya dapat menyuplai 57,7 persen dari

kapasitas total transformator. Didapat dari perbandingan rasio transformator 57,7/66,6

= 0,866, adalah faktor utilitas dari kedua belitan transformator ketika dalam keadaan

berbeban. Dengan dioperasikan seperti ini, transformator masih dapat mengirim daya

tiga fasa dengan urutan belitan yang sama, tetapi kapasitas dari transformator

38
berkurang hingga 57,7 persen dari kapasitas total transformator ketika terhubung

delta.

Dengan berkurangnya kapasitas transformator ini maka nilai efisiensi juga

akan berubah. Perubahan nilai efisiensi didapatkan dari berkurangnya daya input

yang masuk ke transformator dan dari terbatasnya beban yang dapat dilayani oleh

transformator ini. Nilai efisiensi didapat dari rumus berikut :

Pout Pout
η= = ...........................................( 3.22 )
Pin Pout + Σrugi 2

dimana : Pin = Daya input transformator

Pout = Daya output transformator

∑ rugi = Pcu + Pi

39
BAB IV

PERBANDINGAN EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA

HUBUNGAN DELTA DAN TRANSFORMATOR TIGA FASA

HUBUNGAN OPEN-DELTA

IV.1 UMUM

Transformator tiga fasa hubungan Open-Delta adalah suatu hubungan belitan

khusus pada transformator tiga fasa. Hubungan belitan ini dilakukan apabila pada

transformator hubungan Delta salah satu belitannya mengalami kerusakan. Dengan

menggunakan dua buah belitannya daya tiga fasa dapat terus disalurkan kepada

konsumen. Akan tetapi daya yang dialirkan berkurang jika dibandingkan dengan

pemakaian transformator tiga fasa hubungan delta.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbandingan efisiensi antara

pemakaian transformator tiga fasa hubungan Delta dan transformator tiga fasa

hubungan Open-Delta. Dalam percobaan ini digunakan beban jenis lampu pijar 40

40
watt yang dirangkai sedemikian rupa dan dengan menggunakan saklar sehingga besar

beban dapat diubah-ubah sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan percobaan dan mengambil

data pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

IV.2 PERSAMAAN-PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM

PENGUJIAN TRANSFORMATOR TIGA FASA

Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik transformator

tiga fasa adalah sama dengan analisa karakteristik pada transformator satu fasa, hanya

saja besarannya diganti dengan besaran tiga fasa.

IV.2.1 Percobaan Beban Nol

Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik beban nol

transformator tiga fasa, terutama adalah rugi-rugi inti transformator tiga fasa tesebut.

Sehingga didapat karkteristik rugi-rugi beban nol terhadap kenaikan tegangan.

Sedangkan arus beban nol yang mengalir ada dua komponen, yaitu :

1. Arus rugi-rugi inti atau arus penguat yaitu arus yang aktif yang dapat

menimbulkan rugi-rugi inti ( Ic = Io Cos Φ ).

2. Arus yang timbul karena adanya fluks yang menimbulkan arus eddy dan arus

hysteresis yang dikenal dengan arus magnetisasi. ( Im = Io Sin Φ ).

41
Pada keadaan beban nol, Io sangat kecil maka rugi-rugi tembaga pada sisi

primer dapat diabaikan, jadi rugi-rugi yang ada praktis hanya rugi-rugi besi.

Daya beban nol dapat dihitung dengan persamaan

Po = V1 Io Cos Φ..........................................( 4.1 )

Dimana, Po = Daya pada beban nol ( rugi-rugi inti ) (watt)

V1 = Tegangan input pada sisi primer (volt)

Io = Arus beban nol (ampere)

Untuk menghitung faktor daya beban nol pada transformator tiga fasa dapat dihitung

sebagai berikut :

P0
Cos φ o = .................................................( 4.2 )
V1 I 0

Untuk mencari besar tahanan pada inti besi adalah :

V1 V1
Rc = = ......................................( 4.3 )
Ic I o Cos φ o

Untuk mencari reaktansi magnetisasi adalah :

V1 V1
Xm = = ......................................( 4.4 )
Im I 0 Sin φ 0

Pada keadaan tanpa beban Po = Physteresis + Peddy current

V0
Dimana Physteresis = K h = , dan Peddy current = Kc V02
f

IV.2.2 Percobaan Hubung Singkat

Dalam percobaan ini terminal sekunder transformator dihubung singkat.

Tujuannya agar didapat karakteristik daya hubung singkat yang merupakan rugi-rugi

42
tembaga kumparan belitan transformator. Dan juga karakteristik tegangan jatuh yang

terjadi akibat adanya arus hubung singkat.

Perhitungan yang digunakan untuk mencari karakteristik hubung singkat

tersebut adalah sebagai berikut :

Untuk mencari impedansi hubung singkst

Dimana R01 = R1 + R2’ dan X01 = X1 + X2’

Sehingga

Vsc
Z 01 = R 01 2 + X 01 2 = ................................................( 4.5 )
I1

Untuk mencari rugi-rugi daya pada kumparan

P = I12 R01.........................................................................( 4.6 )

Sedangkan tegangan jatuh dalam belitan primer dan sekunder adalah

Vsc = Isc Z01.....................................................................( 4.7 )

IV.2.3 Percobaan Berbeban

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik efisiensi dari

transformator tiga fasa tersebut. Perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan

karakteristik transformator tiga fasa berbeban adalah sebagai berikut :

Daya input

Pin = V1 I1 Cos Φ.................................................................( 4.8 )

Daya output

Pout = Pin – rugi-rugi

43
= Pin – Pcu-Pinti

= V1 I1 Cos Φ – I12R01-Pinti...................................( 4.9 )

Berarti daya output lebih rendah daripada daya input, dikarenakan adanya rugi-rugi

didalam transformator tersebut.

Maka efisiensi transformator :

Pout
η= × 100% ................................................................( 4.10 )
Pin

Sedangkan untuk menghitung Voltage Regulation digunakan rumus :

V1 ¬V2
VR = × 100 % ........................................................( 4.11 )
V2

Untuk perhitungan rugi-rugi daya adalah :

Ploss = Pinput – Poutput.............................................................( 4.12 )

IV.3 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Pengukuran ini menggunakan beberapa peralatan, yaitu :

1. Transformator 3 fasa : 50 Hz, 2000 VA 1 Unit

Primer : 36,7 – 63,5 Volt ; 5,3 Ampere

Sekunder : 127 – 220 Volt ; 3,2 Ampere

Terhubung Δ-Δ dan <-< dengan setting trafo step-up

2. LCR multimeter TES 2712 4 Set

3. Wattmeter 3 fasa Yokogawa Electric Works Ltd. 2 Set

4. Lampu Pijar 40 watt 24 Unit

5. Power Supply MV 1300 1 Unit

44
6. Kabel Secukupnya

IV.4 RANGKAIAN PENGUKURAN

1. Rangkaian pengukuran transformator tiga fasa yang terhubung Δ-Δ

adalah seperti berikut ini :

P
P
T V V
A
C
A

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol Hubungan Delta

P
T P
V A
A
C
A

Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat Hubungan Delta

45
P
T P P
V V
Z
A
C
A A

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan Berbeban Hubungan Delta

2. Rangkaian pengukuran transformator tiga fasa yang terhubung Δ-Δ

adalah seperti berikut ini :

P
P
T V V
A
C
A

Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Beban Nol Hubungan Open-Delta

P
T P
V A
A
C
A

Gambar 4.5 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat Hubungan Open-Delta

46
P
T P P
V V
Z
A
C
A A

Gambar 4.6 Rangkaian Percobaan Berbeban Hubungan Open-Delta

3. Sedangkan beban yang digunakan berupa rangkaian lampu yang

dipasang paralel dan menggunakan saklar untuk mengubah-ubah kapasitas beban

sesuai yang diinginkan. Rangkaian beban dapat dilihat dalam gambar 4.7 berikut

ini :

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x

Gambar 4.7 Rangkaian Beban

IV.5 PROSEDUR PENGUKURAN

IV.5.1 Percobaan Beban Nol

47
- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.1 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

3. Naikkan tegangan V1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran

dari Power Supply.

4. Untuk setiap kenaikan tegangan V1 catat pembacaan alat ukur A1, W1 dan V2.

5. Turunkan kembali tegangan V1 dan matikan kembali Power Supply,

multimeter dan wattmeter.

6. Percobaan selesai.

- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.2 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

3. Naikkan tegangan V1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran

dari Power Supply.

4. Untuk setiap kenaikan tegangan V1 catat pembacaan alat ukur A1, W1 dan V2.

5. Turunkan kembali tegangan V1 dan matikan kembali Power Supply,

multimeter dan wattmeter.

6. Percobaan selesai.

48
IV.5.2 Percobaan Hubung Singkat

- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.3 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

3. Naikkan arus I1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran dari

Power Supply.

4. Untuk setiap kenaikan arus I1 catat pembacaan alat ukur V1, W1 dan I2.

5. Turunkan kembali arus I1 dan matikan kembali Power Supply, multimeter dan

wattmeter.

6. Percobaan selesai.

- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.4 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

3. Naikkan arus I1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran dari

Power Supply.

4. Untuk setiap kenaikan arus I1 catat pembacaan alat ukur V1, W1 dan I2.

49
5. Turunkan kembali arus I1 dan matikan kembali Power Supply, multimeter dan

wattmeter.

6. Percobaan selesai.

IV.5.3 Percobaan Berbeban

- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.5 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

3. Atur tegangan pada sisi primer sebesar 50 Volt konstan.

4. Naikkan arus I2 dengan cara mengubah-ubah nilai beban.

5. Untuk setiap kenaikan arus I2 catat pembacaan alat ukur A1, W1, A2, V2 dan

W2 dengan menjaga V1 konstan.

6. Turunkan kembali arus I2 dengan cara mengatur beban.

7. Turunkan kembali tegangan V1 dan matikan seluruh peralatan.

8. Percobaan selesai.

- Hubungan Δ-Δ

Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Rangkai peralatan percobaan seperti gambar 4.6 diatas. Atur range alat ukur

sesuai yang diperlukan, Power Supply dalam keadaan minimum.

2. Hidupkan Power Supply, multimeter dan wattmeter.

50
3. Atur tegangan pada sisi primer sebesar 50 Volt konstan.

4. Naikkan arus I2 dengan cara mengubah-ubah nilai beban.

5. Untuk setiap kenaikan arus I2 catat pembacaan alat ukur A1, W1, A2, V2 dan

W2 dengan menjaga V1 konstan.

6. Turunkan kembali arus I2 dengan cara mengatur beban.

7. Turunkan kembali tegangan V1 dan matikan seluruh peralatan.

8. Percobaan selesai.

IV.6 DATA HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA PERHITUNGAN

Data hasil pengukuran dapat dianalisa dengan menggunakan rumus-rumus

diatas sebagai berikut :

IV.6.1 Data Name Plate Transformator Tiga Fasa

Transformator yang digunakan dalam pengukuran ini merupakan

transformator uji yang digunakan di Laboratorium Konversi Energi Listrik

Departemen Teknik Elektro FT-USU. Adapun data Name Plate yang tertera di badan

transformator adalah sebagai berikut :

Kapasitas Transformator : 2000 VA

Frekuensi : 50 hz

Tegangan sisi primer : 36,7 – 63,5 Volt

Arus sisi primer : 5,3 Ampere

51
Tegangan sisi sekunder : 127 – 220 Volt

Arus sisi sekunder : 3,2 Ampere

IV.6.2 Percobaan Beban Nol

- Hubungan Δ-Δ

Percobaan beban nol diperoleh data sebagai berikut :

No V1 (volt) I1 (amp) P1 (watt) V2 (volt)


1 10 0.17 1.61 36
2 20 0.23 3.12 57
3 30 0.28 5.41 99
4 40 0.35 7.53 129
5 50 0.45 14.3 160
6 60 0.61 19.5 192
7 70 0.96 34.0 225

Tabel 4.1 Data Percobaan Beban Nol Hubungan Delta


Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

P1 1.6
Faktor Daya Transformator Cos φ = = = 0.94
V1 I1 10 × 0.17

Φ = 19.94o ; Sin Φ = 0.341

Arus rugi-rugi besi Ic = I1CosΦ = 0.17 x 0.94 = 0.159 A

Arus rugi-rugi magnetisasi Im = I1SinΦ = 0.17 x 0.341 = 0.057 A

V1 10
Tahanan inti besi Rc = = = 62 .5Ω
Ic 0.159

V1 10
Reaktansi magnetisasi Xm = = = 172 .50 Ω
Im 0.057

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

52
No Cos Φ Rc (Ω) Xm (Ω) Ic (A) Im(A)
1 0.941 62.51 172.51 0.159 0.057
2 0.675 129.78 117.35 0.154 0.170
3 0.641 167.41 139.52 0.179 0.215
4 0.532 215.63 134.91 0.185 0.296
5 0.635 174.97 143.92 0.283 0.347
6 0.532 185.58 116.16 0.323 0.516
7 0.501 145.83 87.19 0.480 0.831

Tabel 4.2 Analisa Data Percobaan Beban Nol Hubungan Delta

Grafik

Rugi-rugi Beban Nol Hubungan Delta

40
35
30
25
P0 (watt)

20 Rugi-rugi Beban Nol


15
10
5
0
0 20 40 60 80
V1 (volt)

Gambar 4.8 Kurva Karakteristik Daya Beban Nol Hubungan Delta

- Hubungan Δ-Δ

53
Percobaan beban nol diperoleh data sebagai berikut :

No V1 (volt) I1 (amp) P1 (watt) V2 (volt)


1 10 0.25 2.00 52
2 20 0.34 5.10 97
3 30 0.42 10.3 139
4 40 0.53 18.5 183
5 50 0.73 33.3 228

Tabel 4.3 Data Percobaan Beban Nol Hubungan Open-Delta

Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

P1 2.0
Faktor Daya Transformator Cos φ = = = 0.8
V1 I1 10 × 0.25

Φ = 36.870 ; Sin Φ = 0.6

Arus rugi-rugi besi Ic = I1CosΦ = 0.25 x 0.8 = 0.2 A

Arus rugi-rugi magnetisasi Im = I1SinΦ = 0.25 x 0.6 = 0.15 A

V1 10
Tahanan inti besi Rc = = = 50Ω
Ic 0.2

V1 10
Reaktansi magnetisasi Xm = = = 66 .67 Ω
Im 0.15

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

No Cos Φ Rc (Ω) Xm (Ω) Ic (A) Im(A)


1 0.80 50.00 66.67 0.2 0.15
2 0.75 78.43 89.12 0.255 0.224
3 0.81 88.18 123.15 0.341 0.243
4 0.87 86.74 154.02 0.461 0.259
5 0.91 75.26 167.05 0.664 0.299

Tabel 4.4 Analisa Data Percobaan Beban Nol Hubungan Open-Delta

54
Grafik

Rugi-rugi Beban Nol Hubungan Open-Delta

35

30

25

P0 (watt)
20
Rugi-rugi Beban Nol
15

10

0
0 20 40 60
V1 (volt)

Gambar 4.9 Kurva Karakteristik Daya Beban Nol Hubungan Open-Delta

Analisa Pengukuran

Dari percobaan beban nol terlihat bahwa transformator tiga fasa hubungan

Delta dan transformator tiga fasa hubungan Open-Delta memiliki rugi-rugi

beban nol. Dari grafik daya beban nol terlihat bahwa rugi-rugi beban nol

semakin besar jika tegangan input semakin tinggi.

IV.6.3 Percobaan Hubung Singkat

- Hubungan Δ-Δ

Percobaan hubung singkat diperoleh data sebagai berikut :

No I1 (amp) V1 (volt) P1 (watt) I2 (amp)


1 0.85 0.62 0.51 0.26
2 1.33 0.99 0.71 0.36
3 2.20 1.50 1.92 0.67
4 3.50 2.37 4.21 1.14
5 4.41 2.97 7.21 1.57
6 5.82 3.80 11.52 1.99

55
Tabel 4.5 Data Percobaan Hubung Singkat Hubungan Delta

Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

V1 0.62
Impedansi hubung singkat Z ek = = = 0.72 Ω
I1 0.85

P1 0.5
Tahanan hubung singkat R ek = 2 = = 0.692Ω
I1 0.852

Reaktansi hubung singkat Z ek = Z ek 2 ¬R ek 2 = 0.72 2 ¬ 0.692 2 = 0.198Ω

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

No Zek (Ω) Rek (Ω) Xek (Ω)


1 0.72 0.692 0.198
2 0.74 0.395 0.625
3 0.68 0.392 0.555
4 0.67 0.342 0.576
5 0.67 0.370 0.558
6 0.65 0.339 0.554
Tabel 4.6 Analisa Data Percobaan Hubung Singkat Hubungan Delta

Grafik

56
Rugi-rugi Hubung Singkat Hubungan Delta

14

12

10

Psc (watt)
8
Rugi-rugi Hubung
6 Singkat

0
0 2 4 6 8
Isc (amp)

Gambar 4.10 Kurva Karakteristik Daya Hubung Singkat Hubungan Delta

- Hubungan Δ-Δ

Percobaan hubung singkat diperoleh data sebagai berikut :

No I1 (amp) V1 (volt) P1 (watt) I2 (amp)


1 1.60 1.46 2.0 0.46
2 2.86 2.57 6.3 0.81
3 3.33 3.12 9.4 0.98
4 4.59 4.21 17.3 1.37
5 5.58 5.02 24.2 1.65
Tabel 4.7 Data Percobaan Hubung Singkat Hubungan Open-Delta

Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

V1 1.46
Impedansi hubung singkat Z ek = = = 0.912 Ω
I1 1.60

P1 2.0
Tahanan hubung singkat R ek = 2 = = 0.781Ω
I1 1.60 2

57
Reaktansi hubung singkat

Z ek = Z ek 2 ¬R ek 2 = 0.912 2 ¬ 0.7812 = 0.471Ω

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

No Zek (Ω) Rek (Ω) Xek (Ω)


1 0.912 0.781 0.471
2 0.898 0.770 0.462
3 0.936 0.847 0.398
4 0.917 0.821 0.408
5 0.899 0.777 0.452
Tabel 4.8 Analisa Data Percobaan Hubung Singkat Hubungan Open-Delta

Grafik

Rugi-rugi Hubung Singkat Hubungan Open Delta

30

25

20
Psc (watt)

Rugi-rugi Hubung
15
Singkat
10

0
0 2 4 6
Isc (amp)

Gambar 4.11 Kurva Karakteristik Daya Hubung Singkat Hubungan Open-Delta

Analisa Pengukuran

Dari percobaan hubung singkat dapat kita ketahui bahwa baik pada

transformator tiga fasa hubungan Delta maupun transformator tiga fasa

hubungan Open-Delta terlihat bahwa rugi-rugi daya hubung singkat semakin

58
besar jika arus yang mengalir pada kumparan transformator semakin besar

juga.

IV.6.4 Percobaan Berbeban

- Hubungan Δ-Δ

Percobaan berbeban diperoleh data sebagai berikut :

V1 = 50 Volt

No I1 (amp) P1 (watt) V2 (volt) I2 (amp) P2 (watt)


1 2.12 82 196 0.51 80
2 3.66 145 194 0.99 138
3 5.14 215 194 1.44 200
4 7.00 290 192 2.02 285
5 8.65 370 192 2.53 360
6 10.2 425 190 3.01 415
Tabel 4.9 Data Percobaan Berbeban Hubungan Delta

Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

Rugi-rugi transformator Losses = P1 – P2 = 82 – 80 = 2 watt

P2 80
Efisiensi Transformator η= × 100% = × 100% = 97.56%
P1 82

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

No Losses (watt) η (%)


1 2 97.56
2 7 95.17
3 15 93.02
4 5 98.27
5 10 97.29

59
6 10 97.64
Tabel 4.10 Analisa Data Percobaan Berbeban Hubungan Delta

- Hubungan Δ-Δ

Percobaan berbeban diperoleh data sebagai berikut :

V1 = 50 Volt

No I1 (amp) P1 (watt) V2 (volt) I2 (amp) P2 (watt)


1 2.30 180 224 0.50 155
2 3.94 320 220 1.01 300
3 5.49 450 214 1.50 435
4 6.96 560 204 1.96 540
5 8.47 700 203 2.43 665
6 9.80 840 203 2.92 800
Tabel 4.11 Data Percobaan Berbeban Hubungan Open Delta

Analisa Data :

Contoh untuk data No.1

Rugi-rugi transformator Losses = P1 – P2 = 180 – 155 = 25 watt

P2 155
Efisiensi Transformator η= × 100% = × 100% = 86.11%
P1 180

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel

analisa data sebagai berikut :

No Losses (watt) η (%)


1 25 86.11
2 20 93.75
3 15 96.67
4 20 96.42
5 35 95.00

60
6 40 95.23
Tabel 4.12 Analisa Data Percobaan Berbeban Hubungan Open-Delta

Grafik

Losses

45
40
35
Losses (watt)

30
25 Open Delta
20 Delta
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Switch Beban

Efisiensi

100
98
96
94
Efisiensi

92
Delta
90
Open-Delta
88
86
84
82
80
1 2 3 4 5 6
Switch Beban

Gambar 4.12 Perbandingan Losses dan Efisiensi Delta dan Open-Delta

Analisa Pengukuran

1. Dari grafik percobaan berbeban dapat kita ketahui bahwa nilai Losses pada

transformator tiga fasa hubungan Open-Delta lebih besar daripada Losses

pada transformator tiga fasa hubungan Delta.

61
2. Dari grafik dapat juga kita ketahui bahwa nilai efisiensi transformator tiga

fasa hubungan Open-Delta lebih kecil daripada efisiensi transformator tiga

fasa hubungan Delta.

BAB V

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

62
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada percobaan beban nol, baik hubungan Delta maupun hubungan Open-

Delta semakin besar harga V0 maka akan semakin besar juga harga I0 dan

rugi-rugi inti (P0).

2. Perbandingan tegangan pada percobaan beban nol hubungan Open-Delta lebih

besar dibandingkan dengan percobaan beban nol hubungan Delta.

Perbandingan Open Delta dengan Delta adalah 4.7 : 3.2

3. Pada percobaan hubung singkat, semakin besar harga I1 maka nilai Isc dan

rugi-rugi hubung singkat (Psc) juga semakin besar.

4. Untuk setiap percobaan berbeban, kenaikan harga I2 akan diikuti dengan

kenaikan harga I1, P1 dan P2 akan semakin besar dengan menjaga tegangan

input pada primer tetap konstan.

5. Nilai Losses pada percobaan berbeban hubungan Open-Delta lebih besar

dibandingkan nilai Losses percobaan berbeban hubungan Delta.

6. Nilai efisiensi pada percobaan berbeban hubungan Open-Delta lebih kecil

dibandingkan nilai efisiensi percobaan berbeban hubungan Delta.

DAFTAR PUSTAKA

63
1. Chapman, Stephen J, ”Electric Machinery Fundamentals”, 3rd Edition, Mc

Graw – Hill Book Company, Singapore, 1999.

2. Gonen, Turan, “Electric Power Distribution System Engineering”, Mc Graw-

Hill Book Company, Singapore 1986.

3. Sumanto, MA, Drs., “Teori Transformator”, Penerbit Andi Offset,

Yogyakarta, 1997.

4. Theraja, B.L, ”A Text-Book Of Electrical Technology”, Nurja Construction &

Development, New Delhi, 1989.

5. Wildi, Theodore, ”Electrical Machines, Drives And Power System”, Prentice

Hall International, Liverpool, 1983.

6. Wijaya, Mochtar, ”Dasar-Dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta,

2001.

7. Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi ke-5,

Penerbit Gramedia, Jakarta, 1995.

64

You might also like