You are on page 1of 53

TIGA PULUH (30) PENGERTIAN KREATIVITAS MENURUT PARA AHLI

1.Pengertian atau Definisi Kreativitas Menurut Para Ahli


1) Pengertian Kreativitas Menurut Conny R Semiawan: Menurut Conny R Semiawan (2009: 44) kreativitas adalah
modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang
dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.
2) Pengertian Kreativitas Menurut Utami Munandar : Menurut Utami Munandar (2009: 12), bahwa kreativitas
adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan
data, informasi, atau unsur-unur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari
lingkungan masyarakat.
3) Pengertian Kreativitas Menurut Barron: Menurut Barron yang dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 44) kreativitas
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
4) Pengertian Kreativitas Menurut Guilford: Guilford yang dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 44) menyatakan
bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai seorang kreatif.
5) Pengertian Kreativitas Menurut Rogers: Rogers (Utami Munandar, 1992: 51) mendefinisikan kreativitas
sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu
yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
6) Pengertian Kreativitas Menurut Dreavdahl: Demikian juga dreavdahl (Hurlock, 1978: 325) yang dikutip dari
Ngalimun dkk (2013: 45) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi
dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud kreativitas imanjenatif atau sintesis yang mungkin melibatkan
pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada
pada situasi sekarang. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinzlai.
7) Pengertian Kreativitas Menurut Jawwad: Menurut Jawwad (2004) dikutip dari Kemendikbud (2011: 28)
kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru, serta memungkinkan untuk
diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, keolah ragaan, kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang
melimpah.
8) Pengertian Kreativitas Menurut Chandra : Menurut Chandra (1994) dikutip dari Kemendikbud (2011: 28)
kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan
pengungkapan unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
9) Pengertian Kreativitas Menurut Maslow: Maslow (dalam Schultz, 1991) dikutip dari Kemendikbud (2011)
menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu
cara yang tidak berprasangka, dan langsung melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan
suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.
10) Pengertian Kreativitas Menurut Widayatun: Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah,
yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
11) Pengertian Kreativitas Menurut James R. Evans: Kreativitas adalah keterampilan untuk menentukan pertalian
baru, melihat subjek perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang
telah tercetak dalam pikiran
12) Pengertian Kreativitas Menurut Santrock: Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu
dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
13) Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan: Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa
ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.
14) Pengertian Kreativitas Menurut Munandar: Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan,
memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
15) Pengertian Kreativitas Menurut Utami Munandar: Menurut Utami Munandar (2011: 29) memberikan batasan
sebagai berikut, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau
unsur-unsur yang ada. Dalam hal ini, Munandar mengartikan bahwa kreativitas sesungguhnya tidak perlu
menciptakan hal-hal yang baru, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada atau sudah
dikenal sebelumnya, adalah semua pengalaman yang telah diperoleh seorang selama hidupnya termasuk segala
pengetahuan yang pernah diperolehnya. Oleh karena itu, semua pengalaman memungkinkan seseorang mencipta,
yaitu dengan menggabung-gabungkan (mengkombinasikan) unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang baru. Kreativitas
(berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berkreasi berdasarkan data atau informasi yang tersedia
dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada
kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Jawaban-jawaban yang diberikan harus sesuai dengan
masalah yang dihadapi dengan memperhatikan kualitas dan mutu dari jawaban tersebut. Berpikir kreatif dalam
menjawab segala masalah adalah dengan menunjukkan kelancaran berpikir (dapat memberikan banyak jawaban),
menunjukkan keluwesan dalam berpikir (fleksibilitas), memberikan jawaban yang bervariasi, dan melihat suatu
masalah dari berbagai sudut tinjauan. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalias dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
16) Pengertian Kreativitas Menurut NACCCE: Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and
Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru
dan bernilai.
17) Pengertian Kreativitas Menurut Feldman: Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas
adalah: “the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of
endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.”
18) Pengertian Kreativitas Menurut Munandar: Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu
hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain
itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang
mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.
19) Pengertian Kreativitas Menurut Rhodes: Rhodes (dalam Munandar, 2009) menganalisis lebih dari 40 definisi
tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person),
proses, produk, dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Berikut beberapa definisi
tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar:
20) Pengertian Kreativitas Menurut kamus Webster: Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu (2007:9) kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat
imajinatif.
21) Pengertian Kreativitas Menurut KBBI: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan.
22) Pengertian Kreativitas Menurut James J. Gallagher: Menurut James J. Gallagher dalam Yeni Rachmawati
(2005:15) mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual crates new ideas or products, or
recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her “ (kreativitas merupakan suatu proses
mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya
yang pada akhirnyakan melekat pada dirinya).
23) Pengertian Kreativitas Menurut Supriadi: Menurut Supriadi dalam Yeni Rachmawati (2005:15) mengutarakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang tealah ada. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi,
diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara tahap perkembangan. Kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan atau daya cipta (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 456), kreativitas juga dapat bermakna sebagai
kreasi terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab kreativitas suatu proses mental yang unik untuk menghasilkan
sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil. Kreativitas merupakan kegiatan otak yang teratur komprehensif, imajinatif
menuju suatu hasil yang orisinil.
24) Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan: Menurut Semiawan dalam Yeni Rachmawati (2005:16)
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya
dalam pemecahan masalah.
25) Pengertian Kreativitas Menurut Chaplin: Menurut Chaplin dalam Yeni Rachmawati (2005:16) mengutarakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau, dalam permesinan, atau dalam
pemecahan masalah-masalah dengan metode-metode baru.
26) Pengertian Kreativitas Menurut Utami Munandar: Sedangkan menurut Utami Munandar (1992:47) kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”.
27) Pengertian Kreativitas Menurut Clarkl Monstakis: Sedangkan menurut Clarkl Monstakis dalam Munandar
(1995:15) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan
identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam dan orang lain.
28) Pengertian Kreativitas Menurut Kuper dan Kuper: Menurut Kuper dan Kuper dalam Samsunuwiyati Mar’at
(2006:175) Kreativitas merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi-dimensial, sehingga sulit didefinisikan
secara operasional. Definisi sederhana yang sering digunakan secara luas tentang kreativitas adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Wujudnya adalah tindakan manusia. Melalui proses kreatif yang berlangsung
dalam benak orang atau sekelompok orang, produk-produk kreatif tercipta.
29) Pengertian Kreativitas Menurut Hasan dan Azis Nik: Menurut Hasan (1989) dan Nik Azis, (1994), bahwa
termiologi kreatif berasal daripada perkataan Latin 'creare' yang bermaksud untuk membuat to make. Ketika bahasa
Greek pula, Krainein yang membawa makna memenuhi. Dalam bahasa Inggris disebut 'create' atau 'cipta' dalam
bahasa Melayu.
30) Pengertian Kreativitas Menurut Sternberg: Menurut Sternberg bahwa definisi kreatif adalah seorang yang dapat
berpikir secara sintesis artinya dapat melihat hubungan-hubungan di mana orang lain tidak mampu melihatnya yang
mempunyai kemampuan untuk menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya
pribadinya, mampu menterjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide praktis, sehingga individu
mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang akan dikerjakannya.

a) Definisi Pribadi
Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2009) Tindakan kreatif merupakan hal muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam
“three-facet model of creativity” oleh Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan
yang khas antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian.

b) Definisi Proses
Definisi proses dikemukakan oleh Torrance (dalam Munandar, 2009) yang pada dasarnya menyerupai langkah-
langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, membuat dugaan
dan memformulasikan hipotesis, merevisi dan memeriksa kembali hibgga mengkomunikasikan hasil.

c) Definisi Produk
Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (dalam Munandar, 2009) kreativitas adalah
kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru. Rogers (Munandar,2009) menekankan produk kreatif harus
bersifat observable, baru, dan merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

d) Definisi Press
Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif
dirumuskan sebagai inisiatif yang dihasilkan individu dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang
biasa.

Guilford (dalam Purwanto, 2008) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu operasi mental dalam model
struktur intelektual yang dinamakan kemampuan berpikir divergen. Oleh karena intelegensi dalam struktur intelektual
Guilford mempunyai tiga dimensi yaitu operasi, bahan dan produk

a) Operasi
Proses atau operasi berpikir dalam struktur intelektual Guilford mempunyai lima faktor, yaitu kognisi, memori, berpikir
konvergen, berpikir divergen, dan evaluasi. Dari segi operasi, kreativitas berpikir adalah kemampuan menghasilkan
secara divergen yang merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual Guilford. Kreativitas
melibatkan berpikir divergen yang merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan
tidak biasa. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang mampu menghasilkan jawaban
yang bervariasi dari suatu masalah. Dalam berpikir divergen, pemikiran menyimpang dari jalan yang telah dirintis
sebelumnya dan mencari variasi. Pemikiran melampaui dari apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa
jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah, bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Dalam memecahkan
masalah, pemikir divergen mengajukan beberapa solusi. Dengan kemampuan itu, dia mampu menghasilkan sesuatu
yang berbeda

b) Bahan
Dalam model struktur intelektual Guilford, intelegensi mengolah bahan berupa figural, simbol, semantik dan perilaku.
Proses berpikir divergen hanya mengolah bahan berupa figural dan simbolik, sehingga kreativitas berpikir
mempunyai dua jenis konten yaitu figural atau visual dan simbolik atau verbal. Menurut Guilford (dalam Purwanto,
2008), tes untuk mengukur kreativitas berpikir akan berbentuk figural dan simbolik dengan indikator berupa unit,
kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008) kreativitas
berpikir merupakan proses berpikir divergen secara figural dan simbolik untuk menghasilkan enam jenis produk.

c) Produk
Operasi kemampuan berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbolik menghasilkan enam jenis
produk yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi (Guilford dalam Purwanto, 2008).
• Pertama, unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan dengan memberi bahan dasar yang darinya
sebanyak mungkin objek nyata diminta dibuat. Dalam bentuk figural, pertanyaan dapat dilakukan dengan meminta
peserta membuat sebanyak mungkin gambar objek nyata dari sebuah lingkaran dalam waktu tertentu. Dalam bentuk
simbolik, kemampuan ini diukur dengan meminta peserta membuat sebanyak mungkin kata dengan aturan tertentu.
Misalnya, buatlah sebanyak mungkin kata yang berhuruf awalan p dan berhuruf akhir m dalam waktu satu menit.
• Kedua, kelas adalah kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau golongan ke kelas atau
golongan lain. Secara figural kemampuan ini dapat diukur dengan memberikan dua atau lebih garis dan meminta
peserta membuat kombinasi gambar sebanyak mungkin. Dalam bentuk simbol, kemampuan ini diukur dengan
memasangkan beberapa hewan atau benda dengan sifat-sifatnya sebanyak mungkin dalam waktu tertentu.
• Ketiga, hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan dari dua hal. Misalnya, dari angka
1, 2, 3, 4 dan 5, kombinasikan dengan sebanyak mungkin cara sehingga hasil jumlahnya 7.
• Keempat, sistem melibatkan urutan rasional dari langkah-langkah yang bermakna. Untuk mengukur
kemampuan ini secara figural dapat dilakukan dengan meminta peserta tes mengorganisasikan beberapa gambar
visual sehingga membentuk objek nyata. Misalnya, dari lingkaran, segi empat dan segi tiga, buatlah sebanyak
mungkin gambar yang merupakan kombinasi ketiga bangun dan berilah nama. Pengukuran secara simbolik dapat
dilakukan dengan meminta peserta tes menyusun kalimat sebanyak mungkin dengan kata-kata yang ditentukan
huruf awalnya. Misalnya, buatlah dalam waktu satu menit sebanyak mungkin kalimat dengan tiga kata yang huruf
awalnya M_ E_ P_.
• Kelima, transformasi melibatkan kemampuan mengubah strategi ketika suatu strategi mengalami jalan
buntu. Kemampuan ini dapat diukur dengan meminta peserta memanipulasi objek yang diberikan kepadanya dengan
sebanyak mungkin cara.
• Keenam, implikasi adalah kemampuan membuat antisipasi dan prediksi terhadap keadaan-keadaan
tertentu di masa yang akan datang. Implikasi diukur secara figural dengan misalnya meminta peserta tes membuat
dekorasi tambahan atas suatu bangun. Secara simbolik, kemampuan implikasi diukur misalnya dengan
menghadapkan peserta tes dengan dua persamaan matematika dan memintanya membuat kombinasi sebanyak
mungkin dua persamaan itu dalam persamaan baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan individu
untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun yang kombinasi, berbeda, unik tergantung dari pengalaman
yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk
mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan
antara diri individu dan lingkungannya dengan baik.
Kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru
di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang
dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan
aktivitas kreatif. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses
berpikir yang lancar, lentur dan orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru,
indah, efisien, dan bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam
memecahkan suatu masalah.

Beberapa uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun
kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Beberapa teknik untuk memacu timbulnya kreativitas menurut Nursito (1999: 34) : a) aktif membaca, b) gemar
melakukan telaah, c) giat berapresiasif, d) mencintai nilai seni, e) resprektif terhadap perkembangan, f) menghasilkan
sejumlah karya, g) dapat memberikan contoh dari hal-hal yang dibutuhkan orang lain.

Dalam bidang olahraga kreativitas dapat diartikan dengan kemampuan berpikir secara lancar, lentur, dan orisinal
dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan bermakna baik pada
olah raga tari, olah raga musik, olah raga rupa sehingga mampu menemukan suatu cara baru dalam memecahkan
masalah yang ditemui pada bidang olah raga yang ditekuni. Selanjutnya Gowan (2011: 51) menjelaskan kreativitas
kaitannya dengan keberbakatan menyatakan bahwa keberbakatan adalah hasil dari berfungsinya secara total otak
manusia, sehingga kreativitas pun adalah pernyataan tertinggi keberbakatan bisa di teliti dari dasar biologis otak.

Iklim yang mendukung kreativitas di antaranya keterbukaan dilingkungan rumah, persuasive, tidak otoriter,
memotivasi, menghargai anak baik kelebihan maupun kekurangannya, memberi kebebasan terpimpin, menghindari
hukuman yang berlebihan, dan memberi kesempatan terbuka untuk memberi pengalaman. Minat anak dipupuk
sejak kecil merupakan modal untuk selanjutnya, anak senang terhadap sesuatu yang diminati merupakan awal
dan sukses di kemudian hari. Anak melakukan observasi, eksperimen, dan bertanya, mengerjakan hal-hal yang
rumit, tekun dan ulet dalam memecahkan masalah, serta mencoba dan mencoba lagi dalam aktivitas hidup sehari-
hari ini sebagai pertanda anak mempunyai kreativitas sejak dini. Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen)
adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah, tetapi jawaban
itu harus relevan dengan masalahnya.

2.Ciri-Ciri Kreativitas
Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004: 19) dalam Nurhayati (2011: 10),
disebutkan ciri kreativitas antara lain : a) menunjukan rasa ingin tahu yang luar biasa, b) menciptakan berbagai
ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, c) sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, d)
berani mengambil resiko, e) suka mencoba, f) peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungan.

Menurut Conny R. Semiawan (2009: 136) ciri-ciri kreativitas adalah: a) berani mengambil resiko, b)
memainkan peran yang positif berfikir kreatif, c) merumuskan dan mendefinisikan masalah, d) tumbuh kembang
mengatasi masalah, e) toleransi terhadap masalah ganda (ambigutiy), f) menghargai sesama dan lingkungan sekitar.

Menurut Utami Munandar (2009: 10) ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif
(aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri nonkognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.
Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun non- kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk
dipupuk dan dikembangkan.

Menurut David Cambel dalam Bambang Sarjono (2010: 9)


1. Kelincahan mental berpikir dari segala arah dan kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan-
gagasan, konsep, lambang-lambang, kata-kata dan khususnya melihat hubungan- hubungan yang tak bisa antara
ide-ide, gagasan-gagasan, dan sebagainya. Berpikir ke segala arah (convergen thinking) adalah kemampuan untuk
melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan fakta yang penting serta memgarahkan
fakta itu pada masalah atau perkara yang dihadapi.
2. Kelincahan mental berpikir ke segala arah (divergen thinking) adalah kemampuan untuk berpikir dari satu
ide, gagasan menyebar ke segala arah.
3. Fleksibel konseptual (conseptual fleksibility) adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara
pandang, pendekatan, kerja yang tidak selesai.
4. Orisinilitas (originality) adalah kemampuan untuk memunculkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang
tidak lazim (meski tidak selalu baik) yang jarang bahkan “mengejutkan”
5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas. Dari penyelidikan ditemukan bahwa pada umumnya
orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan dari pada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan,
cenderung pada tali- temalinya (complexity) dari yang sederhana (simplixity).
6. Latar belakang yang merangsang. Orang –orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan
orang-orang yang dapat menjadi contoh dalam bidang tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan pengembangan ilmu
serta penerapannya, dan dalam suasana ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang
digumuli.
7. Kecakapan dalam banyak hal. Para manusia kreatif pada umumnya banyak minat dan kecakapan dalam
berbagai bidang (multiple skill).
Menurut Utami Munandar (2009: 31) pentingnya pengembangan kreativitas ini memiliki empat alasan, yaitu
:
1. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk
salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 2009) kreativitas juga merupakan
manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.
2. Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan untuk
menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran dalam pendidikan (Guilford, 1967). Di sekolah yang
terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berpikir logis).
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungannya tetapi juga memberi
kepuasan pada individu.
4. Kreativitaslah yang memungkinan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan
untuk menciptakan ide, gagasan, dan berkreasi untuk memecahkan masalah atau mengatasi permasalahan secara
spontanitas. Ciri kreativitas atau orang kreatif secara garis besar menurut para ahli dapat disimpulkan, yaitu :
memiliki kemampuan dalam melihat masalah, memiliki emampuan menciptakan ide atau gagasan untuk
memecahkan masalah, terbuka pada hal-hal baru serta menerima hal-hal tersebut.

3.Tahapan Kreativitas
Menurut model Wallas, yang dikutip oleh Solso (1991), dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 52) kreativitas
muncul dalam empat tahap sebagai berikut :

a) Tahap Persiapan
Merupakan tahapan awal yang berisi kegiataan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan,
melihat hubungan antara hiptesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru
menjajaki kemungkinan- kemungkinan. Sampai batas tertentu keseluruhan pendidikan, latar belakang umum dan
pengalamanhidup turut menyumbang proses persiapan menjadi kreatif.
b) Tahap inkubasi
Masa inkubasi dikenal luas sebagai tahap istrirahat, masa menyimpan informasi yang sudah dikumpulkan, lalu
berhenti dan tidak lagi memusatkan diri atau merenungkannya. Kreativitas merupakan hasil kemampuan pikiran
dalam mengaitkan berbagai gagasan, menhasilkan sesuatu yang bary dan unik.dalam proses mengaitkan ide,
pikiran sebenarnya melakukan proses, termasuk berikut ini :
1. Menjajarkan : mengambil satu gagasan dan mengadunya dengan ide lain, dari kontras muncul ide baru.
2. Memadukan : meminjam sifat aspek dari dua ide dan menyatukannya untuk bersama-sama membentuk ide
baru.
3. Menyusun atau memilih : menggabungkan banyak ide untuk membentuk suatu sintesis dipuncak atau
dasar, ide yang benar-benar bary, yang menyatukan seluruh elemen.
4. Mengitari : dimulai dengan gambaran kabur ide baru, kemudian mempersempitnya pilihan untuk
mendapatkan suatu konsep pokok yang manjur.
5. Membayangkan : menggunakan imajinasi dan fantasi untuk menghasilkan ide baru dari ide lama.

c) Tahap Pencerahan
Tahap pencerahan dikenal luas sebagai pengalaman eureka atau “Aha”, yaitu saat inspirasi ketika sebuag gagasan
baru muncul dalam pikiran, seakan-akan dari ketiadaaan untuk menjawab tantangan kreatif yang sedang dihadapi.

d) Tahap Pelaksanaan/Pembuktian
Pada tahap ini titik tolaj seseorang member bentuk pad aide atau gagasan baru, untuk menyakinkan bahwa gagasan
tersebut dapat diterapkan. Dalam tahap ini ada gagasan yang dapat berhasil dengan cepat dan ada pula yang perlu
waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
4.Asumsi Tentang Kreativitas
Menurut Dedi Supriadi (1994 : 15). Ada enam asumsi tentang kreativitas, yaitu :
1. Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda beda. Tidak ada orang yang sama
sekali tidak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana menggembangkan kreativitas. Dikemukakan
oleh Devito (1971: 213 – 216) bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang
dengan kemampuan yang berbeda-beda. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat
dikembangkan dan dipupuk.
2. Kreativitas dinyatakan dalam bentuk-bentuk produk-produk kreatif, baik berupa benda maupun
gagasan.produk kreatif merupakan “criteria puncak” untuk memiliki tinmggi rendahnya kreativitas seseorang.
3. Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan
lingkungan (eksternal). Pada setiap orang peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut
juga sebagai asumsi interaksional (Stain,1967) atau sosial-psikologi (Amabilic,1983, Sumonto, 1975) yang
memandang kedua faktor tersebut secara komplementar. Artinya kreativitas berkembang berkat serangkaian proses
interaksi sosial individu dengan potensi kreatifnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial-budaya
temapat ia hidup.
4. Dalam diri seorang dan lingkunganya terdapat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang
perkembangan kreativitas itu. Faktor-faktor tersebut dapat diindentifikasikan persamaan dan perbedaanya pada
kelompok individu atau antara individu yang satu denga yang lain.
5. Kreativitas seseorang tidak berlangasung dalam bervakuman, melainkan didahului oleh dan merupakan
pengembangan dari hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkaya sebelumnya. Jadi kreativitas merupaka
kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak
hanya lahir karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecapakan, ketrampilan.
6. Karya kreatif tidak hanya lahir karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang
menuntut kecakapan, ketrampilan dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang menentukam prestasi seseorang,
yaitu motivasi atau komitmen yang tinggi, ketrampilan dalam bidang yang ditekuninya dan kecakapan kreatif.

5.Konsep Tentang Kreativitas


Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan (Utami Munandar 1992 : 47).
Definisi Kreativitas dari Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,
mengemukakan kreativitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari
semua fungsi dasar manusia yaitu: berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking, feelings,
sensing and intuiting).

6.Aspek-aspek kreativitas
Pada dasarnya manusia mempunyai potensi-potensi untuk kreatif, tergantung bagaimana mengembangkan
dan menumbuhkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif menurut pendapat para ahli psikologi antara lain
adalah imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin tahu yang kuat, ingin
mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta berani
dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri. (Munandar, 2009).
Perbedaan ciri sifat antara individu satu dengan yang lain akan meyebabkan perbedaan cara penyesuaian
terhadap lingkungan, misalnya cara pemecahan masalah. Pada individu yang kreatif akan tampak beberapa ciri sifat
yang berbeda dibanding individu yang kurang kreatif, yang pada prinsipnya akan menunjukkan individualitas yang
kuat. Ciri sifat tersebut diantaranya adalah sifat mandiri, keberanian mengambil resiko, minat yang luas serta
dorongan ingin tahu yang kuat.

Dalam kreativitas banyak aspek yang berpengaruh dalam mengembangkan kreativitas yang juga dapat
membedakan antara individu satu dengan yang lainnya, seperti yang di kemukakan menurut Guilford (Munandar,
2009;
Kauffman & Stenberg, 2006) meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang
berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
• Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan secara cepat.
Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
• Flexibility, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah,
kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi,
dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-
beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah
orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan
menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
• Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli.
• Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk melihat gagasan atau detail yang
nampak pada objek (respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan
dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik.
Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan
dari dalam berbuat sesuatu :
1. Rasa ingin tahu
2. Bersifat imajinatif
3. Merasa tertantang oleh kemajemukan
4. Berani mengambil risiko
5. Sifat menghargai.
Menurut Ellis dan Hunt, Woolfolk dan Nicolich, Good dan Brophy, Winkel dan Rakhmat, kreativitas
diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses
berpikir. Skor kreativitas adalah skor gabungan dari ketiga unsur tersebut (Purwanto,, 2008)

Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak gagasan alternatif


pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif
pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy
(dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam
waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan
menyebutkan sebanyak mungkin.
Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian jawaban dengan
masalahnya Menurut Ellis dan Hunt (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak
alternatif pemecahan masalah sesuai dengan perangkat yang dipersyaratkan.
Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi
informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan
masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy
(dalam Purwanto, 2008), keluwesan dapat mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang
digunakan, jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama
dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (dalam Purwanto, 2008) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan
mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat
suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan.
Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan mampu
melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk
menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang
diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa
atau unik. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2008), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang
yang menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (dalam Purwanto, 2008) memberikan kriteria mengenai
keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil
tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5% dari
kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1% dari kelompok bersifat unik (Purwanto,
2008). Munandar (1999) mengungkapkan bahwa kriteria orisinalitas setidaknya diberikan oleh lebih sedikit dari 9%
persen jumlah subjek penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, aspek yang digunakan untuk melihat kreativitas dalam penelitian ini yaitu
fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), dan elaboration (elaborasi).
KONSEP KREATIVITAS
Posted: April 20, 2011 in Uncategorized

PENDAHULUAN
Pengertian Kreativitas

Utami Munandar
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang
ada. Dalam hal ini, Munandar mengartikan bahwa kreativitas sesungguhnya tidak perlu menciptakan hal-hal yang
baru, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, adalah
semua pengalaman yang telah diperoleh seorang selama hidupnya termasuk segala pengetahuan yang pernah
diperolehnya. Oleh karena itu, semua pengalaman memungkinkan seseorang mencipta, yaitu dengan menggabung-
gabungkan (mengkombinasikan) unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang baru. Kreativitas (berpikir kreatif atau
berpikir divergen) adalah kemampuan berkreasi berdasarkan data atau informasi yang tersedia dalam menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Jawaban-jawaban yang diberikan harus sesuai dengan masalah yang
dihadapi dengan memperhatikan kualitas dan mutu dari jawaban tersebut. Berpikir kreatif dalam menjawab segala
masalah adalah dengan menunjukkan kelancaran berpikir (dapat memberikan banyak jawaban), menunjukkan
keluwesan dalam berpikir (fleksibilitas), memberikan jawaban yang bervariasi, dan melihat suatu masalah dari
berbagai sudut tinjauan. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalias dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

Mary Mayesky
Kreativitas adalah proses membawa sesuatu yang baru menjadi suatu hasil. Kreativitas adalah sebuah cara berpikir
dan bertindak atau membuat sesuatu yang orisinal untuk diri sendiri dan bernilai bagi orang lain. Kreativitas berawal
di dalam pemikiran seseorang dan biasanya merupakan hasil dari bentuk sebuah ekspresi yang dapat dilihat,
didengar, dicium, dirasakan, atau dirasa.

Wikipedia
Kreativitas adalah sebuah proses mental meliputi penemuan ide baru atau konsep atau sebuah hubungan baru dari
idea tau konsep yang sudah ada, dihasilkan berdasarkan proses dari pemikiran yang secara sadar ataupun tidak
sadar

Clark Moustatis
Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

Conny R. Semiawan
Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Carl Rogers (1982)


Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang
dan menjadi matang ,kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Proses kreatif sebagai “munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu
pihak dan dari kejadian,orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak.”

David Campbell
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: 1) Baru (novel): inovatif, belum ada
sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan. 2)Berguna (useful): lebih enak , lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/ banyak. 3)Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat
dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.

Britannica Concise Encyclopedia

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru melalui kemampuan imajinasi, sebuah solusi
baru untuk sebuah masalah, sebuah metode baru atau alat, atau sebuah objek atau bentuk baru yang artistik.

Children’s Health Encyclopedia

Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan desain baru, membuat karya seni, menyelesaikan
masalah menggunakan penyelesaian baru, atau mengembangkan ide dasar yang orisinal, baru atau pendekatan
secara tidak sadar. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat sesuatu di sebuah pemikiran baru, untuk melihat
dan menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda, dan terlibat dalam pengalaman mental dan fisik yang baru,
unik, atau berbeda.

Hurlock 1978

Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru apakah suatu gagasan atau suatu objek
dalam suatu bentuk atau suatu susunan yang baru

Alvian 1983

Kreativitas adalha suatu proses upaya manusia atua bangsa untuk membangun dirinya dalalm berbagai aspek
kehidupannya. Tujuan pembengunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik.

Selo Soemardjan 1983

Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh
masyarakat) yang tercermin dari kemampuanya untuk menciptakansesuatu yang baru.

Solso (1998)

Kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.

Drevdal (1999)

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada
dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.

Parnes (1963)

Kreativitas adalah proses berfikir dan merespon yang melibatkan hubungan dengan pengalaman sebelumnya,
respon terhadap rangsangan yang berupa objek, symbol, ide-ide, orang maupun situasi dan menghasilkan paling
tidak satu kombinasi yang unik.

Berdasrakan pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa Kreativitas adalah proses berpikir dan bertindak untuk
menciptakan atau menyusun gagasan baru, baik yang benar-benar baru (belum ada sebelumnya) ataupun yang
merupakan kombinasi dari unsur/elemen yang sudah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru, dapat berupa
ide pemikiran maupun produk, yang bersifat unik, orisinil, berbeda dari sebelumnya sehingga dapat dijadikan
sebagai pemecahan masalah ataupun dirasakan, dilihat, dinikmati dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan/atau
orang lain.

NEUROBIOLOGI DALAM KREATIVITAS

Proses pemikiran untuk menyelesaikan masalah secara efektif melibatkan otak kiri atau otak kanan. Pemecahan
masalah adalah kombinasi dari pemikiran logis dan kreatif. Secara umum, otak kiri memainkan peranan dalam
pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan yang disebut pembelajaran akademis. Otak kanan berurusan
dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi yang disebut dengan aktivitas kreatif.

Bagan Proses Pemikiran Otak

Otak Kiri Otak Kanan


Vertikal
Kritis
Strategis
Analistis
Lateral
Hasil
kreatif
Keterangan:

Berpikir Vertikal. Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang
menaiki tangga.
Berpikir Lateral. Melihat permasalahan Anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke
tangga lainnya.
Berpikir Kritis. Berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu
gagasan atau produk.
Berpikir Analitis. Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan Anda menjadi bagian-bagian. Menguji setiap
bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana
bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
Berpikir Strategis. Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar
dengan melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin.
Berpikir tentang Hasil. Meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
Berpikir Kreatif. Berpikir kreatif adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses.
Pada usia dini anak masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai segi termasuk otaknya.
Otak merupakan pusat dari intelegensi pada anak. Koestler telah mengemukakan suatu teori tentang istilah belahan
otak kiri dan kanan yang tugas dan fungsi, ciri dan responnya berbeda terhadap pengalaman belajar, meskipun tidak
dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak ini tidak sama, dan menuntut pada pengalaman belajarnya. Seorang
anak secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut intelegensi yang bersumber dari otaknya.
Kalau struktur otak telah ditentukan secara biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi
dengan lingkungannya.Otak tersebut terdiri dari dua belahan otak (kiri dan kanan) yang disambung oleh segumpal
serabut yang disebut corpus callosum. Kedua belahan otak tersebut berfungsi tugas dan responnya berbeda dan
seharusnya tumbuh dalam keseimbangan. Pada anak-anak usia dini, maka program yang dilakukan seharusnya
adalah upaya memaksimalkan pengembangan otak kanan anak. Hal ini disebabkan bahwa belahan otak kanan
lebih banyak berfungsi untuk mengutamakan respon yang terkait dengan persepsi holistik, imajinatif, kreatif dan
bisosiatif. Hal ini berbeda dengan otak kiri yang lebih bertugas untuk menangkap persepsi kognitif serta berpikir
secara linier, logis, teratur dan lateral. Biasanya fungsi otak kiri lebih pada bidang pengajaran yang verbalistis
dengan menekankan pada segi hapalan dan persepsi kognitif saja. Untuk itulah guna mengefektifkan otak kanan
anak sejak usia dini maka diperlukan “experiental learning” (belajar berdasarkan pengalaman langsung) untuk anak-
anak usia dini guna lebih mengefektifkan fungsi divergennya (dimana anak-anak dibiasakan untuk selalu
memberikan ide dan alternatif yang tidak homogen). Hal ini akan berdampak pada anak yang kreatif, suka berpikir
beda dan penuh ide. Oleh karena itu, terdapat beberapa ciri yang bisa dilihat pada anak usia dini yang dipercaya
sebagai tanda-tanda positif untuk anak yang kreatif. Kemampuan motorik yang lebih awal seperti kemampuan untuk
berjalan, memanjat, memakai baju dan sepatu ataupun menyuapi diri sendiri, anak mampu bicara dengan kalimat
yang lengkap, kosa kata yang banyak, daya ingat yang baik dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk belajar dan
hasrat yang besar terhadap buku ataupun gambar-gambar dibandingkan dengan anak yang lainnya. Biasanya akan
terlihat dari kecenderungannya untuk menyukai permainan yang merangsang daya khayalnya, adanya daya ingat
yang baik, kemampuan coba-salah dan mempu menyenangi dirinya (bersibuk diri) dalam waktu yang cukup lama.
Bagaimana kita dapat mengoptimalkan kemampuan otak kanan anak kita sejak usia dini. Ada beberapa motede
yang dapat dipakai antara lain dengan bermain musik, bermain, menggambar, dan lain-lain. Akan tetapi terdapat
pendapat lain yang mengatakan bahwa kreativitas memerlukan pengaktifan dan komunikasi bersama antara kedua
belahan otak yang dalam kondisi normalnya tidak terhubung secara kuat. Orang-orang dengan tingkat kreatifitas
tinggi yang unggul dalam inovasi kreatif cenderung berbeda dengan orang biasa pada tiga hal, yaitu:

a) Mereka mempunyai level yang tinggi dari pengetahuan khusus / tertentu

b) Mereka mampu untuk berpikir divergen yang diperantarai oleh lobus frontal.

c) Dan mereka dapat memodulasi neurotransmitters seperti norepinephrine di lobus frontal mereka.

Selain memerlukan keseimbangan antara otak kanan dan kiri, di dalam otak juga terdapat bagian lain yang
berpengaruh dalam kreativitas. Adapaun terdapat beberapa ahli yang telah menelitinya, antara lain:

Alice Flaherty

Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara lobus frontal, lobus temporal, dan dopamine dari system limbic.
Lobus frontal dapat dipandang sebagai pihak yang berperan dalam kemunculan ide, dan lobus temporal berperan
dalam menyunting dan mengevaluasi ide tersebut. Abnormalitas di lobus frontal seperti depresi dan ketakutan pada
umumnya mengurangi kreativitas, sebaliknya abnormalitas di lobus temporal sering kali meningkatkan kreativitas.
Aktivitas yang tinggi di lobus temporal biasanya mengurangi kinerja/aktivitas di lobus frontal dan bagitu pula
sebaliknya. Level yang tinggi dari dopamine meningkatkan perilaku kebangkitan umum dan arah tujuan dan
mengurangi keputusasaan dan pengaruh ketiganya mengingkatkan kemunculan ide-ide.

Vandevert (Memory kerja dan Cerebellum)

Vandenvert menjelaskan bagaimana lobus frontal dan fungsi kognitif dari cerebellum berkolaborasi untuk
menghasilkan kreatifitas dan inovasi. Vandenvert menjelaskan dari bukti yang dapat diperhitungkan, bahwa semua
proses dari memory kerja (yang bertanggung jawab untuk memproses semua pikiran) adalah dapat disesuaikan
dengan model tertentu oleh cerebellum. Cerebellum, yang terdiri dari 100 milyar neuron, juga dikenal luas dalam
peranannya penyesuaian dalam pergerakan tubuh. Proses memory kerja dari model penyesuaian Cerebellum,
kemudian di umpan balik lobus prefrontal yang mengontrol proses memory kerja (yang kemudian pandangan kreatif
atau pengalaman “aha!” terpicu di lobus temporal). Menurut Vandervert, detail dari adaptasi kreatif dimulai di bagian
depan cerebellar model, dimana merupakan control anticipatory/eksploratory dari pergerakan dan pikiran. Proses ini
kemudian berkembang menjadi perenungan yang diperpanjang dari waktu ke waktu. Level baru dari bangunan
control ini kemudian diumpankan kepada lobus frontal. Karena model adaptive cerebellum dalam semua pergerakan
dan semua level dari pikiran dan emosi, pendekatan Vandenvert membantu menjelaskan kreativitas dan inovasi
dalam olahraga, seni, music dan disain video games, teknologi, matematika dan keajaiban anak-anak dan pikiran
secara umum.
DIMENSI KREATIVITAS

Dimensi kreativitas menurut Rhodes (1961) terbagi menjadi empat yang dikenal disebut sebagai “The Four P’s of
Creativity”. Keempat dimensi tersebut adalah person, process, product, dan press. Keempat P ini saling berkaitan,
yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan
(Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

Kreativitas dalam dimensi Person


Kreativitas pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari
individu yang dapat disebut kreatif. Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan
yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Dalam mendefinisikan pribadai kreatif anak usia
dini, perlu diperhatikan 4 kriteria dasar menurut Guilford (1957) dan Jackson & Messick (1965) dalam Isenberg dan
Jalongo, sebagai berikut:

Orisinal (original), perilaku yang tidak biasa dan di luar dugaan (mengejutkan) daripada hal yang khas dan dapat
diprediksi.
Sesuai dan berkaitan (appropriate and relevant), perilaku kreatif memiliki kesesuaian dan berkaitan dengan tujuan
dari seseorang ketika ia membuat sesuatu.
Kelancaran (fuent) yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk yang berarti, perilaku kreatif menunjukkan
kelancaran yang berkaitan dengan kreativitas dan dapat disamakan dengan kelancaran dalam berbahasa, hal ini
dimaksudkan bahwa seorang anak dapat menghasilkan sebuah ide dengan mudah setelah menghasilkan ide
sebelumnya.
Fleksibel (flexible) dalam mengembangkan dan menggunakan pendekatan yang tidak biasanya dalam memecahkan
masalah.
Perilaku kreatif pada orang dewasa dan perilaku kreatif pada anak-anak adalah sesuatu yang berbeda. Kematangan
kreativitas seseorang biasanya menekankan pada tiga hal yaitu, keahlian dalam kemampuan teknis dan artistik,
kemampuan kreativitas seseorang, dan motivasi instrinsik. Seorang anak secara jelas memiliki pengalaman yang
sedikit dibandingkan dengan orang dewasa, oleh sebab itu mereka memiliki sedikit keahlian dan gaya bekerja
mereka belum berkembang dengan baik. Berikut ini merupakan karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang anak
yang dapat membentuknya menjadi pribadi yang kreatif:

Unik merupakan ciri khas cara berpikir anak


Menurut Holden (1987), 3 hal keunggulan anak dalam berpikir untuk menjadi kreatif adalah: (a) sensitivitas dalam
stimulasi internal dan eksternal, (b) tidak memiliki “hinbition” (pencegahan dalam diri), (3) kemampuan “menyerap”
yang baik di dalam sebuah aktivitas.

Imajnasi dan fantasi


Imajinasi dan fantasi merupakan bekal awal yang dimiliki seseorang ketika masa kanak-kanak untuk menjadi pribadi
yang kreatif. Imajinasi adalah kemampuan untuk membentuk berbagai bentuk dan mencerminkan berbagai variasi
pikiran/mental atau konsep pemikiran berbagai hal tentang orang, tempat, sesuatu dan situasi yang tidak nyata. Oleh
karena itu, menurut Weigner (1983) imajinasi adalah masalah yang harus diselesaikan seorang anak dengan orang
dewasa “it is an” atau “as if” situasi. Selain itu, menurut Weigner, fantasi adalah sebuah bagian khusus dari imajinasi
untuk mencerminkan pemikiran atau konsep yang memiliki sedikit kesamaan dengan dunia nyata. Fantasi
mengeksplor keadaan dalam mempercayai hal yang mustahil atau sedikit nyata.

Sedangkan Gardner (1983) menjelaskan bagaimana seorang anak memiliki kebebesan dalam berpikir, dan dengan
mudah dapat bergerak termasuk dalam berbagai gaya berpikir.

Adapun karakteristik perkembangan anak dalam kemampuan berkreasi menurut Mayesky (1990) adalah sebagai
berikut:
Usia

Karakteritik Perkembangan

Indikator

0 – 2 tahun Kreativitas dalam berekspresi melalui kegiatan sensori dan eksplorasi dalam keadaan natural
-Bereaksi terhadap pengalaman sensory-Mengeksplor media melalui segala indera-Mampu menggambar
pertama kali pada usia 12-20 bulan
-Mulai mengikuti pola perkembangan secara umum.

2 – 4 tahun Kreativitas dalam berekspresi melalui kegiatan manipulate dan berorientasi pada kegiatan
menemukan (discovery) dan kemampuan perkembangan -Mengeksplor dan memanipulasi bahan-bahan
Berpengalaman pada permainan eksplorasi dan kegiatan seni-Sering mengulang kegiatan
-Mulai memberi nama dan mengerti symbol.

-Menilai bahwa hasil tidaklah begitu penting

-Dapat merusak produk yang dihasilkan selama proses pembuatan

-Mampu melihat “bentuk” dalam selama kegiatan

4 – 6 tahun Kreativitas dalam berekspresi menjadi lebih kompleks dan representasional -Membuat
berbagai simbol untuk menggambarkan berbagai perasaan dan ide- Mampu merepresentasikan apa yang ia telah
ketahui, bukan apa yang ia telah lihat-Mulai menciptakan kegiatan secara detail dan realistik secara bertahap.
-Menciptakan definisi dari bentuk dan ukuran

-Sering melakukan kegiatan tanpa terencana dan melakukan kegiatan dengan hati-hati

-Mulai jarang merusak kegiatan ataupun hasil produk selama proses berlangsung

Kreativitas dalam dimensi Process

Kreativitas pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga
memunculkan ide-ide unik atau kreatif.

“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977
dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini
lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada
pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :

Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu:

1) Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah.
Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah
yang dialami.

2) Tahap Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini
berlangsung dalam waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa
juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses
pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap
berikutnya.

3) Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam
tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang
kurang lebihnya berarti “oh ya”.

4) Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai
dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.

Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia
dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
Proses kegiatan kreatif bagi anak usia dini merupakan sebuah program yang memberikan kesempatan dan tempat
untuk mereka mengekspresikan pikiran, ide, perasaan, aksi, dan kemampuan dalam berbagai penggunaan media
dan aktivitas. Adapun menurut Mayesky (1990) prinsip yang perlu di perhatikan dalam melakukan proses kreativitas
untuk anak usia dini adalah:

1) Memperhatikan proses bukanlah hasil (product)

Tujuan utama kegiatan kreativitas bukanlah terlihat dari produk yang dihasilkan melainkan proses ketika berkreasi
tersebut. Dalam proses kretivitas tersebut dapat terlihat menggambarkan pengalaman dan perasaan anak. Alasan
lainnya mengapa proses krativitas lebih penting daripada produk yang dihasilkan adalah seorang anak belum
memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menggunakan material. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan kreativitas
memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi berdasarkan kemampuan anak untuk mengkonstruk
sesuatu melalui cara mereka sendiri.

2) Memperhatikan kebutuhan anak

Kegiatan kreativitas harus memperhatikan kebutuhan anak, disesuaikan dengan usia, kemampuan, dan minat.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

– Menyiapkan area yang dapat memfasilitasi pengalaman kreatif anak

– Menyiapkan material-material sehingga anak mendapatkan pengalaman berkreasi setiap hari

– Menyiapkan kegiatan seni secara mingguan

Kreativitas dalam dimensi Press


Kreativitas menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan
hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan
rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence
of thought” Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan
menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu
menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru. Dalam mengembangkan
kreativitas untuk anak usia dini, lingkungan juga merupakan faktor yang sangat menentukan. Jika lingkungan sekitar
anak aman dan mampu menstimulasi maka lingkungan dapat meningkatkan kreativitas anak. Hal ini disebabkan
anak secara natural selalu ingin mengetahui dan mencari tahu tentang lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu,
lingkungan sekitar anak sebaiknya menjadi lingkungan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengeksplorasi dan mendapatkan pelajaran serta memberikan kesempatan untuk anak berkreasi. Maxim
(1985) menjelaskan tentang lingkungan yang mampu menstimulasi tindakan kreatif anak adalah lingkungan yang
memperhatikan beberapa aspek di bawah ini:

– Keterbatasan waktu sebaiknya dihapus dalam kegiatan yang mana anak terlibat secara lebih jauh.

– Kebebasan, hal ini membangun keadaan dimana anak terdorong untuk berkespresi.

– Anak mampu mengemukakan ide dan terstimulasi kemampuan berpikir lainnya.

– Menghilangkan kondisi yang membuat stress dan cemas dalam lingkungan. Lingkungan harus dikondisikan
dengan suasana yang menyenangkan.

Selain itu, lingkungan yang mampu menstimulasi kegiatan kreativitas harus menyediakan berbagai material, sejak
anak membutuhkannya dalam kegiatan manipulasi secara fisik sebagai kegiatan pembelajaran.

Kreativitas dalam dimensi Product

Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang
dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron
(1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya
membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

KARAKTERISTIK PRIBADI KREATIF

Menurut Davis (1999), terdapat 115 karakter atau ciri-ciri yang ditemukan pada orang yang kreatif. Namun tidak
setiap orang kreatif memiliki ke 15 karakter tersebut. Di sini ada beberapa contoh beberapa tokoh-tokoh yang kreatif
namun para guru, professor atau pengawasnya TIDAK mengenali karakter mereka

– Thomas Edision dibilang bodoh untuk melakukan segala sesuatuoleh gurunya

– Albert einsten baru bisa berbicara umur 4 tahun dan membaca umur 7 tahun

– Walt Disney dipecat oleh editor Koran karena ia tidak memiliki “ide” yang bagus
Ke-15 karakter yang akan dibahas lebih lanjut adalah:

Sadar bahwa ia kreatif

Sebagian besar orang-orang yang kratif menyadari akan kekreatifannya. Mereka memiliki kebiasaan melakukan hal
yang kreatif dan meraka menyukai menjadi kretif. Davis (1999), mengatakan bahwa dalam meningkatkan kratifitas
kita dan mengajarkannya kepada orang lain. Mengapa kesadaran kalau kreatif itu penting? Karena karakter ini dapat
mendorong kepada karakter ini dapat mendorong kepada karakter-karakter yang lain. Ketika seseorang membangun
kesadaran akam kreatif maka secara alam bawah sadar ia akan terbawa keperilaku dan bagaimana ia berfikir, ketika
seseorang sadar bahwa ia kreatif, ia akan memilki rasa percaya diri yang tinggi. Ada beberapa strategi untuk
membangun atau mengembangkan sifat ini

– Buat anak-anak murid melangkah melewati batasan

– Tanyakan pertanyaan yang memancng

– Minta mereka membuat sesuati dari barang bekas

– Katakana pada murid berulang kali bahwa mereka bisa lebih kreatif

– Guru selalu mengatakan diawal pelajaran “hai, apa kabarmu murid-muridku yang kreatif ?” mereka akan
termotivasi untuk berfikir

Orisinil

Tradiff dan Stemberg (1988) mengatakan bahwa orisinalitas dan imajinasi yang baik biasa diasosiasikan dengan
orang yang kreatif. Ada beberapa strategi untuk membangin atau mengembangkan sifat orisinal ini

– Guru memberikan dorongan kepada murid

– Guru memberikan ide-ide liar untuk mengembangkan atau memberikan ide-ide lain

– Dalam tugas, beri kesempatan bagi murid untuk mengeluarkan banyak ide

– Menyelenggarakan perlombaan yang meliputi motivasi originalitas

Independen

Orang yang kreatif berani berbeda dari yang lain, melakukan perubahan, menonjol, menentang tradisi, dan
membelokkan beberapa peraturan (bukan dalam arti melakukan hal negatif).

Ada beberapa strategi untuk membangun atau mengembangkan sifat ini

– Guru mengeajarkan murd untuk melakukan pekerjaan mereka secara mandiri dengan tema yang berbeda

– Guru meluangkan waktu diluar jam pelajaran untuk mendengarkan masalah murid

– Guru menyemangati murid

– Membuat murid berfikir bahwa “saya bisa melakukan ini”


– Murid diperbolehkan mengatur, merencanakan acara-acara sekolah

Berani ambil resiko

Sifat ini berhubungan ketika berhadapan dengan segala sesuatu yang belum jelas, baik itu situasi, masalah, jawaban
dan lain-lain. Hal yang belum jelas itu memiliki resiko. Orang kreatif akan berani mengambil resiko dengan tetap
menghadapi masalah. Ada beberapa strategi untuk membangun atau mengembangkan sifat ini.

– Guru membebaskan murid untuk mengemukakan ide-ide mereka

– guru memberikan tanggapan yang positif kepada anak yang berani ambil resiko dan puji mereka

– berikan kesempatan kepada murid untuk mengambil resiko yang tidak akan mempengaruhi nilai mereka, sehingga
bisa merasa nyaman untuk mengambil resiko tersebut.

Penuh energi

Orang yang kreatif memilikii tipikal sebagai orang yang penuh energy. Biasanya ia pantang menyerah, berkomitmen
penuh akan sesuatu dan memiliki loyalitas. Thomas Edison melakukan ratusan kali percobaan yang gagal hingga
akhirnya menemukan bola lampu. Jika ia tidak memiliki energy yang melimpah mungkin ia akan menyerah. Ada
beberapa strategi untuk membangun dan mengembangkan sifat ini:

– guru mengetahui kegairahan bekerja yang dimiliki murid. Kenali bahasa penyelesaiannya dan motivasinya

– selalu menyemangati murid untuk melakukan yang terbaik

– menjadi teladan untuk murid penuh dengan energi ketika mengajar

Rasa ingin tahu

Orang yang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kuat. Ia mempertanyakan segala sesuatu dan
mempertahankan rasa ingin tahu mereka.

Ada beberapa strategi untuk membangun atau mengembangkan sifat ini :

– Guru memberikan objek nyata pada murid dan membiarkan murid-murid untuk bertanya

– Guru memberikan kertas kosong dan tanyakan apa yang ingin dipelajari pada saat itu

– Berikan pertanyaan terbuka (dengan kalimat,”bagaimana jika?”, apabila, kalaw?’ dll)

Punya rasa humor

Sifat lain yang biasanya ditemukan pada orang kreatif adalah selera humor yang tinggi. Dalam mengahadapi
masalah, rasa humor dapat menghadirkan suasana yang relaks. Ada beberapa strategi untuk membangun atau
mengembangkan sifat ini:

– Minta anak untuk berfikir: jika kamu adalah (professor Einsten, SBY, tutup kloset, dsb) apa yang akan kamu
pikirkan/lakukan?..
– Berikan banyak permainan

– Menyeling pelajaran atau ketika mengajar dengan lelucon/cerita lucu

– Mengadakan hari kostum lucu

Memiliki kapasitas untuk berfantasi

Kemampuan berimajinasi dan berfantasi adalah sifat yang sering ditemukan pada orang yang kreatif. Imajinasi
diperlukan untuk menjembatanai dari sesuatu yang sudah diketahui kesesuatu yang belum diketahui.

Tertarik pada hal yang rumit, kompleks dan belum jelas

Orang yang kreatif biasanya akan tertarik pada hal-hal yang rumit, kompleksitas, ketidak jelasan, fantasi dan
kemisteriusan. Sifat ini merupakan hal yang penting karena seseorang akan menemukan tantangan-tantangan yang
baru. Kerumitan, ketidakjelasan dan kekompleksan itulah yang membuat kreatifitasnya terasah. Ada beberapa
strategi untuk membangun atau mengembangkan sifat ini:

– Murid membuat cerita yang sangat imajinatif yang dibuat oleh murid sendiri

– Murid bermain dengan pikiran yang imajinatif, seperti : bagaimana jika…? Menantang situasi yang ada.

– Membacakan dongeng

– Minta murid-murid untuk membuat sesuatu yang seperti mainan yang belum pernah ada sebelumnya.

Artistik

Orang kreatif biasanya menganggap dirinya artistic walaupun dirinya tidak bisa menggambar. Mengembangkan jiwa
artistik akan penting untuk membantu kita melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Jiwa artistik akan
membantu kita untuk memberikan nilai lebih pada ide atau karya kita.

Berfikir terbuka

Berfikiran terbuka merupakan tingkah laku kreatif yang utaman juga. Ini merupakan keinginan untuk menerima ide-
ide baru dan melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda. Ada beberapa strategi untuk membangun
atau mengembangkan sifat ini:

– Permainan pern “jika aku menjadi “…….

– Memperbanyak diskusi debat

– Membaca banyak buku untuk menambah wawasan

Cermat dan teliti

Sifat ini secara teori akan membuat orang terorganisir, disiplin dan komitmen penuh pada apa yang akan dikerjakan.

Butuh waktu menyenderi


Beberapa orang yang kreatif memilih untuk bekerja sendiri disbanding bekerja di kelompok. Dengan sendiri ia bisa
melibatkan kemandirian kreatifnya.

Mudah mengerti

Orang kreatif biasanya mudah mengerti akan suatu masalah. Ia dapat melihat hubungan-hubungan dari data atau
informasi yang didapatnya.

Emotional

Ada beberapa orang yang dianugerahi dengan kemampuan berimajinasi dan berfantasi yang hebat, meramal,
berpuisi dan lain. Orang –orang ini memiliki emosi yang sangat mendalam dan memiliki kepedulian yang tinggi
mengenai mana yang benar dan salah.

DAFTAR PUSTAKA

Isenberg, Joan.P & Marry Renck Jalongo. Creative Expression And Play In The Early Chilhood Curriculum. 1993.
Toronto: Maxwell Macmillan Canada.

Mayesky, Mary. Creative Activities for Young Children. 1990. USA: Delmat Publisher Inc.

Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua).
1992. Jakarta: Gramedia.

Oka, Aloysius dan Della Alamsyah. Buku Ajar Mata Kuliah Kreativitas (Pribadi yang Kreatif). Jakarta:Kredo

Suryani, Lilis. Buku Ajar Mata Kuliah Kreativitas. 2007. Jakarta: UNJ

www.wikipedia.org/wiki/Creativity

www.creativityatwork.com/articlesContent/meaning
HAKIKAT DAN DIMENSI KREATIVITAS
Sandy Anugerah 02.15

Saat kita berbicara tentang kreativitas, Hal yang biasanya langsung muncul adalah seniman, pelukis, event organizer
dan hal-hal berbau seni lainnya. Padahal, pada hakikatnya kreativitas tidaklah selalu tentang seni. Setiap orang itu
unik, mereka bisa mengeluarkan kreativitasnya pada bidang-bidang tertentu.

Mempunyai kreativitas sangatlah penting. Karena kreativitas seseorang sangat diperlukan di berbagai aspek
kehidupan. Perusahaan/bisnis, Akademik (sekolah, kampus), Institusi pemerintahan, Belajar Mengajar, Seni Musik,
tari, lukis, Matematika, Kuliner, Periklanan, Olahraga, bahkan dalam mengelola rumah tangga pun memerlukan
kreativitas.

Lalu, timbullah pertanyaan, dari manakah kreativitas dalam diri seseorang muncul? apakah seseorang kreatif karena
faktor bakat, keturunan atau hoki? Atau apakah sebuah kreativitas merupakan keajaiban? Mari kita mulai dari
pengertian kreativitas terlebih dahulu.

Menurut Febe Chen pada tahun 2010, Kreativitas merupakan proses “menciptakan, menemukan, mengimajinasikan,
mengkonsepsi, membentuk, mengkonstruksi, memproduksi, menghasilkan, melihat masa depan atau kemampuan
mmprediksi tren baru, kemampuan menganalisa kebutuhan pasar atau masyarakat, kemampuan memelihara alam
dan seterusnya.

Webster mendefenisikan Kreativitas sebagai “kecakapan memunculkan sesuatu yang baru. Kreatif merupakan
sebuah proses mental yang melibatkan pemunculan ide-ide dan konsep-konsep yang ada.

Nah, dari pengertian yang diberikan oleh ilmuan-ilmuan tersebut, tidak ada yang mengatakan bahwa kreativitas
didapatkan dari keturunan atau hoki. Tidak ada pula yang mengatakan bahwa kreativitas adalah keajaiban.
Kreativitas adalah sebuah "proses". Artinya, kreativitas bukanlah sesuatu yang kita bawa dari kita lahir. Melainkan
sesuatu yang dapat kita latih, cari, dan tumbuhkan dalam diri kita.

Orang seringkali berfikir "kreatifitas adalah kemampuan untuk berfikir out of the box, imajinatif, memunculkan ide-ide
asli (originalitas)". Ya, pendapat tersebut tidaklah salah. Namun pendapat tersebut baru menampilkan setengah dari
hakikat kreatifitas yang sesungguhnya. Because "You can’t think outside the box until you fully understand what’s
inside the box".

Dimensi Kreativitas

kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P's Creativity, yaitu dimensi Person,
Process, Press dan Product sebagai berikut :

1. Kreativitas dalam Dimensi Person


Dalam dimensi person, kreativitas adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person
dari individu yang dapat disebut kreatif. Pengertian ini erat kaitannya dengan bakat. Jadi, dalam sebuah kreativitas,
bisa berasal dari bakat di dalam diri seseorang. Namun, saat bakat tersebut dibiarkan tertidur, maka ada potensi
untuk hilang. Kita bisa ambil contoh Messi, seorang pesepakbola professional yang kreatif dalam bidangnya, yaitu
sepak bola. Messi dianugerahi bakat yang luar biasa dalam pengolahan bola.

2. Kreativitas dalam Dimensi Proses


Nah, dimensi ini sangat erat kaitannya dengan kerja keras atau proses dalam mendapatkan kreativitas. Dalam
dimensi ini, kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan
variasi). Dalam dimensi proses, proses kreatif yang sesungguhnya melibatkan pemikiran kritis, wawasan imajinatif
dan ide-ide segar.

3. Kreativitas dalam Dimensi Product


Dalam dimensi product, kreativitas berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang
baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. Menurut Baron pada tahun 1976, Creativity is the
ability to bring something new into existence. kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin
saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Contohnya adalah Facebook yang merupakan inovasi
baru dalam bidang media sosial. Namun, apakah inovasi ini benar-benar baru? Tentunya tidak, Facebook
memperbarui inovasi dari media sosial yang ada di tahun-tahun sebelumnya.

4. Kreativitas dalam Dimensi Press


Merupakan definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal
diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal
dari lingkungan sosial dan psikologis. Biasanya, dalam keadaan tertekan, seseorang dapat menjadi lebih kreatif dari
biasanya. Banyak orang-orang yang berusaha membuat dirinya sendiri dalam keadaan tertekan agar mereka
mendapatkan kreativitas yang lebih.

Demikianlah 4 dimensi dari kreativitas. Perlu kita ketahui bahwa kreativitas itu bisa dilatih. Kreativitas dipelajari
dengan meningkatkan potensi kecerdasan kreatif yang sudah ada didalam diri kita. Kreativitas yang terus menerus
dilatih dan diimplementasikan dapat meningkatkan:

1. Tindakan kreatif (creative attitude)


2. Kinerja Kreatif (creative performance)
3. Kemampuan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem-solving skills)

Mari kita mulai untuk Mendorong pola berfikir kratif seahari-hari (day-to-day creative thinking) sehingga lebih
produktif, merangsang tindakan untuk mengambil keputusan terbaik dan lebih kreatif menyelesaikan masalah.
PENGERTIAN INDUSTRI KREATIF DAN CONTOHNYA

Pengertian Industri Kreatif


Pengertian industri kreatif adalah industri yang mengandalkan keterampilan, talenta dan kreativitas yang berpotensi
dalam meningkatkan kesejahteraan. (Simatupang : 2007)

Definisi industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas dan bakat individu
dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini akan berfokus untuk memberdayakan daya
cipta dan daya kreasi suatu individu. (Departemen Perdagangan RI : 2009)

Arti industri kreatif adalah industri yang berasal dari kreativitas, keterampilan dan bakat dari suatu individu yang secara
potensial mampu untuk menciptakan kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui eksploitasi serta pembangkitan daya
cipta & kekayaan intelektual individu. (UK DCMS Task Force : 1998)

Pengertian industri kreatif adalah industri yang mempunyai ciri-ciri keunggulan pada sisi kreativitas dalam
menghasilkan berbagai desain kreatif yang melekat pada produk barang atau jasa yang dihasilkan. (Howkins : 2001)

Pengertian industri kreatif digital adalah suatu industri yang menggabungkan unsur digital dan unsur kreatif pada
produk dan jasanya. Industri jenis ini pada umumnya merupakan hasil dari produk teknologi informasi yang bisa
menjadi solusi atas masalah di kehidupan sehari-hari. Contoh industri kreatif digital adalah Gojek dan Uber.

Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam era kepemimpinan Presiden Jokowi adalah industri kreatif atau ekonomi
kreatif. Hal ini terlihat dari didirikannya Badan Ekonomi Kreatif, sebuah lembaga pemerintahan bukan kementrian yang
mengurus ekonomi kreatif atau industri kreatif di Indonesia. Sesuai namanya industri kreatif atau di Eropa disebut
industri budaya merupakan jenis industri yang mengolah kreativitas, keterampilan, dan bakat seseorang untuk
menghasilkan sebuah karya atau produk yang bernilai ekonomi sehingga dapat memberikan kesejahteraan dan
membuka lapangan pekerjaan. Jika dalam industri konvensional bahan baku yang akan diolah adalah sumber daya
alam seperti hasil hutan maka pada industri kreatif yang menjadi bahan bakunya adalah kreativitas dan pengetahuan
manusia itu sendiri.

Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia ada 15 sub-sektor industri kreatif yaitu periklanan, kuliner,
arsitektur, seni pertunjukan, pasar barang seni, kerajinan, penerbitan dan percetakan, fesyen, riset dan
pengembangan, permainan interaktif, musik, televisi dan radio, desain, layanan komputer dan piranti lunak, serta
video, film, dan fotografi. Kita ambil contoh dalam bidang kuliner, contoh industri kreatif yang bisa kita lihat dari
produknya antara lain seperti : keripik buah kering, cake durian, pisang lapis coklat, burger tempe, snack belalang
goreng, rendang instan dalam kemasan dsb. Salah satu cara memperkenalkan dan mempromosikan produk kepada
calon pembeli adalah melalui iklan baik iklan di televisi, radio, ataupun melalui media cetak. Untuk menghasilkan
sebuah iklan yang dapat menarik perhatian masyarakat diperlukan proses kreatif di dalamnya, mulai dari riset pasar,
perencanaan, konsep iklan, sampai distribusi iklan ke berbagai media.

Berbagai bangunan megah dengan desain yang kadang di luar pemikiran kita berasal dari proses kreatif yang panjang.
Tidak hanya memperhatikan keindahan bangunan tetapi juga pemanfaatannya dan bagaimana menjadikan desain
tersebut mungkin untuk diwujudkan ke dalam bentuk nyata. Untuk dapat menyelenggarakan sebuah pertunjukan
apakah pertunjukan musik, drama, teater, atau gabungan dari beberapa pertunjukan diperlukan proses kreatif di
dalamnya. Mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, mulai dari tata panggung, tata lampu, hingga kostum,
semuanya membutuhkan proses kreatif agar dapat menyuguhkan pertunjukan yang luar biasa. Begitupula dengan
televisi dan radio. Setiap hari pihak televisi atau radio harus berjibaku mencari ide-ide baru untuk program-program
yang akan ditampilkan baik di televisi maupun di radio. Mulai dari perencanaan, produksi, pengemasan, penyiaran,
sampai transmisi siaran tersebut agar dapat diakses oleh masyarakat luas.
KONSEP DAN DEFINISI EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF INDONESIA
February 26, 2014 hyas_tina

Pengembangan ekonomi dan industri kreatif sangat gencar dilakukan di berbagai negara akhir-akhir ini. Model bisnis
yang mengutamakan kreativitas dan informasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi ini telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Sebagai contoh, persentase kontribusi Gross
Domestic Product (GDP) yang disumbangkan oleh industri kreatif di beberapa negara seperti Singapura dan Inggris
berkisar antara 2,8% sampai dengan 7,9%. Selain itu, tingkat pertumbuhan industri kreatif di Australia dan Inggris
berkisar antara 5,7% dan 16% serta tingkat penyerapan tenaga kerja di Singapura dan US berkisar antar 3,4% sampai
dengan 5,9% (Studi Industri Kreatif Indonesia, 2007).

Konsep ekonomi baru ini sebenarnya sudah muncul sekitar tahun 1994 dalam laporan “Creative Nation” yang
diluncurkan oleh Australia. Lalu, pada tahun 1997, Inggris melalui Department of Media, Culture and Sport (DCMS)
memberikan definisi industri kreatif yaitu “those activities which have their origin in individual creativity, skill and talent,
and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property.”
Dalam hal ini, kreativitas menjadi input sentral terhadap proses produksi dan hak intelektual sebagai output (Studi
Industri Kreatif Indonesia, 2007). Adapun industri kreatif yang diajukan oleh DCMS ini mencakup bidang advertising,
architecture, the art and antiques market, crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the
performing arts, publishing, software, television and radio.

Menurut DCMS, ada beberapa pendekatan pendefinisian industri kreatif. Pertama, creative industries. Pendekatan ini
memiliki karakter bahwa input tenaga kerjanya adalah industri kreatif. Kedua, copyright industries. Pendekatan ini
didefinisikan lewat aset dan output industri. Ketiga, content industries. Pendekatan ini didefinisikan pada fokus produksi
industri. Keempat, cultural studies. Pendekatan ini didefinisikan pada pembiayaan dan fungsi kebijakan publik. Kelima,
digital content. Pendekatan ini didefiniskan lewat kombinasi teknologi dan fokus produksi industri.

Perambahan industri kreatif telah diprediksi oleh futurolog Alvin Toffler (1980) yang dalam bukunya The Third Wave
menyebutkan bahwa ada tiga peradaban ekonomi. Pertama, ekonomi pertanian. Kedua, ekonomi industri. Ketiga,
ekonomi informasi. Selanjutnya, Toffler memperediksi peradaban ekonomi keempat, yaitu ekonomi kreatif dimana
kreativitas menjadi sumber utama. Lebih lanjut, John Howkins dalam bukunya “Creative Economy, How People Make
Money from Ideas” mengemukakan bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan gagasan.
Sementara itu, Departemen Perdagangan (2009) mengungkapkan bahwa ekonomi kreatif merupakan era baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya
manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

Beberapa negara telah mengembangkan industri kreatif seperti Inggris, Selandia Baru, Australia, Singapura, Taiwan
dan negara-negara lainnya. Pengembangan industri kreatif di Inggris, Selandia Baru dan Taiwan meliputi sektor
Periklanan, Arsitek, Pasar barang dan seni, Kerajinan, Desain, Fesyen desain, Film & video, Permainan interaktif,
Musik, Seni pertunjukan, Penerbitan, Layanan Komputer dan Piranti lunak serta Televisi dan Radio. Berbeda dengan
tiga negara sebelumnya, pendekatan industri kreatif di Australia dan Singapura dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
(1) Core Copyright Industries; (2) Partial Copyright Industries; dan (3) Distribution Industries. Selain itu, Spanyol,
Finlandia dan Jerman melakukan pendekatan industri budaya dalam pengembangan industri kreatif.

Di Indonesia sendiri, ekonomi kreatif mulai dikembangkan sejak peluncuran program Indonesia Design Power pada
tahun 2006 lalu oleh menteri perdagangan RI, Dr. Mari Elka Pangestu. Program pengembangan ekonomi dan industri
kreatif semakin digiatkan setelah Presiden RI mengeluarkan Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Penetapan ini ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan. Sesuai dengan penetapan tersebut, industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai
“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu.”
Kemudian, profil industri kreatif dikelompokkan berdasarkan empat indikator pengukuran, yaitu berbasis nilai produk
domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan dan dampak terhadap sektor lain. Sehingga, industri kreatif
diklasifikasikan menjadi 14 subsektor industri kreatif, yaitu: (1) Periklanan; (2) Arsitektur; (3) Pasar dan barang seni;
(4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Fesyen; (7) Film, Video, Fotografi; (8) Permainan Interaktif; (9) Musik; (10) Seni
Pertunjukan; (11) Penerbitan dan Percetakan; (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak; (13) Televisi dan Radio; dan
(14) Riset dan Pengembangan.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri kreatif ditinjau dari beberapa hal diantaranya potensi
ekonomi pariwisata Indonesia dan kebudayaan Indonesia yang sangat mempunyai cita rasa seni yang tinggi –bisa
dilihat dari jumlah kesenian dan makanan daerah. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki daya kreativitas yang luas
sesuai dengan pendapat John Howkins yang menyatakan ini sebagai modal utama dalam pengembangan industri
kreatif. Ekonomi kreatif Indonesia bisa semakin berkembang jika digabungkan dengan pariwisata yang sudah memiliki
nama. Tentu, kombinasi ini bisa memunculkan pusat-pusat ekonomi kreatif dimana produk ekonomi kreatif tersebut
yang menjadi daya tarik wisatawan. Proses kombinasi dan integrasi dua kegiatan ini tentu harus melalui
pengambangan dan persiapan serta master plan khususnya untuk ekonomi kreatif agar mampu bersanding dengan
pariwisata Indonesia. Tentunya, master plan ini mencakup pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
pusat-pusat promosi, pengemasan dan penjualan.

Referensi:
Afiff, Faisal. 2012. Kewirausaan dan Ekonomi Kreatif. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012. Jakarta. Binus University.
Afiff, Faisal. 2012. Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012. Jakarta. Binus University.
Antariksa, Basuki. 2012. Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan dalam Pembangunan di Indonesia. Jakarta.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Antariksa, Basuki. 2012. Konsep Indonesia Kreatif: Tinjauan Awal Mengenai Peluang dan Tantangannya bagi
Pembangunan Indonesia. Jakarta. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
LEMHANNAS RI. 2012. Pengembangan Ekonomi Kreatif guna Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan
Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta.
Kementerian Perdagangan RI. 2010. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Jakarta.
Studi Industri Kreatif Indonesia. 2007
PENGERTIAN, CIRI-CIRI DAN SEKTOR EKONOMI ATAU INDUSTRI KREATIF
by Muchlisin Riadi Senin, 08 Januari 2018

Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif atau industri kreatif atau disebut juga dengan istilah knowledge based economy adalah pendekatan,
tren, konsep dan kegiatan ekonomi yang bersumber dari kreativitas, inovasi, bakat, ide dan gagasan serta
mengandalkan sumber daya manusia sebagai faktor produksi untuk menjalankan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi kreatif digerakkan oleh kapitalis kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa
dengan kandungan kreatif. Ekonomi kreatif adalah sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan kreasi, produksi,
distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai bagi para pelanggan pasar.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian ekonomi kreatif atau industri kreatif dari beberapa sumber buku:
Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008), industri kreatif adalah industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Menurut Simatupang (2007), industri kreatif adalah industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya
kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan atau desain fashion, dan termasuk layanan kreatif antar
perusahaan seperti iklan.
Menurut Institute For Development Economy and Finance (2005), ekonomi kreatif merupakan proses peningkatan nilai
tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlihan, dan bakat individu menjadi sautu
produk yang dapat dijual.
Menurut Howkins (2001), ekonomi Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik,
seni pertunjukkan, penerbitan, penelitian dan pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, televisi
dan radio, dan permainan video.

Ciri-ciri Ekonomi Kreatif


Ekonomi kreatif atau industri kreatif memiliki ciri khusus, yaitu menampilkan keunggulan kreativitas dalam
menghasilkan desain-desain kreatif yang melekat pada produk barang/jasa yang dihasilkan. Ekonomi Kreatif
merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk
menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada
pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahan.

Ekonomi kreatif atau industri kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Memiliki unsur utama kreativitas, keahlian dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui
penawaran kreasi intelektual.
2. Terdiri dari penyediaan produk kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung penciptaan nilai kreatif
pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.
3. Siklus hidup singkat, margin tinggi, keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru.

Jenis dan Sektor Ekonomi Kreatif


Dalam buku Pengembangan Industri Kreatif 2025, Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008), jenis
ekonomi kreatif dibagi menjadi 14 sektor industri atau ekonomi kreatif, yaitu:
Periklanan. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan
medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset
pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi kampanye relasi public,
tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster
dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising
materials atau sampel, serta penyewaan kolom untuk iklan.
Arsitektur. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya, kontruksi, konservasi
bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (town planning, urban design,
landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya; arsitektur taman, desain interior).
Pasar barang seni. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta
memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik,
percetakan, kerajinan, automobile, film indie-dokumenter, seni rupa dan lukisan.
Kerajinan (handicraft). Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan
dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya,
antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan,
bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi), kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
Desain. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri,
konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
Fashion. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode
lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
Film, video, dan fotografi. Kegiatan kreatif yan terkait dengan kreasi produksi video, film dan jasa fotografi, serta
distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron,
eksibisi film.
Permainan interaktif. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi permainan komputer dan
video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif sebagai hiburan semata-mata
tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
Musik. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman
suara atau lagu.
Seni pertunjukan. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan
(misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
Penerbitan dan percetakan. Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal,
koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, material, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi, surat saham, surat
berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto,
grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan dan barang cetakan lainnya,
termasuk rekaman mikro film.
Layanan komputer dan piranti lunak. Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi
termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi
sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras
serta desain portal termasuk perawatannya.
Radio dan televisi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, acara televisi
(seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan
radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
Riset dan pengembangan. Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu
dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses
baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar ternasuk
yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni, serta jasa
konsultasi bisnis dan manajemen.

Daftar Pustaka
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Jakarta:
Depdag RI.
Simatupang, Togar. 2007. Ekonomi Kreatif: Menuju Era Kompetisi dan Persaingan
Usaha Ekonomi Gelombang IV. Bandung: ITB.
Howkins, J. 2001. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London: Penguins Books.
Industri Kreatif dan Kewirausahaan Kreatif Berbasis Bahasa dan Seni
MAY 4, 2016
The creative economy is not a single superhighway, however, but a multitude of different local trajectories. Many of
these pathways are to be found at the subnational level – in cities and regions in developing countries. Not with
standing the importance of national scale policy interventions, it is clear that the next frontier of knowledge generation
rests on understanding interactions, specificities and policies at local levels,

and how the creative economy might be practically promoted in communities, cities and regions across the
developing world.(Creative Economy Report 2013, Special Edition, UNDP dan UNESCO, 2015, halaman 15).

Dunia sedang disuguhi perkembangan ekonomi kreatif dan industri kreatif yang menakjubkan. Di Indonesia pun
sekarang kepesatan perkembangan ekonomi kreatif dan industri kreatif juga demikian mengesankan. Gairah
mengembangkan ekonomi kreatif dan industri kreatif bukan hanya tampak pada pemerintah (baik pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono maupun pemerintahan Joko Widodo), melainkan juga tampak para berbagai kelompok
pelaku ekonomi kreatif dan industri kreatif, bahkan juga akademisi di berbagai bidang keilmuan termasuk ke
dalamnya akademisi dan pendidik bidang bahasa dan seni. Melalui Kementerian Perdagangan, bahkan pada tahun
2009 pemerintah telah meluncurkan dokumen Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif. Untuk menyemarakkan
wacana ekonomi kreatif dan industri kreatif, secara ringkas tulisan ini mencoba menginisiasi, mengenalkan, dan
membeberkan wawasan umum industri kreatif dan kewirausahaan kreatif termasuk kewirausahaan kreatif berbasis
bahasa dan seni. Secara berturut-turut berikut ini dibeberkan (1) hakikat ekonomi kreatif, (2) hakikat industri kreatif,
(3) sektor ,aktivitas, dan taksonomi industri kreatif, dan (4) keberadaan dan peran kewirausahaan kreatif berbasis
bahasa dan seni dalam ekonomi dan industri kreatif.

HAKIKAT EKONOMI KREATIF

Perlu Anda ketahui bahwa dua puluh sembilan tahun lalu, dalam Third Wave (1984), Alvin Toffler telah
memprakirakan adanya peradaban Gelombang Ketiga, menyandingi atau malah menggeser dominasi Peradaban
Gelombang Pertama dan Peradaban Gelombang Kedua meskipun kedua peradaban tersebut tidak berarti punah.
Menurutnya, peradaban Gelombang Pertama adalah peradaban pertanian yang masyarakatnya melakukan aktivitas
ekonomi dengan bergantung pada alam; peradaban Gelombang Kedua adalah peradaban industri manufaktur yang
masyarakatnya melakukan aktivitas ekonomi dengan mengolah “bahan-bahan alam seperti bahan-bahan tambang”;
dan peradaban Gelombang Ketiga adalah peradaban informasi yang masyarakatnya melakukan aktivitas ekonomi
dengan kemajuan teknologi (Alisjahbana, 1984; Toffler, 1984). Dengan menggunakan peristilahan Toffler, dapat
dikatakan bahwa sekarang telah hadir peradaban Gelombang Keempat yang merupakan peradaban kreativitas dan
inovasi atau pengetahuan yang masyarakatnya melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi dengan cara
mentranformasikan suatu “bahan dasar” (subject matter) tertentu dengan pengetahuan atau kreativitas dan inovasi
sedemikian rupa. Dalam peradaban pertanian [tradisional], aktivitas ekonomi berpusat pada persenyawaan ekonomi
dengan alam atau tanah dan mengandalkan pemanfaatan kekuatan fisik binatang dan manusia sehingga tenaga
fisikal manusia menjadi sangat berharga; dalam peradaban industri aktivitas ekonomi berpusat pada persenyawaan
ekonomi dengan “bahan-bahan mentah alam” dan mengandalkan pelipatgandaan kekuatan fisik manusia sehingga
tenaga fisikal manusia menjadi sangat berharga; dalam peradaban informasi aktivitas ekonomi berpusat pada
persenyawaan ekonomi dengan informasi dan mengandalkan pelipatgandaan kekuatan pikir manusia sehingga
informasi dan pikiran manusia sangat berharga; dan dalam peradaban kreativitas atau pengetahuan aktivitas
ekonomi berpusat pada persenyawaan ekonomi dengan budaya dan mengandalkan hak kekayaan intelektual (HaKI)
terutama hak cipta (copyright), teknologi komunikasi dan informasi terutama multimedia, dan kreativitas-inovasi
insani atau modal kreatif insani. Dalam konteks peradaban Gelombang Keempat atau peradaban kreativitas
(pengetahuan) inilah kemudian dimaklumkan hadirnya masyarakat kreatif (creative society) atau masyarakat
pengetahuan (knowledge societies) dengan corak ekonominya yang bertumpu pada kreativitas dan inovasi insani
atau pengetahuan pada satu pihak dan pada pihak lain bertumpu pada “persenyawaan” ekonomi dengan
kebudayaan sebagai sistem simbolis (UNESCO, 2005; World Bank, 2007).

Memang, patut Anda ketahui, terdapat beberapa istilah atau sebutan untuk mewadahi dan menyebut gejala yang
berkenaan dengan “persenyawaan” atau “perkawinan” ekonomi dengan budaya [dalam pengertian luas atau holistik]
yang ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi, hak kekayaan intelektual (intellectual property right), dan
kreativitas—inovasi insani pada satu pihak dan pada pihak lain didorong oleh pertumbuhan permintaan produk-
produk kreatif dan tujuan-tujuan turisme yang serba eksklusif (UNCTAD, 2009:9-20). Ekonomi budaya (economy of
culture) sekaligus industri budaya (cultural industries) merupakan sebutan atau istilah yang muncul lebih dahulu
dibandingkan dengan sebutan atau istilah ekonomi inovasi (innovation economics), ekonomi pengetahuan
(knowledge economy) atau ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy], dan ekonomi kreatif
(creative economy). Sebutan atau istilah ekonomi inovasi tidak banyak yang menggunakannya baik pakar maupun
pemerintah dan lembaga tertentu. Sampai sekarang sebutan atau istilah ekonomi budaya dan ekonomi pengetahuan
atau ekonomi berbasis pengetahuan masih banyak dipakai oleh berbagai pakar, pemerintah (antara lain pemerintah
Jerman dan Europe Commission), dan atau lembaga-lembaga dunia tertentu (antara lain Bank Dunia dan OECD).
Akan tetapi, sekarang sebutan atau istilah paling popular dan paling sering dipakai oleh pakar (misalnya, Richard
Florida), pemerintah (misalnya, pemerintah Inggris Raya), dan lembaga tertentu (misalnya UNCTAD dan UNESCO)
adalah ekonomi kreatif. Meskipun juga sering digunakan secara bergantian, dibandingkan dengan sebutan atau
istilah ekonomi budaya dan ekonomi (berbasis) pengetahuan, sebutan atau istilah ekonomi kreatif sekarang paling
popular digunakan di berbagai belahan dunia dan benua. Lebih-lebih sekarang banyak pemikiran dan kebijakan
pemerintah di berbagai negara di dunia (misalnya Inggris, Singapura, Jerman, Selandia Baru, dan Asutralia serta
Brazilia) berpandangan bahwa ekonomi budaya dan ekonomi (berbasis) pengetahuan merupakan bagian ekonomi
kreatif. WIPO (World Intellectual Property Organization), sebuah badan PBB di bidang kekayaan intelektual,
menggolongkan ekonomi budaya dan ekonomi kreatif sebagai bagian ekonomi hak cipta atau industri hak cipta
(copyright economy atau copyright industries) dan sebutan ekonomi hak cipta atau industri hak cipta dipakai oleh
pemerintah Amerika Serikat, berbagai pakar, dan lembaga tertentu. Sekalipun demikian, sebutan atau istilah
ekonomi kreatif masih jauh lebih umum dan popular dipakai dibandingkan dengan sebutan atau istilah ekonomi hak
cipta. Bahkan para pakar ekonomi Indonesia (misalnya Dawam Rahardjo, Didik J. Rachbini) dan pemerintah
Indonesia juga menggunakan istilah atau istilah ekonomi kreatif. Oleh karena itu, dalam panduan ini kita gunakan
istilah atau sebutan ekonomi kreatif (creative economy).

Patut Anda ketahui bahwa ekonomi kreatif merupakan gejala baru ekonomi sekalipun berbagai aktivitas ekonomi
kreatif sudah lama berlangsung. Memang, harus diakui, ada pandangan yang menyatakan bahwa ekonomi kreatif ini
merupakan “barang lama dengan kemasan baru”, tetapi, harus disadari ada pula pandangan yang menyatakan
bahwa ekonomi kreatif merupakan “barang baru” sekalipun benih-benihnya sudah berkembang lama. Mengapa
demikian ekonomi kreatif disebut “barang baru”? Telah diketahui bersama bahwa pergeseran dari era pertanian lalu
era industrialisasi, disusul oleh era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi
infokom serta globalisasi ekonomi, telah menggiring peradaban manusia ke dalam suatu arena interaksi sosial baru
yang belum pernah terbayangkan pada masa-masa sebelumnya. Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola
produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Temuan baru di bidang teknologi informasi dan
komunikasi seperti internet, surel (email), SMS, Global System for Mobile communications (GSM) telah menciptakan
interkoneksi antar-manusia yang membuat manusia menjadi semakin produktif. Globalisasi dan internasionalisasi di
bidang media dan hiburan juga telah mengubah karakter, gaya hidup, dan perilaku masyarakat menjadi lebih kritis
dan lebih peka atas rasa serta pasar pun menjadi semakin luas dan semakin global. Pada sisi lain, yang muncul dari
fenomena tersebut adalah kompetisi yang semakin keras. Kondisi ini mengharuskan perusahaan mencari cara
supaya bisa menekan biaya semurah mungkin dan seefisien mungkin. Konsentrasi industri pun berpindah dari
negara barat ke negara-negara berkembang di Asia karena tidak bisa lagi menyaingi biaya murah di Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) dan efisiensi industri negara Jepang. Negara-negara maju mulai menyadari bahwa pada saat ini
mereka tidak bisa mengandalkan supremasi di bidang industri manufaktur lagi, tetapi mereka harus lebih
mengandalkan modal insani yang kreatif, sehingga kemudian pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas, yang populer disebut ekonomi kreatif yang digerakkan oleh sektor industri
yang disebut industri kreatif.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah Anda ketahui bahwa ekonomi kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya
mencari modus pembangunan berkelanjutan melalui kreativitas dan inovasi, dalam arti pembangunan berkelanjutan
adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan
kata lain, ekonomi kreatif adalah wujud dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju
dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan
ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas
atau lestari, yaitu gagasan, talenta dan kreativitas. Tidak mengherankan, ada pandangan bahwa ekonomi kreatif
merupakan interaksi kompleks antara budaya, ekonomi, dan teknologi dalam dunia yang telah terglobalisasi dan
didominasi oleh lambang, teks, suara, dan citra. Oleh karena itu, ekonomi kreatif sering didefinisikan sebagai “The
creative economy is an evolving concept based on creative assets potentially generating economic growth and
development” (UNCTAD, 2009:4). Ditambahkan oleh UNCTAD (2009:4) sebagai berikut.

It can foster income generation, job creation and export earnings while promoting social inclusion, cultural diversity
and human development; (b) It embraces economic, cultural and social aspects interacting with technology,
intellectual property and tourism objectives; (c) It is a set of knowledge-based economic activities with a development
dimension and cross-cutting linkages at macro and micro levels to the overall economy; (d) It is a feasible
development option calling for innovative multidisciplinary policy responses and interministerial action; dan (e) At the
heart of the creative economy are the creative industries.
Sejalan dengan itu, dapatlah Anda katakan bahwa ekonomi kreatif itu bertumpu pada aset-aset kreatif atau modal
kreatif yang secara potensial mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan;
“mengawinkan” atau “merangkul” (embraces) aspek ekonomi, budaya, dan sosial dengan teknologi, kekayaan
intelektual, dan tujuan-tujuan pariwisata; berupa sejumlah kegiatan ekonomi berbasis pengetahuan dengan dimensi
pembangunan dan beraneka pertautan pada tataran makro dan mikro terhadap keseluruhan ekonomi; pilihan
pembangunan yang terjangkau yang memerlukan tanggapan setimpal kebijakan inovatif secara multidisipliner dan
tindakan antardepartemen; dan bersumbu industri kreatif. Oleh karena itu, industri kreatif menjadi sumbu-utama
masyarakat pengetahuan [masyarakat kreatif] dan ekonomi kreatif (Work Foundation, 2007: 16; Fonseca-Reis, 2008;
Australian Cultural Ministers Council, 2008:3; UNCTAD, 2009) sehingga keduanya berkoeksistensi. Wajarlah jika
Work Foundation (2007:16-30) menegaskan bahwa industri kreatif merupakan bagian tidak terpisahkan dari ekonomi
kreatif atau ekonomi pengetahuan.

HAKIKAT INDUSTRI KREATIF

Setelah memahami hakikat ekonomi kreatif, barulah Anda dapat memahami hakikat industri kreatif. Apakah hakikat
industri kreatif? Perlu Anda ketahui bahwa relatif sama dengan istilah atau sebutan ekonomi kreatif, terdapat
berbagai istilah atau istilah untuk mewadahi dan menyebut gejala-gejala “perkawinan atau persenyawaan” antara
industri, seni dan budaya, teknologi, kreativitas dan modal intelektual, dan hak kekayaan intelektual. Ada istilah atau
sebutan industri budaya (cultural industries), industri kreatif (creative industries), industri hak cipta (copyright
industries). Horkeimer dan Ardono (1991) mencetuskan istilah atau sebutan industri budaya. Istilah atau istilah ini
muncul paling awal dan dipakai oleh berbagai negara dan lembaga tertentu, misalnya Jerman, Komisi Eropa,
Australia, dan Hongkong. Kemudian muncul istilah atau istilah industri kreatif. Banyak pakar, pemerintah, dan
lembaga tertentu menggunakan istilah atau sebutan industri kreatif di samping industri budaya. Selanjutnya muncul
istilah atau sebutan industri hak cipta. Ada pihak yang menyamakan pengertian industri budaya, industri kreatif, dan
industri hak cipta, tetapi banyak pula pihak yang membedakan pengertian industri budaya, industri kreatif, dan
industri hak cipta. Pihak yang membedakan ini memandang industri budaya sebagai bagian industri kreatif pada satu
pihak dan pada pihak lain industri kreatif merupakan bagian industri hak cipta (simak UNCTAD, 2009:9-15) sehingga
istilah industri hak cipta mencakup makna istilah industri kreatif dan industri budaya. Dibandingkan dengan istilah
industri budaya dan industri hak cipta, istilah atau istilah industri kreatif paling popular dan paling luas dipakai
sekarang. Para pakar dan pemerintah Indonesia juga menggunakan istilah atau istilah industri kreatif. Berdasarkan
pertimbangan ini, dalam panduan ini digunakan sebutan industri kreatif.

Pada hakikatnya industri kreatif berporos pada paduan antara kreativitas-inovasi, keterampilan/kemahiran, talenta
atau intelektualitas, seni, dan budaya serta teknologi. Dikemukakan oleh DCMS (2008:2) bahwa “Creative industries
as those industries which have their origin in individual creativity, skill, and talent and which have a potential for
wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property” (Industri kreatif berasal dari
pemanfaatan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteran dan lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan kekayaan intelektual). Sementara itu, UNCTAD (2008:12-13) menyatakan
sebagai berikut.

“The creative industries (a) are the cycles of creation, production and distribution of goods and services that use
creativity and intellectual capital as primary inputs; (b) constitute a set of knowledge-based activities, focused on but
not limited to arts, potentially generating revenues from trade and intellectual property rights ;(c) comprise tangible
products and intangible intellectual or artistic services with creative content, economic value and market objectives;
(d) are at the cross-road among the artisan, services and industrial sectors; and (e) constitute a new dynamic sector
in world trade.”

Jadi, industri kreatif merupakan industri yang bersumber dari kreativitas dan inovasi, modal kreatif atau intelektual,
dan kemampuan manusia dalam mentransformasikan, merekayasa dan mendayagunakan seni dan budaya menjadi
produk-produk kreatif baik barang kreatif maupun jasa kreatif yang dilindungi oleh hak kekayaan intelektual.

Perlu Anda ketahui bahwa relatif sama dengan keberadaan ekonomi kreatif, keberadaan industri kreatif telah
memperkaya arsitektur perekonomian dan perdagangan dunia termasuk perekonomian dan perdagangan Indonesia.
Industri kreatif tidak menggantikan, apalagi mematikan, aktivitas pertanian, industri manufaktur, industri informasi.
Dengan kata lain, sektor pertanian, sektor industri manufaktur, dan sektor industri informasi tidak pudar dan punah
dengan adanya industri kreatif. Akan tetapi, memang, kedudukan dan peran industri kreatif semakin penting di
tengah-tengah berlangsungnya deindustrialisasi manufaktur beberapa tahun belakangan (Basri, 2009; Rahardjo,
2009). Hal ini tampak pada sumbangannya bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. UNCTAD (2009)
melaporkan industri kreatif tumbuh dan berkembang paling dinamis di antara berbagai sektor perekonomian dunia
terutama perdagangan dunia. Sebagai contoh, di United Kingdom perkembangan industri kreatif memberi kontribusi
7,9 persen bagi pendapatan domestik bruto dan membuka pasar kerja 4,1 persen pada tahun 2002 (DCMS, 2008).
Pada tahun 2007, secara umum kontribusi industri kreatif sebesar 60 milyar poundsterling bagi perekonomian
Inggris. Secara khusus, di Glasgow Inggris, semenjak tahun 2000 telah tercipta 153 ribu lapangan kerja industri
kreatif dan pada tahun 2007 mampu berkontribusi sebesar Rp 62,5 triliun dalam pertumbuhan ekonomi (Tempo,
September 2008). Dalam pada itu, laporan UNCTAD (2009) tentang ekonomi kreatif menyodorkan fakta-fakta bahwa
selama 2005-2005 perdagangan barang dan jasa kreatif meningkat 8,7 persen. Nilai ekspor pada tahun 2005 saja
mencapai 424,4 milyar dollar AS atau setara 3.200 triliun rupiah, padahal pada tahun 1996 baru 227,5 milyar dollar
AS. Akan halnya industri kreatif Indonesia telah menyumbangkan produk domestik bruto 6,3 persen pada tahun
2002—2006 dan pada tahun 2015 diharapkan mampu menyumbangkan produk domestik bruto 7 persen (Tempo,
September 2008; Kompas, 2008a). Semua itu jelas menunjukkan betapa industri kreatif memiliki potensi besar dan
dapat diandalkan untuk menjadi pilar ekonomi dunia termasuk ekonomi dan industri Indonesia. Jika diurus secara
sungguh-sungguh, pada masa akan datang niscaya berbagai bidang industri kreatif akan semakin besar peran dan
kontribusinya bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia termasuk Indonesia yang notabene telah
bersalin rupa menjadi ekonomi kreatif.

SEKTOR, AKTIVITAS, DAN TAKSONOMI INDUSTRI KREATIF


Setelah Anda memahami hakikat ekonomi kreatif dan industri kreatif, tentu di benak Anda timbul pertanyaan: apa
sajakah sektor-sektor dan aktivitas-aktivitas industri kreatif? Untuk menjawab hal ini pertama-tama Anda perlu
mengetahui bahwa persenyawaan atau “perkawinan” antara industri dengan seni dan budaya sesungguhnya sudah
lama berlangsung meskipun kadang-kadang tidak diakui, bahkan dianggap tidak ada atau tidak seharusnya terjadi
oleh berbagai pihak terutama oleh para penggelut seni dan budaya. Fakta-fakta juga menunjukkan bahwa aktivitas-
aktivitas yang bersangkutan dengan pertukaran dan perdagangan barang-barang dan jasa-jasa seni dan budaya
telah berlangsung lama baik dalam skala domestik di dalam negeri, regional maupun internasional atau global. Data-
data UNESCO (2003; 2005) tentang arus internasional perdagangan barang-barang dan jasa-jasa seni dan budaya
menunjukkan bahwa semakin lama semakin besar arus pertukaran dan pergadangan budaya secara global baik
barang maupun jasa budayawi. Banyak pihak terutama pemangku budaya tinggi (great tradition) ala Redfieldian atau
budaya adiluhung menilai bahwa hal tersebut dapat “mendangkalkan” atau “memerosotkan” makna seni dan budaya
sehingga sering disebut komodifikasi seni dan budaya. Komodifikasi seni dan budaya atau perdagangan budaya
dianggap ulah kebudayaan massa yang – bagi pemangku atau pemeluk budaya adiluhung – memang hanya
menjunjung dan memuja kepopuleran dan kedangkalan makna yang menimbulkan dekadensi budaya. Oleh karena
itu, pada dasawarsa 1940-an, secara peyoratif Horkheimer dan Ardono (simak Ardono, 1991) menyebut atau
menamainya industri budaya. Sebutan atau istilah industri budaya ini kemudian dipakai oleh berbagai pihak yang
berurusan dengan industri seni dan budaya, misalnya Theordore Ardono, Richard Florida, John Howkins; juga
diterapkan oleh berbagai pemerintah yang secara serius mengembangkan sekaligus mengelola seni dan budaya
sebagai industri, misalnya pemerintah United Kingdom, Jerman, Australia, dan Selandia Baru; dan digunakan oleh
berbagai lembaga tertentu yang mengamati dan mengkaji gejala seni dan budaya sebagai industri, misalnya
European Commission, UNESCO, UNCTAD, dan German Commission for UNESCO. Setelah dalam rentang waktu
cukup panjang digunakan oleh banyak pihak tersebut, sebutan atau istilah industri budaya mengalami ameliorasi
atau peningkatan persepsi positif dan konstruktif di mata publik. Di samping masih ada persepsi peyoratif dari
berbagai pihak, harus diakui bahwa sekarang banyak pihak justru mempersepsi positif dan konstruktif sebutan atau
istilah industri budaya. Bahkan sekarang industri budaya sudah dianggap pemandangan jamak dalam kehidupan
sehari-hari.

Perlu Anda ketahui, dalam perjalanan waktu sebutan atau istilah industri budaya terus-menerus (a) mengalami
sentuhan konseptual, (b) memperoleh tantangan dari pandangan dan pemikiran baru tentang perlindungan gagasan-
kreativitas—inovasi yang dinamakan hak kekayaan intelektual terutama hak cipta, paten, dan merek, (c)
mendapatkan berbagai tantangan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terutama digitalisasi yang
demikian pesar, (d) memperoleh pengaruh dari berbagai perubahan sosial, ekonomis, dan demografis terutama
wisata dan deindustrialisasi, dan (e) mengalami intensifikasi penerapan di berbagai negara maju dan berkembang.
Hal tersebut membuat sebutan atau istilah industri budaya dianggap tidak memadai oleh berbagai pihak baik
pemerintah maupun pakar dan pemerhati industri kreatif. Istilah industri budaya dianggap sebagai “wadah yang
sudah tidak mampu memuat” seluk-beluk dan tali-temali industri dengan seni dan budaya. Tak mengherankan,
kemudian berbagai pihak mencari sebutan atau istilah baru untuk mewadahi berbagai perkembangan yang
berkenaan dan terkait dengan industri budaya dan berbagai tantangan konseptual yang dihadapi oleh industri
budaya. Dalam usaha mencari sebutan atau istilah tersebut, pada tahun 1994, dalam laporan bertajuk Commerce in
Content Report untuk Departemen Industri, Ilmu, dan Teknologi Australia, Dr. Terry Cutler of Cutler and Co. pertama
kali menggunakan sebutan atau istilah industri kreatif untuk mewadahi kompleksitas persenyawaan seni dan budaya
dengan industri yang dilandasi oleh kreativitas dan inovasi pada satu sisi dan pada sisi lain ditunjang oleh hak
kekayaan intelektual (HKI) dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) (Higgs, Cunningham, dan Pagan, 2007:4-5).
Selanjutnya sebutan atau istilah industri kreatif ini kemudian dieksplorasi dan dimantapkan lebih lanjut oleh United
Kingdom melalui Department for Culture, Media, dan Sport (DCMS). Melalui Creative Industries Task Force, pada
tahun 1998 DCMS berhasil memopulerkan dan membakukan sebutan atau istilah industri kreatif ke seluruh negara
Anglo-Saxon, bahkan negara-negara di dunia. Sebutan atau istilah industri kreatif makin popular dan mantap setelah
Creative Industries Task Force DCMS memublikasikan peta- utuh industri kreatif dalam dokumen bertajuk Creative
Industries Mapping Document 2001. Sejak saat itu sebutan atau istilah industri kreatif telah menjadi baku dan
digunakan oleh pemerintah dan pakar industri kreatif di berbagai belahan dunia.
Dengan mantap dan bakunya sebutan atau istilah industri kreatif, frekuensi penggunaan sebutan atau istilah industri
kreatif lebih banyak daripada sebutan atau istilah industri budaya. Hal ini tidak berarti bahwa sebutan atau istilah
industri budaya hilang sama sekali atau punah, tetapi memang semakin pudar. Berbagai pihak – baik pemerintah
maupun pakar dan lembaga tertentu –masih memakai sebutan atau istilah industri budaya. Hal ini dapat terjadi
karena ada berbagai pihak yang membedakan konsep industri kreatif dengan industri budaya, tetapi ada pula pihak-
pihak yang menyamakan konsep industri kreatif dengan industri budaya; dan bahkan juga ada pula pihak-pihak
tertentu yang menganggap industri budaya sebagai bagian dari industri kreatif. Sebagai contoh, United Kingdom
menggunakan sebutan industri kreatif saja dengan maksud sama dengan sebutan industri budaya, sebagaimana
dapat dilihat dalam berbagai dokumen yang telah diterbitkan oleh lembaga-lembaga terkait dengan United Kingdom,
antra lain Creative Industries Mapping Document (2001, Staying Ahead: The Economic Performance of the UK’s
Creative Industries (2003), dan Creative Britain: New Talents for New Economy (2007). Dalam pada itu, pemerintah
Jerman melalui Creative Business Consult dan German Commission for UNESCO masih menggunakan sebutan
atau istilah industri budaya berdampingan dengan sebutan industri kreatif (menyandingkan kedua sebutan) karena
menganggap industri budaya sebagai bagian dari industri kreatif, sebagaimana dapat dilihat dalam dokumen bertajuk
Culture and Creative Industries in Germany (2007) dan Culture and Creative Industries in Germany: Defining the
Common Characteristics of the Heterogeneous Core Branches of the “Cultural Industries” from a Macro-economics
Perspective (2009). Dalam hubungan ini rumus yang dipakai adalah: Sektor-sektor inti industri budaya + sektor-
sektor kreatif yang dimaksukkan ke dalam konsep baru = industri kreatif (Fesel dan Sondermann, 2007:17).
Selanjutnya, di Australia sebutan industri kreatif dan industri budaya juga masih sama-sama digunakan meskipun
oleh pihak berbeda, misalnya Pemerintah Australia melalui Australian Research Councial menggunakan sebutan
industri kreatif sebagaimana terlihat dalam dokumen Australia’s Creative Economy: Definitions of the Segments and
Sectors (2007), Australia’s Creative Economy: Mapping Methodologies (2007a), dan Australia’s Creative Economy:
Basic Evidence on Size,Growth, Income and Employment (2007b); dan melalui Australian Bureau of Statistics
menggunakan sebutan industri budaya dan kesenggangan (leisure) sebagaimana tampak dalam dokumen bertajuk
Australian Culture and Leisure Classifications (2008). Meskipun dengan pendekatan dan klasifikasi yang relatif
berbeda-beda, berbagai negara bagian di Austalia juga menggunakan sebutan atau istilah industri kreatif. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa sebutan atau istilah industri kreatif digunakan untuk “mewadahi” substansi yang
dikandung industri budaya ditambah dengan sektor kreatif yang dimasukkan ke dalam konsep baru meskipun
sebutan industri budaya masih ada dan dipakai oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun pakar industri kreatif.

Perlu Anda ketahui bahwa di samping sebutan atau istilah industri kreatif dan industri budaya, muncul pula sebutan
atau istilah industri hak cipta (copyright industries), berhubung persenyawaan seni dan budaya dengan industri yang
disangga oleh kreativitas dan inovasi selalu memerlukan sebuah perlindungan hak kekayaan intelektual. World
Intellectual Property Organization (WIPO) pertama kali mengusulkan istilah tersebut dan kemudian dipakai oleh
berbagai pihak baik pemerintah maupun ahli ekonomi dan pelaku usaha kreatif, di antaranya WIPO, Amerika Serikat,
dan Singapura. Dalam hubungan ini UNCTAD (2009:13) menyebutnya sebagai salah satu model industri kreatif
sehingga berkedudukan setara dengan sebutan atau istilah industri kreatif, tidak lebih dan tidak kurang; hanya istilah
dan sistem klasifikasinya berbeda sehingga klasifikasi sektor kreatifnya menjadi berbeda pula. Sebagaimana terlihat
dalam Copyright Industries in the U.S. Economy: The 2003—2007 Repot (2008), Amerika Serikat juga menggunakan
sebutan atau istilah industri hak cipta dalam pengertian WIPO dengan perubahan redaksional tertentu. Berbeda
dengan WIPO, UNCTAD, dan Amerika Serikat, dengan menggunakan pendekatan kluster kreatif, Kementerian
Perdagangan dan Industri Singapura berpandangan bahwa industri budaya merupakan bagian dari industri kreatif
dan industri kreatif ditambah dengan industri distribusi menjadi industri hak cipta, sebagaimana terlihat dalam
Economic Contributions of Singapore’s Creative Industries (2005). Rumusnya adalah: industri budaya + sektor kreatif
baru = industri kreatif; dan industri kreatif + industri distribusi = industri hak cipta. Meskipun demikian, kepopuleran
dan keberterimaan sebutan atau istilah industri hak cipta tidak seluas dan sekuat sebutan atau istilah industri kreatif.
Berbagai pihak yang menggunakan sebutan atau istilah industri hak cipta juga sering dalam konteks mendefinisikan
dan mengklasifikasikan sektor-sektor industri kreatif. Bahkan di Indonesia, baik pemerintah Indonesia, pakar dan
pemerhati industri kreatif, situs-situs industri kreatif maupun liputan-liputan jurnalistik dan majalah-majalah tertentu,
tampak hanya menggunakan sebutan atau istilah industri kreatif; tidak pernah ada pihak yang menggunakan sebutan
industri budaya dan atau industri hak cipta. Di Indonesia tampaknya hanya dikenal sebutan atau istilah industri
kreatif. Oleh karena itu, sebutan atau istilah industri kreatif tetap yang paling berterima, paling luas dan banyak, dan
paling intensif digunakan oleh berbagai pihak di berbagai belahan dunia, baik pemerintah, lembaga tertentu maupun
pakar dan pemerhati industri kreatif (seperti John Howkins dan Richard Florida).

Sehubungan dengan itu, dapat dikatakan bahwa sekarang istilah, sebutan, dan konsep industri kreatif telah menjadi
sebuah paradigma, suatu cara berpikir untuk menentukan sesuatu yang lain, salah satu di antaranya untuk
mengklasifikasikan bentuk-bentuk dan jenis-jenis industri kreatif serta aktivitas-aktivitas yang bersangkutan dan
berkaitan dengan industri kreatif. Klasifikasi bentuk-bentuk dan jenis-jenis industri kreatif tertentu ke dalam sektor
tertentu yang memiliki karakteristik relatif sama lazim disebut sektor atau segmen industri kreatif (simak CCI, 2007)
atau cukup disebut sektor-sektor kreatif. Sektor-sektor kreatif yang ada sekarang sangat beraneka macam,
bergantung pada perspektif, pendekatan, dan sistem klasifikasinya; tidak ada satu sistem klasifikasi yang diikuti oleh
semua negara, semua lembaga, dan semua pakar dan pemerhati industri kreatif. Sektor-sektor kreatif yang ada
lazimnya dipilah-pilah secara lebih terperinci menjadi subsektor kreatif atau segmen kreatif atau kategori-subkategori
kreatif. Selanjutnya sektor kreatif dengan subsektor kreatifnya diperinci lagi menjadi aktivitas-aktivitas industri kreatif.
Aktivitas-aktivitas industri kreatif ini beraneka macam dan jumlahnya bervariasi, bergantung pada sistem baku
klasifikasi industri yang dipakai. Beberapa klasifikasi sektor kreatif dan subsektor atau segmen kreatif beserta
aktivitas-aktivitas industri kreatifnya dikemukakan berikut.

Creative Industries Task Force DCMS mengklasifiksikan bentuk dan jenis industri kreatif menjadi 13 (tiga belas)
sektor kreatif, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang antik dan seni, layanan perintai lunak dan komputer,
kerajinan atau kriya, desain, perancang fesyen, filem dan video, piranti lunak permainan interaktif, musik, seni
pertunjukan, penerbitan, dan televise dan radio. Masing-masing sektor kreatif tersebut memuat berbagai aktivitas inti
(core activities), aktivitas terkait (related activities), dan industri terkait (related industries). Sebagai contoh, sektor
periklanan memiliki (a) aktivitas inti berupa penelitian dan wawasan konsumen, manajemen pemasaran klien,
perencanaan komunikasi/aktivitas, identifikasi selera dan tanggapan konsumen, penciptaan pariwara dan promosi
produk, kampanye kehumasan, perencanaan-pengadaan-penilaian media, dan produksi bahan-bahan periklanan; (b)
aktivitas terkait berupa studio kreatif, fasilitas penyuntingan, publikasi/brosur, fotografi-pemfileman-perekaman digital,
penciptaan konten digital, produksi multimedia dan internet, konsultasi pemasaran, dan ekshibisi; dan (c) industri
terkait meliputi humas, promosi, pemasaran langsung, televisi dan radio, film, dan penelitian pasar. Kemudian sektor
arsitektur memiliki (a) aktivitas inti yang meliputi pembuatan desain, perencanaan pembuatan, dan produksi
informasi; (b) aktivitas terkait yang meliputi keahlian lingkungan struktural-lanskap-desain lain, perencanaan kota,
perencanan biaya konstruksi dan kontrol, konservasi bangunan warisan budaya, penulisan ringkas, kajian kelayakan,
manajemen proyek, penilaian dokumen tender, pemantauan konstruksi, dan komersialiasi elektronis atau internet;
dan (c) industri terkait yang meliputi konstruksi, perekayasaan struktural, survei kuantitas, dan pemeliharaan
bangunan. Selanjutnya sektor pasar barang antik dan seni memiliki (a) aktivitas inti yang meluputi perdagangan seni
dan barang antik berupa lukisan, kain, keramik, furnitur, senjata tradisional, dan lain-lain; pengeceran barang antik
dan seni melalui galeri, pameran khusus, toko, dan internet; (b) aktivitas terkait yang meliputi pameran dan ekshibisi,
pemugaran, pencetakan, fotografi, asuransi, perbankan, hokum, dan wisata. Sektor jasa piranti lunak dan komputer
memiliki (a) aktivitas inti yang meliputi pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, analisis sistem dan desain,
arsitektur dan desain piranti lunak, manajemen proyek, dan desain prasarana, (b) aktivitas terkait yang meliputi
manajemen fasilitas, konsultasi dan pelatihan, pasok staf kontrak, kantor piranti lunak dan pengadaannya,
pemeliharaan piranti lunak, desain piranti keras-pembuatan dan pemeliharaannya, pasok dan distribusi informasi,
jasa komunikasi, dan penelitian dan pengembangan, dan (c) industri terkait yang mencakup konsultasi manajemen,
telekomunikasi, media internet dan digital, piranti luang-waktu (leisure) interaktif, penerbitan, televisi dan radio,
music, filem dan video, desain, periklanan, dan arsitektur. Sembilan sektor kreatif lainnya juga dijabarkan ke dalam
aktivitas-aktivitas kreatif sebagaimana contoh di atas (lihat Lampiran).
German Commision for UNESCO (simak Fesel dan Sondermann, 2007) mengklasifikasikan bentuk dan jenis industri
kreatif ke dalam sektor inti industri budaya yang memuat 9 (sembilan) sektor kreatif dan sektor kreatif yang masuk
dalam konsep baru yang memuat dua sektor kreatif sehingga seluruhnya menjadi 11 (sebelas) sektor kreatif. Sektor
inti industri budaya meliputi subsektor industri penerbitan, industri filem, industri kepenyiaran, seni musik-visual-
pertunjukan, keagenan berita atau kewartawanan, ekshibisi seni dan toko museum, perdagangan eceran barang-
barang budaya, kantor arsitektural, dan desain industri, sedangkan sektor kreatif yang dimaksukkan ke dalam
konsep baru meliputi periklanan dan pengolahan piranti lunak atau permainan. Subsektor industri penerbit meliputi
aktivitas rumah penerbitan buku, penerbit surat kabar, penerbit rekaman fonografis dan musik; subsektor industri
filem meliputi filem, televisi, produksi video, distribusi, dan bioskop; kemudian subsektor seni musik-visual-
pertunjukan meliputi aktivitas menjadi artis mandiri, teater mandiri, kabaret dan teater sejenis, keagenan teater dan
konser, dan perusahaan tata panggung teknis; pengolahan piranti lunak atau permainan meliputi aktivitas
pengembangan piranti lunak, konsultasi permainan, pembuatan piranti keras dan layanan pemrosesan data.
Demikian juga subsektor lain diperinci menjadi berbagai aktivitas industri kreatif.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengklasifikasikan bentuk dan jenis industri kreatif ke dalam 11
(sebelas) sektor kreatif yang berbeda dengan sektor kreatif model Jerman di atas. Kesebelas sektor kreatif model
Singapura adalah (a) teknologi informasi dan jasa piranti lunak yang diperinci menjadi segmen jasa pemrosesan data
[konsultasi TIK, pengembangan TIK, dan jasa TIK] dan penerbitan piranti lunak dan kerja multimedia, (b) periklanan
yang mencakup jasa periklanan, (c) media kepenyiaran yang mencakup segmen kepenyiaran televisi, pengelola jasa
internet, jasa televise, dan jasa radio, (d) penerbitan yang meliputi segmen penerbitan surat kabar, penerbitan buku,
brosur, buku musik, dan berkala, pengolahan media terekam, penerbitan berkala lain [jurnal, berkala, dan majalah],
aktivitas keagenan berita, dan aktivitas penerbitan, (e) desain interior, grafis, dan fesyen yang mencakup berbagai
aktivitas desain terspesialisasi, (f) jasa arsitektural yang meliputi berbagai aktivitas jasa arsitektual dan jasa survei,
(g) seni/perdagangan barang antik dan kriya atau kerajinan yang meliputi berbagai aktivitas barang antik, kerja seni,
dan kerajinan tangan, (h) seni pertunjukan yang mencakup aktivitas produksi musik dan teater, unjuk filem dan seni,
unjuk seni pertunjukan, pertunjukan opera-wayang-boneka, orkestra dan tari, kegiatan museum dan preservasi situs-
situs dan banguna bersejarah, (i) jasa sinema yang mencakup produksi filem dan video, pefileman video dan jasa
perekaman, jasa pasca-produksi filem, (j) fotografi yang meliputi berbagai aktivitas studio fotografis, dan (k) desain
industri yang mencakup berbagai aktivitas desain industrial. Sama dengan dua model klasifikasi sektor kreatif di
atas, klasifikasi sektor kreatif tersebut dapat diperinci lagi menjadi berbagai aktivitas yang lebih kecil.
Pemerintah Australia melalui Australian Research Council mengklasifikasikan bentuk dan jenis industri kreatif ke
dalam 6 (enam) segmen dan sektor kreatif yang masing-masing sektor kreatif diperinci lebih lanjut menjadi subsektor
kreatif dan berbagai aktivitas industri kreatif. Keenam segmen dan sektor kreatif yang dimaksud adalah (a) musik
dan seni pertunjukan yang dipilah menjadi subsektor musik dan seni pertunjukan, (b) filem-teve-radio yang dipilah
menjadi subsektor filem dan televisi serta radio, (c) periklanan dan pemasaran yang dibagi menjadi berbagai aktivitas
jasa, (d) konten piranti lunak dan interaktif yang dipilah menjadi subsektor piranti lunak dan konten interaktif, (e)
penerbitan yang diperinci menjadi penerbitan dan komposisi, dan (f) arsitektur-desain-seni visual yang diperinci
menjadi subsektor desain dan seni visual. Segmen dan sektor musik dan seni pertunjukan meliputi aktivitas-utama
komposisi musik, pertunjukan musik, perekaman musik, penerbitan komposisi musik, gladi resik seni pertunjukan,
pertunjukan tari dan balet, pertunjukan drama, unjuk seni, dan pertunjukan opera; sektor filem-teve-radio meliputi
aktivitas produksi program radio, produksi filem, pascaproduksi efek khusus filem, penulisan skenario filem,
kepenyiaran teve, dan pustaka filem dan video; sektor periklanan dan pemasaran meliputi aktivitas jasa periklanan,
jasa pemasaran, dan media periklanan; sektor konten piranti lunak dan interaktif meliputi aktivitas pengembangan
piranti lunak, penerbitan produk piranti lunak, pengembangan multimedia internet, pengembangan permainan
interaktif dan online, penerbit permainan interaktif, pengelola jasa multimedia internet, dan penerbitan konten
multimedia internet; sektor penerbitan meliputi aktivitas penerbitan surat kabar, penerbitan berkala, penerbitan buku,
penulisan, dan penataan pustaka; dan sektor arsitektur-desain-seni visual meliputi aktivitas arsitektural, seni dan
ilustrasi grafis, desain mutiara, desain fesyen, desain interior, desain produk, arsitektur bahari, desain terspesialiasi
lain, museum dan galeri, seni visual-pelukis-penggambar, dan fotografi. Menurut Australian Cultural and Leisure
Classifications, berbagai aktivitas utama tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut menjadi berbagai aktivitas
khusus.
Pemerintah India melalui The Taskforce on Creative and Cultural Industries dari Planning Commision [semacam
Bappenas di Indonesia] mengklasifikasikan bentuk dan jenis industri kreatif ke dalam 11 (sebelas) sektor kreatif
berdasarkan kesamaan atau kemiripan karakteristik masing-masing. Kesebelas sektor kreatif yang dimaksud adalah
(a) kerajinan tangan dan seni bangunan, kain dan produk buatan tangan (handmade, istilah umum Indonesia ATM),
industry cottage, (b) arsitektur, warisan dan pemugaran budaya, perekayasaan prasarana, prasarana sumber air, (c)
seni murni dan desain, (d) seni ritual dan pertunjukan, (e) media audiovisual dan digital, media gerak, kepenyiaran,
(f) periklanan dan hubungan masyarakat, pengeceran kreatif, (g) pendidikan dan pelatihan vokasional, kajian
budaya, (h) kesusastraan dan penerbitan, (i) pariwisata dan hospitalitas, kesengganggan dan unjuk-hiburan
(entertainment), (j) kesehatan dan penyembuhan, keindahan, seni makanan dan kuliner, dan (k) bentuk dan jenis
industri lain. Kesebelas sektor tersebut kemudian dijabarkan ke dalam berbagai aktivitas yang berkenaan dengan
industri kreatif. Sebagai contoh, sektor kesusastraan dan penerbitan dipilah menjadi subsektor (i) surat kabar yang
memiliki aktivitas pemberitaan/pelaporan/penulisan, penyuntingan dan perancang-cetakan [proofing], manajemen,
dan pencetakan, (ii) majalah dan jurnal yang memiliki aktivitas pemberitaan/pelaporan/penulisan, penyun-tingan dan
perancang-cetakan, manajemen, dan pencetakan, (iii) prosa/puisi/ drama yang memiliki aktivitas penulisan,
penyuntingan dan perancang-cetakan, manajemen, dan pencetakan, (iv) penerjemahan dan penafsiran yang
memiliki aktivitas penulisan, penyuntingan, pembacaan rancang-cetak, manajemen, dan pencetakan, (v) buku komik
yang meliputi aktivitas penulisan, pengilustrasian, penyuntingan, pembacaan rancang-cetak, manajemen, dan
pencetakan, (vi) media terekam [CD, DVD, VCD, VHS] yang meliputi aktivitas penulisan, penyuntingan, manajemen,
dan pencetakan, dan (vii) internet yang meliputi aktivitas penulisan, penyuntingan, manajemen, dan pencetakan.
Sebagai contoh lain, sektor seni ritual dan pertunjukan dijabarkan menjadi subsektor (i) tari yang meliputi aktivitas
menari magi, semi klasik/tradisional, neoklasik, desi dan tribal, kontemporer/modern, dan desain dan produksi
kostum tari, (ii) seni musik yang mencakup pengarah musik, studio perekaman, musik popular, penulis lirik atau lagu,
vokalis, instrumentalis, dan musik klasik, (iii) seni drama dan teater yang mencakup penulis skrip atau naskah, aktor,
produksi [produser, senimatografi, kamerawan], peñata lampu, desain kostum, perancang tata panggung, piñata rias,
dan peñata properti, (iv) penampil jalanan, (v) artis sirkus, dan (vi) instrumentalis. Sektor-sektor kreatif lainnya juga
dijabarkan ke dalam subsektor dan berbagai aktivitas (selengkapnya lihat Lampiran).
UNCTAD (2004; 2009) menggunakan pendekatan berfokus pada makna kreativitas secara luas untuk menentukan
taksonomi industri kreatif, terentang mulai aktivitas yang mengandung komponen artistik sangat kuat sampai dengan
aktivitas ekonomi yang memproduksi produk-produk simbolis dengan bertumpu pada kekayaan intelektual dan
memungkinan diterima pasar. Aktivitas-aktivitas ekonomis tersebut dibedakan antara yang meninggi (upstream
activities, misalnya aktivitas budaya tradisional seperti seni pertunjukan dan seni visual) dan yang menurun
(updownstream activities, misalnya penunjang pasar seperti periklanan, penerbitan, dan aktivitas media terkait).
Berdasarkan hal ini UNCTAD mengklasifikasikan bentuk dan jenis industri kreatif ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu
warisan budaya, seni, media, dan ciptaan fungsional, yang masing-masing memiliki sektor dan aktivitas berbeda
atau mirip. Kelompok warisan budaya meliputi sektor ekspresi budaya tradisional [seni dan kerajinan, festival dan
upacara] dan situs-situs budaya [situs arkeologis, museum, perpustakaan, ekshibisi, dan lain-lain]. Kelompok seni
yang merupakan industri kreatif murni bertumpu pada seni dan budaya terdiri atas sektor seni visual [lukisan,
sculpture, fotografi, dan barang antik] dan seni pertunjukan [pertunjukan musik, teater, tari, opera, sirkus, dan
boneka]. Kelompok media mencakup sektor penerbitan dan media cetak [buku, berita dan publikasi lain] dan media
audiovisual [filem, televisi, radio, dan kepenyiaran lain]. Adapun kelompok ciptaan fungsional mencakup sektor
desain [interior, grafis, fesyen, mutiara, dan permainan], media baru [piranti lunak, permainan video, dan konten
kreatif terdigitalisasi], dan jasa kreatif [arsitektural, periklanan, jasa budaya dan rekreatif, penelitian dan
pengembangan kreatif, jasa digital dan jasa kreatif terkait lainnya]. Sektor-sektor kreatif tersebut memiliki berbagai
aktivitas ekonomis yang kadang berbeda, kadang mirip, dan kadang sama.
Perlu Anda keahui, selain enam sistem klasifikasi atau taksonomi sektor kreatif tersebut, masih ada berbagai sistem
klasifikasi atau taksonomi sektor kreatif lain. Salah satunya yang perlu Anda pahami adalah sistem klasifikasi atau
taksonomi sektor kreatif Indonesia yang telah dikembangkan oleh Kementerian Perdagangan RI. Menurut
Kementerian Perdagangan RI, bentuk dan jenis industri-industri kreatif Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 14
sektor kreatif, yaitu (sub)sektor periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan atau kriya, desain, fesyen, video-
filem-fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan pencetakan, layanan atau jasa
komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, dan penelitian dan pengembangan. Masing-msing sector dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Subsektor periklanan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan
menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan,
misalnya penelitian pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi,
kampanye hubungan publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio),
pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis,
distribusi dan penyiapan bahan-bahan dan contoh ikan, dan penyewaan kolom untuk iklan.
Subsektor arsitektur merupakan kegiatan-kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari
level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,
misalnya arsitektur taman dan desain interior).
Subsektor pasar barang seni merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli,
unik, dan langka serta memiliki nilai estetika-artistik seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan
internet, misalnya alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
Subsektor kerajinan atau kriya merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi
produk kreatif yang dibuat dihasilkan oleh tenaga perajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses
penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun
buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer,
tanah liat, dan kapur. Pada umumnya produk kerajinan atau kriya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil
(bukan produksi massal).
Subsektor desain merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain
produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa penelitian pemasaran serta produksi kemasan dan
jasa pengepakan.
Subsektor fesyen adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain
aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fesyen, dan distribusi
produk fesyen.
Subsektor video-filem-fotografi merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, filem, dan jasa
fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk ke dalamnya penulisan skrip, pengisian suara,
sinematografi, sinetron, dan eksibisi filem.
Subsektor permainan interaktif merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi
permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan pendidikan. Subsektor permainan interaktif
bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau pendidikan.
Subsektor musik merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pencipataan atau komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi rekaman suara serta pengarahan rekaman musik.
Subsektor seni pertunjukan adalah berbagai kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten,
produksi pertunjukan (misalnya pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional,
musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata
lampu.
Subsektor penerbitan dan pencetakan merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita.
Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat
saham, dan surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Di samping itu,
juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan,
dan barang cetakan lain termasuk rekaman mikro filem.
Subsektor layanan atau jasa komputer dan piranti lunak merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan pangkalan
data, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, dan desain portal termasuk perawatannya.
Subsektor televisi dan radio merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
pengemasan acara televisi (misalnya: permainan, kuis, reality show, dan infotainment), penyiaran, dan transmisi
konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
Subsektor penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang
menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk
dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan
bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
Patut Anda pahami bahwa pengembangan sistem klasifikasi atau taksonomi sektor-sektor kreatif dalam industri
kreatif Indonesia tersebut didasarkan pada dua aspek utama, yaitu substansi yang dominan yang dikandung oleh
industri kreatif dan tingkat keahlian insan kreatif yang diperlukan oleh bentuk dan jenis industri kreatif tertentu.
Pertama, substansi dominan yang dikandung oleh bentuk dan jenis industri kreatif tertentu dapat dibedakan menjadi
4 (empat) aspek, yaitu:

media yang menghasilkan barang dan atau jasa yang mengandalkan media yang digunakan untuk menampil
kontennya dalam rangka menghasilkan nilai tambah;
seni dan budaya yang menghasilkan barang dan atau jasa yang mengandalkan kandungan seni dan budaya yang
terdapat di dalamnya untuk menghasilkan nilai tambah;
desain yang menghasilkan barang dan atau jasa yang mengandalkan aspek perancangan (desain) untuk
menghasilkan nilai tambah; dan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan barang dan atau jasa kreatif mengandalkan pengunaan
teknologi berbasis pengetahuan sebagai sarana penciptaan untuk menghasilkan nilai tambah.
Jika Anda cermati, pendekatan tersebut merupakan pengembangan dari pendekatan yang dilakukan Singapura oleh
Toh, Choo dan Ho (2003)24, yang mengelompokkan ranah industri kreatif pada tiga unsur, yaitu seni budaya, media,
dan desain. Unsur ilmu dan teknologi tidak dimasukkan oleh Singapura karena Singapura negara yang tergolong
maju dalam pengembangan teknologi yang telah terintegrasi dalam pembangunan sehingga diasumsikan tidak
diperlukan penekanan khusus. Sementara itu, dalam konteks Negara Indonesia, masih terdapat kesenjangan yang
tinggi dan beranekaragam di berbagai wilayah nusantara dan segmen masyarakat dalam tingkat penguasaan
teknologi maju. Oleh karena itu, aspek ilmu dan teknologi memerlukan penekanan khusus sebagai substansi
dominan pada industri kreatif tertentu.

Kedua, berkenaan dengan intensitas sumber daya, di dalam industri kreatif memang secara umum peran kreativitas
sangat sentral sebagai sumber daya utama. Akan tetapi, memang terdapat beberapa industri yang masih sangat
membutuhkan sumber daya yang bersifat fisikal, berupa sumber daya alam baik sebagai bahan mentah maupun
bahan baku-antara bagi industri tersebut. Industri-industri seperti penerbitan dan percetakan, misalnya, pada kondisi
sekarang masih sangat membutuhkan kertas sebagai bahan baku utama walaupun kecenderungan masa depan
adalah penggunaan saluran digital untuk menyampaikan informasi. Penerbitan dan percetakan masih masih sangat
sulit untuk mengabaikan peran kertas –yang bersumber dari pepohonan yang merupakan modal fisikal alam atau
biasa disebut sumber daya alam. Industri lainnya yang memiliki kondisi yang sama – bahkan dalam hal ini peran
sumber daya fisikalnya tidak tergantikan– adalah industri kerajinan dan industri fesyen. Industri kerajinan
membutuhkan berbagai bahan baku yang berasal dari alam, misalnya kayu, rotan, plastik, batu-batuan, dan logam.
Industri fesyen mutlak memerlukan bahan baku kain sebagai sumber daya yang utama. Sekalipun kecenderungan
global pada masa kini dan masa depan kedua industri tersebut adalah meningkatkan nilai tambah dari aspek desain
– bukan lagi aspek produksi/manufaktur – akan tetapi tidak bisa diabaikan kebutuhan sumber daya berwujud fisikal.
Industri pasar barang seni, walaupun tidak lagi melakukan kegiatan produksi, juga merupakan industri yang
mengandalkan sumber daya berwujud fisikal karena produk yang dijual tampak wujud fisikalnya. Berbagai industri di
atas dapat dikategorikan sebagai industri berbasis sumber daya yang kasat mata (tangible-based). Dalam pada itu,
sebagian besar subsektor industri kreatif lainnya sangat minim kebutuhan sumber daya fisikalnya, dan lazim
perannya tidak dominan. Industri permainan interaktif dan musik, sebagai contoh, mengandalkan sepenuhnya
kreativitas sebagai sumber daya utama. Industri-industri ini dikategorikan sebagai industri berbasis sumber daya
yang tak bendawi (intangible-based).
Berdasarkan kedua dimensi tersebut di atas, keempat belas sektor industri kreatif yang ada dapat ditempatkan ke
dalam matriks dua dimensi, yaitu (a) dimensi substansi yang dominan yang mencakup media, seni dan budaya
desain, dan ilmu dan teknologi pada satu pihak dan (b) pada pihak lain dimensi intensitas sumber daya yang
diperlukan yang mencakup industri kreatif bendawi dan industri kreatif tak bendawi. Sebuah sektor bisa mengandung
lebih dari satu substansi yang dominan dalam upaya menciptakan nilai tambah bagi barang dan jasa kreatif yang
dihasilkannya sehingga bisa ditempatkan di tengah-tengah kedua substansi tersebut. Sebagai contoh, musik adalah
subsektor kreatif yang terkait dengan seni dan budaya, tetapi juga sangat erat berkaitan dengan media yang
digunakan untuk menampilkannya sehingga musik dapat ditempatkan di antara kedua aspek tersebut. Bentuk-
bentuk dan jenis-jenis industri kreatif atau usaha kreatif yang sama atau mirip sekali – baik dari aspek sumber daya
insani maupun substansi yang harus dikembangkan – akan memerlukan strategi pengembangan yang serupa.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diperoleh tujuh subsektor industri kreatif Indonesia sebagai berikut.

Kelompok subsektor industri publikasi dan presentasi melalui media (media publishing and presence), yaitu
subsektor penerbitan-percetakan dan subsektor periklanan. Bahasa dan seni
Kelompok subsektor industri dengan kandungan budaya yang disampaikan melalui media elektronik (electronic
media presentation with cultural content: yaitu subsektor televisi dan radio dan subsektor filem video dan fotografi.
Kelompok subsektor industri dengan kandungan budaya yang ditampilkan ke publik baik secara langsung maupun
lewat media elektronis (cultural presentation), yaitu subsektor musik dan subsektor seni pertunjukan.
Kelompok subsektor industri yang padat kandungan seni dan budaya (arts dan culture intensive), yaitu subsektor
kerajinan dan subsektor pasar barang seni.
Kelompok subsektor industri desain, yaitu subsektor desain, subsektor fesyen, dan subsektor arsitektur.
Kelompok subsektor industri kreatif dengan muatan teknologi meliputi subsektor penelitian dan pengembangan,
subsektor permainan interaktif, dan subsektor teknologi informasi dan jasa perangkat lunak.
Terlepas dari apa pendekatan taksonomi atau sistem klasifikasi industri kreatif, sektor-sektor kreatif sekaligus
aktivitas-aktivitas ekonomis yang menyertainya sebagaimana dikemukakan di atas memungkinkan terbukanya
berbagai aktivitas ekonomis terutama terbuka atau bahkan terciptanya berbagai jenis pekerjaan kreatif, lapangan
usaha kreatif, dan kewirausahaan kreatif – baik profesional mandiri maupun korporasi. Sampai sekarang kenyataan
memang menunjukkan bahwa profesional mandiri dalam industri kreatif relatif besar dibandingkan dengan korporasi.

Dengan mengacu pada The Standard Industrial Classification (SIC) Codes of the Nation’s Art-Related Businesses,
Anda dapat mengetahui secara gamblang bahwa sektor-sektor kreatif yang telah berkembang memungkinkan
terbukanya beratus-ratus jenis pekerjaan kreatif dan lapangan usaha kreatif. Demikian pula dengan mengacu
International Standard Industrial Classification for All Economic Activities (ISIC) Rev 4 keluaran PBB, North-America
Industrial Standard Classification (NAICS) keluaran Amerika Serikat, dan atau Australian Culture and Leisure
Classifications keluaran Australian Bureau Statistics (2008) dapat diketahui adanya beratus-ratus, bahkan mencapai
lebih seribu jenis pekerjaan dan lapangan usaha kreatif yang bisa dibuka dan dikembangkan. Semua jenis pekerjaan
dan lapangan usaha yang dicantumkan di dalam berbagai sistem klasifikasi atau taksonomi industri kreatif tersebut
memang sudah berkembang di berbagai belahan dunia, tetapi belum semua jenis pekerjaan dan lapangan usaha
kreatif itu tumbuh dan berkembang di Indonesia mengingat perhatian, keseriusan, dan keterlibatan berbagai pihak di
Indonesia masih relatif baru di bidang ekonomi kreatif dan industri kreatif Indonesia.

Ketujuh kelompok industri kreatif yang mencakup 14 (sub)sektor kreatif Indonesia juga memungkinkan terbukanya
berbagai jenis pekerjaan kreatif, lapangan usaha kreatif, dan kewirausahaan kreatif di dalam dinamika ekonomi
kreatif dan industri kreatif Indonesia. Sebagai contoh, dengan mengacu Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
[KBLI] (2009) [Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009], (sub)sektor kerajinan atau kriya di
Indonesia dapat membuka jenis pekerjaan kreatif bermacam-macam, antara lain (i) pembatik yang melakukan
pekerjaan pembatikan cap dan tulis, (ii) perajut yang mengerjakan perautan, (iii) penyulam atau pembordir yang
mengerjakan pekerjaan sulam dan bordir tangan dan atau mesin, (iv) perajin yang mengerjakan produk kulit dan
tatah sungging, (v) pengukir/pematung/ pemahat yang mengerjakan aktivitas mengukir/mematung/memahat
berbagai wujud dengan media kayu, batu, logam, kaca, dan lain-lain, (vi) penganyam yang mengerjakan aktivitas
menganyam rotan, akar, serat, dan lain-lain, (vii) pelukis dan penggambar yang mengerjakan lukisan dan atau
gambar melalui media kayu, kertas, kulit, kaca, dan lain-lain, dan (viii) perajin mebel yang mengerjakan produk-
produk furnitur kayu dan rotan. Di samping itu, menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, juga
dapat terbuka 48 jenis lapangan usaha kerajinan atau seni kriya dan 14 industri terkait dengan kerajinan atau seni
kriya. Contoh lain, (sub)sektor fesyen yang sekarang telah berkembang baik di Indonesia memungkinkan terbukanya
puluhan jenis pekerjaan dan lapangan usaha terkait fesyen. Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
2009, (sub)sektor fesyen Indonesia dapat membuka pekerjaan perancang, pekerja sablon, penjahit dan pembordir,
pekerja produksi sepatu, pekerja produksi tas, dan pekerja produksi aksesoris. Di samping itu, dapat membuka
paling tidak 20 jenis lapangan usaha terkait fesyen, di antaranya industri pakaian jadi rajutan [Subsektor 17302],
industri rajutan kaos kaki [Subsektor 17303], industri barang jadi rajutan lain [Subsektor 17304], industri pakaian jadi
dari kain dan perlengkapannya [Subsektor 18101], industri pakaian jadi (konveksi) dan perlengkapan dari kulit
[Subsektor 180102], industri pakaian jadi (barang jadi) dari kulit berbulu dan atau akesoris [Subsektor 18202],
industri alas kaki dan keperluan sehari-hari [Subsektor 19201], industri sepatu olah raga [Subsektor 19202], industri
sepatu teknik lapangan/keperluan industri [Subsektor 19202], dan industri perdagangan eceran kain [Subsektor
52321]. Selanjutanya, sebagai contoh lain lagi, (sub)sektor industri musik dapat mendorong terbukanya berbagai
jenis pekerjaan dan lapangan usaha terkait musik. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 2005, jenis
pekerjaan yang berkenaan dengan sector musik adalah instrumentalis, penyanyi/vokalis, penyusun aransemen lagu,
pencipta lagu, improviser, orchestrator, dan konduktor selain perekayasa suara, piñata cahaya atau lampu, piñata
rias, peñata busana pentas, dan peñata musik serta manajer artis. Di samping itu, lapangan usaha sektor musik
dapat berupa Kelompok 22130 yang mencakup usaha perekaman suara di piringan hitam, pita kaset, compact disk,
dan sejenisnya; Kelompok 22301 yang mencakup usaha reproduksi (rekaman ulang), audio, komputer dari kopi
master, rekaman ulang floppy, hard, dan compact disk; Kelompok 92141 yang mencakup kegiatan pemerintah dalam
usaha penyelenggaraan hiburan baik siaran radio, televisi maupun tidak, khususnya pagelaran musik untuk tujuan
hiburan; Kelompok 92142 yang mencakup usaha pertunjukan kesenian dan hiburan panggung yang dapat dikelola
oleh swasta khususnya usaha-usaha jasa hiburan seperti band, orkestra, dan sejenisnya termasuk penyanyi, penari,
dan seniman panggung sejenis; dan Kelompok 92143 yang mencakup usaha jasa penunjang hiburan seperti usaha
juru kamera, peñata lampu, peñata rias, peñata musik, dan jasa peralatan lain sebagai penunjang seni panggung.
Contoh tiga sektor kreatif yang telah menghadirkan berbagai jenis pekerjaan dan lapangan usaha tersebut juga
diikuti oleh sebelas sektor kreatif lain dalam industri kreatif Indonesia.

Memang jika Anda bandingkan dengan The Standard Industrial Classification (SIC) Codes of the Nation’s Art-
Related Businesses keluaran America Arts, International Standard Industrial Classification for All Economic Activities
(ISIC) Rev 4 keluaran PBB, North-America Industrial Standard Classification (NAICS) keluaran Amerika Serikat, dan
atau Australian Culture and Leisure Classifications keluaran Australian Bureau Statistics (2008), dan klasifikasi
UNCTAD berdasarkan EBOPS [Extended Balance of Paymant Services Classification] serta model klasifikasi dari
Conference of Ministers of Economic Affairs, masih terdapat berbagai jenis pekerjaan dan lapangan usaha dalam
sektor-sektor atau subsektor-subsektor kreatif yang belum tercantum di dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia 2009. Hal ini setidak-tidaknya dapat disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, jenis pekerjaan dan
lapangan usaha kreatif yang dimaksud belum berkembang di dalam industri kreatif Indonesia sehingga belum
dimasukkan ke dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009 meskipun sudah berkembang di berbagai
belahan dunia, misalnya Eropa dan Amerika. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif Indonesia
tergolong pesat sebagaimana tampak pada sumbangan ekonomisnya bagi perekonomian nasional dan tampak pada
rencana pengembangannya, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya masih kalah pesat dibandingkan dengan
negara-negara lain terutama Eropa khususnya United Kingdom. Kedua, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
2009 memang belum mencantumkan dan memasukkan berbagai jenis pekerjaan dan lapangan usaha kreatif yang
sebenarnya sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena di Indonesia industri
kreatif khususnya usaha-usaha kreatif tergolong usaha kecil dan menengah, bahkan tergolong usaha sektor
informal. Sebagai contoh, di Indonesia masih sangat banyak pemberi jasa penerjemahan, pemberi jasa
pemeliharaan piranti keras dan piranti lunak komputer, pemberi kursus musik atau menyanyi, dan pemberi jasa
kepenyiaran bersifat freelance atau individual sehingga sangat sulit diketahui dengan pasti bagaimana aktivitas
ekonomisnya. Berhubung merupakan sektor informal, pada umumnya sulit tersedia data jenis-jenis pekerjaan kreatif,
lapangan usaha kreatif, dan bentuk-bentuk usaha kreatif. Sifat temporalitas dan fluktuatif sebagian besar pekerjaan
dan lapangan usaha kreatif juga sangat menyulitkan pendataan. Di samping itu, internasionalisasi, globalisasi, dan
digitalisasi lapangan-lapangan usaha kreatif tertentu dan pangsa pasar produk kreatif tertentu membuat cukup
banyak pekerja kreatif Indonesia mengerjakan produk-produk kreatif pesanan luar negeri yang sering tidak terpantau
dan terkelola dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Peluang-peluang usaha kreatif yang besar di luar negeri juga
membuat banyak tenaga kerja kreatif atau pekerja kreatif Indonesia memiliki bekerja untuk luar negeri, bahkan
bekerja di luar negeri sehingga industri kreatif Indonesia mengalami pengurasan modal kreatif atau modal intelektual
[brain drain] secara signifikan.

Pada umumnya kondisi tersebut disikapi secara negatif dan positif. Secara negatif, banyak pihak temasuk juga
pemerintah Indonesia, mengeluhkan atau menyayangkan cukup banyaknya tenaga kerja kreatif atau pekerja kreatif
Indonesia bekerja bagi industri kreatif luar negeri sehingga industri kreatif Indonesia kekurangan atau kesulitan
modal intelektual atau modal kreatif. Akan tetapi, secara positif kondisi tersebut justru dapat dimaknai betapa
terbukanya kesempatan usaha kreatif, peluang usaha kreatif, lapangan usaha kreatif, dan jenis pekerjaan kreatif
yang dapat dikembangkan di Indonesia. Lebih jauh hal tersebut bermakna bahwa potensi dan prospek sektor-sektor
kreatif termasuk sektor kreatif berbasis bahasa dan seni di Indonesia sangat bagus. Aktivitas-aktivitas ekonomis
terkait dengan sektor-sektor kreatif Indonesia masih sangat terbuka untuk dieksplorasi dan dikembangkan secara
lebih optimal. Dengan demikian, industri kreatif Indonesia tumbuh dan berkembang secara signifikan. Secara khusus
pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif Indonesia dapat dipercepat atau dipacu secara signifikan dengan
cara menumbuhkembangkan kewirausahaan kreatif. Meskipun jelas-jelas sangat penting – sebagaimana ditunjukkan
oleh sejumlah pihak baik secara empiris maupun secara akademis – keberadaran dan peran kewirausahaaan kreatif
sekaligus wirausahawan kreatif, hal tersebut belum memperoleh perhatian pemerintahn secara memadai pada satu
pihak dan pada pihak lain belum menarik minat-kemauan banyak anggota masyarakat untuk memasukinya. Minat
dan kemauan menjadi wirausahawan kreatif sekaligus memasuki bidang-bidang kewirausahaan kreatif sebagian
besar anggota masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, bahkan juga para sarjana di Indonesia yang notabene
tergolong kelas kreatif.

KEBERADAAN KEWIRAUSAHAAN KREATIF

Berdasarkan beberan-beberan tersebut di atas telah dapat Anda ketahui bahwa keberadaan, kedudukan, fungsi, dan
peranan kewirausahaan kreatif (creative entrepreneurship) sekaligus wirausahawan kreatif (creative entrepreneur)
sangat penting selain kelas kreatif dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kreatif dan industri kreatif. Patut
dikemukakan di sini bahwasanya Lounsbury dan Glynn (2001:545—564) menyebutkan istilah kewirausahaan budaya
sekaligus wirausahawan budaya (cultural entrepreneurship dan cultural entrepreneurs) dalam konteks industri
budaya. Menurut hemat penulis, hal ini bersinonim dengan kewirausahaan kreatif dan wirausahawan kreatif.
Sebagaimana telah disinggung di atas, Florida (2001) mengemukakan bahwa kelas kreatif-lah penopang utama
pertumbuhan dan perkembangan kelas kreatif yang menjunjung kreativitas dan inovasi sebagai fondasi ekonomi
kreatif. Kelas kreatif adalah orang-orang yang menjunjung nilai-nilai individualitas, meritokrasi, keanekaragaman
(diversitas), dan keterbukaan. Di samping mencakup semua pekerja profesional, ilmiah (ilmuwan), dan artistik yang
mampu menciptakan dinamika ekonomis, sosial, dan budaya terutama dalam wilayah urban, secara luas kelas
kreatif juga mencakup profesional kreatif dalam dunia usaha, keuangan, dan hukum. Wirausahawan kreatif dapat
digolongkan sebagai kelas kreatif dalam pengertian luas Florida tersebut. Yang dimaksud wirausahawan kreatif di
sini adalah orang-orang yang sukses berusaha dan bertalenta wirausaha yang mampu mentransformasikan
gagasan-gagasan ke dalam produk-produk kreatif atau jasa-jasa kreatif bagi masyarakat (UNCATD, 2009:16).
Mereka terdiri atas wirausahawan mandiri dan wirausahawan professional. Oleh sebab itu, lebih lanjut UNCTAD
(2009) menyebutkan bahwa kelas kreatif terutama wirausahawan kreatif merupakan penggerak penting
pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif di manapun. Hal ini mengimplikasikan betapa pentingnya
kewirausahaan kreatif bagi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif. Ekonomi kreatif dan industri kreatif
terutama rantai-nilai industri kreatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal tanpa kewirausahaan kreatif.

Yang dimaksud kewirausahaan kreatif di sini adalah keseluruhan kegiatan dan usaha yang digerakkan dan
dijalankan oleh wirausahawan kreatif untuk menciptakan nilai-tambah secara orisinal, otentik, dan relatif baru bagi
produk-produk [baik barang maupun jasa] kreatif dengan cara mentransformasikan budaya, membuka peluang
usaha kreatif, manajemen pengambilan keputusan dan resiko berdasarkan peluang usaha kreatif, dan memobilisasi
modal insani, finansial, dan material serta mengedepankan kepemimpinan inovatif. Dengan kewirausahaan kreatif,
setidak-tidaknya, rantai produksi-distribusi-konsumsi atau komersialisasi produk kreatif dapat berjalan dan bekerja
sehingga masyarakat dapat mengenyam produk kreatif. Dengan kata lain, produk-produk kreatif dapat didistribusikan
dan dikomersialisasi untuk kemudian dikosumsi oleh masyarakat. Di samping itu, dengan kewirausahaan kreatif-lah
dapat dikembangkan atau dibuka lapangan-lapangan usaha kreatif, dieksplorasi bentuk usaha kreatif sesuai dengan
sektor-sektor kreatif yang ada, dirintis-dibuka-dikembangkan perusahaan-perusahaan kreatif (creative interprises),
dikelola dengan baik berbagai usaha kreatif, dan diberdayakan kelas kreatif khususnya tenaga kerja kreatif (creative
labour), dan dikembangkan potensi dan prospek ekonomis berbagai gagasan, kreativitas, inovasi, dan pengetahuan
(Liang, 2005: 19; Mustafa bin Mansur, 2005:13; Pemerintah Finlandia, 2008). Dengan demikian, sejatinya
kewirausahaan kreatif merupakan ujung tombak pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kreatif dan industri kreatif
di Indonesia.

Dalam rangka ikut berpartisipasi dalam penumbuhan dan pengembangan industri kreatif di Indonesia, secara
terbatas penulis pernah mengembangkan model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni yang dalam batas
tertentu dapat dijadikan manual atau toolkit pendidikan kewirausahaan kreatif (entrepreneurship education for the
creative industries – istilah NESTA) di samping penumbuhkembangan industri kreatif. Dalam hubungan ini sudah
pernah penulis kembangkan sebuah model integrasi kewirausahaan ke dalam perkuliahan mahasiswa bahasa dan
seni sebagai siasat penumbuhkembangan wawasan dan etos kewirausahaan berbasis bahasa dan seni. Judulnya
adalah Pengembangan Model Konseptual Integrasi Jenis Kewirausahaan Berbasis Kemampuan Bahasa dan Seni
dalam Perkuliahan Bidang Studi di FPBS IKIP Malang (1999-2000). Sesuai dengan judulnya, model tersebut hanya
berisi panduan atau perangkat mengintegrasikan industri kreatif berbasis bahasa dan seni ke dalam perkualiahan
yang diikuti oleh mahasiswa sebagai calon sarjana (pendidikan) bahasa dan seni agar mereka memiliki wawasan
dan etos kewirausahaan kreatif di bidang yang mereka geluti dalam perkuliahan. Harus diakui, pengembangan
model tersebut sangat terbatas-sempit sehingga belum dapat menggambarkan secara holistis-komprehensif sebuah
model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni sebagai manifestasi industri kreatif Indonesia. Oleh karena
itu, sekarang masih sangat dibutuhkan pengembangan model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni
sebagai manifestasi industri kreatif yang notabene semakin lama semakin berkembang sangat dinamis dan
berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (simak Departemen Perdagangan RI, 2007;
Tempo, September 2008; Kompas, 2008a). Berdasarkan pertimbangan tersebut, dapat Anda katakana bahwa
sekarang amat diperlukan sebuah model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni sebagai salah satu
manifestasi industri kreatif. Hasilnya dapat menjadi wawasan, manual, dan toolkits untuk membuka, merintis, dan
menggeluti serta mengembangkan kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni, yang pada giliran berikutnya
dapat menjadi model pemberdayaan kelompok masyarakat tertentu, dalam hal ini pemberdayaan kemampuan
ekonomis sarjana-sarjana atau pelaku-pelaku bahasa dan seni yang sampai sekarang umumnya masih sangat
awam dalam bidang kewirausahaan kreatif dan industri kreatif.

Sudah barang tentu model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni sebagai manifestasi industri kreatif
tersebut memiliki perangkat model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni. Setidak-tidaknya perangkat
model yang dimaksud terdiri atas komponen (1) wawasan holistis-komprehensif tentang industri kreatif dan
kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni, (2) bentuk-bentuk dan jenis-jenis kewirausahaan kreatif berbasis
bahasa dan seni terutama bentuk-bentuk usaha kreatif dan aktivitas-aktivitas industri kreatif, (3) etos berwirausaha
dalam kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni, (4) budaya unggul kewirausahaan kreatif berbasis bahasa
dan seni, (5) model kreasi, produksi, dan distribusi serta komersialiasi produk-produk kreatif berbasis bahasa dan
seni, (6) manajemen usaha kreatif [perencanaan usaha kreatif, pemasaran usaha kreatif, pemantauan usaha kreatif,
dan pengendalian usaha kreatif baik berupa barang kreatif maupun jasa kreatif] berbasis bahasa dan seni, dan (7)
strategi perintisan dan pengembangan korporasi atau perusahaan dan bentuk-bentuk usaha kreatif berbasis bahasa
dan seni. Menurut hemat penulis, ketujuh komponen model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni tersebut
dipandang sebagai salah satu manifestasi model industri kreatif di Indonesia yang apabila diimplementasikan secara
konsisten dan berkelanjutan dapat membuahkan perusahaan-perusahaan kreatif, bentuk usaha-usaha kreatif, dan
produk-produk kreatif berbasis bahasa dan seni yang kompetitif dan digemari oleh para konsumen serta berdampak
ekonomis-sosial-kultural yang signifikan. Tentu saja perangkat model kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan
seni yang dimaksud masih harus dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut, tidak dikemukakan dalam tulisan ini.

PENUTUP

Beberan di muka telah menunjukkan betapa pesatnya transformasi ekonomi dan industri, dari ekonomi dan industri
manufaktur menuju ekonomi dan industri kreatif. Berbeda dengan ekonomi dan industri manufaktur, ekonomi dan
industri kreatif bertumpu pada budaya atau kreativitas dan inovasi manusia. Ekonomi dan industri kreatif ini niscaya
akan makin berkembang bilamana (di-/ber-)kembang-(kan) kewirausahaan kreatif yang mewirausahakan budaya
dan kreativitas-inovasi insani. Di sinilah budaya dan kreativitas-inovasi insani menjadi sangat fundamental dan
sentral keberadaannya. Salah satu manifestasi budaya yang dikenal dan dinikmati oleh masyarakat luas adalah
bahasa dan seni. Bahasa dan seni dapat menjadi salah satu bahan industri kreatif yang penting, yang bilamana
diolah secara kreatif dan inovatif sedemikian rupa dapat menjadi produk-produk usaha kreatif yang penting dalam
kewirausahaan kreatif. Untuk mengolah dan mendayagunakan bahasa dan seni sebagai produk usaha kreatif itulah
perlu dikembangkan industri kreatif sekaligus kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni. Pengembangan
kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni ini menjadi tantangan dan peluang baru para pekerja bahasa dan
seni, ahli bahasa dan seni, dan seniman dan bahasawan Indonesia di samping menjadi tantangan dan peluang para
wirausahawan Indonesia. Berkembangnya kewirausahaan kreatif berbasis bahasa dan seni akan memberi
sumbangsih berarti bagi ekonomi dan industri kreatif Indonesia, yang sekarang sedang digalakkan dan dikelola
secara serius oleh pemerintah

*Tulisan ini merupakan petikan yang dimodifikasi atau diolah kembali sedemikian rupa dari Bab II penelitian strategis
nasional berjudul Pengembangan Model Kewirausahaan Kreatif Berbasis Bahasa dan Seni sebagai Wujud Industri
Kreatif yang dilaksanakan pada tahun 2010 yang disponsori oleh Tim Pengelola Hibah Strategis Nasional Bacth I
DP2M Ditjen Dikti. Petikan dengan pengolahan kembali ini dimaksudkan untuk mengenalkan lebih lanjut kepada
khalayak ramai dan lebih luas perihal industri kreatif berbasis bahasa dan seni dalam rangka memperluas prospek
bidang bahasa dan seni di Indonesia; sama sekali tidak dimaksudkan sebagai bentuk autoplagiasi dan tidak
digunakan untuk kepentingan peningkatan karier akademik penulis.

Djoko Saryono
Lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di Madiun, Jawa Timur. Saat ini menjadi Guru Besar di Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang dan Kepala Perpustakaan Universitas Negeri Malang. Pelanggan fanatik Kafe Pustaka-
Perpustakaan Universitas Negeri Malang.
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK DALAM KEMAMPUAN DASAR SENI

Kreativitas merupakan suatu ungkapan yang tidak asing lagi di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk anak
usia prasekolah yang selalu berusaha untuk menciptakan segala sesuatu sesuai dengan imajinasinya. Kreativitas anak
di tk ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk gambar yang dia sukai, bercerita, bermain peran ataupun
menampilkan berbagai gerakan yang berkaitan dengan aktivitas motoriknya.

Ada berbagai alasan mengapa kreativitas penting untuk dimunculkan, dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak.
Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri merupakan salah satu kebutuhan
manusia. Kedua, dengan anak selalu berpikir kreatif memungkinkan anak untuk menyelesaikan suatu masalah. Serta
anak dapat mengekspresikan pikirannya tanpa ada batasan. Serta dapat melahirkan suatu gagasan baru. Ketiga,
dengan menyibukkan diri secara kreatif akan memberikan kepuasan kepada anak. Hal ini karena tingkat kepuasan
anak mempengaruhi perkembangan social emosional anak. Keempat, dengan kreativitas memungkinkan manusia
untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Pengembangan kreativitas anak terdapat pada seluruh bidang kemampuan dasar, yaitu meliputi bidang
pengembangan berbahasa, kognitif, dan fisik motor. Dan yang tidak kalah penting adalah pengembangan kreativitas
anak dalam bidang pengembangan kemampuan dasar seni. Dalam pengembangan kreativitas dalam bidang
pengembangan kemampuan dasar seni terdapat berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan, baik dalam bidang
seni tari, seni rupa, maupun seni musik.

Untuk memacu kreativitas anak dalam bidang seni dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan seperti berikut :

1. Menggambar

Menggambar merupakan cara yang digunakan agar anak dapat mengekspresikan apa yang dia pikirkan kedalam
suatu gambar.

Menggambar bertujuan agar anak dapat :

Mengembangkan ekspresi melalui media gambar.


Mengembangkan imajinasi, fantasi dan kreasi.
Melatih otot tangan/jari, koordinasi otot dan mata.
Memupuk perasaan estetika, melatih pengamatan.
Memupuk potensi menggambar.
Dalam hal ini hendaknya guru memperhatikan sikap duduk anak dan cara anak memegang alat tulis. Serta tidak
terlalu memberi banyak petunjuk dan contoh, atau memegang tangan anak dan menggerakkan pensilnya menurut
kehendak guru.

Untuk pelaksaannya, menggambar dapat dilakukan dengan menggambar bebas dan menggambar menurut tema.

2. Melukis dengan kuas

Melukis dengan kuas tidak jauh berbeda dengan menggambar.

Kegiatan ini bertujuan untuk:

mengembangkan ekspresi melalui media lukis.


Mengembangkan imajinasi, fantasi dan kreasi.
Melatih otot tangan/jari, koordinasi otot dan mata.
Memupuk perasaan estetika, melatih pengamatan.
Memupuk potensi menggambar.
Melatih kecakapan meengkombinasikan warna.
Dalam kegiatan ini anak dapat bereksplorasi terhadap warna. Serta dapat membuat suatu karya abstrak dari
goresan kuas yang ditorehkan dalam kertas gambar. Walaupun hasilnya mungkin tidak berarti bagi orang dewasa
tetapi baginya lukisan tersebut mempunyai arti. Sebelum melakukan kegiatan ini sebaiknya guru mengingatkan anak
untuk memakai celemek, sehingga saat melukis tidak mengotori baju.

3. Melukis dengan jari (Finger Painting)

Finger painting merupakan cara lain dari melukis selain menggunakan kuas. Melukis dengan jari akan lebih
menyenangkan bagi anak karena anak bisa membentuk lukisan sesuai dengan keinginannya dengan menggunakan
jari dan tangannya.

Kegiatan ini bertujuan untuk :

Mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan jari dan tangan.
Memupuk perasaan terhadap gerakan tangan.
Memupuk perasaan keindahan.
Dalam hal ini sebaiknya digunakan bahan yang tidak berbahaya bagi anak. Bahan bisa terdiri dari tepung dan
pewarna makanan. Sehingga tidak mengganggu kesehatan anak.

4. Mencap

Kegiatan mencap bertujuan untuk :

Mengembangkan ekspresi melalui media gambar.


Memupuk perasaan terhadap gerakan tangan.
Memupuk perasaan keindahan.
Melatih ketelitian dan kerapian.
Dalam pembelajaran kreasi mencetak/ mencap guru dapat menggunakan bahan-bahan dari lingkungan sekitar yang
mempunyai pola seni yang bagus, seperti pelepah pisang, belimbing maupun tanaman hias sekitar yang mempunyai
pola bila dicetak. Serta hendaknya guru memberi kebebasan pada anak untuk memilih warna yang mereka inginkan.

5. Melipat

Melipat merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak karena anak bisa membuat berbagai bentuk binatang
dari kertas. Kegiatan ini bertujuan untuk :

Melatih konsentrasi dan daya ingat anak.


Melatih pengamatan, memupuk ketelitian, kesabaran dan kerapian.
bentuk lipatan sebaiknya disesuai dengan perkembangan anak. Seperti melipat menjadi bentuk binatang. Ada
baiknya kegiatan dilakukan untuk maksud-maksud tertentu secara kerja kelompok. Misalnya lipatan-lipatan untuk
menghias ruangan.

6. Menggunting, merobek dan merekat

Kegiatan ini bertujuan untuk :

Mengembangkan ekspresi melalui media kreatif.


Melatih otot-otot tangan/jari, koordinasi otot, mata dan ketrampilan tangan.
Untuk lebih mengembangkan kreativitas anak hendaknya semua kegiatan yang meliputi menggunting, merobek dan
merekat dilakukan oleh anak sendiri.

7. Meronce

Meronce bertujuan untuk mengembangkan ekspresi melalui media ronce/ manik-manik, kegiatan meronce akan lebih
bermakna bagi anak apabila dilaksanakan dengan maksud tertentu, seperti meronce kalung, gelang atau alat hiasan
lain.

8. Bermain dengan alat perkusi

Bermain dengan alat perkusi bertujuan untuk mengembangkan ekspresi diri melaui alat-alat perkusi,
mengembangkan rasa nada, mengenal irama dan mengenal birama. Dalam hal ini ada 2 cara pelaksanaan kegiatan
bermain dengan alat perkusi yaitu :

Pelaksanaan bebas, dimana anak bebas bereksplorasi membunyikan alat-alat tersebut menurut cara masing-
masing.
Pelaksanaan terpimpin, yang dimulai dengan memperkenalkan nama alat-alat perkusi tersebut, cara menggunakan
dan membunyikannya dan terakhir memainkannya secara bergiliran.
9. Ekspresi gerak menurut irama

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan ekspresi diri antara musik dan gerak, menembangkan rasa
keindahan, mengembangkan imajinasi dan inisiatif.

Dari berbagai kegiatan tersebut banyak fungsi yang didapat dalam setiap kegiatan pengembangan Kreativitas, salah
satunya adalah fungsi pengembangan kreativitas terhadap perkembangan estetika. Selain kegiatan berekspresi
yang sifatnya mencipta, anak sebaiknya di biasakan dan dilatih untuk menghayati bermacam-macam keindahan.
Dengan demikian anak akan senantiasa menyerap pengaruh indah yang didengar, dilihat dan dihayati. Ini berarti
perasaan estetis atau perasaan keindahan anak akan terbina dan dapat dikembangkan.pada akhirnya anak dapat
memperoleh kecakapan untuk merasakan, membedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar dan
mempengaruhi budi pekerti anak.
THREE BASIC PRINCIPLES BEHIND ALL METHODSFOR CREATIVE THINKING:
ATTENTION, ESCAPE, AND MOVEMENT
By: Paul Plsek

There are many tools for creative thinking in the literature...

Edward de Bono presents 13 tools in his book Serious Creativity


Michael Michalko describes 34 techniques in Thinkertoys
Roger von Oech has 64 methods in his Creative Whack Pack
James Higgins tops them all with his book 101 Creative Problem Solving Techniques.
While there is overlap among these compilations, there are at least 150 unique tools in just these four books. And
these are only a few of the books on the topic of creative thinking!

Unfortunately, this variety leaves the impression that no one really knows how to stimulate creativity. However, rather
than being an indication of chaos in the field, the variety of methods is really an indication of just how easy it is to
develop your own creative thinking tools.

Despite the diversity of tools to support creative thinking, all such tools are based on three simple principles:
attention, escape, and movement. Plsek (1997)

The tools of creative thinking are simply various combinations of practical ways to implement this heuristic—to focus
attention, escape the current reality, and continue mental movement. The relative weights given to attention, escape,
and movement, and the mechanics of directing these three mental actions, vary among the methods. But this
variation makes sense because each situation we encounter is different, each group is different, and each person is
different. Once we understand these three basic principles, we can adapt techniques to suit various needs,
situations, and personalities.

Attention
Creativity requires that we first focus our attention on something; typically something that we have not focused much
attention on before. The primary innovation of the Apple Macintosh computer in the early 1980s was that its
designers focused not on raw computing power, but on the user interface. By focusing attention on things that are
normally taken for granted (in this case, the command line interface predominant in the early 1980s), creative
thinking techniques prepare our minds for breakthroughs (here, the graphical user interface).

All methods for creative thinking require that we do something to focus attention. For example, one author proposes
that we construct a mental, slow motion movie of a situation looking for aspects that we have previously overlooked.
Similarly, Nadler and Hibino (1994) suggest that we spend time writing alternative statements of an issue and placing
them in what they call a purpose hierarchy, rather than simply diving into the issue.

Escape
Having focused our attention on the way things are currently done, the second principle behind all creative thinking
methods calls us to mentally escape our current patterns of thinking. For example, stating what is known as a
Leaping Provocation is a direct method for inviting mental escape from current patterns of thinking. To a group
working to decrease the time that customers wait to receive a service, we might say, "They have passed a law
making it illegal for customers to wait more than 30 seconds; what are we going to do now?" The statement invites us
to escape our current paradigm about customer flow and, for a moment, imagine a very different world.

The principle of escape explains why a simple walk in the woods can bring about creative thoughts. When we walk in
the woods, we escape the confines of the current ways, both mentally and physically. Similarly, staring at yourself in
the mirror while you shave or put on make-up provides a momentary mental escape that may allow a novel mental
connection about a work problem to emerge. I am not suggesting the use of these relatively passive techniques in
the active pursuit of directed creativity. I think we can do better. But, to the extent that simple distraction works in
creative thinking, it works because it is a means of mental escape.

Movement
Simply paying attention to something and escaping current thinking on it is not always sufficient to generate creative
ideas. Unfortunately, the natural mental processes of judgment tend to reject new thoughts as not productive or too
ridiculous to dwell on. Movement—the third underlying principle behind the diverse tools of creative thinking—calls us
to keep exploring and connecting our thoughts.

Movement is a key principle behind the classic creative thinking technique of brainstorming. The ground rules of
brainstorming are to generate as many ideas as you can, with no criticism, building on the ideas of others. In other
words, keep moving. Similarly, asking a group to come up with a sketch that illustrates their vision of the company’s
future is also a movement technique. You can’t simply state the vision and be done with it, your mind must dwell on it
long enough to complete the sketch. During that time, the mind—which is never idle—generates new connections
and ideas that might expand the basic concept.

The Value of Understanding the Three Principles


The benefit of this simple, three-part structure is that it opens the way to the development of an infinite number of
methods for directed creativity. You can now develop your own techniques. Importantly, you can develop techniques
that are specifically suited to the issues you are dealing with, to your own personality and preferences, or to the
subtle dynamics of a particular group. As long as your new technique contains elements that focus attention,
provides escape from the mental patterns normally associated with the topic, and encourages a high level of flexible
mental movement, you can be reasonably assured that it stands as good a chance of working as any other technique
you may have read about. If your technique doesn’t bring you success initially, you can modify the means or mixture
of attention, escape, and movement and try again. There is no magic in the methods written down in books; at least
no magic that you cannot duplicate on your own.

References
de Bono, E (1992) Serious Creativity. New York: HarperCollins Publishing. (Back)

Higgins, JM (1994) 101 Creative Problem Solving Techniques. Winter Park, FL: New Management Publishing
Company. (Back)

Michalko, M (1991) Thinkertoys: A Handbook of Business Creativity for the 90s. Berkeley, CA: Ten Speed Press.
(Back)

Nadler, G and Hibino, S (1994) Breakthrough Thinking, 2nd Edition. Roklin, CA: Prima. (Back)

Plsek, PE (1997) Creativity, Innovation, and Quality. Milwaukee, WI: ASQC Quality Press. (Back)

von Oech, R (1983) A Whack on the Side of the Head. New York: Warner Books. (Back)

You might also like