Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Kapita Selekta, 2000).
janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,PurnawanKapita Selekta Kedokteran Edisi
ketiga).
B. Klasifikasi
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus
3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
eksternum yan g tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu
C. ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
2. Kelainan pada plasenta, misalnya: endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal, seperti: pneumonia, tipus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalia, seperti: inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
D. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan.Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari
pada plasenta.Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih
E. MANIFESTASI KLINIS
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
4. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak
nyeri.
F. PENATALAKSANAAN
1. Abortus iminens
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
2. Abortus insipiens
Bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks dan dengan penangan sebagai berikut:
a. Bila perdarahan tidak banayak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan
ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
3. Abortus inkomplit
Bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai
infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa, serta dengan penangan sebagai berikut:
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
4. Abortus komplit
Bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus, yaitu dengan cara penangan sebagai
berikut:
a. Bila kondisi baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b. Bila anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
G. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Syok
d. Infeksi
e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.
e. Perdarahan pervaginam
2. Abortus inkomplitus
3. Abortus komplitus
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
A. Pengkajian
1. Lama kehamilan
2. Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya dan aktivitas yang mempengaruhi
3. Karateristik darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah dan lendir
4. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas serta pusing
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
3.
volume cairan terpenuhi Lakukan tirah baring
3. Pendarahan dapat
4.
tidak lemah, dan tidak Laporkan serta catat
4. Untuk mengetahui
kehilangan darah
TTV normal
4. Tingkatkan teknik cuci
untuk meningkatkan
tidak mengalami cemas. dan tertulis serta beri membantu ibu untuk
memungkinkan ibu
untuk mengulang
informasi akibat
3. Pantau respon verbal
tingkat stress.
dan non verbal ibu dan
3. Menandai tingkat
pasangan.
kecemasan yang
atau pasangan.
4. Libatkan ibu dalam
perencanaan dan
berpatisipasi dalam
4. Menjadi mampu
perawatan sebanyak
melakukan sesuatu
mungkin
untuk membantu
mengontrol situasi
sehingga dapat
menurunkan rasa
takut
5 Gangguan Tupan : 1. Kaji tingkat
1. Mungkin klien tidak
pulsasi organ
3. Bantu klien untuk
reproduksi
memenuhi kebutuhan
3. Mengistiratkan klilen
aktivitas sehari-hari
secara optimal.
4. Bantu klien untuk
melakukan tindakan
sesuai dengan
4. Mengoptimalkan
kemampuan/kondisi
kondisi klien, pada
klien
abortus imminens,
istirahat mutlak
sangat diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta