You are on page 1of 5

OSCE Mata (Thank’s to Christine Saputra & The Anonymous)

INSPEKSI (seperti anterior segmen):


 Duduk berhadapan dengan pasien
 Periorbital apperance
 Palpebra
 Injeksi konjungtiva
 Resting apperance of pupil (Isokor/tidak)
 Exotropia/Esotropia yang sudah jelas terlihat
1. Anterior segment
 Tujuan: untuk memeriksa kelopak mata, konjungtiva, kornea, kedalaman bilik mata depan, reflek pupil
a. Palpebra
o Proptosis / ptosis
o Tidak edem, tidak ada tanda-tanda inflamasi
o Tidak ada hordeolum (bintitan)
b. Bulu mata tidak ada entropion
c. Injeksi konjungtiva (mata merah)
o Untuk melihat conjungtiva pada upper eyelid (palpebra tarsalis) , minta pasien pada untuk melihat
kebawah dan pakai bantuan cotton bud and gently pull the eyelashes up.
o Lihat apakah ada infeksi  folikel” (virus) atau papilar (bakteri) pada konjungtiva
2. Visus Acuity = Jarak Maksimal yang dapat dilihat PENDERITA
- Jarak Maksimal yang dapat dilihat ORANG NORMAL
a. Snellen

b. E chart
 Digunakan untuk pasien yang buta huruf

Cara Snellen & E-chart (Tutup 1 mata)


 Menggunakan kartu Snellen dan penerangan cukup
 Jarak pasien dengan kartu Snellen 6 meter
 Kartu Snellen digantungkan sejajar setinggi/lebih tinggi dari mata pasien
 Pemeriksaan dimulai pada mata kanan terlebih dahulu (atau dari mata yg ada keluhan), mata kiri ditutup
 Pasien disuruh membaca huruf Snellen dari baris paling atas ke bawah
 Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya
 Jika pasien tidak bisa membaca sampai habis (<6/6)  berikan Pin hole
c. Pinhole
 Jika dengan menggunakan pinhole penglihatan pasien membaik, maka terdapat kelainan refraksi pada mata
pasien
 Jika tidak membaik, berarti ada penyakit mata lainnya seperti mata tenang visus turun atau mata tenang visus
normal, dll.
d. Hitung jari
 Dapat dilihat mata normal dari jarak: 60 meter
 Jika pasien tidak bisa melihat/membaca huruf paling atas di Snellen chart dalam jarak 1 meter (<1/6)  gunakan
pemeriksaan hitung jari. Untuk anak-anak, gunakan objek benda / mainan
 Bisa dimulai dari jarak 5 meter ke 1 meter atau bisa sebaliknya
OSCE Mata (Thank’s to Christine Saputra & The Anonymous)

e. Lambaian tangan
 Dapat dilihat mata normal dari jarak: 300 meter
 Apabila pasien tidak bisa hitung jari, maka gunakan pemeriksaan lambaian tangan/gerakan tangan didepan
pasien dengan latar belakang terang
 Pasien harus menentukan arah gerakan tangan dari jarak 30 cm
 Laporan: jika pasien hanya bisa menentukan arah lambaian tangan dengan jarak 1 meter  1/300
f. Cahaya
 Dapat dilihat mata normal dari jarak: jauh tak terhingga (~)
 Jika pasien tidak bisa melihat gerakan tangan maka lakukan pemeriksaan dengan penyinaran (pen light) ke arah
mata pasien.
 Apabila pasien dapat mengenali arah saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi (nasal, temporal, atas,
bawah) maka tajam penglihatan V = 1/~ (proyeksi baik)
 Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka V = 1/~ (proyeksi salah)
 Jika sinar tidak bisa dikenali maka V = 0
 Jika pada pasien katarak, diberian juga Test Pemeriksaan Presepsi Warna (Plastic merah & hijau disinari)
g. Amsler Grid (Test untuk Macular Function)  kalau kasus AMD
 Using an Amsler Grid
 Minta pasien untuk meminta posisi dan jarak yang enak untuk membaca
 Fix kan pandangan mata yang ingin diperiksa pada titik hitam ditengah
 Beri tahu mereka to keep their still and look at the grid using the “sides of their vision”
 Ask them to bilang apakah ada bagian dari garis” yang broken, distorted or missing.

3. Tekanan Intraokular (Tonometri digital)


 Tujuan: mengukur tekanan bola mata dengan jari pemeriksa
 Cara:
o Pandangan menghadap ke bawah, kelopak mata tidak perlu ditutup
o Kedua jari telunjuk menekan bagian belakang kornea bergantian, didapatkan kesan tekanan bola mata N-1, N,
N+1
 Laporan: TIO normal/N-1 (lebih lembek dibandingkan mata pemeriksa)/N+1 (lebih keras dibandingkan mata pemeriksa)

4. Visual Field/Konfrontasi
 Tujuan: untuk melihat gangguan lapang pandangan pasien
 Cara:
o Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan 1 meter
o Tutup salah satu mata yang bersesuaian antara pemeriksa dengan pasien
o Minta pasien untuk keep looking at your eye / fiksasi pandangan ke hidung pemeriksa
o Minta pasien untuk “lihat” jika sudah melihat ujung jari pemeriksa
o Gerakkan jari penguji dari perifer ke sentral (dari segala arah)

OR

o Bandingkan lapang pandangan pemeriksa dengan pasien


o Periksa mata satunya
 Laporan: Ada penyempitan lapang pandang; lapang pandang normal
OSCE Mata (Thank’s to Christine Saputra & The Anonymous)
5. Occular movement
 Untuk melihat gerakan bola mata
 Sekaligus untuk pengecekan apakah ada lid lag / tidak
 Cara:
o jarak pasien dengan pemeriksa 30-50 cm
o Periksa sesuai dengan gerakan arah mata angin (8 arah), arah tangan dari tengah ke tepi
o Kepala pasien difiksasi, hanya bola mata saja yang bergerak

6. Position Hirschberg (Reflek kornea)


 Tujuan: menilai deviasi bola mata
 Cara:
o Senter 30 cm, sejajar dengan mata pasien
o Perhatikan reflek sinar pada kornea mata
 Laporan: Orthoforia (normal, posisi pantulan cahaya tepat di tengah)/Exotropia/Esotropia/hiptropia/hipertropia; derajat
deviasi

7. Reflek Pupil
 Tujuan: untuk melihat reflek miosis pupil akibat suatu penyinaran pada mata, baik langsung maupun tidak langsung
 Cara:
o Ruangan agak gelap, pasien melihat jauh (fiksasi)
o Observasi pupil: bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, kelainan bawaan, dan kelainan lain
o Mata kanan disinari jangan langsung ke arah mata tetapi dari sisi luar atau bawah, rangsangan cahaya diberikan
2-5 detik
o Amati apakah pupil mengecil (kontraksi) pada saat penyinaran  reflek direk
o Reflek indirek/konsensual terjadi bila mata yang tidak disinari pupilnya ikut mengecil ( Minta pasien untuk
meletakkan tangganya diantara kedua mata untuk menghalagi cahaya ke mata sebelahnya)
o Lakukan pemeriksaan pada kedua mata
 Laporan:
Reflek pupil terhadap cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Pupil: isokor, ukuran/diameter pupil 3 – 5 mm, coklat/hitam/dll (warna iris), kelainan bawaan/lainnya (ada/tidak)

 Swinging Flashlight Test:


o Ruangan agak gelap, pasien fiksasi penglihatan jauh
o Mata kanan disinari  tampak kedua pupil miosis
o Pindah sinar melintasi hidung ke mata kiri dengan cepat
o Mata kanan kembali disinari
o Hasil:
 NORMAL: pupil mata kanan miosis
 ABNORMAL: pupil melebar pada saat kena sinar (Reflek direk lebih lemah dari reflek indirek) Relative
afferent pupillary defect/RAPD (relative afferent papillary defect)
OSCE Mata (Thank’s to Christine Saputra & The Anonymous)
8. Funduskopi
 Jika periksa mata KANAN pasien, maka pegang opthalmoscop dengan tangan & mata KANAN juga.
 Biasanya diberikan midriatic drugs (tropicamide 1%) untuk membantu pemeriksaan
 Oftalmoskop: alat untuk melihat segmen posterior bola mata:
o Vitreus - Pembuluh darah retina center
o Papil N. optik
o Retina
 Dasar: gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar
 Cara:
o Periksa oftalmoskop terlebih dahulu, sesuaikan dengan kelainan refraksi pemeriksa dengan kekuatan dioptri
pada oftalmoskop
o Berdiri di samping pasien, beritahu apa yang akan dikerjakan
o Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa
o Pasang oftalmoskop 10 cm dari mata, maka akan tampak reflek fundus
o Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa, akan tampak bayangan hitam dengan dasar merah
o Teliti segmen posterior yang diperiksa
o Periksa kedua mata
 Hasil Pemeriksaan:
o Gambaran media (termasuk Vitreus posterior)
o Gambaran papil N. optik, pembuluh darah, retina, makula, dan fovea
 Laporan:
o Refleks retina normal -A:V=2:3
o Papil tidak edema - Tidak ada pendarahan
o Cup : disc ratio normal (< 0,5 ; kurang lebih + 0,3 ) - Cek retina dan makula
o Tidak ada pendarahan

9. Pemeriksaan COA
 Cara:
o Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien, pegang senter sinar dari temporal limbus sejajar dengan iris (90 o)
o Amati sisi medial dari iris
o Normal: seluruh permukaan iris mendapat sinar
o Bilik mata dangkal: 2/3 bagian iris berupa bayangan
OSCE Mata (Thank’s to Christine Saputra & The Anonymous)

10. Tes Bayangan/Shadow Test


 Tujuan: mengetahui derajat kekeruhan lensa
 Teori: semakin tebal kekeruhan lensa, semakin kecil bayangan iris yang terjadi
 Cara:
o Shadow test negatif (-) (Kecuali kalau kasus
o Arah senter 45o dengan dataran iris
o Lihat kekeruhan pada lensa

11. Uji Ishihara


 Tujuan: menentukan adanya buta warna merah – hijau pada pasien

12. Tes Fluoresin (gak dilakukan)


 Tujuan: untuk mengetahui terdapat kerusakan epitel di kornea
 Teori: Fluoresin akan menjadi hijau pada media alkali, akan menempel pada jaringan epitel kornea yang rusak yang bersifat
alkali
 Cara:
o Fluoresin tetes/strip diletakkan pada fornik inferior selama 20 detik
o Zat warna diirigasi dengan garam fisiologis, sampai air mata tidak berwarna hijau, sedangkan kornea dengan
defek epitel akan berwarna hijau, akan menghilang selama 30 menit

You might also like