You are on page 1of 13

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 1. Otak
Arif Muttaqin (2008)

Sistem syaraf pusat terdiri dari sekumpulan neuron dan bergabung menjadi

otak dan medula spinalis, daerah-daerah otak dan tulang belakang ditandai

badan-badan sel yang dikonsentrasikan kepada nukleus dan kelompok

akson berjalan pada jalur yang saling berhubungan deengan bagian masing-

masing. Arif Mutaqqin (2008)

1. Tengkorak

Yang mengelilingi otak itu ialah tengkorak, sturktur tulang yang

menutup dan melindunginya. Tengkorak dibagi dalam 2 bagian utama

yaitu cranium dan tulang muka..


2. Otak

Otak beratnya kira-kira 3 pound (satu setengah kilo) dan dibagi secara

kasar :

a. Cereblum

Hemisperium cerebri kiri dan kanan terdiri dari 4 lobus utama yaitu:

frontal, parietal, temporal, dan occipital. Cerebrum adalah bagian

terbesar dari otak, dibungkus dari sebelah luar dengan cerebra

korteks yang tebalnya kira-kira seperempat inci dan terdiri dari 14

milyar neuron. Menerima dan menganalisa impluls, mengendalikan

gerakan volunter dan menyimpan semua pengetahuan dari impuls

yang diterima. Tiap lobus otak mengikuti nama tulang tengkorak

yang diisinya, mengerjakan fungsi spesifik, seperti sensasi,

persepsei, penglihatan, rasa khusus dan pembicaraan.

Broca terletak pada lobus fraontalis yang berhubungan

dengan korteks motorik dan mengendalikan bicara, ekspresive

verbal. Area wernicke berada pada bagian posterior dari lobus

temporal dan membentang sampai bagian yang menyambung

dengan lobus parietalis. Wernicke bertanggungjawab untuk

menerima dan mengartikan bahasa. Daerah pada lobus frontalis

memiliki kemampuan menuliskan kata-kata, dan daerah pada lobus

occipital mengendalikan kemampuan mengartikan tulisan. Arif

Mutaqqin (2008)
b. Batang Otak

Batang otak membuat semua serabut syaraf lewat diantara hemisfer

otak dan tulang belakang ; dari sini semua syaraf kranial berasal

berasal kecuali syaraf I. Berbagai struktur berada dalan batang otak.

Batang otak terdiri dari diencephalons, otak tengah, pons dan

medulla oblongata.

c. Cerebellum

Cerebellum (otak kecil) terletak dibawah cerebrum (otak

besar) posterior besarnya seperlima cerebrum. Mengendalikan otot

kerangka yang mengatur koordinasi gerakan, keseimbangan dan

menegakkan tubuh. Bekerja bersama-sama dengan cerebrum untuk

koordinasi aktifitas otot dan menghasilkan gerakan-gerakan trampil.

3. Sirkulasi Otak atau Medulla Spinalis

Pembuluh-pembuluh yang kecil membawa nutrien kepada neuron-

neuron. Arteri-arteri besar mengirimkan darah kedaerah-daerah :

a. Arteri carotis interna – 80 % dari suplai darah.

b. Arteri vertebralis – 20 % dari suplai darah.

c. Arteri cerebral posterior

4. Meningens

Selaput jaringan syaraf pada otak dan medula spinalis disebut

meningens. Selaput ini menunjang, melindungi, memberi makan

jaringan vital ini. Pembungkus yang paling luar disebut durameter. 4

buah tonjolan yang masuk sangat dalam, kedalam otak. Arachnoid

merupakan membran yang halus yang terletak dibawah durameter dan


menutup otak sepenuhnya. Meningens yang terdalam disebut piameter,

penuh dengan pembuluh darah dengan pleksus-pleksus pembuluh darah

yang unik.

Ada 3 ruang penting yang berhubungan dengan meningens :

a) Extra dural (externa dari dura).

b) Subdura (diantara dura dan arachnoid).

c) Subarachnoid (diantara arachnoid dan piameter).

Arif Mutaqqin (2008)

B. KONSEP TEORI

1. Pengertian

Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara

langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan

Luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan

kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan

neurologis. (Ayu, 2010)

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit

kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara

langsung maupun tidak langsung pada kepala. Arif Mutaqqin (2008)

Cedera kepala atau cedera otak adalah gangguan fungsi

normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam

(batticaca, 2008).
2. Klasifikasi

a) Cedera Kepala Ringan

Karakteristiknya :

 Nilai GCS = 13 – 15

 Mungkin bisa terjadi penurunan kesadaran atau disebut

amnesia, < 30 menit

 Tidak terjadi fraktur cranial, kontusio, maupun hematoma

b) Cedera Kepala Sedang

Karakteristiknya :

 Nilai GCS = 9 - 12

 Tidak sadar atau mengalami amnesia, > 30 menit, tapi < 24

jam

 Kemungkinan terdapat fraktur cranial

c) Cedera Kepala Berat

Karakteristiknya :

 Nilai GCS = 3 - 8

 Tidak sadar atau mengalami amnesia > 24 jam

 Terdapat kontusio serebri, laserasi dan hematoma intraserebral

Arif Mutaqqin (2008).

3. Etiologi

Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :

a. Kecelakaan lalu lintas.

b. Terjatuh
c. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.

d. Olah raga

e. Benturan langsung pada kepala.

f. Kecelakaan industri.

4. Manifestasi Klinis

a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih

b. Kebingungan

c. Iritabel

d. Pucat

e. Mual dan muntah

f. Pusing kepala

g. Terdapat hematoma

h. Kecemasan

i. Sukar untuk dibangunkan

j. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serbrosfinal yang keluar dari

hidung (rhinorrea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tualng

temporal.

k. Peningkatan TIK

Arif Mutaqqin (2008)

5. Komplikasi

a. Hemorhagie

b. Infeksi
c. Edema

d. Herniasi

6. Patofisiologi

Narasi:

Cedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui durameter)

atau tertutup (trauma tumpul tanpa penetrasi menembus dura). Cedera

kepala terbuka mengkinkan pathogen-patogen lingkungan memiliki

akses langsung ke otak. Patogen ini dapat menyebabkan peradangan

pada otak. Cedera juga dapat menyebabkan perdarahan. Peradangan dan

perdarahan dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Akibat perdarahan

intracranial menyebabkan sakit kepala hebat dan menekan pusat refleks

muntah dimedulla yang mengakibatkan terjadinya muntah proyektil

sehingga tidak terjadi keseimbangan antar intake dan output. Selain itu

peningkatan TIK juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan

kesadaran dan aliran darah otak menurun. Jika aliran darah otak

menurun maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan disfungsi

cerebral sehingga koordinasi motorik terganggu dan menyebabkan

ketidakseimbangan perfusi jaringan serebral. Perdarahan ekstrakranial

dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan terbuka dan tertutup. Perdarahan

terbuka (robek dan lecet) merangsang lapisan mediator histamine,

bradikinin, prostalglandin yang merangsang stimulus nyeri kemudian

diteruskan nervus aferen ke spinoptalamus menuju ke korteks serebri

sampai nervus eferen sehingga akan timbul rasa nyeri. Jika perdarahan
terbuka (robek dan lecet)mengalami kontak dengan benda asing akan

memudahkan terjadinya infeksi bakteri pathogen. Sedangkan

perdarahan tertutup hamper sama dengan perdarahan terbuka yaitu

dapat menimbulkan rasa nyeri pada kulit kepala. Arif Mutaqqin (2008)
7. Penatalaksanaan

Terapi secara umum :

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala

adalah sebagai berikut:

a. Observasi 24 jam

b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

d. Anak diistirahatkan atau tirah baring.

e. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

f. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

g. Pemberian obat-obat analgetik.

h. Pembedahan bila ada indikasi.

Pemeriksaan Diagnostik:

a. CT Scan (dengan atau tanpa kontras ) : mengidentifikasi luasnya

lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan

otak. Cat :untuk mengetahui adanya infark/ iskemia, jangan

dilakukan pada 24-72 jam setelah injury.

b. MRI : digunakan sama seperti CT Scan dengan atau tanpa kontras

radioaktif.

c. Cerebral angiografi : menunjukkan anomali sirkulasi cerebral,

seperti : perubahan jaringan otak menjadi udema, perdarahan dan

trauma.

d. Serial EEG : dapat melihat perkembangan gelombang yang

patologis
e. X ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan

struktur garis (perdarahan /edema), fragmen tulang.

f. BAER : mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil

g. PET : mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.

h. CSF : lumbal punkis dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan

subarachnoid.

i. BGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan

oksigenasi) jika terjadi peningkatan IK

j. Kadar elektrolit : untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit

sebagai akibat peningkatan tekanan IK

k. Screen toxicologi : untuk mendeteksi pengaruh obat, sehingga

menyebabkan penurunan kesadaran. (Arif Mutaqqin,2008)

C. Pengkajian

1. Aktivitas dan istirahat

 Adanya kelemahan / kelelahan, kaku, hilang keseimbangan.

 Kesadaran menurun, kelemahan otot/spasme

2. Sirkulasi

 Tekanan darah normal/ berubah (hypertensi), denyut nadi :

(bradikardia, tachikardia, dystritmia)

3. Eliminasi

 Verbal tidak dapat menahan BAK dan BAB

 Bladder dan blowel incontinensia


4. Makanan dan cairan

 Mual atau muntah

 Muntah yang memancar / proyektif, masalah kesukaran menelan

5. Persyarafan / neurosensori

 Pusing, kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar

kejadian

 Perubahan pada penglihatan

 Gangguan pengecapan dan penciuman

 Kesadaran menurun bisa sampai koma, perubahan status mental.

6. Nyeri / kenyamanan

 Nyeri kepala yang bervariasi tekanan dan lokasi nyerinya, agak

lama.

 Wajah mengerut, respon menarik diri pada rangsangan nyeri yang

hebat, gelisah.

7. Pernafasan

 Perubahan pola nafas, stridor, ronchi.

8. Keamanan

 Ada riwayat kecelakaan

 Terdapat trauma / fraktur/ distorsi, perubahan penglihatan, kulit

 Ketidaktahuan tentang keadaannya, kelemahan otot-otot, paradise,

demam.

9. Konsep diri

 Adanya perubahan tingkah laku (tenang / dramatis)

 Kecemasan, berdebar, bingung, dellirium.


10. Interaksi sosial

 Afasia motorik/ sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-

ulang

D. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral

2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

3. Nyeri Akut

4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

5. Kerusakan Integritas Kulit

6. Resiko Infeksi
Daftar Pustaka
Batticaca Fransisca B, 2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Persarafan.Jakarta:Salemba Medika

Brunner and Suddart, 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta

Mutaqqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika


Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:Jakarta

Wilkinson, M. Judith.2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.

Jakarta:EGC

You might also like