Professional Documents
Culture Documents
Modul ini berisi gambaran konsep kesehatan reproduksi dan seksualitas, dan
diintegrasikan pada mata kuliah BD307 (Kesehatan Reproduksi). Secara
keseluruhan, dibutuhkan sekitar 21 jam. Pada setiap akhir pelajaran, terdapat test
uji kemampuan diri untuk membantu mahasiswi mengetahui sejauh mana mereka
telah memahami isi dari setiap sesi pelajaran. Proses pembelajaran dirancang
untuk memfasilitasi penggunaan modul dan membantu meningkatkan pemahaman
mahasiswi. Pelajaran pertama tentang ruang lingkup kesehatan dan hak-hak
reproduksi, serta kebijakan pemerintah Indonesia mengenai kesehatan reproduksi.
Pelajaran kedua menjelaskan kerangka pikir Dixon-Mueller tentang seksualitas,
tradisi Indonesia terkait dengan seksualitas serta pembagian peran di masyarakat
berdasarkan gender. Pelajaran ketiga membahas tentang kesehatan reproduksi
remaja meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, perubahan-perubahan yang terjadi,
pengaruh buruk akibat hubungan seks pra nikah dan permasalahan yang terjadi
serta perlunya pembinaan sehingga dapat melibatkan perempuan dalam
pengambilan keputusan.
Kompetensi Awal
Tujuan Umum
Konsep
Kesehatan Reproduksi
Waktu 8 Jam
Kesehatan
Reproduksi
Sehat (WHO)
Adalah keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan social yang utuh, bukan hanya
terbebas dari penyakit dan kecacatan. (WHO, 1948)
Reproduksi
Adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang utuh, bukan hanya terbebas
dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan system, fungsi
dan proses reproduksinya. (FCI, 1995)
Hak-hak Reproduksi
Hak dasar pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab atas jumlah dan jarak kelahiran anak, menddapatkan
informasi, serta cara-cara untuk melaksanakan hal tersebut;
Hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan reproduksi dan seksual; dan
Hak untuk membuat keputusan yang terbebas dari diskriminasi, paksaan dan
kekerasan. (FWCW Platform 95, 97, 216, 223; ICPD Principle 8, 7.3; WCHR
Programme 41; CEDAW 16.1 (e) in FCI, 1995)
Kesehatan Seksual
Termasuk Hak Asasi Perempuan (HAP) untuk dapat secara bebas dan bertanggung jawab
mengontrol dan memutuskan hal-hal yang terkait dengan seksualitasnya, termasuk kesehatan
reproduksi dan seksual, bebas dari paksaan, diskriminasidan kekerasan. (FWCW Platform 96)
Pada tahun 1990-an mulai muncul pandangan baru mengenai seksualitas dan
kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki berdasarkan HAM. Hal ini ditandai
dengan terselenggaranya beberapa konferensi internasional yang membahas hal
tersebut (Wallstam, 1997), diantaranya:
10 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
9. Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia bersifat universal.
Dinikmatinya hak tersebut secara penuh dan setara oleh perempuan
dan anak perempuan merupakan kewajiban pemerintah dan PBB
dalam mencapai kemajuan perempuan.
10. Media. Media masih terus menonjolkan gambaran yang negative
dan merendahkan perempuan, misalnya menampilkan kekerasan,
pelecehan dan pornografi yang berdampak buruk bagi perempuan.
11. Lingkungan. Perusakan alam menimbulkan dampak negative bagi
kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat terutama
terhadap perempuan di segala usia.
12. Diskriminasi. Diskriminasi sudah dialami perempuan sejak awal
kehidupannya. Perilaku dan praktik-praktik yang berbahaya
menyebabkan banyak anak perempuan tidak mampu bertahan
hidup hingga usia dewasa. Kurangnya perlindungan hukum atau
kegagalan dalam penerapannya, menyebabkan anak perempuan
rentan terhadap segala bentuk kekerasan, serta mengalami
konsekuensi hubungan seksual usia dini dan tidak aman, termasuk
HIV/AIDS (Center for Women Policy Studies, 2000).
PADA icpd+5, isu seksualitas remaja dan aborsi, masih mengundang kontroversi.
Selain itu, muncul kontroversi baru mengenai kontrasepsi darurat dan peran
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam negosiasi antar pemerintah.
Pertemuan ICPD+5 ditutup dengan mengadopsi “beberapa tindak lanjut
penerapan program aksi ICPD (Key Actions for the Further Implementation of the
Programme of Action of the International Conference on Population and
Development).” Termasuk di dalamnya adalah target baru untuk tahun 2015 yang
mempertajam focus dari tujuan-tujuan pada tahun 1994 (PRB,2000)
11 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Target Baru 2015
ICPD+5 menetapkan target baru untuk mengukur penerapan ICPD, yaitu:
Akses pada pendidikan dasar pada tahun 2015. Meningkatnya
keikutsertaan anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar hingga
sekurang-kurangnya 90% sebelum 2010; serta menurunnya angka
buta huruf pada perempuan dan anak perempuan pada tahun 2010
hingga setengahnya pada tahun 2005.
Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode-metode KB yang
aman dan efektif, pelayanan kebidanan, pencegahan dan
penanganan infeksi saluran reproduksi dan infeksi menular seksual
(ISR/IMS), serta metode pelindung untuk mencegah infeksi, baik
secara langsung maupun rujukan.
Mengurangi kesenjangan antara pemakaian kontrasepsi dengan
proporsi individu yang ingin membatasi jumlah anak atau
menjarangkan kehamilan, tanpa menggunakan target atau kuota.
Memastikan bahwa sekurangnya 60% persalinan ditalong oleh
tenaga terlatih, terutama di Negara-negara dengan kematian ibu
yang tinggi.
Pelayanan pencegahan HIV pada laki-laki dan perempuan muda
usia 15-24 tahun. Termasuk penyediaan kondom laki-laki dan
perempuan, pemeriksaan secara sukarela, konseling dan tindak
lanjut. (www.unfpa.org/icpd)
Millenium Development Goals (2000)
UN Millenium Summit di New York tahun 2000 menghasilkan Millenium
Development Goals yang disetujui 189 negara; mengandung 8 goals, 18 target,
12 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
dan 48 indikator (lihat lampiran 1). Beberapa tujuan yang ingin dicapai berkaitan
dengan wewenang bidan, antara lain: menurunkan angka kematian bayi sebesar
2/3 menjadi hanya 1/3 antara tahun 1990 dan 2015. Dan juga menurunkan angka
kematian ibu menjadi ¼ dari tahun 1990 hingga 2015, dan meningkatkan
pencegahan dan penyebaran HIV/AIDS antara tahun 1990 sampai tahun 2015
(WHO, 2004;Safe Motherhood, 2004)
13 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Perempuan muda yang terkena Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan tidak
diobat dengan benar, berisiko mengalami kemandulan.
14 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
(alcohol, obat, tembakau) konseling
Kekerasan gender Konseling; perubahan
(semua usia) hukum/social; pendidikan
Praktik tradisional Pemberdayaan; perubahan
berbahaya hukum/social; pendidikan
IMS/HIV (pada bayi di Deteksi; pengobatan; konseling;
tularkan melalui ibunya) pendididkan; pencegahan;
kontrasepsi yang sesuai
Nutrisi (semua usia) Suplementasi; pendidikan
Perilaku seksual tidak Remaja Pendididkan dalam keluarga
aman
Kehamilan remaja Pendidikan dalam keluarga;
konseling; KB
Penyakit lain (semua Kesehatan lingkungan; kesehatan
usia) kerja; pelayanan; kesehatan
primer; pendidikan; imunisasi
Kesakitan dan kematian Anak Pelayanan antenatal, persalinan
bayi baru lahir (neonatal) dan post-partum; menyusui
Bayi berat lahir rendah Saat lahir Suplementasi; pendidikan;
pelayanan antenatal; promosi
kesehatan; pencegahan penyakit
(WHO,WHO/FHE/RHP7,WHO/FHE/RHP9 dalam UNFPA, 1995)
Seseorang bisa mengalami masalah KR lebih dari satu pada waktu yang bersamaan.
Misal: ibu yang memeriksakan kehamilannya bias saja merupakan korban KDRT, dan
mengidap ISR. Dalam system kesehatan, bidan yang sensitif akan menerapkan paket KR
15 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pelayanan kesehatan reproduksi dalam konteks pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan reproduksi dalam konteks pelayanan kesehatan
dasar mencakup elemen-elemen berikut:
dasar mencakup elemen-elemen berikut:
Pelayanan dan konseling, informasi edukasi dan komunikasi KB
Pelayanan dan konseling, informasi edukasi dan komunikasi KB
yang berkualitas;
yang berkualitas;
Pelayanan prenatal, persalinan dan postpartum yang aman,
Pelayanan prenatal, persalinan dan postpartum yang aman,
termasuk menyusui;
termasuk menyusui;
Pencegahan dan pengobatan kemandulan;
Pencegahan dan pengobatan kemandulan;
Pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman;
Pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman;
Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hukum;
Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hukum;
Pengobatan ISR, IMS dan kondisi lain dalam system reproduksi;
Pengobatan ISR, IMS dan kondisi lain dalam system reproduksi;
Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua
Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua
yang bertanggung jawab serta kesehatan reproduksi dan seksual;
yang bertanggung jawab serta kesehatan reproduksi dan seksual;
Pencegahan secara aktif praktik-praktik berbahaya seperti sunat
Pencegahan secara aktif praktik-praktik berbahaya seperti sunat
perempuan/mutilasi kelamin;
perempuan/mutilasi kelamin;
Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, kehamilan, Persalinan
Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, kehamilan, Persalinan
dan aborsi, kemandulan, ISR,IMS dan HIV/AIDS, serta kanker
dan aborsi, kemandulan, ISR,IMS dan HIV/AIDS, serta kanker
kandungan; dan
kandungan; dan
Jika mungkin program KR dan KB harus meliputi fasilitas
Jika mungkin program KR dan KB harus meliputi fasilitas
diagnosis dan pengobatan IMS seiring dengan meningkatnya
diagnosis dan pengobatan IMS seiring dengan meningkatnya
risiko penularan HIV. (Alcala,1994)
risiko penularan HIV. (Alcala,1994)
dan memberikan penanganan yang lebih dari sekedar pelayanan prenatal, tetapi juga
memadukannya dengan penanganan kekerasan dan ISR.
Idealnya, ke-10 elemen harus diberikan di setiap tingkatan system kesehatan. Namun
banyak Negara miskin menghadapi kendala mengenai pembiayaan penyelenggaraan
pelayanan tersebut. Selain itu, lembaga donor biasanya hanya memfokuskan pada
program KR tertentu seperti KB dan HIV/AIDS.
16 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Sejarah Hak Reproduksi
Sebelum tahun 1960, beberapa konsensus PBB tentang populasi tidak
memfokuskan pada hak. Demikian pula dengan konvensi tentang perempuan, juga
belum memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia atau isu yang mempedulikan
reproduksi dan seksualitas.
Pada konferensi Hak Asasi Manusia I yang diselenggarakan di Teheran tahun
1960, mulai menyebutkan adanya hak untuk menentukan jumlah dan jarak anak.
Konferensi Hak Asasi Manusia II pada tahu 1993 di Viena mulai membuat
tahapan mengenai hasil konvensi di Kairo dan Beijing yang menegaskan bahwa
hak perempuan adalah Hak Asasi Manusia yang memangkas semua bentuk
diskriminasi berdasarkan seks harus menjadi prioritas pemerintah. Dari konvensi
ini akhirnya perempuan mempunyai hak untuk menikmati standar tertinggi dari
kesehatan fisik dan psikis sepanjang kehidupan. Termasuk hak untuk akses dan
pelayanan kesehatan yang adekuat. Ada beberapa hak yang di gunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksual.
Hak-Hak Reproduksi
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo
maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian
yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual
(Cottingham dkk, 2001).
17 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
pelayanan KB merupakan contoh penerapan
hak-hak reproduksi, karena mencerminkan Piagam IPPF Tentang Hak-Hak
Reproduksi dan Seksual
kebutuhan klien sesuai dengan keinginan dan
Hak untuk hidup;
nilai-nilai yang dianutnya. Perempuan berhak Hak mendapatkan kebebasan
memutuskan apakah dia menginginkan dan keamanan;
Hak atas kesetaraan, dan
pelayanan kesehatan reproduksi; dan jika iya,
terbebas dari segala bentuk
metode atau prosedur apa yang dipilih dan diskriminasi;
didapatkannya. Informed choice dalam Hak privasi;
Hak kebebasan berpikir;
pelayanan KB mencakup apakah perempuan
Hak atas informasi dan edukasi;
ingin mencegah kehamilan, menjarangkan Hak memilih untuk menikah
atau menunda kelahiran; jika ingin memakai atau tidak serta untuk
kontrasepsi, metode apa yang dipilih; apakah membentuk dan merencanakan
sebuah keluarga;
ingin meneruskan atau berganti metode KB. Hak untuk memutuskan apakah
Konsep informed choice merujuk kepada ingin dan kapan punya anak;
keputusan klien untuk dirinya sendiri, Hak atas pelayanan dan
proteksi kesehatan;
berdasarkan akses dan pemahaman
Hak untuk menikmati
menyeluruh atas semua informasi yang kemajuan ilmu pengetahuan;
terkait dengan pelayanan tersebut. Hak atas kebebasan berserikat
dan berpartisipasi dalam arena
Di Indonesia, seringkali hukum dan kebijakan politik; dan
tidak berpihak pada perempuan. Seperti Hak untuk terbebas dari
kesakitan dan kesalahan
halnya Undang-undang No. 10 tahun
pengobatan.
1992,perlunya izin tertulis dari suami untuk (www.ippf.org\charter)
pemasangan IUD. Begitu juga dengan
Undang-undang Perkawinan Nomor 1/1974
juga tidak memberikan perlindungan kepada
hak-hak reproduksi perempuan; Ayat (4) pada
Undang-undang ini mengijinkan suami untuk
memiliki lebih dari satu istri bila istrinya tidak dapat hamil, padahal tidak
terjadinya kehamilan kehamilan belum tentu akibat kemandulan istri.
18 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pemerintah yang tidak memenuhi hak perempuan muda akan
pendidikan, pelayanan kesehatan dan social, dapat dikatakan
melanggar hak-hak reproduksi perempuan.
19 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
1. Kebijakan untuk mempertahankan keberadaan Kementrian Pemberdayaan
Perempuan pada setiap periode cabinet Pemerintah hingga saat ini.
2. Membentuk Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
3. Menerbitkan Kebijakan negara untuk menerapkan Pengarus Utamaan
Gender (Gender Mainstreaming) dalam Perencanaan Pembangunan
melalui Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2000.
20 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Sesuai dengan komitmen pemerintah Indonesia (sejak inisiatif Safe Motherhood
tahun 1987, Pertemuan Dunia untuk anak-anak tahun 1990, hingga ICPD Kairo
tahun 1994 dan konferensi di Beijing tahun 1995), akses yang adil terhadap
pelayanan kesehatan primer merupakan jalan pintas dalam menjamin
kelangsungan hidup kelompok paling rentan (perempuan dan anak-anak). Hal ini
berarti akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
harus tersedia dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Untuk
21 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
penting dalam penangananKTP (Lebih lanjut menngenai KTP dapat dilihat pada
Modul KTP-A).
22 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Aplikasi dan pengembangan teknologi kedokteran seperti cloning,
bayi tabung dll.
Pendidikan tinggi ilmu reproduksi.
23 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
7. SITUASI KESEHATAN REPRODUKSI DI
INDONESIA
24 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
terjadi duplikasi sumber daya, tenaga, biaya pelatihan dan biaya operasional
lainnya. Keterpaduan pelayanan PKRE yang dapat meningkatkan kualitas
kesehatan perempuan, akan menguragi segala permasalahan kesehatan reproduksi
yang tercemin dari indicator kesejahteraan dan kesehatan nasional – misalnya
menurunnya angka kematian ibu.
Penduduk
Tahun 2003 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 210 juta (JICA,2003).
Angka pertumbuhan penduduk yang semula menurun dari 2,1% tahun 1980-an
menjadi 1,5% tahun 1999, kembali meningkat menjadi 1,6% (JICA, 2003).
Dilihat dari komposisinya, 10% penduduk Indonesia terdiri dari anak berusia 0-4
tahun, hampir 22% berusia 10-19 tahun, dan sekitar 7,5% berusia 60 tahun atau
lebih (MOH-RI dan WHO, 2003, hal 11).
Kemiskinan
Tingkat kemiskinan meningkat dari 11% pada tahun 1996 menjadi antara 24%
hingga 50% pada tahun 1998 kemudian turun menjadi 17% sampai 18% pada
tahun 2002 dan 15% pada tahun 2004. Diperkirakan sekitar 22% penduduk di
perkotaan dan 26% di pedesaan berada di bawah garis kemiskinan. Secara umum,
dapat dikatakan “ satu dari lima penduduk di Indonesia hidup dalam kemiskinan”
(hasil susenas 1998, dikutip dalam MOH-RI dan WHO, 2003). Pengangguran di
Indonesia diperkirakan 18% (2003).
25 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
(SD) pada tahun 1997, sedikit lebih kecil daripada anak laki-laki (92% berbanding
97%). Meskipun kebijakan pemerintah menetapkan wajib belajar 9 tahun, data
hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/3 menunjukan
bahwa 62% perempuan hanya tamat SD atau kurang (MOH-RI dan WHO, 2003).
Data Susenas 1997 menunjukkan kecenderungan penurunan partisipasi sekolah
sehubungan dengan penambahan usia, dari 95% di tingkat SD (kelompok usia 7-
12 tahun) turun menjadi 77% di tingkat SMP (13-15 tahun), dan terus menurun
hingga kurang dari 49% di tingkat SMA (16-18 tahun). (MOH-RI dan WHO,
2003).
26 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Hukum dan Peraturan yang Bertentangan dengan Hak
Reproduksi
Undang-undang Nomor 10/1992 tentang Pembangunan Kependudukan dan
Keluarga Sejahtera mendiskriminasi hak perempuan lajang terhadap pelayanan
KB. Sehingga, hak-hak reproduksi remaja dan perempuan lajang yang telah aktif
seksual dan berisiko mengalami kehamilan dan aborsi tidak aman tidak terpenuhi
oleh pelayanan yang ada. Kondisi ini bisa berkontribusi kepada tingginya angka
kematian ibu.
27 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
dapat mengurangi risiko perempuan terhadap kematian. Sanksi diberikan bukan
hanya pada perempuan itu sendiri tetapi juga suami, keluarga dan/atau orang yang
membantu proses aborsi.
Bidan di Desa
Program bidan di Desa (BDD) di Indaonesia dimulai pada tahun 1989 dengan
tujuan agar setiap desa memiliki sekurangnya satu bidan pada tahun 1995/6.
Program ini berhasil meningkatkan jumlah bidan hingga 62.906 bidan hingga
tahun 2000. Namun, data Biro Kepegawaian Depkes bulan Juli 2003menunjukan
hanya 63% (39.906) bidan yang masih bertahan di posnya masing-masing. Bila
jumlah desa di Indonesia adalah 69.061 artinya sebanyak 29.115 desa tidak
memiliki tenaga bidan (Informasi langsung dari Ikatan Bidan Indonesia, tahun
2003).
Dalam kondisi tidak adanya jaminan pekerjaan dan gaji (kontrak dari pemerintah),
lulusan bidan di harapkan mampu menunjukan kepemimpinan memobilisasi
masyarakat dalam upaya menurunkan kematian ibu. Misalnya dengan cara
mengkoordinasi kegiatan Gerakan Sayang Ibu (diresmikan pada tahun 1996). Hal
ini, bidan juga diharapkan mampu mengkoordinasikan penyediaan transportasi
untuk merujuk ibu hamil ke tempat pelayanan terdekat atau RS
kabupaten(Ambulan Desa), tabungan masyarakat untuk ibu bersalin (Tabulin),
dan system monitoring kematian ibu berbasis masyarakat yang diketuai oleh
kepala desa. Dibawah kebijakan desentralisasi, terlihat pemerintah daerah tidak
menunjukan komitmen untuk meneruskan gerakan ini, sehingga BDD tidak
mendapat dukungan materi untuk menangani berbagai masalah dalam waktu yang
bersamaan. Padahal tanggung jawab BDD atas kegiatan posyandu, pondok
bersalin, pencatatan dan pelaporan ke puskesmas serta konsultasi sudah cukup
besar.
28 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Infrastruktur Kesehatan
Indonesia memiliki 68.724 desa (tahun 1998), dengan 7.602 puskesmas, 21.811
puskesmas pembantu, 7.035 puskesmas keliling, dan sekitar 243.700 posyandu
yang di kelola oleh lebih dari 1,2 juta kader
(http://w3.whosea.org/cntryhealth/indonesia/indostatics.htm). Unit-unit inilah
yang membentuk pelayanan kesehatan primer pemerintah Indonesia.
Jumlah dokter yang bekerja di Puskesmas dan RSU Depkes dan pemerintah
daerah per 100.000 penduduk pada tahun 1999 sebesar 10,8 yang menunjukkan
adanya penurunan dibanding angka tahun1998 (sebesar 11) (Depkes-RI, 2000:24).
Per Desember 2003 ada 1500 dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan
rata-rata jumlah dokter spesialis per tipe RS adalah sebagai berikut : 1) RS tipe
A29,25; 2)RS tipe B 5,61; 3) RS tipe C 1,34 dan; 4)RS tipe D 0,25 (Depkes-RI,
2000:24).
29 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kehamilan dan persalinan merupakan penyebab kematian, penyakit
dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/3,
melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup (BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS, 2003).
Tinggi kesalahan dalam pengambilan sampel (sampling error)
sehingga angka tidak memperlihatkan penurunan yang bermakna
dari data SDKI dari tahun 1994, yaitu sebesar 390 per 100.000
(BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS, 2003).
30 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pada terlambat pertama dan kedua, yang seringkali juga sebagai factor
terbanyak,peran pengambil keputusan menjadi penting baik keputusan kapan
harus mendapat pertolongan atau keputusan dalam memilih tenaga penolong. Di
Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih sering di temukan
ketidakberdayaan perempuan dalam mengambil keputusan, sementara peran
suami dan mertua sangat dominan (Depkes, 1997b). Akhirnya isu gender menjadi
hal yang krusial.
Kesehatan anak, terutama kelangsungan hidup bayi baru lahir. Kondisi bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
31 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
ibu, baik pada saat hamil maupun jauh sebelumnya. Risiko kematian pada bayi
BBLR (berat lahir <2500 gram) adalah 7 sampai 13 kali dibandingkan dengan
bayi yang lahir dengan berat 3000 hingga 3499 gram (Budiharsana, 2002).
Ada sekitar 60.861.350 remaja berusia 10 - 24 tahun, atau sekitar 30,2% dari
total penduduk Indonesia (BPS, 2001).
32 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
seksual, dan Iain-lain (MOH-GOI, 1999).
2. Keluarga Berencana
b. Angka kesuburan total/total fertility rate (TFR) di Indonesia turun dari 5,6
pada tahun 1967/70 menjadi 2,6 tahun 2002/2003 (BPS, BKKBN, Depkes,
MEASURE/DHS, 2003). Meskipun terlihat penurunan tajam, berbagai aspek
kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan banyak yang belum terpenuhi.
Dukungan dan ketersediaan konseling dan pelayanan KB yang memadai
merupakan hal terpenting dalam menurunkan risiko ini. Pada tahun 1997, dua per
tiga (66.7%) perempuan menikah di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern,
28,2% untuk pil dan 35,6% untuk suntik. Metode modern lain meliputi
AKDR/IUD (14,8%), susuk (11,0%), sterilisasi (5,5% MOW dan 0,7% MOP) dan
kondom (1,3%). Sekitar 2,7% perempuan usia reproduksi menggunakan metode
kontrasepsi tradisional (MOH-GOI, 1999).
33 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
3. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
b. Dari 8.251 kasus HIV/AIDS di Indonesia, terdiri dari 4.186 kasus AIDS
dan 4.065 kasus HIV (September 2005). Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (54,04%), disusul kelompok umur
30-39 tahun (25,01%) dan kelompok umur 40-49 (8,58%). Sebagian besar tertular
melalu hubungan heteroseksual. Saat ini, ada peningkatan infeksi HIV pada
pengguna narkoba jarum suntik dan penularan dari ibu ke anak (Subdit
PMS&AIDS Ditjen PPM&PL Depkes R.I, 2005). Angka infeksi HIV/ AIDS dan
infeksi menular seksual lainnya diperkirakan jauh lebih tinggi daripada angka
yang dilaporkan tersebut karena sampai saat ini system pelaporan masih pasif dan
biaya pemeriksaan darah relatif masih mahal. Sehingga jumlah kasus HIV/AIDS
hanya memperlihatkan bagian kecil dari masalah sebenarnya (fenomena “gunung
es”).
4. Usia Lanjut
a. Sampai tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut (di atas 60 tahun) di
Indonesia diperkirakan sekitar 15,3 juta atau 7,4% total penduduk. Jumlah ini
34 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya angka harapan hidup. Umur
harapan hidup perempuan meningkat dari 62,4 menjadi 65,3 tahun, dan pada pria
dari 59,6 menjadi 61,5 tahun, selama periode 1990-1995 (Budiharsana, 2002).
35 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
pada tahun 2003 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Mitra
Perempuan, 2003). Di antara kasus-kasus tersebut, 84,4% terjadi pada istri yang
mengalami kekerasan oleh suami atau mantan suami mereka. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa pelaku KDRT dan korbannya bisa di dalam ikatan
perkawinan maupun di luar perkawinan (Mitra Perempuan, 2003). (Lihat
Lampiran 3).
36 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
(Shane dan Ellssberg, 2002)
37 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
3. Tidak adanya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu di tingkat pelayanan
dasar termasuk terbatasnya akses terhadap informasi dan pelayanan KB.
Catatan: Baca kembali definisi kesetaraan dan keadilan gender pada Modul
Gender dalam HAM dan Asuhan Kebidanan
Kegiatan Pembelajaran
2. Buatlah contoh 12. area kritis (sesuai definisi di Beijing-FWCW 1995) yang
kamu lihat di sekitar tempat tinggal kamu.
CONTOH KASUS:
Lena seorang perempuan berasal dari sebuah dusun nelayan pantai utara
Masyarakat dusun kecil itu mayoritas bekerja sebagai buruh nelayan yang
pendapatannya tergantung pada laut, cuaca dan upah dari pemilik perahu. Di
ujung kampung ada sebuah rumah kecil tempat seorang mantri memberikan
layanan kesehatan. Menjelang matahari terbenam di kampung nelayan tersebut,
suasana terasa menyenangkan bagi Lena, la bermain dan belajar mengaji bersama
38 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
teman-temannya. Ustadznya selalu mengajarkan kebaikan bagi santri-santri belia
itu. Kepada mereka ditanamkan nilai-nilai kebaikan, menjaga hubungan harmonis
dengan tetangga, berbakti, taat dan tidak membantah orang tua. Khusus pada
anak-anak perempuan diajarkan agar menyiapkan diri untuk berumahtangga dan
berbakti kepada suami. Suami adalah kepala rumah tangga sehingga kelak jika
sudah berkeluarga harus tunduk pada perintahnya.
Menjelang hari raya Idul Adha, Lena genap berusia 14 tahun. Ayahnya
menjodohkan Lena dengan seorang pemuda yang baru datang dari perantauan.
Pemuda bernama Badri kemudian menikahinya. Tahun pertama perkawinannya,
Badri masih kerja merantau, hanya tiga bulan sekali ia pulang. Pada akhir tahun
Lena dinyatakan positif hamil. Mereka menyambut gembira, lengkaplah Lena
sebagai perempuan, ia bisa memberikan anak kepada suami dan memberikan cucu
kepada orangtuanya.
39 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
bidan, karena semua akan berjalan alamiah. Setiap perempuan pasti bisa
melahirkan tanpa harus diVnanjakan.
Selang dua hari sakit berlangsung, Lena sudah kehabisan darah dan
meninggal. Semua berduka, di luar duka mereka tersimpan harapan terhadap Lena
nantinya masuk surga karena mati melahirkan diyakini oleh mereka adalah mati
syahid. Bermain peran: simulasikan kasus di atas, diskusikan hak-hak apa saja
yang dilanggar?
40 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pelajaran 2
42 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Tujuan Khusus
43 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
2. Menjelaskan kerangka kerja Dixon-Mueller yang menggambarkan hubungan
berbagai komponen-komponen seksualitas yang berbeda dengan gender dan
kesehatan reproduksi; dan
Konsep Inti
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang
sering disebut jenis kelamin.
Gender
Adalah perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi perempuan dan laki-
laki yang dibentuk oleh budaya. Misalnya, karakteristik sosial bagi perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan laki-laki sebagai pencari nafkah dibentuk oleh
budaya. Karena gender timbul akibat konstruksi sosial, maka dapat-berbeda pada
44 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
suatu budaya dengan budaya yang lain, dari waktu ke waktu dan dapat diubah bila
diinginkan.
Seksualitas
Seksualitas dalah konsep yang meliputi kemampuan fisik seseorang dalam
menerima rangsangan dan kenikmatan seksual serta pembentukan identitas
seksual dan gender yang melekat pada perilaku seksual yang dipahami oleh
individu maupun masyarakat.
Perilaku Seksual
Mencakup tindakan-tindakan seksual terhadap orang lain atau diri sendiri
yang dapat diamati.
Kesehatan Seksual:
1. Didefinisikan sebagai peningkatan kualitas hidup dan hubungan pribadi.
2. Bertujuan agar setiap orang memiliki kehidupan seksual yang memuaskan
dan aman.
3. Memadukan konsep tubuh, intelektual dan sosial individu dengan
memperkaya dan memperkuat kepribadian, komunikasi, cinta dan hubungan antar
manusia.
4. Mencakup isu-isu berikut:
a. Terlindungi dari IMS, praktik seksual berbahaya dan kekerasan
b. Pengendalian akses seksual dan penikmatan seksual; dan
c. Informasi esensial tentang seksualitas.
d. Pelayanan kesehatan seksual tidak hanya terdiri dari konseling dan
pelayanan kesehatan reproduksi termasuk IMS. (Brokenshire Resource Center,
2003; Dixon-Mueller, 1996)
Hak-hak Seksual
Termasuk hak asasi perempuan agar secafa bebas dan bertanggung jawab
mengontrol dan memutuskan hal-hal yang terkait dengan seksualitasnya
(kesehatan reproduksi dan seksual, bebas dari paksaan, diskriminasi dan
kekerasan).
45 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
1. SEKSUALITAS DALAM KERANGKA PIKIR GENDER (DIXON-
MUELLER'S FRAMEWORK)
46 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Perilaku seksual meliputi segala tindakan yang dapat diamati secara
empiris. Perilaku ini bisa berupa tindakan seksual seseorang terhadap orang lain
atau dirinya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual, cara berbicara dan cara
bertindak.
Dua dimensi pertama dalam kerangka pikir ini adalah perilaku yang
dipandang secara obyektif (pasangan dan tindakan seksual); dua dimensi lainnya
terkait dengan fisiologis atau budaya yang bersifat subyektif. Setiap dimensi
seksualitas saling terkait dan dipengaruhi oleh pengalaman peran gender; jadi,
perbedaan dan persamaan gender dalam perilaku, arti dan dorongan seksual harus
dianalisis secara sistematis pada setiap kelompok sosial. Dengan demikian,
kebijakan dan program kesehatan reproduksi harus sesuai dengan permasalahan
yang muncul pada setiap dimensi seksualitas.
Seksualitas dibutuhkan
47 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
1) Pasangan Seksual
Elemen pertama dari kerangka pikir seksualitas-gender membicarakan:
a. Jumlah pasangan seksual, saat ini dan masa lalu;
b. Waktu dan lamanya hubungan seksual seseorang selama hidupnya;
c. Identitas sosial pasangan (karakteristik sosio-ekonomi, hubungan);
d. Kondisi dalam memilih: sukarela atau terpaksa; dan
e. Lamanya suatu hubungan (berganti pasangan).
48 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Biasanya, jumlah dan identitas pasangan dapat memprediksi jejaring seksual
dan penularan penyakit.
Perbedaan gender pada awal (atau pemutusan) aktifitas seksual, termasuk
pada saat'menentukan pasangan seksual berikutnya (identitas dan jumlah)
menimbulkan standar ganda di masyarakat. Kekuatan struktural maupun ideologis
tersebut menimbulkan pergeseran kemampuan perempuan dalam menentukan
proses reproduksi dan seksual mereka. Walaupun petugas kesehatan telah
menyadari bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memilih kontrasepsi
dan melindungi dirinya dari IMS, namun yang paling penting adalah kemampuan
perempuan dalam memutuskan untuk melakukan hubungan seksual atau tidak.
Aktifitas seksual yang terlihat suka sama suka, sebenarnya mungkin
terdorong oleh kebutuhan ekonomi. Di Jakarta, sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Yayasan Pelita llmu menemukan ada dua jenis transaksi seksual pada remaja.
Pertama, perex (perempuan experimen, bebas dibawa kemana-mana), istilah yang
dipakai untuk perempuan muda yang memberikan pelayanan seks sebagai balasan
atas pemberian materi dari "Om Senang." Kedua, pecun (perex cuma-cuma),
istilah untuk perempuan muda yang menyediakan pelayanan seks bagi mereka
yang bersedia memberikan "barang mewah," seperti tiket nonton bioskop, makan
malam di restoran mewah, sepotong baju, mobil baru dan/atau apartemen.
Meskipun ada transaksi seksual, perex dan pecun tidak suka disebut pelacur
karena mereka menganggap hubungan seksual yang dilakukan didasari oleh suka
sama suka. Mereka juga merasa tidak menjual tubuh mereka untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti yang dilakukan oleh pekerja seks (Djauzi dan Djoerban,
2003).
2) Tindakan Seksual
Elemen kedua meliputi naluri alami, frekuensi dan kondisi pilihan (sukarela
atau terpaksa). Frekuensi dan bentuk ekspresi seksual merupakan elemen penting
kesehatan reproduksi dan seksual. Beberapa praktik seksual mungkin
membutuhkan kontrasepsi atau upaya pencegahan penyakit; yang lainnya
49 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
mungkin membutuhkan keduanya. Contohnya, perempuan yang telah menopause
memiliki suami/pasangan HIV+, tidak lagi membutuhkan kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan tetapi membutuhkan kondom untuk mencegah penularan
HIV. Pasangan usia subur yang sedang dalam pengobatan IMS dan tidak ingin
punya anak, sebaiknya menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan dan
tertular IMS kembali.
50 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
menyerang potensi seksual mereka berarti mengancam kekuasaannya sebagai
laki-laki dan sebaliknya.
Perubahan makna dan ekspresi seksualitas terjadi sepanjang siklus hidup laki-
laki dan perempuan, khususnya sebagai respon terhadap kemungkinan konsepsi.
Di beberapa masyarakat Asia Selatan yang konservatif, hubungan seksual hanya
layak dalam ikatan pernikahan pada saat mereka menginginkan dan membesarkan
anak. Seks sebelum nikah, di luar nikah, atau di usia senja dianggap tidak layak.
Hal ini bisa berbeda di budaya lainnya, di mana seks sebelum atau di luar nikah di
tolerir dengan berbagai alasan.
51 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Seksualitas dari Sudut Pandang Tradisional
52 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
"perempuan sehat" dapat menyembuhkan seorang pria dari penyakit kelamin
karena dia telah mengembalikan "makhluk asing" ke perempuan tersebut. Hal ini
menjelaskan mengapa pengidap gonore sangat tinggi di Murut (Kalimantan Utara)
pada tahun 1930 dan Sumba pada tahun 1960, masing-masing 80% dan 90%, dari
perempuan yang diperiksa.
53 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Seorang anak perempuan dalam masa pertumbuhan, diliputi rasa
keingintahuan yang besar terhadap tubuhnya. la ingin tahu nama bagian-bagian
tubuh dan mengapa alat kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Bila orangtua
mengajarkannya bahwa tubuh perempuan itu "memalukan", ia akan sulit bertanya
mengenai tubuhnya saat memasuki masa puber. Dia mungkin akan sangat malu
untuk bicara mengenai menstruasi atau mengenai seks kepada petugas kesehatan;
bahkan ketika tumbuh dewasa dan mulai aktif seksual, dia tidak memahami
bagaimana tubuhnya bisa merasakan kenikmatan seksual, atau mengetahui
bagaimana cara melindungi tubuhnya dari kehamilan tak diinginkan atau penyakit
menular seksual.
b. Kebahagiaan perempuan tergantung pada keberadaan laki-laki
Asumsi bahwa kebahagiaan perempuan hanya bila bersama laki-laki, sering
digunakan sebagai senjata untuk mengatur kehidupan perempuan dan bahkan
dlgunakan untuk justifikasi perkosaan. Ini berarti bahwa kemampuan, perempuan
untuk melayani kebutuhan seks adalah hal terpenting dan harus/ terpenuhi. Hal ini
sering kali menyebabkan perempuan frustasi dan menghalanginya untuk lebih
maju dan berkembang.
c. Tubuh perempuan milik laki-laki
Banyak masyarakat memperlakukan perempuan seperti barang milik ayah
atau suami. Saat kecil, ia menjadi milik sang ayah yang bisa menikahkannya
dengan siapa saja yang dikehendakinya dan meminta mengerjakan apa saja yang
dimintanya. Layaknya sebuah barang, calon suami menginginkan calon istri yang
suci dan belum ternoda, sehingga keperawanan menjadi tuntutan. Setelah
menikah, suami merasa berhak memanfaatkan tubuh istrinya untuk mendapatkan
kesenangan yang diinginkannya. Suami mungkin selingkuh dengan perempuan
lain, tetapi istri hanya melayani satu laki-laki saja (suami). Tetapi laki-laki tidak
memiliki tubuh perempuan. Tubuh perempuan adalah milik dirinya sendiri, dan ia
berhak untuk memutuskan bagaimana, kapan dan dengan siapa akan berbagi.
d. Perempuan Kurang memiliki hasrat seksual
Perempuan sering diajarkan bahwa salah satu tugasnya adalah melayani
kebutuhan seksual suami. Sebagai perempuan "baik-baik," dia tidak akan
berinisiatif memulai hubungan seks. Mitos ini merugikan kesehatan seksual
perempuan. Pertama, perempuan yang beranggapan memikirkan seks adalah hal
yang tabu, tak akan siap menjalani seks secara aman. Dia tidak terlalu tahu
54 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
mengenai KB atau mendapatkan dan menggunakan kondom. Sekalipun tahu, ia
akan kesulitan untuk mendiskusikan hal ini sebelumnya kepada pasangan.
Berbicara mengenai seks hanya akan menimbulkan anggapan bahwa ia sudah
"berpengalaman," dan berarti perempuan nakal.
llustrasi kasus:
55 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Setiap orang dilahirkan dalam bentuk tubuh perempuan atau tubuh laki-laki.
Perbedaan fisik ini menentukan jenis kelamin seseorang. Reran gender seseorang
mengacu pada apa saja menurut masyarakat merupakan makna menjadi seorang
perempuan atau laki-laki. Setiap masyarakat mengharapkan agar perempuan dan
laki-laki melihat, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara tertentu, hanya
karena mereka perempuan atau laki-laki. Sebagai contoh, perempuan diharapkan
untuk menyediakan makanan, merawat anak-anak dan suaminya. Sedangkan
Laki-laki diharapkan untuk mencari nafkah di luar rumah untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya dan orangtuanya, serta melindungi keluarga dari
marabahaya (Burns dkk., 1997).
Peran gender dapat diubah. Saat ini banyak anak-anak muda yang ingin
berbeda dari orangtuanya. Ketika perempuan berjuang untuk menentukan sendiri
peran gendernya, mereka memperoleh kendali atas hal-hal yang menentukan
kesehatan seksualnya (Burns dkk., 1997).
56 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Memenuhi peran-peran yang diharapkan masyarakat memang bisa
mendatahgkan rasa puas dan rasa memiliki. Namun peran-peran tersebut juga
dapat membatasi pilihan perempuan, serta membuatnya merasa rendah diri
terhadap laki-laki. Ketika hal itu sampai terjadi, yang merugi tidak hanya
perempuan itu sendiri, tetapi juga keluarga serta masyarakatnya (Burns dkk,
1997). Berikut ini adalah peran-peran gender yang merugikan perempuan.
57 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
d. Perempuan dilarang berbicara dalam pertemuan di masyarakat. Artinya
masyarakat hanya mendengarkan apa yang dipikirkan laki-laki tentang suatu
permasalahan dan pemecahannya. Padahal banyak perempuan yang juga memiliki
pengetahuan dan pengalaman tetapi tidak dilibatkan dalam urun rembuk,
akibatnya masyarakat yang merugi.
ILUSTRASI KASUS:
Kisah Supinah
Supinah adalah seorang gadis berusia 15 tahun, masih duduk di kelas 1 SMU.
Ija mempunyai pacar bernama Yunus, seniornya yang duduk di kelas 3. Suatu
hari, ketika kedua orang tuanya sedang pergi, Yunus datang. Kondisi rumah yang
sepi membuat Yunus berani merayu Supinah untuk melakukan hubungan seksual.
Supinah semula menolak, tapi karena diancam akan diputuskan bila menolak dan
Yunus berjanji menikahinya bila terjadi kehamilan, akhirnya Supinah bersedia
menerima ajakan pacarnya itu. Ternyata Yunus tidak menepati janjinya. Ketika
tahu Supinah hamil, Yunus melarikan diri. Akibat rasa takut serta rasa malu bila
kehamilannya diketahui orang lain, Supinah mencoba untuk menggugurkan
kandungannya. Berbagai macam pil dan jamu peluntur sudah dicobanya, tapi tetap
tidak berhasil menggugurkan kehamilannya. Ketika kehamilannya mencapai usia
4 bulan, atas informasi seorang teman, Supinah mendatangi seorang dukun.
Dukun mencoba menggugurkan kandungan Supinah dengan cara memijatnya.
58 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
mengecewakan orang tuanya, walaupun sebenarnya ia masih ingin melanjutkan
sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
Sejak menikah, Supinah tinggal di rumah yang dibelikan Babe Ali. Tidak
jarang, suaminya meninggalkannya untuk jangka waktu yang lama, alasannya
untuk mengurus keperluan usahanya. Beberapa bulan terakhir ini, Supinah
mengalami keputihan yang tidak biasanya. la telah berusaha untuk mengobatinya
dengan cara mandi menggunakan air sirih atau meminum jamu-jamuan seperti
yang disarankan oleh ibunya, tapi keputihan ini tidak kunjung sembuh. Hal ini
menyebabkan ia tidak nyaman (rasa sakit), terutama saat bersenggamsi dengan
suaminya. Pernah ia menolak bersenggama, akibatnya sang suami marah dan
menamparnya.
Kegiatan Pembelajaran
59 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
4. Analisa kisah Supinah di bawah ini dengan menggunakan kerangka pikir
Dixon-Mueller.
3. Kesehatan Remaja
60 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
3. Mengembangkan standar pelayanan tiap jenis pelayanan kesehatan reproduksi
yang secara relevan menampung aspek kesehatan reproduksi lainnya.
61 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
ada.
c. Perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan reproduksi integratif.
d. Pemantauan dan evaluasi program serta pelayanan kesehatan reproduksi,
dengan menggunakan instrumen (indikator) pemantauan yang disepakati.
b. Pelayanan KB:
62 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
d. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan PMS, termasuk HIV/AIDS
dimasukkan ke dalam setiap komponen pelayanan kesehatan reproduksi.
63 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
a. Penanganan masalah sosial yang terkait erat dengan kesehatan reproduksi
antara lain:
64 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi
lintas sektor dan lintas program. Untuk itu di tingkat nasional digunakan forum
Komisi Kesehatan Reproduksi dan forum-forum lain yang bersifat fungsional.
d. Pemberdayaan masyarakat.
A. Menopaouse
65 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Biasanya sejak wanita berusia di atas 40 tahun, Haid sudah tidak teratur dan
siklus haid seringkali terjadi tanpa pengeluaran sel telur (ovulasi), Dengan
dem'kian, seorang wanita pada usia 40-tahunan sering dikatakan tidak subur lagi,
dan kecil kemungkinannya untuk hamil. Bila terjadi kehamilan pada usia tersebut
kemungkinannya akan lebih besar untuk memperoleh anak yang cacat atau
dengan kualitas yang kurang baik.
Dampak negatif yang terjadi akibat penurunan fungsi indung telur adalah
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Masalah kesehatan Jangka
pendek yang terjadi akibat menopause dapat berupa:
1. Rasa panas di dada yang menjalar kearah wajah, sering disebut hot flush.
Gejala ini sering timbul pada malam hari, sehingga menyebabkan terbangun
dari tidur. Gejala ini terjadi dalam hitungan menit tapi kadang-kadang dapat
sampai 1 jam. Pada saat terjadi gejolak panas, warna kulit menjadi kemerahan di
sekitar dada, leher dan wajah, dan terasa sedikit hangat pada perabaan. Gejala ini
akan berkurang bila udara dingin, sedangkan dalam keadaan stres psikis akan
timbul lebih sering dan sangat mengganggu. Rasa panas ini akan semakin
berkurang dan menghilang setelah 4-5 tahun pasca menopause.
2. Gangguan psikologis
66 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
sukar berkonsentrasi, perubahan perilaku, menurunnya daya ingat, dan kehilangan
gairah seksual.
4. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata
berkurang.
a. Osteoporosis
67 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Kadar estrogen yang oukup mampu melindungi wanita dari penyaklit jantung
koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik
(HDL High density Lipoprotein) dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL
Low density Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner
pada wanita.
c. Kepikunan
Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar. Liang rahim, dan leher rahim
untuk melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan,
pertumbuhan abnormal, seperti benjolan atau tanda radang.
2. Pap Smear
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya tanda
radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada saluran
reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya kelainan dapat segera
dilakukan.
3. Perabaan payudara
68 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormon
estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini juga
dapat terjadi pada pomberian hormon pengganti untuk mengatasi masalah
kesehatan akibat menopause, perabaan payudara sendiri atau yang dikenal
SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dapat dilakukan secara teratur untuk
menemukan tumor payudara sedini mungkin.
B. Andropause
Seperti halnya pada wanita, pada usia tua pria mengalami keadaan yang
disebut andropause. Bedanya andropause pada pria terjadi secara perlahan dan
pada usia yang lebih lanjut, akibat penurunan secara perlahan kadar hormone
testosteron, androgen (DHEA, Dehidro-epiandrosteron), hormon pertumbuhan,
melatonin, dll. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun keatas.
69 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
1. Keluhan Seksual
3. Osteoporosis
4. Kepikunan/demensia Alzheimer
b. Kekurangan tenaga/lemah
70 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
h. Kemunduran kemampuan olah raga
Jika mengalami keluhan nomor 1 dan 7, atau beberapa kombinasi dan 4 atau
lebih keluhan, maka laki-laki dikatakan sudah mengalami andropause.
2. Pemberian multivitamin
3. Pemberian Kalsium
71 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Infeksi Saluran Repoduksi yang Disebabkan
Infeksi Menular Seksual
72 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
73 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
74 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
75 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
* Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, menyusui dan anak berumur kurang
dari 12 tahun
** Pemberian Antiretroviral (ARV) didasarkan pada: gejala klinis, CD4, viral
load & kemampuan penderita pakai obat jangka panjang. ARV direkomendasikan
utk penderita dgn sindrom HIV akut akibat infeksi primer HIV dan mereka yg
mengalami serokonversi dalam waktu 6 bulan serta semua yang menunjukkan
gejala. Pada yg tanpa gejala ARV diberikan bila CD4<350/dl atau viral
load>55000/ kopi/ml. Sekali diberikan pengobatan harus berkelanjutan.
76 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Apa Itu HIV/AIDS?
HIV
Bila orang terinfeksi virus HIV, virus ini menyerang sistem kekebalan
tubuhnya - bagian tubuh yang tugasnya memerangi infeksi. Pelan-pelan virus HIV
membunuh sel-sel kekebalan tubuh sampai tubuh orang itu sama sekali tak punya
'benteng' lagi, dan semua jenis penyakit bisa menyergapnya, ia tak berdaya.
Banyak orang yang terkena virus HIV hidup seperti biasa, merasa sehat dan
kelihatan sehat, sampai 5 hingga 10 tahun sesudah HIV bersarang di tubuhnya
(ada juga yang hanya sempat merasa sehat sebentar saja). Jadi mungkin saja Anda
merasa tak kurang suatu apa selagi HIV sudah menjalari tubuh Anda.
Namun akhirnya tubuh Anda akan kehilangan semua sel yang dalam keadaan
normal melindungi Anda dari serangan kuman-kuman. Setelah semua sel
pertahanan itu mati, kuman-kuman yang dulunya tak mampu membuat Anda sakit
jadi merajalela.
77 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
PENTING! Begitu Anda kemasukan HIV, Anda sudah bisa menulari orang lain,
biarpun Anda merasa sehat dan nampak sehat pula. Mustahil Anda bisa
mengatakan seseorang terjangkit HIV dari penampilan luarnya saja. Bila belum
parah, takkan kelihatan apakah orang itu tertular atau tidak. Satu-satunya cara
untuk mengetahui ini hanya lewat tes HIV.
AIDS
Bila Anda telanjur mengidap AIDS, gizi yang baik dan obat-obat tertentu
dapat membantu tubuh Anda memerangi infeksi akibat AIDS, dan memungkinkan
Anda mempertahankan nyawa lebih lama. Tapi AIDS-nya sendiri tak bisa
dilawan. Jadi, sesudah beberapa lama, Anda akan makin sakit-sakitan, penyakit
78 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
apa pun jadi menyusup dengan gampang, sampai akhimya tubuh Anda tak mampu
lagi bertahan hidup.
Sesudah kemasukan virus HIV, perempuan lebih cepat jatuh sakit akibat
AIDS ketimbang laki-laki; Seperti telah dikemukakan sebelumnya, setelah virus
HIV masuk ke tubuh, orang yang diserangnya masih merasa sehat wal'afiat
selama beberapa waktu. Jangka waktu antara masuknya virus HIV dengan kondisi
AIDS yang sudah merebak dalam tubuh ini lebih singkat buat perempuan.
79 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Telah menyebar informasi yang salah dan tidak adil bagi perempuan, yakni
bahwa perempuanlah biang-keladi penularan AIDS. Padahal laki-laki juga
memiliki andil yang sama (bahkan mungkin lebih!) atas persebaran penyakit
mematikan ini. Umpamanya, para pekerja seks (perempuan tunasusila) selalu
dituding menyebarkan AIDS, padahal tentu para pemakai jasa mereka juga
bersalah.
80 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Bagaimana HIV/AIDS Menular ?
Virus HIV hidup dalam cairan tubuh orang yang sudah terkena HIV.
Misalnya, dalam darah, air mani, dan lendir vagina. Virus ini menular bila cairan
itu masuk ke tubuh orang lain. Jadi virus HIV menular melalui:
81 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Virus HIV hanya bisa hidup selama beberapa menit saja bila berada di luar
tubuh manusia. Virus ini tidak bisa hidup sendiri di udara atau di dalam air.
Jadi, anda TIDAK MUNGKIN tertular ataupun menularkan HIV dengan
82 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
cara: :
83 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Mencegah HIV/AIDS’
1. Usahakan hanya berhubungan seks dengan 1 orang saja, yang juga hanya
berhubungan seks dengan Anda saja.
2. Lakukan hubungan seks yang lebih aman: di mana kuman-kuman dalam air
mani laki-laki jangan sampai masuk ke vagina, anus, atau mulut Anda.
3. Hindari menusuk atau memotong kulit Anda dengan jarum atau alat apa pun
yang tidak disucihamakan dulu setelah dipakai oleh orang lain.
4. Perempuan, remaja maupun dewasa, harus memiliki hak untuk melindungi
keselamatan mereka dari ancaman AIDS yang mematikan. Untuk itu kita
memerlukan:
84 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Mencegah HIV/AIDS Tak Selalu Mudah …..
85 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
TES HIV
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh Anda, tubuh Anda menghasilkan
antibodi untuk memerangi virus itu. Antibodi biasanya terlihat dalam darah orang
yang dimasuki virus HIV antara 4 sampai 8 minggu kemudian, namun bisa juga
makan waktu lebih lama, sampai 6 bulan, baru ada jumlah antibodi yang cukup
untuk menampakkan diri jika dites. Selang waktu antara masuknya virus HIV
dengan munculnya antibodi dalam darah disebut 'periode jendela'.
Dalam tes HIV, petugas mengambil darah Anda untuk diteliti di laboratorium
oleh para pemeriksa yang ahli. Mereka akan mencari antibodi dalam contoh darah
Anda itu. Tanpa pemeriksaan seperti ini, tak mungkin kita tahu apakah seseorang
terkena virus HIV atau tidak. Namun tes ini hanya untuk mengetahui masuk atau
tidaknya virus HIV; bukan tes untuk AIDS itu sendiri.
Setelah darah Anda selesai diperiksa (biasanya makan waktu paling lama 2
minggu) petugas laboratorium akan memberikan hasilnya:
Bila tes Anda dinyatakan positif, berarti Anda terinfeksi virus HIV dan tubuh
Anda sudah mulai menghasilkan antibodi. Hasil tes positif tak berarti Anda pasti
dalam keadaan sakit; mungkin Anda merasa sehat seperti biasa. Namun Anda
sudah bisa menularkan virus HIV pada orang lain. Bila tes Anda dinyatakan
negatif, artinya salah satu dari 2 kemungkinan ini:
Karena dua kemungkinan itu sangat jauh bedanya, lebih baik bila Anda
menjalani tes lagi beberapa bulan kemudian agar memperoleh kepastian. Bahkan
ada hasil tes yang positif pun harus diulang. Mintalah nasihat pekerja kesehatan
untuk mengambil keputusan tentang itu.
86 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Periode Jendela
Yakni selang waktu antara masuknya virus HIV ke dalam tubuh dengan
munculnya antibodi dalam darah yang bisa dilacak dalam tes HIV. Lain orang,
lain pula periodenya.
87 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Periode jendela bisa makan waktu cukup lama, sampai 6 bulan. Maka, lebih
baik menunggu dulu sebelum menjalani tes HIV. Bila dalam jangka waktu 6 bulan
itu (sewaktu anda menunggu untuk menjalani tes HIV) anda merasa mungkin
akan mengalami kontak dengan HIV lagi, sebaiknya anda menjalani tes kedua 6
bulan sesudah kontak kedua itu. Tes pertama tetap harus anda lakukan.
Memang biasanya lebih penting mengubah perilaku yang tak aman ketimbang
menjalani tes HIV. Tapi Anda dan pasangan Anda mungkin harus menjalani tes
bila: Kalian ingin menikah (atau ingin menjalin hubungan seksual
monogamis/tanpa pacar-pacar lain) atau kalian ingin punya anak.
Tes HIV penting karena menjadi tonggak penentuan keputusan Anda untuk
masa selanjutnya. Bila hasil tes ternyata negatif, Anda bisa belajar untuk
melindungi diri sendiri agar jangan sampai terkena virus HIV di masa depan.
Bila hasil tes positif, Anda bisa mulai melakukan hal-hal ini:
88 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Begitu hasil tes Anda terima dan ternyata positif, barangkali perasaan Anda
akan kacau-balau atau campur-aduk pada mulanya. Adalah normal bila Anda
membantah hasil tes itu, menyangkal kepositifan HIV di tubuh Anda, dan
menolak mempercayainya. Anda bisa merasa marah dan nelangsa, menyalahkan
diri sendiri atau orang lain.
Masa itu akan sangat berat, namun bila Anda bisa menemukan seseorang
yang dapat dipercaya untuk diajak bicara, barangkali akan meringankan hati.
Tetapi berhati-hatilah memilih orang yang akan Anda beritahu bahwa Anda positif
terkena HIV. Suami atau pasangan Anda akan menyalahkan Anda sebagai biang
penyakit ini, meski boleh jadi dialah yang lebih dulu membawa virus itu.
Keluarga, tetangga dan teman-teman mungkin akan mundur ketakutan tiap kali
melihat Anda. Mereka mungkin akan menjauh dan mengasingkan Anda karena
takut ketularan. Maafkanlah mereka semua, karena mereka tidak memahami cara
penyebaran virus HIV/AIDS. Kalau mereka sue ah tahu, tentu takkan begitu
sikapnya. Bila mungkin, datangilah seorang penasihat HIV/AIDS yang sudah
terlatih, yang bisa membantu Anda mengambil keputusan tentang bagaimana cara
menghadapi perubahan besar dalam kehidupan Anda ini.
89 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
PENTING!
Bila hasil tes HIV anda negatif, BUKAN berarti anda tidak akan pernah
terkena HIV. Anda akan tetap berpeluang terkena virus HIV bila anda
mempraktikkan hubungan seks yang tidak aman.
3. Hanya anda sendiri saja yang tahu bagaimana hasil tes itu, kecuali bila anda
ingin memberitahu orang-orang tertentu
(dikutip dari burns, A. August et al. Where Women Have No Doctor; A Health
Guide for Women. Berkeley, California: a Hesperian Foundation, 1997)
90 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Indikator Sosio-Ekonomi Indonesia
91 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Kekerasan Terhadap Perempuan
….. segala bentuk tindakan kekerasan yang berbasis gender, yang mengakibatkan
atau akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan,
termasuk ancaman, paksaan, pembatasan kebebasan, baik yang terjadi di arena
publik maupun domestik" (pasal 1 Deklarasi).
Pada tingkat tertentu, nilai-nilai sosial yang bias gender juga dibakukan oleh
negara dan dijustifikasi oleh otoritas lembaga agama. Pembakuan nilai-nilai sosial
atas perempuan oleh negara terwujud dalam kebijakan publik yang tidak berpihak
atau diskriminatif terhadap perempuan, misalnya ketentuan dalam UU Perkawinan
(UU No. 1/74) yang menentukan bahwa istri hanyalah sebagai ibu rumah tangga
dan pendamping suami. KTP kemudian terjadi karena anggapan bahwa laki-laki
atau suami memiliki kedudukan lebih tinggi dari perempuan sehingga perempuan
dianggap hanya sebagai subyek yang dapat diperlakukan sekehendak hatinya.
Keadaan ini diperburuk oleh tidak memadainya aturan-aturan tentang
perlindungan keamanan terhadap perempuan.
92 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Kekerasan emosional merupakan tindakan pencemoohan, pengucilan, tidak
memberikan nafkah (bagi istri) serta tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk
merendahkan martabat perempuan dan menelantarkan atau mengabaikan
kepentingannya.
Dampak KTP cukup serius baik bagi perempuan itu sendiri maupun bagi
anak-anaknya. Secara psikologis, korban akan diliputi oleh perasaan teitekan,
depresi, dan hilangnya rasa percaya diri; secara fisik, berupa luka-luka, cacat
permanen, hingga kematian. Secara umum, dampak KTP dibedakan sebagai
dampak jangka pendek (short-term effect) dan dampak jangka panjang (long term
effect).
Dampak jangka pendek biasanya dialami beberapa saat hingga beberapa hari.
Secara fisik muncul dalam bentuk gangguan pada organ reproduksi (infeksi,
kerusakan selaput dara dsb) dan luka-luka pada bagian tubuh yang lain, akibat
perlawanan atau penganiayaan fisik. Secara psikologis, biasanya korban merasa
sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu dan terhina. Gangguan ini biasanya
menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia) dan kehilangan nafsu makan.
Sedangkan dampak jangka panjang dapat berupa sikap atau persepsi yang
negatif terhadap diri sendiri maupun terhadap laki-laki. Dampak jangka panjang
dapat terjadi apabila korban tidak mendapatkan penanganan dan bantuan yang
memadai.
93 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
B. SITUASI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI INDONESIA
94 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Kekerasan terjadi lintas kelas, suku, agama, latar belakang pendidikan
maupun jenis pekerjaan. Data-data di lapangan bahkan menunjukkan bahwa
pelaku kekerasan bukanlah orang yang sakit jiwa, justru merupakan orang-orang
dari lingkungan dekat korban (pasangan, keluarga, tetangga, pendidik, pengasuh,
dsb).
95 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
sebagai masalah global pada tahun 1993 ketika berlangsung Sidang PBB di Wina
yang menghasilkan Deklarasi Anti KTP. Selanjutnya, dalam BFOA (Beijing
Platform for Action-Kerangka Aksi Beijing) yang dicanangkan tahun 1995 KTP
menjadi salah satu dari duabelas (12) area kepedulian (area of concern).
96 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Perempuan Jakarta, Savy Amira Surabaya, dan lainnya. Beberapa tahun terakhir
ini lembaga-lembaga pendamping ini mengembangkan sistem pelayanan terpadu
bagi perempuan korban dengan Rumah Sakit dan Kepolisian, yang dikenal
dengan sistem tripartite. Salah satu contoh sistem tripartite yang dikembangkan
adalah pelayanan terpac u antara Rifka Annisa WCC, Rumah Sakit Panti Rapih,
dan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) yang ada di 5 Polres di lingkungan POLDA
DIY.
Menyadari bahwa kita adalah bagian dari masyarakat internasional yang telah
membuat komitmen internasional dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap
perempuan. Menyadari pula keadaan tersebut harus dihentikan dan diperbaiki
97 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
dengan sungguh-sungguh demi terciptanya rasa aman, damai, adil, dan sejahtera,
dengan memegang prinsip-prinsip keadilan gender, peduli lingkungan,
demokratis, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia termasuk di dalamnya hak
perempuan; Dengan ini kami, negara dan masyarakat Indonesia, menyatakan
komitmen bersama untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dengan:
98 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
99 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Tujuan Khusus
100 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Konsep Inti
Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada
pada usia antara 10 tahun hingga 19 tahun. Pada masa remaja, individu
akan mengalami situasi pubertas di mana ia akan mengalami perubahan
yang mencolok secara fisik maupuan emosional/psikologis. Secara
psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan
menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian
selanjutnya yaitu menjadi dewasa. Kematangan biologis remaja
perempuan pedesaan biasanya diikuti dengan perkawinan usia belia yang
mengantarkan remaja pada risiko kehamilan dan persalinan; sementara
kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan perkotaan dibayang-
bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif seksual, kehamilan
tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi termasuk
penyakit menular seksual dan akibat kecacatan yang dialami (Kollman,
1998).
101 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
SESI 3
REMAJA
Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanak-
kanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur menganai remaja biasanya
merujuk pada kurun usia 10 sampai 19 tahun, atau 15 sampai 24 tahun. Menurut
WHO batasan usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun sedangkan di Indonesia
sendiri menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
menetapkan definisi anak sebagai seorang yang belum mencapai usia 21 tahun
dan belum menikah. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa
pada usia inilah tercapai kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun
kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih awal pada waktu usia belasan
tahun (Kollman, 1998; PKBI, nd).
Remaja adalah pemimpin bangsa masa depan, namun saat ini mereka menghadapi
sekumpulan masalah besar yang dapat menentukan kualitas suatu bangsa di masa
yang akan datang. Masalah-masalah seperti pendidikan, lapangan pekerjaan,
pelecehan, kekerasan, seksualitas dan pernikahan merupaka sebagian dari
permasalahan yang dihadapi remaja yang memerlukan perhatian dari para peneliti,
akademis, aktifis, orang tua dan juga pembuat kebijakan. Dalam upaya mengatasi
isu yang kompleks ini, tidak jarang kita dihadapkan pada kendala ketidakpedulian,
102 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
kontroversi dan budaya. Kebijakan dan strategi yang jelas dan terfokus
memainkan peranan penting dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi
oleh remaja Indonesia (Murdijana, 1998).
Berbagai perubahan fisik yang terjadi pada remaja merupakan proses yang alami,
yang akan dilalui oleh semua individu. Namun seringkali ketidaktahuan remaja
terhadap perubahan itu sendiri membuat mereka hidup dalam kegelisahan dan
perasaan was-was. Ditambah dengan perubahan konsep diri dan pencarian
identitas diri maka banyak permasalahan yang muncul jika mereka tidak
dibimbing dengan baik untuk melewati masa tersebut (Kollmann, 1998).
103 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pada masa remaja organ seksual mulai berfungsi, baik untuk reproduksi maupun
rekreasi (mendapatkan kenikmatan) (Imran, 1998 dalam Herdalena, 2003). Terjadi
perubahan penampilan, bentuk maupun proporsi tubuh, serta fungsi fisiologis.
Hormon yang mulai berfungsi juga mempengaruhi dorongan seks. Sehingga
remaja mulai tertarik orang lain dan ingin mendapat kepuasan seksual. Meski
fungsi reproduksinya sudah bisa, namun kondisinya belum aman dan sehat.
Menurut PKBI (1984, dalam Herdalena, 2003) secara fisik, usia reproduksi sehat
untuk perempuan adalah 20-30 tahun.
Perubahan Fisik
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak, Mulai tumbuh payudara
Panggul mulai melebar dan
janggut, kumis dan kemaluan laki-laki
Perubahan suara membesar
Mulai diproduksinya sperma pada waktu- Mengalami menstruasi atau haid
Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar
waktu tertentu (mimpi basah)
Tumbuh bertambah berat dan tinggi ketiak dan kemaluan
Keringat bertambah banyak Kulit dan rambut mulai berminyak
Kulit dan rambut mulai berminyak Keringat bertambah banyak
Lengan dan tungkai kaki bertambah Lengan dan tungkai bertambah
panjang panjang
Tangan dan kaki bertambah besar Tangan dan kaki bertambah besar
Tulang wajah mulai memanjang dan Tulang-tulang wajah mulai
membesar memanjang dan membesar, sehingga
Pundak dan dada bertambah besar dan
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
bidang Pantat berkembang lebih besar
Tumbuh jakun
Suara berubah menjadi berat
Penis dan buah zakar bertambah besar
104 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
perubahan mental lain yang juga terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri
(malu, sedih, khawatir dan bingung). Remaja juga merasa canggung terhadap
lawan jenis. Remaja akan lebih senang pergi bersama-sama dengan temannya
daripada tinggal di rumah dan cenderung tidak menurut pada orang tua, cari
perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini akan membuat
meraka lebih mudah terpengaruh oleh temannya. Remaja perempuan, sebelum
menstruasi akan menjadi sangat sensitif, emosional, dan khawatir tanpa alasan
yang jelas. Perkembangan psikis ditandai dengan adanya benturan nilai dan faktor
kehidupan seperti keluarga, teman, sekolah dan lain-lain. Menurut Myles dkk
(1993) ada tiga aspek kepribadian yang cukup penting dalam perkembangan
seksualitas. Seperti harga diri, kemampuan komunitas, dan kemampuan
mengambil keputusan (Herdelena, 2003).
105 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
keputusan berdasarkan analisa pemecahan
Berubah-ubah
konsekuensi masalah
mood Memiliki perasaan Mampu
yang memecahkan
mempengaruhi konflik
perilaku tapi bukan
mengendalikan
Kelompok Sebaya Bersahabat akrab Suka berkelompok Berkurangnya
dengan sesama dengan sebaya pengaruh sebaya
Mulai menunjukan
jenis untuk membuat
Mungkin ketertarikan pada
keputusan dan
berhubungan lawan jenis
nilai-nilai
dengan lawan Hubungan
jenis individual,
bukan kelompok
sebaya
Tampilan Tubuh Mulai terjadi Tidak terlalu Nyaman dengan
(Body Image) perubahan tubuh perhatian terhadap tampilan tubuh
Kritis terhadap Menerima
tampilan tubuh
penampilan Lebih tertarik pada penampilan
Perhatian
hal-hal yang perorangan
terhadap
menarik
menstruasi,
mimpi basah,
masturbasi dan
ukuran payudara
maupun penis
Seksualitas Mulai merasa Menunjukan Mulai menbina
tertarik pada peningkatan pada hubungan serius
orang lain ketertarikan seksual
Mungkin Mungkin berusaha
melakukan mencari identitas
masturbasi seksual
Membandingkan Mungkin mulai
tubuh sendiri mencoba hubungan
dengan teman seksual
sebaya
106 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para
orang tua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui
pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa
remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat
kepribadian dan jiwanya (sumber: www.iqeq.web.id).
Termasuk dalam periode ini remaja juga mengalami pencarian orientasi seksual.
Orientasi seksual adalah ketertarikan seseorang terhadap jenis kelamin tertentu,
orientasi seksual sendiri dibagi menjadi dua yaitu heteroseksual (orang yang
secara seksual lebih tertarik dengan lawan jenis) dan homoseksual (orang yang
secara seksual lebih tertarik dengan orang lain dengan jenis kelamin yang sama).
C. PERMASALAHAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA
KRR sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan, karena gangguan
kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pada sistem reproduksi remaja.
Beberapa permasalahan kesehatan yang paling sering dialami oleh remaja adalah:
107 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998/1999
di dua propinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timmur meliputi 10 kabupaten
menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia (Hb<12gr%) dan
sekitar 70% calon pengantin wanita juga mengalami hal yang sama. Anemia
terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh. Masalah gizi ini
pada remaja dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan pada remaja putri
sehingga menimbulkan panggul sempit yang dapat meningkatkan risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Masalah ini juga berpotensi
menyebabkan kematian ibu dan bayinya pada saat proses persalinan (Hasmi,
2001). Beberapa masalah gizi yang terjadi pada remaja diantaranya adalah
(Depkes RI 2000):
a. Obesitas atau badan gemuk, lebih banyak terjadi pada remaja perempuan
daripada laki-laki, obesitas dapat memberikan pengaruh negatif terhadap
imajinasi diri, perkambangan psikis serta sosial sehingga dapat menimbulkan
isolasi dan depresi yang dapat memacu makan lebih banyak lagi.
b. Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang umum ditemui pada
remaja perempuan akibat kekurangan zat besi. Remaja perempuan lebih
banyak membutuhkan zat besi dibandingkan dengan laki-laki. Zat besi
diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi
hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh dan berfungsi sebagai
pembawa oksigen.
c. Kurang Energi Kronis (KEK), terjadi pada remaja umumnya karena makan
yang telalu sedikit, remaja perempuan yang berat badannya turun drastis erat
kaitannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk atau kurang seksi bila
dipandang lawan jenis. Banyak remaja kurang mengetahui bahwa deposit
lemak paha, bahu, dada dan abdomen adalah normal bagi seorang perempuan.
108 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan-perubahan dalam dirinya termasuk
diantaranya menerima kenyataan dorongan seks mulai meningkat dan sulit
dikendalikan, sering kurang dipahami oleh orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Nilai dan norma yang ada tidak jarang meyebabkan konflik yang khas remaja,
misalnya masalah masturbasi mereka tahu menurut agama itu dilarang, tetapi
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengelola dorongan seksnya.
Akibatnya tidak sedikit remaja pria yang mempunyai masalah dengan masturbasi.
3. Masalah KRR
109 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Sejak tahun 1994, masalah remaja dibicarakan secara terbuka sebagai salah satu
masalah kesehatan reproduksi di konferensi kependudukan di Kairo. Di negara-
negara berkembang, salah satu penyebab masalah kesehatan reproduksi seperti
angka kematian ibu yang tinggi diduga terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi dan seksualitas remaja. Antara lain, karena masa transisi dari periode
anak-anak ke orang dewasa berlangsung terlalu cepat di negara-negara
berkembang. Kematangan biologis remaja perempuan pedesaan (haid pertama)
biasanya segera diikuti dengan perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja
perempuan pada risiko kehamilan dan persalinan. Hal ini berkontribusi pada
tingginya angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada
usia dini. Di sisi lain, kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di
perkotaan dibayang-bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif
seksual, kehamilan tak diinginkan, upaya pengguguran kandungan secara tidak
aman, infeksi saluran reproduksi termasuk penyakit menular seksual dan akibat
kecacatan yang harus dialami (Kollmann, 1998).
110 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Untuk menangani kasus kehamilan remaja petugas kesehatan harus bersikap
bersahabat dan tidak menghakimi terhadap remaja, memberikan konseling
pada remaja dan keluarganya, memberikan jalan keluar yang terbaik bila
menemukan masalah yang serius dan mengkonsultasikan ke tenaga ahli
(seperti SpOG, SpKK, psikolog atau psikiater) bila belum terselesaikan.
b. Aborsi yang tidak aman. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja
seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan di
negara-negara berkembang menunjukan bahwa hampir 60% kehamilan pada
perempuan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak dinginkan
atau salah waktu (mistimed). Mahasiswi atau pelajar yang hamil seringkali
mencari pelayanan aborsi agar mereka tidak dikeluarkan dari sekolah. Remaja
cenderung terlambat mencari bantuan akibat tidak adanya akses pelayanan
kesehatan atau tidak segera menyadari terjadinya kehamilan.
111 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
praktik tradisional yang sudah berurat-berakar yang berdampak sangat parah
dan berat terhadap kesehatan reproduksi remaja putri atau perempuan.
Umumnya praktik semacam ini dilakukan di negara-negara Afrika; sekitar 2
juta remaja putri menjadi korban praktik ini setiap tahunnya. Selain trauma
psikologis yang dialami saat pemotongan, FGM dapat mengakibatkan infeksi,
perdarahan hebat dan shock. Beberapa bentuk FGM dapat menyebabkan rasa
sakit kronis setiap kali melakukan hubungan seks, infeksi radang panggul
yang berulang-ulang dan persalinan lama maupun macet. ICPD menyatakan
bahwa FGM merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan mendesak
penghapusan kebiasaan tersebut.
112 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
orang yang tidak mereka kenal; semua pernah berhubungan seks demi
uang, semua pernah dianiaya secara seksual, dan 93% pernah terinfeksi
penyakit menular seksual (PMS).
7) Di Thailand, diperkirakan 800.000 PSK berusia di bawah 20 tahun dan
dari jumlah ini, 200.000 diantaranya berusia di bawah 14 tahun.
Beberapa di antara mereka “dijual” sebagai PSK oleh orang tuanya guna
menghidupi anggota keluarga yang lain.
Oleh karena itu peran bidan dalam menghadapi masalah seperti ini adalah
mencegah semakin tingginya angka penyakit menular seksual (PMS) dengan cara
konseling – pelaksanaan praktis upaya preventif, dilakukan dengan meningkatkan
hubungan remaja dengan lingkungan keluarganya, memberikan pendidikan
seksual yang sehat, mengikutsertakan pada semua kegiatan yang pro aktif,
menganjurkan untuk menggunakan metode keluarga berencana (KB). Upaya
preventif ini bertujuan untuk menyelamatkan alat reproduksi remaja sehingga
tidak terjadi akibat buruk dan dapat meneruskan serta menurunkan generasi yang
tangguh bila nanti berkeluarga.
Kebutuhan kesehatan remaja banyak sekali tetapi banyak hambatan yang dihadapi
dalam mencoba mempertahankan kesehatan reproduksi yang baik yaitu
kurangnya pengetahuan, informasi dan pelayanan. Remaja mungkin memiliki
risiko untuk masalah kesehatan reproduksi karena:
113 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
seks dan kesehatan reproduksi akan mendorong remaja menjadi seksual
aktif
114 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
D. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
Tahun 1994-1995
Penyediaan materi konseling kesehatan remaja dan pelayanan konseling di
Puskesmas melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), namun program ini
belum youth friendly serta tidak melibatkan partisipasi remaja.
Tahun 1996
Pemerintah menyelenggarakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi
dengan melibatkan beberapa sektor terkait (LSM, profesi, akademis, dll).
Dalam lokakarya tersebut disepakati antara lain bahwa pelayanan KR
115 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
dilaksanakan secara integratif dalam paket PKRE. Salah satu komponen dari
paket tersebut adalah kesehatan reproduksi remaja.
Tahun 1997-1998
Pengembangan pelayanan kesehatan remaja di puskesmas dengan pendekatan
kemitraan dengan sektor terkait (BKKBN, Depdiknas, Depag, Depsos)
dilaksanakan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sejumlah materi KIE
dikembangkan (modul, buku saku). Namun, program ini belum berhasil
mempengaruhi remaja untuk memnfaatkan puskesmas dan fasilitas kesehatan
lainnya secara optimal.
Tahun 2000
Pengembangan pelayanan kesehatan remaja dengan pengenalan Youth
Friendly Health Services (YFHS), mulai terbentuk tim KRR di berbagai
tingkatan (propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan puskesmas) sampai tahun
2001 telah tersosialisasi ke 10 propinsi. Sebagaimana program sebelumnya,
program ini juga tidak berjalan baik.
Tahun 2002
Perkenalan program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR)
dengan puskesmas diberikan keleluasaan berinovasi untuk meningkatkan
akses remaja melalui pendekatan UKS, Karang Taruna dan Anak Jalanan
maupun kegiatan remaja potensial lainnya. Remaja dilibatkan secara aktif
mulai dari perencanaa sampai evaluasi. Program ini juga mulai membina
jejaring kerja dengan LSM, swasta dan profesi. Beberapa buku panduan
untuk remaja turut dikembangkan, walaupun sayangnya tidak didesiminasi
secara luas.
Tahun 2003
Departemen Kesehatan meluncurkan website tentang informasi kesehatan
remaja (www.lincah.com). Tapi ini juga tidak efektif mengingat tidak semua
remaja bisa mengakses internet.
Tahun 2004
116 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Perluasan jangkauan dan pemantapan program PKPR berupa peningkatan
keterampilan petugas, pengembangan pedoman perencanaa PKPR tingkat
kabupaten/kota serta dilakukan peyempurnaan kebijakan dan strategi menjadi
kebijakan dan strategi nasional kesehatan remaja di Indonesia.
122 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
pengembangan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan dengan menciptakan dan
mengembangkan kerjasama dan kemitraan global.
123 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
jujur dan bersih, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara
nasional dan internasional (termasuk kebutuhan khusus dari negara-negara
terpencil dan kepulauan kecil; usaha produktif yang dijalankan oleh kaum
muda; penyerapan keuntungan dan teknologi baru, terutama teknologi
informasi dan komuniaksi)
Nilai-nilai yang mendasari deklarasi milenium adlah kebebasan hak asasi manusia
(HAM), kesetaraan, solidaritas, toleransi, penghargaan terhadap lama, dan
pertanggungjawaban sesama.
Ke-7 target lainnya akan sangat sulit tercapai. Negara-negara industri gagal
memenuhi komitmen mereka memberikan 0,7% dari GNP untuk pendampingan
pembangunan. Tujuan tersebut akan sulit terpenuhi dihampir 60 negara terutama
negara-negara miskin di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Di Indonesia, Laporan
Pembangunan Manusia 2003 yang berjudul Tujuan Pembangunan Milenium:
Perjanjian Antar Negara Untuk Mengakhiri Kemiskinan Manusia (Millenium
Development Goals: A Compact among to End Human Proverty), melaporkan
upaya pencapaian TPM dan membahas pembaharuan-pembaharuan nyata dalam
kebijakan dan komitmen anggaran pada proses pembangunan masih tersendat.
Tercermin dalam lambatnya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Forum masyarakat sipil se-Asia Pasifik di Bangkok, pada 6-8 Oktober 2003
secara spesifik mengkritik TPM antara lain: TPM merumuskan kemiskinan dalam
konteks visi, ruang lingkup dan arah secara sempit, kurang memperhatikan HAM;
124 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
perhatian negara-negara maju justru dialihkan untuk pelayanan hutang dan
pembelanjaan kebutuhan militer.
125 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Sumber:
Down to Earth. 2004. Factsheet tentang Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional No. 36.
www.developmentgoals.org
www.un.org/milleniumgoals
www.who.int/mdg
Referensi:
http://dte.gn.apc.org/Aif36.htm
126 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dengan
memperhatikan kepuasan klien.
4. Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi dengan prioritas sesuai dengan
masalah spesifik daerah, minimal meliputi paket PKRE, sebagai bagian dari
proses desentralisasi.
5. Menerapkan program kesehatan reproduksi melalui keterlibatan program,
sektor dan pihak terkait, termasuk organisasi profesi, agen donor, LSM dan
masyarakat.
6. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender, termasuk meningkatkan hak
perempuan dalam kesehatan reproduksi.
7. Meningkatkan penelitian dan pengumpulan data berwawasan gender yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam rangka mendukung
kebijaksanaan program dan peningkatan kualitas pelayanan.
2. Keluarga Berencana
a. Cakupan pelayanan KB pada PUS 70%
b. Penurunan prevalensi kehamilan “4 terlalu” menjadi 50% dari angka
tahun 1997
c. Penurunan kejadian komplikasi KB
d. Penurunan angka drop out
3. Penanggulangan PMS/HIV-AIDS
a. Prevalensi gonore di kalangan kelompok berperilaku risiko tinggi menjadi
kurang dari 10%
127 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
b. Prevalensi infeksi HIV di kalangan kelompok berperilaku risiko tinggi
menjadi kurang dari 1%
128 | M o d u l K e s e h a t a n R e p r o d u k s i