You are on page 1of 1

a.

Terapi non farmakologi


Penatalaksanaan terapi pasien PPOK secara non farmakologi diawali dengan assesment
dan pemantauan penyakit pasien serta mengurangi faktor resiko. Pasien dengan batuk kronis
dan produksi sputum dengan riwayat paparan terhadap faktor resiko harus dicek untuk fungsi
pernafasannya walaupun tidak mengalami dispnea. Spirometri merupakan standar baku
karena merupakan cara yang telah terstanarisir, reprodusibel, dan obyektif untuk mengukur
fungsi pernafasan.
Penatalaksanaan terapi non farmakologidapat berupa:
1. Penghentian merokok
Ä merupakan tahap pertama yang penting yang dapat memperlambat
memburuknya tes fungsi paru-paru, menurunkan gejala, dan
meningkatkan kualitas hidup.
2. Rehabilitasi paru secara komprehensif ( fisioterapi, latihan pernafasan, latihan relaksasi,
perkusi dada dan drainase postural dll)
3. Perbaikan nutrisi
diet kaya protein, mencegah makanan berat menjelang tidur, hindari susu.

Penatalaksanaan terapi pada PPOK terdiri dari:


1. Penatalaksanaan PPOK yang stabil
Penggunaan obat ditujukan untuk mengurangi gejala dan komplikasi. Penggunaan
bronkodilator merupaka terapi utama untuk menatalaksana gejala PPOK.

2. Penatalaksanaan eksaserbasi akut


Memerlukan intervensi medis dan obat-obatan, seperti bronkodilator inhalasi, teofilin,
dan kortikosteroid sistemik. Untuk pasien yang mengalami gejala klinis infeksi seperti
peningkatan volume dan purulent sputum dan demam sebaiknya diberi antibiotik. Bantuan
pernafasan berupa Noninvasive positive pressure ventilation (NIPPV) terbukti dapat
memperbaiki gas dan PH darah, mengurangi mortalitas di rumah sakit, mengurangi ventilasi
yang invasif, dan mengurangi lama rawat di RS.

You might also like