Professional Documents
Culture Documents
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3377
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM
PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SABUT KELAPA
SEBAGAI SUBSTITUSI SERBUK GERGAJI
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik. Judul hasil penelitian ini adalah
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua komisi pembimbing dan
Ridahati Rambey, S.Hut., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah
dukungan, dan doa sehingga dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis
Penulis
NIM : 131201106
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar M.S Ridahati Rambey S,Hut., M.Si
NIP. 19641228 200012 1 001 NIP. 19830403 201504 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Budidaya Hutan
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Pembudidayaan jamur tiram biasanya
dilakukan dengan media tanam serbuk kayu atau serbuk gergaji. Komposisi kimia
pada sabut kelapa tua yaitu lignin (45,8%), selulosa (43,4%), hemiselulosa
(10,25%), dan pectin (3,0%). Keuntungan menggunakan media sabut kelapa
adalah daya simpan airnya yang tinggi dan bobot isi yang ringan. Rancangan
penelitian yang digunsksn adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 6 perlakuan yaitu kontrol, sabut kelapa 10%, sabut kelapa 20%, sabut kelapa
30%, sabut kelapa 40%, dan sabut kelapa 50%. Setiap perlakuan terdiri dari 5
ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari satu baglog bibit jamur tiram. Data
yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) one way dengan
tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh pada perlakuan, maka
dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat 95%.
Perlakuan media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan jamur adalah
perlakuan P5 dengan komposisi 50% sabut kelapa karena memiliki berat basah
yang lebih tinggi dari semua perlakuan. Lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan jamur. Apabila suhu udara tinggi maka produksi jamur sedikit dan
apabila kelembapan tinggi maka produksi jamur juga semakin banyak.
Hal.
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
Manfaat Penelitiaan ................................................................................ 4
Hipotesis Penelitian ................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Tiram (Pleurotusostreatus)............................................................ 5
Sabut Kelapa (Coocanufera) ................................................................... 7
Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................................... 8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitiaan .................................................................. 13
Alat dan Bahan ......................................................................................... .13
Prosedur Penelitiaan .................................................................................. .13
Rancangan Penelitian ................................................................................ .18
Analisis Data............................................................................................. .19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No. Hal.
1. Formulasi media tanam yang digunakan dalam setiap perlakuan ............... 14
No. Hal.
1. Bangunan budidaya ................................................................................. 14
6. Rataan umur mulai panen jamur tiram putih pada media tanam
Penambahan sabut kelapa .............................................................................. 24
7. Jumlahtudungbuah .................................................................................. 25
8. Rataan jumlah tudung buah jamur tiram putih pada media tanam
Penambahan sabut kelapa ........................................................................ 26
12. Rataan diameter tudung jamur tiram putih pada media tanam penambahan
sabut kelapa ............................................................................................ 29
14. Rataanluas tudung jamur tiram putih pada media tanam penambahan
Sabut kelapa .................................................................................................. 31
16. Rataan panjang tangkai jamur tiram putih pada media tanam penambahan
sabut kelapa ............................................................................................ 32
No. Hal.
1. Data pengukuran waktu pertumbuhan miselium ....................................... 38
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur
kayu yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Nutrisi utama yang
diperlukan oleh jamur tiram putih antara lain karbohidrat (Selulosa, Hemiselulosa
dan Lignin), protein, lemak, mineral dan vitamin. Kayu sengon yang digunakan
jamur tiram biasanya dilakukan dengan media tanam serbuk kayu atau serbuk
gergaji. Jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan , pegunungan,
dan daerah yang sejuk. Banyak orang mengonsumsi jamur tiram karena rasanya
lezat dengan kandungan gizi yang tinggi. Faktor penting yang harus diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah kebersihan rumah atau kubang
jamur, apikasi bibit unggul, teknologi produksi bibit ( kultur murni, bibit induk,
yang hidup pada kayu – kayu yang telah melapuk. Jamur tiram dapat juga tumbuh
pada serbuk gergaji, limbah jerami, limbah kapas, kertas kardus, atau bahan
tiram. Apabila kandungan selulosa media tanam terlalu tinggi, maka diperlukan
jamur tiram, Dinamakan jamur tiram karena mempunyai flavor, tekstur dan
bentuk yang mirip cangkang tiram dengan warna permukaan tudung beragam
(Maulana, 2012).
merupakan masalah bagi petani yang ingin mengusahakan jamur tiram tetapi di
daerahnya tidak ada penghasil serbuk kayu. Kajian tentang bahan substitusi yang
dapat menggantikan serbuk kayu sebagai bahan utama media tanam jamur tiram
hampir sama dengan serbuk kayu dan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup
mengakibatkan media tumbuh jamur menjadi kurang baik yang ditandai dengan
masih berwarna putih. Baglog yang terkena air apalagi air masuk kedalam baglog
membuat media terkontaminasi. Pada jurnal Sugiatno (2010) dikatakan bahwa sel-
sel jamur tiram membutuhkan karbon berantai enam (C6) untuk pertumbuhan.
Kebutuhan karbon tersebut sudah terpenuhi dengan mengolah serbuk kayu dan
dedak yang telah menjadi bahan utama jamur tiram. Menurut jurnal Riyati dan
pertumbuhan jamur. Berat basah yang dihasilkan cenderung lebih baik dan efisien
kelapa tua yaitu lignin (45,8%), selulosa (43,4%), hemiselulosa (10,25%), pektin
(3,0%) (Astuti dan Kuswytasari, 2013). Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu jenis jamur kayu. Komposisi inilah yang memungkinkan sabut kelapa
yang nyata pada parameter lama penyebaran miselium dan saat panen pertama.
Seperti pada kombinasi U2M1 (umur bibit 21 hsi dengan media 100 kg serbuk
pertumbuhan miselium penuh didalam baglog pada 27,33 hsi lebih awal
dipengaruhi oleh kualitas bibit. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bibit dalam
(Maulidina, 2015).
sabut kelapa sebagai pengganti serbuk gergaji pada budidaya jamur tiram.
kayu.
lembaga terkait dalam pengelolaan hutan dan potensi hasil hutan non
kayu.
Artinya, jika suhu kurang dari 10oC dan lebih dari 32oC, maka pertumbuhan
jamur tiram kurang baik. Suhu optimum pada pertumbuhan jamur tiram adalah
25oC-26oC. Pada umumnya, jamur tiram yang ditanam di dataran tinggi memiliki
nutrisi cukup baik. Komposisi kimia yang ada dalam jamur tiram tergantung jenis
dan tempat tumbuhnya. Dari hasil penelitian, rata – rata jamur tiram mengandung
19-35 persen protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras (7,38 persen)
atau gandum (13,2 persen). Jamur juga mengandung beberapa jenis vitamin,
antara lain B1 (thiamine), b2 (riboflavine), niasin, dan biotin. Selain itu jamur
tiram juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan
Cu. Kandungan serat pada jamur tiram antara 7,4-24,6 persen ini sangat baik bagi
Kondisi fisik pada badan buah jamur dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dan kandungan nutrisi yang terdapat pada media tanam. Faktor lingkungan yang
faktor nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan badan buah jamur yaitu kadar air,
pH, kadar ekstraktif, kadar hemiselulosa, kadar selulosa, kadar lignin, dan rasio
C/N. Untuk menghasilkan jamur dengan kandungan gizi terbesar maka dalam
media penanaman terdapat 75% sabut kelapa dengan kadar abu 0,40%, protein
nutrisi agar proses pertumbuhan jamur cepat. Bekatul sebagai sumber karbohidrat
terdapat pada bekatul berfungsi untuk mensistesis kitin. Tepung jagung sebagai
sumber karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Gipsum sebagai sumber
kalsium dan kapur sebagai sumber mineral kalsium dan pengatur pH media.
Kadar air dalam media diatur 45 – 60% agar miselium jamur dapat menyerap
nutrisi dengan baik. Proses pengomposan dilakukan untuk membunuh jamur liar
dan bakteri. Dalam proses inkubasi, kelembapan harus dijaga sebesar 60-70%
dengan cara menyiram dinding kumbung secara berkala, dengan kadar CO2
Setelah miselium jamur memenuhi baglog, kertas tutup baglog terbuka untuk
Pohon kelapa yang biasanya tumbuh pada daerah atau kawasan tepi
pantai. Pohon kelapa mempuyai manfaat yang banyak. Mulai dari batang, daun,
dan buahnya, semuanya dapat dimanfaatkan. Banyak dari bagian buah merupakan
bahan yang bermanfaat. Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari
buah kelapa, yaitu 35% dari berat keseluruhan buah (Winarti, 2007).
dari hasil prediksi untuk peridoe 2006–2009 adalah 3.187.695 ton, atau meningkat
kelapa bermanfaat. Dalam satu butir buah kelapa dapat menghasilkan 0,4 kg sabut
yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia pada sabut kelapa tua yaitu lignin
(Ganoderma lucidum) yang merupakan salah satu jenis jamur kayu. Komposisi
besar dari serbuk gergaji kayu serta mengandung unsur N, P, K, Mg, Ca, Na, Cu,
airnya yang tinggi dan bobot isi yang ringan. Pada hasil sementara uji pemadatan
media tanam serbuk sabut kelapa menjadi bricket serbuk sabut kelapa, diperoleh
bobot isi kering media sebesar 0,18 g/cm3 pada kadar air 0,11% dan bobot isi
basah sebesar 0,177 g/cm3. Bobot isi kering media tanam serbuk sabut kelapa
lapangan. Semakin rendah bobot isi media tanam, maka semakin ringan dan
praktis untuk dipindahkan. Di pasaran bobot isi kering untuk serbuk sabut kelapa
adalah 0,08 g/cm3 dan bobot isi basah 0,17 g/cm3 (Hasriani, 2013).
Dari segi fisik secara umum, jamur dengan komposisi media 75% dan
100% sabut kelapa memiliki kondisi fisik yang lebih kecil dibandingkan dengan
jamur pada variasi komposisi media lainnya. Pada jamur dengan komposisi media
100% serbuk kayu sengon (kontrol) memiliki massa dan panjang paling besar.
Jamur dengan komposisi media 50% sabut kelapa memiliki diameter tudung yang
paling lebar. Jamur dengan komposisi media 25% sabut kelapa memiliki tudung
yang paling tebal dan jumlah tudung yang paling banyak (Yuliani, 2013).
karbon lain selain lignin dan nonselulolitik polisakarida (Griffin, 1991) pada
sengon memiliki kandungan lignin yang rendah sekitar 25,7 %, namun memiliki
molekul hidrokarbon lain yang tinggi, yaitu alfa-selulosa 46,0% dan holo-selulosa
yang lebih besar dan bobot total panen per baglog yang relatif lebih tinggi. Hal ini
diduga bahwa dedak mengandung berbagai senyawa fenolik yang relatif lebih
pengaruh paling cepat penambahan serabut kelapa 66% baglog dengan rerata
16,30 hari. Pada awal perkembangan, miselium melakukan penetrasi pada sel
kayu pada lignin dan selulosa serabut kelapa dan kayu sengon dengan enzim
sumber nutrisi bagi jamur. Pada hasil pengamatan jumlah tubuh buah perlakuan
yang memberikan pengaruh paling cepat penambahan serabut kelapa 66% baglog
dengan rerata panen pertama 14,73 buah dan panen kedua 11,30 buah. Jumlah
tubuh buah pada panen kedua relatif lebih sedikitdari pada panen pertama.
Dikarenakan unsur hara yang berkurang. Unsur hara yang terkandung dalam
(Purnamasari, 2013).
fase awal dalam perkembangan jamur sebelum terbentuknya pin head atau calon
kemudian berkembang menjadi pin head dan akhirnya membentuk tungkai dan
badan buah jamur. Miselium pada penelitian ini memenuhi media tanam yang
lebih cepat pada perlakuan H (Serbuk gergaji kayu sengon 10% dan bagas tebu
70%) yaitu 27.2 HSI. Fase pembentukan pin head merupakan fase lanjutan dari
(Serbuk gergaji kayu sengon 30% dan bagas tebu 50%), perlakuan C (Serbuk
gergaji kayu sengon 60% dan bagas tebu 20%), dan perlakuan G (Serbuk gergaji
kayu sengon 20% dan bagas tebu 60%) memiliki nilai rata-rata saat muncul pin
perbedaan pertumbuhan pada masing-masing perlakuan. Hal ini terlihat dari pola
pertumbuhan perlakuan B1, B2, B3, B4, dan B5 yang hampir sama dengan
dilakukan pada suhu ruang dengan suhu rata-rata harian 31,375oC dengan
terdapat pada perlakuan media kontrol B0 (100 % kayu sengon) dengan hasil rata-
rata 65,75 hari. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan media B5 (50 % sabut
kelapa) dengan hasil rata-rata 70,25 hari. Hasil panen pada kontrol B0 (100 %
kayu Sengon) adalah 93,75 gram. Hasil terbaik pada perlakuan media B5 (50 %
sabut kelapa) dengan hasil rata-rata 128,75 gram (Astuti dan Kuswytasari, 2013).
Jamur dengan variasi media 25% sabut kelapa memiliki kondisi fisik yang
lebih besar daripada keempat variasi media yang lainnya. Variasi media 0% sabut
75% sabut kelapa memiliki jumlah tudung paling banyak. Dari kelima variasi
media yang ada, variasi media dengan komposisi 100% sabut kelapa memiliki
kondisi fisik yang paling kecil apabila dibandingkan dengan yang lain. Hal
tersebut dikarenakan pada saat proses pemadatan, baglog dengan komposisi media
berkembangnya tudung jamur. Kondisi fisik pada tubuh buah jamur tiram dapat
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam media tanam jamur dan
oksigen (O2) atau terlalu banyak karbon dioksida di udara, maka tangkai tubuh
Dari hasil jurnal sebelumnya diperoleh data rata-rata berat jamur tiram
putih yang dikultur pada serbuk kayu kemiri dan serbuk kayu campuran memiliki
perbedaan yang signifikan. Pada serbuk kayu campuran diperoleh 1,49 kg/10
baglog, sementara pada serbuk kayu kemiri diperoleh 1,46 kg/10 kg. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak kandungan nutrisi yang terdapat pada media
seperti fosfat, gula, bahan organik, selulosa, dan lignin yang terdapat pada serbuk
kayu sehingga berat basah jamur yang dihasilkan semakin tinggi. Pada serbuk
kayu campuran terdapat kadar karbohidrat 0,73% dan kadar proteinnya 9,5%.
Panjang tubuh buah jamur diukur dari posisi vertikal yakni mulai dari
pangkal tangkai hingga ujung tudung. Jamur yang ditanam pada media tanam
komposisi tongkol jagung 25% memiliki panjang tangkai jamur tiram terbaik
tangkai jamur terendah yakni 12,13 cm. Hal ini menunjukan bahwa media tanam
25% memiliki kondisi yang optimal untuk menunjang pembentukan tangkai jamur
yang memanjang sehingga dihasilkan tubuh buah yang besar secara vertikal.
Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Mei 2017
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, ayakan pasir,
potongan kayu untuk memadatkan media, alat sterilisasi, bunsen, cincin penutup
baglog ukuran diameter 4 cm dan panjang 3 cm, spatula, cutter, beko, hand
sprayer, timbangan analitik, kalkulator dan alat-alat lain yang mendukung dalam
penelitian ini.
ketebalan 0,6 cm sebagai wadah media tanam jamur tiram, karet gelang, lembaran
kertas ukuran 10 cm x 10 cm untuk menutup baglog, air gula, alkohol, air dan
Prosedur Kerja
berukuran panjang 3 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 2 meter. Tiang dan
dinding terbuat dari bambu, lantai tanah keras, dan atap terbuat dari plastik
2. Persiapan Bahan
Sabut kelapa yang sudah kering dihancurkan dengan gilingan kasar atau
mengeluarkan air, berarti kandungan air dalam adonan media terlalu tinggi.
4. Pengomposan
5. Pengisian Media
plastik disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari pipa paralon pada
diketatkan dan diikat dengan karet dan ditutup dengan lembaran plastik (10 cm
6. Sterilisasi
8. Inokulasi
bibit kedalam media tanam ± 5g. Untuk memasukkan bibit digunakan spatula
kecil yang telah disterilkan dengan alkohol dan dibakar diatas bunsen.Terlebih
dahulu tutup plastik dan pipa paralon dibuka dan bibit jamur ditaburkan
menggunakan plastik.
9. Inkubasi (Spawning)
Media yang telah diisi dengan bibit diletakkan di rak sesuai dengan
Media akan tampak putih merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi.
10. Pemisahan
terkontaminasi jamur lain yang ditandai dengan tumbuhnya kapang jamur lain
11. Pemeliharaan
a. Penyiraman
pagi dan sore hari.Penyiraman pada media jamur dilakukan setelah baglog
Hama yang sering menyerang jamur adalah ulat, kecoa dan tikus.
yaitu dengan cara memungut ulat dari tubuh buah yang terserang. Untuk
Penyakit yang sering muncul pada baglog adalah tumbuhnya kapang jamur
12. Pemanenan
Jamur tiram bisa dipanen setelah 40-80 hari dari masa inkubasi. Jamur
tiram dapat dipanen berkali kali dengan selang waktu 7-10 hari. Kriteria
panen jamur tiram adalah ketika diameter tudung berukuran 3-14 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.
a. Pertumbuhan miselium
Jumlah badan buah dihitung pada saat panen. Semua tubuh buah yang
digital. Sampel jamur yang diambil adalah jamur yang memiliki ukuran
e. Luas Tudung
Jamur yang telah dipanen kemudian diukur luas tiap tudungnya dengan
menggunakan penggaris.
f. Diameter Tudung
g. Warna Jamur
Rancangan Penelitian
Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan yang mana setiap ulangan terdiri
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear
sebagai berikut :
Yij : Hasil pengamatan dari perlakuan berbagai media tanam dan ulangan
μ : nilai rata-rata
Εij : Pengaruh galat percobaan dari berbagai media tanam dan ulangan
Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa dengan analisan ragam (ANOVA) one
way dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh pada perlakuan,
maka dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Mei 2017 sampai dengan Agustus
yang dihitung dari penelitian ini adalah pertumbuhan miselium (cm), umur mulai
panen (hari), jumlah tudung (buah), berat basah (gram), diameter tudung (cm),
luas tudung (cm2) dan tinggi tangkai (cm). Data hasil pengukuran seluruh
pada baglog yang telah berisi media tanam jamur. Waktu pertumbuhan miselium
diamati sampai seluruh baglog berwarna putih. Gambar munculnya miselia dan
baglog yang sudah dipenuhi miselium dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
70.000
59,40e
60.000
Waktu Pertumbuhan
50.000 45,00d
Miselium (hari)
30.000
20.000
10.000
0.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 4. Rataan waktu pertumbuhan miselium jamur tiram putih pada media
tanam campuran sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
Hal ini disebakan komposisi pada baglog tidak terlalu padat atau dengan
komposisi sabut kelapa yang lebih banyak juga dapat menghambat pertumbuhan
miselium.
perlakuan yang ada karena kepadatan baglog yang terdiri dari 100% serbuk kayu.
Rahma dan Purnomo (2016) menyatakan bahwa pada saat proses pemadatan,
baglog dengan komposisi media 100% sabut kelapa terlalu padat sehingga dapat
melakukan penetrasi pada sel kayu pada lignin dan selulosa serabut kelapa dan
tiram dengan selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan Multiple Range Test
dengan P0, P1, P2, dan P4. Pada pengukuran parameter waktu pertumbuhan
kelapa yang optimal untuk waktu pertumbuhan miselium jamur tiram yaitu
campuran 30%. Komposisi yang seimbang antara sabut kelapa dan serbuk kayu
Umur mulai panen dihitung dari tahap inokulasi sampai tudung jamur
terbuka sempurna. Ketika jamur sudah menunjukkan ciri-ciri untuk siap dipanen
maka disaat itulah jamur diambil dari baglog. Jamur biasanya dipanen pada hari
ketiga atau keempat setelah munculnya badan buah pada baglog. Jamur yang
Umur mulai panen berkisar antara 68,60 sampai dengan 77,20 hari. Umur
mulai panen pada perlakuan P2 lebih cepat dibanding perlakuan yang lainnya dan
pada perlakuan P0 memiliki umur panen yang lebih lama.Pada perlakuan P3 umur
mulai panen sebanyak 69, 40 hari dimana sedikit lebih lama dibanding perlakuan
P2.
76.000
Umur Mulai Panen (hari)
74.000
72.000 71,20b
70,60ab 70,20ab
70.000 69,40ab
68,60a
68.000
66.000
64.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 6. Rataan umur mulai panen jamur tiram putih putih pada media
tanam campuran sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
Hal ini tidak sejalan dengan waktu pertumbuhan miselium yang ada. Hal
ini disebabkan kondisi lingkungan yang kurang baik dan juga terlalu lebarnya
pembentukan tubuh buah akan terhambat pada konsentrasi karbon dioksida yang
tubuh buah jamur tiram. Apabila kekurangan oksigen (O2) atau terlalu banyak
karbon dioksida di udara, maka tangkai tubuh buah jamur akan memanjang dan
sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap umur mulai panen jamur tiram dengan
selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
menunjukkan umur mulai panen pada P2 berbeda nyata dengan P4 dan P0. Pada
jamur tiram yaitu campuran sabut kelapa 20%. Semakin banyak perbandingan
komposisi sabut kelapa dan serbuk kayu yang ditambahkan semakin lama umur
mulai panen.
Tudung buah yang diukur adalah tudung buah yang terdapat dalam satu
rumpun jamur dari yang kecil hingga yang besar. Jumlah tudung buah jamur
berkisar 4,20 sampai dengan 10,40 buah. Gambar jumlah tudung buah dapat
perlakuan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan P2. Pada grafik diatas
2.00
0.00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 8. Rataan jumlah tudung jamur tiram putih pada media tanam
campuran sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
buah jamur tiram salah satunya yaitu nutrisi yang diperoleh dari media tanam.
Jumlah tudung buah pada media tanam campuran sabut kelapa lebih sedikit
buah terbanyak adalah komposisi media tanam (serbuk gergaji 1100 gram, bekatul
100 gram dan serbuk sabut kelapa 100 gram) sebanyak 11,78 buah sedangkan
jumlah badan buah paling sedikit pada koposisi media tanam (serbuk gergaji
1000 gram, bekatul 200 gram dan serbuk sabut kelapa 100 gram) sebanyak 8,67
buah. Hal tersebut diduga karena nutrisi yang diperoleh dari campuran jerami padi
campuran sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tudung jamur
dihitung adalah berat satu rumpun jamur yang tumbuh pada baglog dan dapat
Berat basah yang ada berkisar antara 62,23 sampai dengan 114,71 gram.
Berat terkecil dapat ditemui pada perlakuan pertama dan berat terbesar ditemui
pada perlakuan P0. Hal ini dikarenakan jumlah tudung terkecil terdapat pada
140.000
114,71c
120.000
101,16bc
Berat Basah (gram)
100.000
76,68ab 74,87ab 73,60ab
80.000
62,23a
60.000
40.000
20.000
0.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 10.Rataan berat basah jamur tiram putih pada media tanam campuran
sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kandungan nutrisi yang terdapat pada
pementukan tubuh buah jamur adalah kelembapan, suhu, O2, CO2, cahaya dan
pertumbuhan badan buah jamur yaitu kadar air, pH, kadar ekstraktif, kadar
Menurut Nasution (2016) dari hasil jurnal sebelumnya diperoleh data rata-
rata berat jamur tiram putih yang dikultur pada serbuk kayu kemiri dan serbuk
kayu campuran memiliki perbedaan yang signifikan. Pada serbuk kayu campuran
diperoleh 1,49 kg/10 baglog, sementara pada serbuk kayu kemiri diperoleh 1,46
kg/10 kg. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kandungan nutrisi yang
terdapat pada media seperti fosfat, gula, bahan organik, selulosa, dan lignin yang
terdapat pada serbuk kayu sehingga berat basah jamur yang dihasilkan semakin
tinggi.
campuran sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap berat basah jamur tiram
dengan selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
menunjukkan berat basah pada P2 berbeda nyata dengan P5 dan P0. Pada
tanam dengan campuran sabut kelapa 20% merupakan hasil yang kurang optimal.
Diameter Tudung
Perhitungan diameter tudung dilakukan dengan cara mengitung bagian
terpanjang dan bagian terpendek kemudian dibagi 2. Semua tudung dalam satu
diameter terkecil terdapat pada perlakuan P5 yaitu 6,99 cm. Hasil diameter tudung
12.000 11,20b
10,56b
10,02ab
10.000
7,95ab 8,08ab
Diameter tudung
8.000 6,99a
6.000
4.000
2.000
0.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 12.Rataan diameter tudung jamur tiram putih pada media tanam
campuran sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
dkk.(2013) menyatakan jumlah tudung jamur yang banyak akan memiliki ukuran
diameter yang kecil karena tidak memiliki banyak ruang untuk tudung jamur
diameter yang ada dalam grafik berbeda dengan Yuliani (2013) yang menyatakan
jamur dengan komposisi media 100% serbuk kayu sengon (kontrol) memiliki
massa dan panjang paling besar. Jamur dengan komposisi media 50% sabut
kelapa memiliki diameter tudung yang paling lebar. Jamur dengan komposisi
media 25% sabut kelapa memiliki tudung yang paling tebal dan jumlah tudung
campuran sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tudung jamur
Luas Tudung
Luas dapat dihitung melalui kertas milimeter. Tudung jamur yang ada
tudung terbesar terdapat pada perlakuan P2 dan luas tudung terkecil ditemukan
pada perlakuan P5. Hasil luas tudung dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
120.000 110,31b
100.000
88,07ab
83,91ab
80.000
Luas Tudung
66,16ab
56,18a
60.000
47,59a
40.000
20.000
0.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Gambar 14.Rataan luas tudung jamur tiram putih pada media tanam campuran
sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
luas tudung jamur maka semakin besar diameter tudung jamur. Oksigen lebih
dibutuhkan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur tiram.
Menurut Rahma dan Purnomo (2016) apabila kekurangan oksigen (O2) atau
terlalu banyak karbon dioksida di udara, maka tangkai tubuh buah jamur akan
berpengaruh nyata terhadap luas tudung jamur tiram dengan selang kepercayaan
95%.
yang dihasilkan dari satu baglog dihitung panjang tangkai dan dirata-ratakan.
Gambar pengukuran panjang tangkai dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Panjang tangkai berkisar 4,60 sampai dengan 6,30 cm. Panjang tangkai
terbesar terdapat pada perlakuan pertama yaitu 6,30 cm dan panjang tangkai
terkecil terdapat pada perlakuan kelima yaitu 4,60. Hasil dari panjang tangkai
Perlakuan
Gambar 16. Rataan panjang tangkai jamur tiram putih pada media tanam
campuran sabut kelapa
Ket : Notasi (a, b, c) yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata antar perlakuan
berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 95%
dengan campuran tongkol jagung. Menurut Hakiki (2013) jamur yang ditanam
pada media tanam komposisi tongkol jagung 25% memiliki panjang tangkai jamur
menunjukan panjang tangkai jamur terendah yakni 12,13 cm. Hal ini menunjukan
bahwa media tanam 25% memiliki kondisi yang optimal untuk menunjang
campuran sabut kelapa tidak berpengaruh nyata panjang tangkai jamur tiram
Kesimpulan
1. Komposisi sabut kelapa membantu penyebaran miselium menjadi lebih cepat.
2. Perlakuan media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan jamur adalah
tinggi maka produksi dari jamur sedikit, akan tetapi apabila kelembapan
Saran
1. Perlunya diukur kadar air dalam produksi jamur tiram putih pada penelitian
selanjutnya.
Ginting, Herlina, dan Tyasmoro. 2013. Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur
Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Tumbuh Gergaji Kayu
Sengon Dan Bagas Tebu. Jurnal Produksi Tanaman Vol 1 No 2 ISSN
2338-3976. Universitas Brawijaya. Malang.
Hakiki, Purnomo, dan Suksesi. 2013. Pengaruh Tongkol Jagung Sebagai Media
Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus).
Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 1, No. 1, (2013). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Hasriani, Kalsim, dan Sukendro. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)
Sebagai Media Tanam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martawijaya, Kartasujana, Kadir dan Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor
Maulidina, Murdiono, dan Nawawi. 2015. Pengaruh Umur Bibit Dan Komposisi
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8,
Desember 2015, hlm. 649 – 657. Universitas Brawijaya. Malang.
Nasution Jamilah, 2016. Kandungan Karbohidrat dan Protein Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) Pada Media Tanam Serbuk Kayu Kemiri
(Aleurites moluccana) Dan Serbuk Kayu Campuran. Jurnal Eksakta
Volume 1. Universitas Medan Area. Medan.
Redi dan Rosani, 2007. Budidaya Jamur Tiram. CV Karya Mandiri Pratama.
Jakarta.
Sutarman. 2012. Keragaan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
Pada Media Serbuk Gergaji dan Ampas Tebu Bersuplemen Dedak dan
Tepung Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 163-
168 ISSN 1410-5020. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Surabaya.
Shifriyah, Badami, dan Suryawati. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Penambahan Dua Suumber Nutrisi.
Jurnal Agrovigor Volume 5 No.1, ISSN 19795777. FP UTM
Yuliani, Purnomo, dan Suksesi. 2013. Pengaruh Sabut Kelapa Sebagai Media
Perumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
Jurnal Sains dan Seni Vol.X, No. X, 2013 (1-3). ITS. Surabaya.
Lampiran 2. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa dengan
serbuk gergaji terhadap waktu pertumbuhan miselium
Lampiran 3. Uji duncan pengaruh campuran media tanam sabut kelapa dengan
serbuk gergaji terhadap waktu pertumbuhan miselium
Perlakuan N Subset
1 2 3 4 5
sabut kelapa
5 38,00
30%
sabut kelapa
5 38,20 38,20
50%
sabut kelapa
5 39,20 39,20
20%
sabut kelapa
5 39,40
40%
sabut kelapa
5 45,00
10%
kontrol 5 59,40
Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa dengan
serbuk gergaji terhadap umur mulai panen
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. hit F.tabel
keragaman Bebas Kuadrat Tengah
(db) (JK) (KT)
Perlakuan 5 236,8 47,36 16,715 2,62
Galat 24 68 2,833
Total 29 304,8
Lampiran 6. Uji duncan pengaruh campuran media tanam sabut kelapa dengan
serbuk gergaji terhadap umur mulai panen
Perlakuan N Subset
1 2 3
sabut kelapa
5 68,60
20 %
sabut kelapa
5 69,40 69,40
30%
sabut kelapa
5 70,20 70,20
50%
sabut kelapa
5 70,60 70,60
10 %
sabut kelapa
5 71,20
40 %
Kontrol 5 77,20
Lampiran 8. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa dengan
serbuk gergaji terhadap jumlah tudung
Lampiran 12. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa
dengan serbuk gergaji terhadap diameter tudung
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. hit F.tabel
keragaman Bebas Kuadrat Tengah
(db) (JK) (KT)
Perlakuan 5 70,853 14,171 2,361 2,62
Galat 24 144,051 6,002
Total 29 214,905
Lampiran 14. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa
dengan serbuk gergaji terhadap luas tudung
Lampiran 16. Sidik ragam pengaruh campuran media tanam sabut kelapa
dengan serbuk gergaji terhadap tinggi tangkai
a b
c d
e f
g h
k l
m n
hari)
g : Sterilisasi
i : Bibit (F2) jamur tiram yang diperoleh dari Kelompok Tani Usaha Bersama
Sari Rejo
j : Inokulasi
l : Inkubasi
m: Pemisahan
hasil
Perlakuan luas tudung (cm2)
7968 + 2091 + 7040 + 7525 + 2150 + 6365 + 4703 + 2280 + 5101
P0U1 +7476 + 3787 + 2921 / 12 49,5208
P0U2 12077 + 1405 + 10034 + 18056 + 2039 / 5 87,222
6914 + 8767 + 4188 + 6351 + 2141 + 3883 + 10891 + 3174 + 752
P0U3 /9 52,29
10263 + 1327 + 1695 + 7452 + 8311 + 1715 = 2899 + 6884 +
P0U4 10050 + 1959 / 10 52,555
9067 + 1973 + 10296 + 9364 + 2300 + 3710 + 3282 + 2511 + 4597
P0U5 + 2947 + 3966 + 1653 + 1546 + 832 + 3393 + 1500 / 16 39,3356
P1U1 9684 + 4600 + 4386 + 6135 + 7645 + 3590 / 6 60,0667
P1U2 15752 + 16586 + 11686 / 3 146,7467
P1U3 2258 + 10347 + 17107 + 8395 / 4 95,2675
P1U4 12189 + 6234 + 2664 / 3 70,29
P1U5 7997 + 3620 + 6642 + 5287 + 2960 + 2851 + 3672 / 7 47,1842
P2U1 11221 + 16414 + 10140 / 3 125,9167
P2U2 1665 + 3708 + 3540 + 5890 + 3030 + 3543 +1473 + 4788 / 8 34,5462
P2U3 9164 + 16983 + 19067 / 3 150,7133
P2U4 15702 + 14150 + 9180 / 3 130,1067
P2U5 10460 + 12320 + 11355 + 9979 / 4 110,285
P3U1 6835 + 2056 + 7004 + 3475 + 6666 + 1641 + 4489 / 7 45,9514
P3U2 13836 + 2246 + 3416 + 13382 + 2610 + 3092 / 6 64,3033
P3U3 11144 + 11703 + 6722 + 6949 / 4 91,295
P3U4 11008 + 20304 + 11192 + 11427 / 4 134,8275
P3U5 20237 + 10960 + 11482 / 3 103,99
P4U1 10942 + 9875 + 10144 / 3 103,2033
P4U2 4356 + 3004 + 2304 + 4003 + 379 + 815 + 2579 / 7 24,9142
P4U3 762 + 923 + 1290 + 8413 + 12021 /5 46,818
P4U4 8288 + 8158 + 1752 y+ 3531 + 2260 / 5 47,978
P4U5 14396 + 7450 + 10529 / 3 107,9167
P5U1 7367 + 660 + 962 + 883 + 10615 + 6881 / 6 45,6133
P5U2 1028 + 9187 + 7566 + 2587 + 4123 / 5 48,982
P5U3 6171 + 7664 + 3622 + 1595 + 10028 + 6225 + 5878 / 7 58,8328
P5U4 611 + 2719 + 1410 + 701 + 2054 + 1208 + 493 + 25728 / 8 43,655
P5U5 8403 + 1659 + 8688 + 1208 + 8915 + 1997 + 771 + 1058 / 8 40,8737