You are on page 1of 30

hipertensi 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang.


Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
termasuk penyakit jantung (Congestif Heart Failure – CHF), gagal ginjal (end stage renal
disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Hipertensi sering disebut “a silent killer” sebab
penderita hipertensi dapat saja tidak menunjukkan gejala hipertensi (asymptomatic) selama
bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau jantung yang fatal.

Meskipun tidak ada pengobatan untuk keadaan ini, tetapi tindakan prevensi dan
manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan penyakit. Peningkatan
kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease – CVD) pada 2 dekade terakhir
menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya
hidup (lifestyle) berperan penting baik untuk mencegah hipertensi primer maupun manajemen
hipertensi.

Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95%-nya adalah penderita hipertensi esensial atau
hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Hampir bisa dipastikan disebabkan oleh
banyak faktor, termasuk disfungsi ginjal. 5% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder
yang penyebabnya adalah penyakit lain, biasanya penyakit endokrin. Karena berkaitan dengan
penyakti lainnya, hipertensi jenis ini dapat disembuhkan. Artikel ini akan membahas definisi
hipertensi, patofisiologi hipertensi, hingga bagaimana cara mengatasi hipertensi.

B.Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Hipertensi

2. Untuk mengetahui penyebab Hipertensi

3. Untuk mengetahui penanganan Hipertensi melalui Diet Hipertensi

C. metoda dan tehnik pengumpulan data;

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengunakan metoda deskriptif adapun tehnik
pengumpulan data yang penulis gunakanyaitu dengan cara studi litelatur yaiu dengan
mempelajari buku buku sumber yang tersdia yang behubungan
hipertensi 2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

 Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith
Tom,1995 )
 Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
 Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
( Smith Tom, 1995 )

B. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke


bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
hipertensi 3

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan


vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak haruslah
ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. berbagai macam klasifikasi
hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National
Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi menurut Chinese
Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi menurut European Society of
Hypertension (ESH) yang digunakan negara-negara di Eropa, Klasifikasi menurut International
Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika
yang tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi hipertensi.

Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah


Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum
dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data
penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.

Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi
WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
hipertensi 4

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
hipertensi 5

D. JENIS HIPERTENSI

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10%
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

 Usia yang semakin tua Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur
(kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya
kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat,
sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan


penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat
memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas
arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah
yang mengalir sedikit dan kurang lancar.

Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih
kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah
menjadi semakin meningkat.

Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya
hipertensi 6

tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang
tua memiliki perbedaan yang besar.

 Stres dan tekanan mental Hal-hal yang membuat stres seperti : terjebak kemacetan,
menemui permasalahan yang sulit dipecahkan, mental merasa tertekan, menghadapi
ujian/tes, suasana keluarga yang sering ribut, suasana kerja/sekolah yang sering gaduh,
suasana bising dan terburu-buru.

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin.
Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan
penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.
 
Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental
bekerja keras.  Bisa dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan
mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.  Hipertensi
akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran
yang berlarut-larut.

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

 Makan Berlebihan Jumlah lemak total yang diperlukan tubuh maksimum 150 mg/dl,
kandungan lemak baik (HDL) optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat (LDL)
maksimum 130 mg/dl. Lemak baik masih diperlukan tubuh, sedang lemak jahat justru
merusak organ tubuh

Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan lebih cepat


terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan
banyak mengandung lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan
lemak di sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan
aliran darah menjadi kurang lancar.

 Merokok Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,  seperti tar,
nikotin dan gas karbon monoksida. 

Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat
hipertensi 7

catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin.

Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan
meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah
meningkat dan jantung menjadi cepat lelah.

Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah
menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh
darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah
meningkat.

Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap
asap rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko
perokok pasif bahayanya 2X dari perokok aktif.

3. Terlalu banyak minum alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis terganggu, maka
pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang yang sering minum
minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat
tinggi.

Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini
memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang
membutuhkan dengan cukup

Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan penyumbatan
darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh

Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi,
agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat,
maka terjadilah hipertensi.   
hipertensi 8

2. hipertensi sekunder

Seperti disebutkan sebelumnya, 5% - 10% dari orang-orang dengan hipertensi mempunyai apa
yang disebut hipertensi sekunder. Ini berarti bahwa hipertensi pada individu-individu ini adalah
sekunder pada (disebabkan oleh) suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau
pembuluh darah, seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau arteri aorta.

 Hipertensi Ginjal (Renal/kidney hypertension)

Penyakit-penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tipe dari hipertensi sekunder
ini disebut hipertensi ginjal/renal karena disebabkan oleh suatu persoalan didalam ginjal. Satu
penyebab penting dari hipertensi ginjal adalah penyempitan (stenosis) arteri yang mensuplai
darah ke ginjal-ginjal (arteri ginjal/renal artery). Pada individu-individu yang lebih muda,
terutama wanita, penyempitan disebabkan oleh suatu penebalan otot dinding arteri-arteri yang
menuju ke ginjal (fibromuscular hyperplasia). Pada individu-individu yang lebih tua,
penyempitan umumnya disebabkan oleh plak-plak mengandung lemak (atherosclerotic) yang
mengeras yang menghalangi arteri ginjal.

Bagaimana penyempitan arteri ginjal menyebabkan hipertensi ? Pertama, penyempitan arteri


ginjal merusak/mengganggu sirkulasi darah ke ginjal yang dipengaruhinya. Kehilangan darah ini
kemudian menstimulasi ginjal untuk memproduksi hormon-hormon, renin dan angiotensin.
Hormon-hormon ini, bersama-sama dengan aldosterone dari kelenjar adrenal, menyebabkan
suatu penyempitan dan meningkatkan kekakuan (resisten) pada arteri-arteri sekeliling
(peripheral arteries) seluruh tubuh, yang berakibat pada hipertensi (tekanan darah tinggi).

Hipertensi renal umumnya pertama kali dicurigai ketika hipertensi ditemukan pada seorang
individu muda atau suatu serangan hipertensi ditemukan pada seseorang yang lebih tua.
Penyaringan (sreening) penyempitan arteri ginjal kemudian dapat termasuk renal isotope
(radioactive) imaging, ultrasonographic (sound wave) imaging, atau magnetic resonance
imaging (MRI) dari arteri-arteri ginjal.

Tujuan dari tes-tes ini adalah untuk menentukan apakah ada suatu aliran darah ke ginjal yang
dibatasi dan apakah angioplasty (menghilangkan pembatasan/restriction pada arteri-arteri
ginjal) kelihatannya menguntungkan. Bagaimanapun, jika penilaian ultrasonic mengindikasikan
suatu indeks resistensi yang tinggi (high resistive index) didalam ginjal (resistensi tinggi pada
aliran darah), angioplasty mungkin tidak akan memperbaiki tekanan darah karena kerusakan
kronis ginjal dari hipertensi yang sudah berlangsung lama, telah ada. Jika apa saja dari tes-tes
ini adalah tidak normal atau kecurigaan pada penyempitan arteri ginjal adalah cukup tinggi,
renal angiography (suatu studi x-ray dimana suatu zat pewarna/dye disuntikkan kedalam arteri
hipertensi 9

ginjal) dilaksanakan. Angiography adalah tes yang paling akhir untuk benar-benar
menvisualisasikan penyempitan arteri ginjal.

Suatu penyempitan arteri ginjal mungkin dapat dirawat dengan balloon angioplasty. Pada
prosedur ini, dokter menyusupkan sebuah tabung kecil yang panjang (catheter) kedalam arteri
ginjal. Segera sesudah kateter (catheter) ada didalam, arteri ginjal dilebarkan dengan meniup
balon pada ujung kateter dan menempatkan suatu stent (suatu alat yang meregang
penyempitan) yang menetap didalam arteri pada tempat penyempitan. Prosedur ini umumnya
berakibat pada suatu perbaikan aliran darah ke ginjal dan menurunkan tekanan darah. Leih dari
itu, prosedur ini juga memelihara fungsi ginjal yang sebagian suplai darahnya telah dirampas.
Hanya jarang sekali operasi diperlukan diwaktu-waktu sekarang untuk membuka penyempitan
arteri ginjal.

Apa saja dari tipe-tipe lain penyakit ginjal kronis yang mengurangi fungsi ginjal-ginjal dapat juga
menyebabkan hipertensi disebabkan oleh gangguan-gangguan dan/atau penahanan garam.

Penting sekali untuk mengingat bahwa penyakit ginjal tidak hanya menyebabkan hipertensi,
namun hipertensi dapat juga menyebabkan penyakit ginjal. Oleh karena itu, semua pasien-
pasien dengan hipertensi harus dievaluasi kehadiran penyakit ginjalnya sehingga mereka dapat
diobati dengan tepat.

 Tumor-Tumor Kelenjar Adrenal (Adrenal gland tumors)

Dua tipe jarang dari tumor-tumor kelenjar adrenal adalah penyebab-penyebab hipertensi
sekunder yang lebih tidak umum. Kelenjar-kelenjar adrenal terletak tepat diatas ginjal-ginjal.
Kedua tumor-tumor ini menghasilkan jumlah hormon-hormon adrenal yang berlebihan yang
menyebabkan tekanan darah tinggi. Tumor-tumor ini dapat didiagnose dari tes-tes darah, tes-
tes air seni (urine tests), dan studi-studi gambar (imaging studies) dari kelenjar-kelenjar adrenal.
Operasi seringkali diperlukan untuk menghilangkan tumor-tumor ini atau kelenjar adrenal
(adrenalectomy), yang umumnya membebaskan hipertensi.

Salah satu dari tipe-tipe tumor-tumor adrenal menyebabkan suatu kondisi yang disebut
hiperaldosteronisme utama (primary hyperaldosteronism) karena tumor itu menghasilkan
jumlah hormon aldesteron yang berlebihan. Sebagai tambahan pada hipertensi, kondisi ini
menyebabkan kehilangan jumlah berlebihan potassium dari tubuh kedalam air seni, yang
berakibat pada suatu tingkat potassium yang rendah didalam darah.

Umumnya hiperaldosteronisme (hyperaldosteronism) pertama kali dicurigai pada seseorang


dengan hipertensi ketika potassium yang rendah juga ditemukan didalam darah. Juga, kelainan-
kelainan genetik tertentu yang jarang dan yang mempengaruhi hormon-hormn kelenjar adrenal
dapat menyebabkan hipertensi sekunder
hipertensi 10

Tipe lain tumor adrenal yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder disebut sebagai suatu
pheochromocytoma. Tumor ini menghasilkan catecholamines yang berlebihan, yang mana
termasuk beberapa hormon-hormon yang berhubungan dengan adrenalin (adrenaline-related
hormones). Diagnose suatu pheochromocytoma dicurigai pada individu-individu yang
mempunyai episode-episode hipertensi yang mendadak dan berulang yang berhubungan
dengan pengelupasan kulit (flushing of the skin), denyut jantung yang cepat (palpitations), dan
keringatan, sebagai tambahan pada gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertensi.

 Koarktasi Aorta (Coarctation of the aorta)

Koarktasi aorta (Coarctation of the aorta) adalah suatu kelainan warisan yang jarang yang
adalah satu dari penyebab-penyebab paling umum dari hipertensi pada anak-anak. Kondisi ini
dikarakteristikkan oleh suatu penyempitan pada suatu segmen dari aorta, arteri besar utama
yang keluar dari jantung. Aorta memberikan darah kepada arteri-arteri yang mensuplai seluruh
organ-organ tubuh, termasuk ginjal-ginjal.

Segmen yang sempit (coarctation) dari aorta umumnya terjadi diatas arteri-arteri ginjal, yang
menyebabkan suatu aliran darah yang berkurang ke ginjal-ginjal. Kekurangan darah ke ginjal-
ginjal ini mendorong sistim hormon renin-angiotensin-aldosterone meningkatkan tekanan
darah. Perawatan koarktasi umumnya adalah pembetulan secara operasi terhadap segmen
penyempitan aorta. Kadangkala, balloon angioplasty dapat digunakan untuk melebarkan
koarktasi aorta (coarctation of the aorta).

 Sindrom Metabolisme dan Obesitas (The metabolic syndrome and obesity)

Faktor-faktor genetik memainkan suatu peran dalam kumpulan dari penemuan-penemuan yang
membuat "sindrom metabolisme" ("metabolic syndrome"). Individu-individu dengan sindrom
metabolisme mempunyai resistensi insulin dan suatu tendensi untuk mendapat diabetes
mellitus tipe 2 (diabetes-diabetes tidak tergantung insulin).

Kegemukkan, terutama yang berhubungan dengan suatu peningkatan ukuran lilitan perut
(abdominal) yang nyata, menjurus pada gula darah tinggi (hyperglycemia), lemak darah yang
meningkat , peradangan vaskuler, gangguan fungsi endothelial (kelainan kereaktifan pembuluh-
pembuluh darah), dan hipertensi semuanya menjurus pada penyakit atherosclerotic vascular
prematur. Epidemi (wabah) kegemukkan (obesitas) di Amerika menyokong (kontribusi) pada
kelainan ini pada anak-anak , anak-anak remaja, dan orang-orang dewasa.

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
hipertensi 11

1. Tidak Ada Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala Yang Lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.adapun gejala yang biasa dikeluhkan pasen;

Pasien dengan hipertensi terbagi dalam 3 kelompok


1. Kelompok yang terkait dengan peningkatan tekanan darah itu sendiri

1. Sakit kepala
Merupakan karakteristik hipertensi berat (stage 3), kebanyakan terlokalisasi pada daerah
occipital dan muncul ketika pasien bangun pada pagi hari tapi setelah itu hilang dengan
sendirinya setelah bebrapa jam
2. Pusing
3. Palpitasi
Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang tidak teratur yang sifatnya subjektif.
4. Fatigability (mudah merasa letih)
5. Impotensi

2. Kelompok dengan penyakit vascular

1. epistaxis (pendarahan dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil)
2. hematuria
3. gangguan penglihatan
4. episode dari kelelahan atau pusing karena transient cerebral ischemia
5. angina pectoris
6. dispnea karena gagal jantung Dyspnea adalah pernafasan yang sukar atau sesak

3. Kelompok dengan penyakit penyerta

1. polyuria
2. Polydipsia
3. lemah otot sekunder karena hipokalemia pada pasien dengan aldosteronism
4. emosi yang labil pada pasien cushing's syndrome

F. DIAGNOSIS HIPERTENSI (Tekanan Darah Tinggi)


hipertensi 12

Penetuan normal atau tingginya suatu tekanan darah ditentukan tidak hanya berdasarkan dari
tekanan diastol tapi juga tekanan sistol, usia, jenis kelamin, dan penyakit penyerta. Tingkat tekanan
sistol sangat penting untuk ditelaah karena memiliki keterkaitan dengan tekanan arterial yang dapat
menyebabkan morbiditas pernyakit cardiovascular. Data menunjukan tekanan sistol lebih memiliki arti
dibanding tekanan diastol khususnya pada orang berusia diatas 50 tahun. Ketika ada kecurigaan
hipertensi, tekanan darah seharusnya dihitung minimal dua kali pada pemeriksaan yang berbeda sejak
pemeriksaan pertama.

Tujuan dari diganosis hipertensi :

1. Menilai Pola hidup serta identifikasi fakto-faktor risiko kardiovaskular lainnya.


2. Menilai kemungkinan adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan pengobatan
3. Mencari penyebab hipertensi
4. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular

1. ANAMNESIS

Wawancara medis pada pasien dengan hipertensi harus meliputi:


1. Jangka waktu, derajat keparahan dan riwayat perjalanan penyakit hipertensi.
2. Indikasi hipertensi sekunder :

a. Riwayat penyakit ginjal pada keluarga (ginjal polikistik)


b. Ada/tidaknya penyakit ginjal, ISK, dan hematuria
c. Pemakaian obat-obat analgesik dan atau obat-obatan lainnya atau supplemen diet yang
kemungkinan dapat meningkatkan tekanan darah atau mengganggu efektivitas obat
antihipertensi.
d. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (pheochromocytoma)
Pheocromocyte adalah sel kromafin. Pheocromocytoma adalah tumor sel kromafin pada medula
adrenal atau para ganglion simpatis; gejalanya terutama hipertensi, mencerminkan
bertambahnya sekresi epinefrin dan norepinefrin.
e. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi pada keluarga


b. Riwayat hiperlipidemia
hipertensi 13

c. Riwayat DM
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan (konsumsi garam, lemak, serta kafein)
f. Kegemukan
g. Intensitas olah raga
h. Kepribadian

4 Gejala kerusakan organ :

a. Otak dan mata : Sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, defisit
sensoris atau motoris
b. Jantung : Palipitasi, nyeri dada, sesak, bangkak kaki
c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d. Arteri perifer : eksremitas dingin, klaudikasiointermiten

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya


6. Faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan darah (tingkat
stress)

2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari penampilan secara general, apakah terdapat obesitas pada daerah
wajah dan obesitas seperti pada Cushing's syndrome? apakah terdapat perkembangan dari eksremitas
atas yang tidak proporsional dnegan eksremitas bawah yang menunjukan adanya coarctation dari aorta.
Selanjutnya pemeriksaan tekanan darah pada posisi supine ke posisi berdiri, adanya peningkatan
tekanan diastolik sering menunjukan hipertensi essensial.

Pemeriksaan fisik selain untuk memerikasa tekanan darah juga untuk mengidentifikasi ada/tidaknya
tanda-tanda hipertensi sekunder atau komplikasi yang telah terjadi pada organ-organ tertentu. Minimal
pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital yaitu berat badan, tinggi badan, denyut nadi,
dan tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah:


• Pengukuran rutin di kamar periksa
• Pengukuran 24 Jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
• Pengukuran sendiri oleh pasien

Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat selama 5
menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua kali dnegan sela
hipertensi 14

1-5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika terdpat perbedaan hasil yang signifikan. Untuk usia
lanjut, diabetes, dan kondisi lain dimana diperkirakan ada kondisi ortostatik perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah pada posisi berdiri

Beberapa indikasi pengunaan ABPM :

 Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic


 Hipertensi office atau white coat
o White coat hypertension mendeskripsikan perbedaan tekanan darah yang signifikan pada
suatu individu. Bila diukur di kantor akan menunjukan hasil yang lebih tinggi dibanding diukur di
rumah atau dalam kegiatan biasa sehari-hari.
 Adanya disfungsi saraf otonom
 Hipertensi sekunder
 Pedoman pemilihan obat antihipertensi
 Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan anti-hipertensi
 Gejala hipotensi yang berhubungan dnegan pengobatan anti-hipertensi

Fokus pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Leher

a. Denyut dan bising arteri carotis


Palpitasi dan auskultasi dari arteri karotid sebagai bukti dari adanya stenosis atau oklusi.
b. Bendungan vena jugularis
c. Pembesaran kelenjar tiroid

2. Jantung

a. Denyut jantung dan iramanya


b. Denyut jantung apical
c. Precordial heave
d. Bising jantung (murmur, gallop, bunyi jantung ke 3-4)
Pada pemeriksaan jantung dan paru, pembuktian dari hipertropi ventrikel dan dekompensasi
jantung harus dicari. apakah ada pembesaran ventrikel kiri? apakar muncul bunyi jantung ketiga
dan keempat? Pemeriksaan dada, termasuk mencari extracardiac murmurs dan pembuluh darah
kolateral yang teraba mungkin menyatakan hasil dari coarctation (penyempitan) dari aorta.

3. Paru-Paru

a. Crackles
hipertensi 15

b. Wheezing dan ronkhi

4Abdomen

a. Massa, aneurisma aorta, ginjal polikistik


b. Bising abdomen
Pada pemeriksaan abdomen, hal yang terpenting adalah auskultasi untuk adanya bruit pada
stenosis renal arteri. Abdomen juga harus dipalpasi untuk mencari adanya aneurysma dan
untuk pembesaran ginjal dari penyakit ginjal polikistik. Pulsasi femoral harus dirasakan. jika
terjadi penurunan atau keterlambatan pada perbandingan dengan pulsasi radial, tekanan darah
pada eksremitas bawah harus diukur. walaupun pulsasi femoral normal, tekanan arterial pada
eksremitas bawah harus diukur minimal 1 kali pada pasien hipertensi dibawah 30 tahun.

5. Alat gerak

a. Denyut arteri perifer


b. Denyut arteri femoralis
c. Edema

6. Saraf sentral dan perifer


Tanda/gejala dini dari penyakit saraf-pembuluh darah
7. Fundoskopi

a. Penarikan atau penyempitan arteri-vena


b. Perdarahan
c. Eksudat
d. Papiledema

3 PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1. Test darah rutin


2. Glukosa darah
Glukosa darah dihitung karena DM berasosiasi dengan percepatan arterosklerosis, penyakit
vaskular renal, dan diabetik nephropathy, dan karena aldosteronism, cushing syndrome, dan
pheochromocytoma mungkin diasosiasikan dengan hiperglisemia.
3. Kolesterol total serum
4. Kolesterol LDL dan HDL serum
5. Trigilserida serum
hipertensi 16

6. Asam urat serum


Asam urat adalah salah satu bagian dari BUN (blood urea nitrogen). Level yang meningkat dapat
dilihat di penyakit ginjal, beberapa keganansan, penyakit hati, konsumsi alkohol dan kebanyakan
pengobatan untuk melawan keganasan. Level yang menurun tidak menunjukkan gejala klinis
yang signifikan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada spesimen dari pasien, baik yang berpuasa
maupun tidak walaupun lebih dipilih spesimen dari pasien yang berpuasa. Referensi nilai
normalnya adalah 2-7 mg/dl untuk wanita dan 2,1-8,5 mg/dl untuk pria.
7. Kreatinin serum
Seperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomerulus. Tetapi lain dari ureum, kreatinin tidak
berdifusi kembali ke dalam darah, karena itu nilai normal untuk creatinin clearance lebih besar
dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.4 Nilai normalnya adalah 117 +-
20, biasanya disebut dengan satuan ml/menit, bukan dengan %. Panjang dan berat badan
dipergunakan untuk mengadakan koreksi atas diuresis terhadap luas badan 1,73 m2, seperti juga
pada urea clearance
8. Kalium serum
Serum postasium harus diukur untuk melihat meralocorticoid-induce hypertension dan untuk
memberi garis dasar sebelum terapi diuretik dimulai.
9. Hemoglobin dan hematokrit
10. Urea Clearence
Urea clearance mengukur fungsi glomerulus karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut.
Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate,
karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya
ureum yang berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.Nilai urea clearance disebut
dengan ml/menit. Jika diuresis sama dengan atau melebihi 2 ml/menit, rumus yang digunakan
akan berbeda dengan jika diuresis kurang dari 2 ml/menit. Selain menyebut urea clearance
dengan ml/menit, ada juga cara lain yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan %.
Apabila didapat diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan dengan 72
ml/menit yang dianggap 100%. Jika diuresis kurang dari 2 ml/menit, nilai clearance dibandingkan
dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula. 4 Nilai normal berkisar antara 70-110%. Nilai
normal tersebut sebenarnya diperhitungkan untuk orang yang memiliki luas badan sekitar 1,73
m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai tersebut, maka harus diadakan koreksi atas
berat badan dan panjang badan. 4 Percobaan ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga
dijadikan 4 jam atau lebih. Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap
jangka waktu minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit atau lebih
(maximal clearance) lebih dapat dipercaya dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2
menit (standard clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan tidak
dapat dipercaya. 4 11.
11. EKG Beberapa pedoman penanganan menganjurkan test lain seperti : 1. Ekokardiogram
Ekokardiogram lebih sensitif dalam menentukan apakah terdapat hipertropi jantung dan
mungkin berguna untuk dasar evaluasi pasien dengan hipertensi, khususnya hipertropi ventrikel
hipertensi 17

kiri adalah faktor penyakit kardovaskular independent dan kehadirannya mengindikasikan


kebutuhan akan erapi antihipertensi.
12. USG karotis (dan femoral)
13. C-Reactive Protein CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung
pada coronary plaque atherogenesis. Penelitian yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan
bahwa level CRP yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada prevensi
primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko jantung pasien.
Data baru mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator prognostik pada pasien dengan
ACS. Peningkatan level CRP memprediksi kematian jantung dan AMI.
14. Mikroalbuminuria
15. Protein kuantitatif
16. Funduskopi (hipertensi berat) Temuan funduskopi memberikan indikasi dari durasi hipertensi dan
prognosisnya. CARDIAC MARKER Peran cardiac marker pada diagnosis, penentu risiko, serta
pengobatan pada pasien dengan sakit dada dan dicurigai mengidap Acute Coronary Syndrome
(ACS) terus berkembang. Evaluasi klinik dari pasien dengan kemungkinan ACS biasanya terbatas
karena gejala yang tidak spesifik.
hipertensi 18

ASKEP HIPERTENSI

( ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI )

A. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress
multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
hipertensi 19

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas


tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

B. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.

 PRINSIP PENGELOLAAN PENYAKIT HIPERTENSI MELIPUTI :

1 Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr


 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol

b. Menghentikan merokok
c. Diet tinggi kalium
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan
dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
hipertensi 20

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu


e. Edukasi Psikologis

e. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :


a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi


gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh


1) Obat ke-2 diganti
hipertensi 21

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya


1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi


yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
hipertensi 22

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Do : Hipertrofi / rigiditas Penurunan curah jantung
TD : 210 / 115 mmHg ventrikuler
N : 90x / menit
S : 3672C
RR : 26 x/menit
Ds : Pusing, mual , dan
muntah
2 Do : porsi makan tidak Mual dan muntah Kekurangan volume cairan
habis, muntah 2 x selama
sehari, pucat, turgor kulit
jelek, tidak selera makan.
Ds : Pasien merasa mual.
3 Do : Pasien gelisah, tidak Peningkatan tekanan Nyeri
nyaman tidur. vaskular serebral
Ds : pasien mengeluh
pusing.
4 Do : Aktivitas pasien Kelemahan umum Intoleran aktivitas
dibantu keluarga dan
perawat.
Ds : lemas, pusing bila
berjalan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
hipertensi 23

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Intervensi Keperawatan
Dx Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Kaji TTV pasien
keperawatan 2 x 24 jam Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan
diharapkan TD oleh dr.
TD stabil 140/90 – 140/80 mmHg Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit
Pasien bisa istirahat tidur dengan cukup ± 6-8
jam/hari.
2 Setelah dilakukan tindakan Pertahankan input dan output, cairan / 24 jam
keperawatan 2 x 24 jam volume dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
cairan menjadi seimbang Porsi makan pasien dihabiskan
intake / output stabil Mual, muntah hilang
turgor kulit baik Kolaborasi obat anti muntah dan cairan infus
tidak lemas
3 Setelah dilakukan keperawatan 2 x Pasien tahu teknik relaksasi
24 jam rasa nyeri / pusing hilang Pasien merasa nyaman dan dapat beristirahat
atau berkurang dengan tenang.
Pasien dapat beristirahat dengan Kolaborasi pemberian analgetik oleh dr.
cukup
Pasien tidak terganggu
aktivitasnya.
4 Setelah dilakukan tindakan Pasien dapat beraktivitas secara mandiri
keperawatan 1 x 24 jam pasien Pusing berkurang / hilang
dapat melakukan sendiri Pasien tidak lemas bila beraktivitas
Implementasi
Tanggal / Dx Implementasi
Jam
1 - Mengkaji TTV pasien
- Memberi pengobatan penurun TD sesuai advis dr.
hipertensi 24

- Beri diit rendah garam sesuai progam


- Ciptakan lingkungan yang terang dan nyaman
dalam ruang perawatan pasien.
2 - Menghitung jumlah cairan masuk dan keluar / 24
jam
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
porsi makan yang masih hangat, segar dan tidak
pedas / asam.
- Kolaborasi pemberian cairan infuse sesuai advis
dokter
- Memotivasi pasien untuk banyak makan dan
minum
- Melakukan oral hygiene
3 - Melatih tehnik relaksasi
- Hindari kondisi ruangan yang panas dan
bercahaya terlalu terang.
- Ciptakan suasana terang
- Beri obat analgetik sesuai advis dokter
4 - Membantu aktivitas pasien
- Memberi dorongan untuk melakukan aktivitas dan
perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
hipertensi 25

STUDI KASUS

Kasus hipertensi;

Tekanan darah saya yang tinggi ( 180/90 ) sudah lebih kurang tiga bulan (sejak mei s/d sekarang
agustus 2010), dengan keluhan sering pusing dan mual. Usia saya saat ini 36 dan pekerjaan saya
adalah pialang. Saya kurang melakukan olahraga,Adapun untuk hal lain,saya normal.Tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, trend berat badan tetap, tidak ada gajala keluar keringat banyak,
tidak ada preferensi udara dingin.

Diskusi dengan kelompok hal-hal di bawah ini

Melihat dari tanda dan gejala pasien kemungkinan pasien menderita hipertensi jenis hipertensi
primer atau hipertensi yang belum jelas penyebabnya tapi dimungkinkan faktor Stres dan
tekanan mental yang memicu peningkatan tekanan darah tersebut.Hal-hal yang membuat stres
seperti : terjebak kemacetan, menemui permasalahan yang sulit dipecahkan, mental merasa
tertekan, menghadapi ujian/tes, suasana keluarga yang sering ribut, suasana kerja/sekolah yang
sering gaduh, suasana bising dan terburu-buru.

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin.
Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan
penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.
 
Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental
bekerja keras.  Bisa dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan
mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.  Hipertensi
akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran
yang berlarut-larut.

dengan kategori (tingkatan) hipertensi tahap III pada tingkatan hipertesi berat seperti pada
table dibawah

table 1.1

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
hipertensi 26

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110


Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Walaupun belim spesipik karena diastolnya tidak lebih atau samadengan 110

Tapi ada bebrapa literature sebagai perbandingan

Table 1.2

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 1.2

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi

Untuk menegakan diagnosis keperawatan yang mungkin timbul, sebaiknya perlu dikaji data
objektif dan data subjektif untuk mendukung tegaknya diagnose keperawatan tersebut.
Jelaskan data subjektif dan objektif apa saja yang perlu dikaji lebih lanjut

Data data yang perlu dikaji lebih lanjut untuk penegakan diagnose tesebut adalah ;

Gejala Yang Lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.adapun gejala yang biasa dikeluhkan pasen;
hipertensi 27

Menurut( Edward K Chung, 1995 ) Pasien dengan hipertensi terbagi dalam 3 kelompok
1. Kelompok yang terkait dengan peningkatan tekanan darah itu sendiri

6. Sakit kepala
Merupakan karakteristik hipertensi berat (stage 3), kebanyakan terlokalisasi pada daerah
occipital dan muncul ketika pasien bangun pada pagi hari tapi setelah itu hilang dengan
sendirinya setelah bebrapa jam
7. Pusing
8. Palpitasi
Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang tidak teratur yang sifatnya subjektif.
9. Fatigability (mudah merasa letih)
10. Impotensi

2. Kelompok dengan penyakit vascular

7. epistaxis (pendarahan dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil)
8. hematuria
9. gangguan penglihatan
10. episode dari kelelahan atau pusing karena transient cerebral ischemia
11. angina pectoris
12. dispnea karena gagal jantung Dyspnea adalah pernafasan yang sukar atau sesak

3. Kelompok dengan penyakit penyerta

5. polyuria
6. Polydipsia
7. lemah otot sekunder karena hipokalemia pada pasien dengan aldosteronism
8. emosi yang labil pada pasien cushing's syndrome

Pemeriksaan diagnostic apa saja yang sesuai untuk kasus diatas!

Pemeriksaan penunjang untuk penegakan hipertensi memang banyak sekali namun disini
kelompok akan sedikitmenguraikan beberapa pemeriksaan tersebut;

1. Test darah rutin


2. Glukosa darah
Glukosa darah dihitung karena DM berasosiasi dengan percepatan arterosklerosis, penyakit
vaskular renal, dan diabetik nephropathy, dan karena aldosteronism, cushing syndrome, dan
pheochromocytoma mungkin diasosiasikan dengan hiperglisemia.
3. Kolesterol total serum
hipertensi 28

4. Kolesterol LDL dan HDL serum


5. Trigilserida serum
6. Asam urat serum
Asam urat adalah salah satu bagian dari BUN (blood urea nitrogen). Level yang meningkat dapat
dilihat di penyakit ginjal, beberapa keganansan, penyakit hati, konsumsi alkohol dan kebanyakan
pengobatan untuk melawan keganasan. Level yang menurun tidak menunjukkan gejala klinis
yang signifikan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada spesimen dari pasien, baik yang berpuasa
maupun tidak walaupun lebih dipilih spesimen dari pasien yang berpuasa. Referensi nilai
normalnya adalah 2-7 mg/dl untuk wanita dan 2,1-8,5 mg/dl untuk pria.
7. Kreatinin serum
Seperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomerulus. Tetapi lain dari ureum, kreatinin tidak
berdifusi kembali ke dalam darah, karena itu nilai normal untuk creatinin clearance lebih besar
dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.4 Nilai normalnya adalah 117 +-
20, biasanya disebut dengan satuan ml/menit, bukan dengan %. Panjang dan berat badan
dipergunakan untuk mengadakan koreksi atas diuresis terhadap luas badan 1,73 m2, seperti juga
pada urea clearance
8. Kalium serum
Serum postasium harus diukur untuk melihat meralocorticoid-induce hypertension dan untuk
memberi garis dasar sebelum terapi diuretik dimulai.
9. Hemoglobin dan hematokrit
10. Urea Clearence
Urea clearance mengukur fungsi glomerulus karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut.
Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate,
karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya
ureum yang berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.Nilai urea clearance disebut
dengan ml/menit. Jika diuresis sama dengan atau melebihi 2 ml/menit, rumus yang digunakan
akan berbeda dengan jika diuresis kurang dari 2 ml/menit. Selain menyebut urea clearance
dengan ml/menit, ada juga cara lain yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan %.
Apabila didapat diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan dengan 72
ml/menit yang dianggap 100%. Jika diuresis kurang dari 2 ml/menit, nilai clearance dibandingkan
dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula. 4 Nilai normal berkisar antara 70-110%. Nilai
normal tersebut sebenarnya diperhitungkan untuk orang yang memiliki luas badan sekitar 1,73
m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai tersebut, maka harus diadakan koreksi atas
berat badan dan panjang badan. 4 Percobaan ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga
dijadikan 4 jam atau lebih. Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap
jangka waktu minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit atau lebih
(maximal clearance) lebih dapat dipercaya dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2
menit (standard clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan tidak
dapat dipercaya. 4 11.
hipertensi 29

11. EKG Beberapa pedoman penanganan menganjurkan test lain seperti : 1. Ekokardiogram
Ekokardiogram lebih sensitif dalam menentukan apakah terdapat hipertropi jantung dan
mungkin berguna untuk dasar evaluasi pasien dengan hipertensi, khususnya hipertropi ventrikel
kiri adalah faktor penyakit kardovaskular independent dan kehadirannya mengindikasikan
kebutuhan akan erapi antihipertensi.
12. USG karotis (dan femoral)
13. C-Reactive Protein CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung
pada coronary plaque atherogenesis. Penelitian yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan
bahwa level CRP yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada prevensi
primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko jantung pasien.
Data baru mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator prognostik pada pasien dengan
ACS. Peningkatan level CRP memprediksi kematian jantung dan AMI.
14. Mikroalbuminuria
15. Protein kuantitatif
16. Funduskopi (hipertensi berat) Temuan funduskopi memberikan indikasi dari durasi hipertensi dan
prognosisnya. CARDIAC MARKER Peran cardiac marker pada diagnosis, penentu risiko, serta
pengobatan pada pasien dengan sakit dada dan dicurigai mengidap Acute Coronary Syndrome
(ACS) terus berkembang. Evaluasi klinik dari pasien dengan kemungkinan ACS biasanya terbatas
karena gejala yang tidak spesifik.

Sebutkan dan jelaskan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tersebut
beserta intervensi keperawatannya!

Beberapa diagnose keperawatan yang mungkin muncul dari kasus diatas yaitu;

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

DAFTAR PUSTAKA
hipertensi 30

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,
1996
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi ,
Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

You might also like