You are on page 1of 4

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN PEMASANGAN NGT

PADA KLIEN DENGAN SH DI RUANG ICU RSUD KMRT


WONGSONEGORO SEMARANG

Oleh:

Rohayani

(G3A017267)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
Nama Mahasiswa : Rohayani
Nim : G3A017267
Tanggal : 10 Januari 2018
Tempat : ICU RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

1. Identitas pasien : Ny. Q (48 tahun)


2. Diagnosa Medis : Stroke Hemorargik (SH)
3. Dasar Pemikiran
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi
Widjaja et. al, 1994).
Pemberian nutrisi dapat dibantu dengan menggunakan nasogastric tube (NGT) untuk
menyalurkan nutrisi dan cairan langsung ke lambung tanpa melalui tenggorokan.
Indikasi pemasangan NGT diantaranya (Hartono, 2006)
4. Analisa Sintesa :
Suplai oksigen ke otak menurun

Iskemik jaringan otak

Disfungsi jaringan otak

Brainstem

Kemampuan menelan menurun

Intake nutrisi turun

Pemasangan NGT
5. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Pemasangan NGT
6. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya
penurunan kemampuan menelan
7. Data Fokus
Ny. Q 48 tahun datang ke ICU dengan penurunan kesadaran, GCS E2M4VET
kelemahan anggota gerak, klien terpasang ET, gangguan menelan pasien menurun atau
terganggu karena terpasang ET.
8. Prinsip tindakan
a. Memakai sarung tangan
Rasional : untuk memproteksi diri
b. Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan NGT. Meminta
pasien bernafas dengan menutup salah satu hidung bergantian. Membersihkan lubang
hidung yang akan digunakan.
Rasional : Untuk mempertahankan jalan nafas adekuat
c. Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan sampai selang
menyentuh permukaan terkontaminasi).
Rasional : agar tepat masuk dilambung
d. Menutup pangkal selang dengan spuit/klem
Rasional : mencegah masuknya udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan
pasien menjadi kembung).
e. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang akan dipasang.
Rasional : agar lebih mudah dan agar tidak menyakiti pasien
f. Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan ujung NGT
melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk leher/fleksi kepala setelah NGT
melewati nasofaring (3-4 cm).
Rasional : agar mudah masuk kedalam lambung
g. Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila pasien sadar, kalau
perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang pasien menelan.
Rasional : agar selang NGT terdorong masuk ke lambung dengan tepat
h. Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara mengaspirasi NGT dengan
spuit (jika posisi tepat akan keluar cairan/isi lambung). Jika masih ragu lakukan tes
kedua dengan memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung
Rasional : untuk menentukan NGT tepat masuk dilambung atau tidak
i. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan tujuan
pemasangan.
Rasional : agar tidak ada udara yang masuk kelambung yang membuat pasien
kembung
j. Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
Rasional : untuk mempertahankan agar NGT tetap terpasang
9. Tujuan tindakan
Untuk memasukkan cairan, memasukan obat-obatan oral dan untuk bilas lambung
sehingga nutrisi pasien terpenuhi
10. Bahaya yang dapat terjadi
Komplikasi yang mungkin muncul dari pemasangan NGT diantaranya pneumothorax
akibat kesalahan penempatan selang, ulserasi serta infeksi akibat pemasangan NGT dalam
jangka waktu lama (Agha, 2011). Selain itu, kontraindikasi pemasangan NGT yaitu
trauma pada wajah, post operasi pada hidung, varises atau striktur pada esofagus, dan
fraktur basis cranii. Pada dislokasi pemasangan di bronkus dapat menyebabkan
atelektasis, pneumonia, dan abses paru (Pillai, 2005).
Pencegahannya yaitu setelah selang NGT terpasang mengecek dulu apakah NGT
sudah masuk kelambung ataukah ke paru-paru, engan cara auskultasi pada daerah
lambung, atau memasukkan selang kedalam air, jika air tersedot oleh selang berarti masuk
ke lambung, jika air menggelembung berarti masuk paru-paru.

11. Evaluasi
a. NGT terpasang dengan tepat
b. Nutrisi yang diberikan bisa masuk
c. Obat-obatan oral dapat dimasukan melalui NGT
d. Klien Nyaman
e. Nutrisi klien dapat terpenuhi

You might also like