You are on page 1of 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Pokok Bahasan : BHD (Bantuan Hidup Dasar)


Sub Pokok Bahasan : RJP
Sasaran : Siswi MA AL-AZIZYAH Kapek
Hari/tanggal : Selasa, 29 Januari 2019
Waktu : 08.30 s/d 10.00 WITA
Tempat : MA AL-AZIZYAH Kapek

A. Latar belakang
Dewasa ini kejadian serangan jantung maupun kecelakaan sangat
meningkat khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Basic Life
Support (BLS) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bantuan Hidup
Dasar (BHD) merupakan usaha yangdilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa. Di luar negeri BLS/BIID ini sebenamya sudah banyak
diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun
sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan


saat penderitamengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atry alat
gerak. Pada kondisi napas dandenyut jantung berhenti maka sirkulasi darah
dan tansportasi oksigen berhenti, sehinggadalam waktu singkat organ-organ
tubuh terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang
berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan.

Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak
hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika
dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan
glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian
otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena ifi golden period (waktu
emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah
dibawah 10 menit.Artinya dalam watu kurang dari l0 menit penderita yang
mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan
pertolongan.Jika tidalq maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun
pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti
napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru
(RIF). Resusitasi jantung paru (RIP) merupakan usaha yang dilakukan untuk
Mengembalikan fungsi pemafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung
paru otak dibagi dalamttiga fase : bantuan hidupdasar, bantuan hidup lanjut,
bantuan hidup jangka lama.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan peserta dapat meningkatkan
pengetahuan tentang bantuan hidup dasar serta mampu melaksanakan
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2. Tujuan khusus
a. Setelah dilakukam penyuluham peserta mengetahui pengertian
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
b. Setelah dilakukan penyuluhan peserta mngetahui tujuan dari Bantuan
Hidup Dasar (BHD)
c. Setelah dilakukan penyuluhan peserta mengetahui indikasi dari
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
d. Setelah dilakukan penyuluhan peserta memahami langkah-langkah
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
e. Setelah dilakukan demontrasi BHD yaitu RJP (Resusitasi Jantung
Paru) peserta mampu melakukan RJP.

C. Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Selasa, 29 Januari 2019
2. Waktu : 90 menit
3. Sasaran : Siiswi MA AL-AZIZYH Kapek
4. Tempat : MA AL-AZIZYH Kapek
5. Pemberi Penyuluhan : Lia Asnaeni, Tilan Prayadi, Sunanti Arum W,
Laila Fitri, Komariyah
6. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Tanya jawab
7. Media : Lcd, Layar proyektor, Laptop, Pantum
RJP, Doorprize.
8. Materi : (terlampir)
9. Rencana Kegiatan :
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1. 5 Menit Pembukaan:

- Membuka kegiatan dengan - Menjawab Salam


mengucapkan salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan Dar - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan dari - Memperhatikan
penyuluhan
- Menyebut materi yang akan
diberikan

2. 50 Menit Pelaksanaan:

- Menjelaskan tentang pengertian - Memperhatikan


Bantuan Hidup Dasar BHD
- Menjelaskan tentang tujuan dari - Memperhatikan
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
- Menjelaskan tentang indikasi
- Memperhatikan
dari Bantuan Hidup Dasar
(BHD)
- Menjelaskan tentang - Memperhatikan
memahami langkah-langkah
Basic Life Support (BLS)

- Demontrasi BHD (RJP) peserta - Memperhatikan


mabmpu melakukan RJP.
- Mencoba
Memperaktikan RJP
3. 30 Menit Evaluasi:

- Menanyakan kepada peserta - Menjawab pertanyaan


tentang materi yang telah
diberikan, dan memberikan
hadiah jika dapat menjawab
pertanyaan.

4. 5 Menit Terminasi:

- Mengucapkan terimakasih - Mendengarkan


atas peran peserta
- Mengucapkan salam penutup - Menjawab Salam

D. Evaluasi :
1. Apa pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?
2. Apa tujuan dari Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?
3. Apa indikasi dari Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?
4. Apa saja langkah-langkah Basic Life Support (BLS)
5. Setelah dilakukan demontrasi BHD (Resusitasi Jantung Paris) peserta
mampu melakukan RJP

E. Materi : ( Terlampir )
Lampiran
MATERI BHD

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah
suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan
bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat
disingkat dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas,
breathing atau memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung
pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi
CAB (circulation, breathing, airway).
Bantuan hidup dasar merupakan kombinasi berbagai manuver dan
ketrampilan dengan atau tanpa peralatan tertentu untuk membantu
mengenali orang yang mengalami henti napas dan jantung serta
menggunakan waktu yang ada sampai pasien mendapatkan tatalaksana
lebih lanjut. Tatalaksana harus dilakukan secara berkesinambungan
meliputi RJP dan aktivasi sistem EMS terutama jika ada lebih dari 1
penolong di tempat kejadian
Bantuan hidup dasar pada anak atau sering disebut Pediatric Basic
Life Support (BLS) merupakan hal yang penting untuk kelangsungan dan
kualitas hidup anak. Pediatric Chain Survival berdasarkan American Heart
Association tahun 2010 meliputi tindakan preventif, resusitasi jantung
paru (RJP) segera dengan mengutamakan pijat jantung (teknik C-A-B atau
Circulation-AirwayBreathing), mengaktifkan akses emergensi atau
emergency medical system (EMS), bantuan hidup lanjut, serta melakukan
perawatan pasca henti jantung.
Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung
padalangkah-langkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini
disebut jugaRantai Keselamatan yang mencakup:
1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat
darurat terpadu (SPGDT)
2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Melakukan kejut jantung secara dini
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi
B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
1. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ
vital (otak,jantung dan paru)
2. Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
3. Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4. Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5. Melindungi orang yang tidak sadar
6. Mencegah terhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
7. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
C. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) dilakukan pada pasien-pasien dengan
keadaan sebagai berikut:
1. Henti nafas (respiratory arrest)
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban/pasien. Henti nafas merupakan kasus
yang harus dilakukan tindakan bantuan hidup dasar. Henti nafas dapat
erjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah
ke otak dan organ vital lainnya. Jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.

2. Henti Jantung (cardiac arrest)


Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi iini akan dengan cepat menyebabkan otak dan
organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Penyebab henti jantung:
a. Cardiac : penyakit jantung koroner, aritmia, kelainan katup
jantung, tamponade jantung, pecahnya aorta
b. Extra-Cardiac: sumbatan jalan napas, gagal napas, gangguan
elektrolit, syok, overdosis obat, keracunan

D. Langkah-Langkah BLS (Basic Life Support)


1. Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB)
a. Danger : Amnkan diri dan amankan korban
b. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada /
tidak adanya nafas secara visual tanpa teknik Look Listen and Feel.
c. Melakukan panggilan darurat. (119)
d. Circulation :
e. Meraba dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi
maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi
jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan
melakukan kompresi dada. Untuk penolong non petugas kesehatan
tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban.
f. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
g. Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah
sternum). Penentuan lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit
dari tangan yang pertama diletakkan di atas sternum, kemudian
tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada di
tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada
waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan dada.
h. Posisi tangan Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau
berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur Chest
compression Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30
kompresi, sekitar 18 detik) Kecepatan kompresi diharapkan
mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman kompresi untuk
dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal
sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 ½
inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).
1. Airway.
Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang
maka bebaskan jalan nafas melalui head tilt– chin lift. Caranya
dengan meletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu
mendorong dahi korban ke belakang agar kepala
menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt) Pertolongan
ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift).
Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka
bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu dengan
mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada
lebih ke depan daripada deretan gigi Rahang Atas.
2. Breathing.
Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan
jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada
korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.
Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut :
a) Pastikan hidung korban terpencet rapat
b) Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)
c) Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
d) Berikan satu ventilasi tiap satu detik
e) Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas
kedua selama satu detik.

Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan


melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke
hidung korban. Untuk pemberian melalui bag mask pastikan
menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar
dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal
sekitar 600 ml. Setelah terpasang advance airway maka
ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 – 8 detik/ventilasi atau
sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan
tanpa interupsi. Jika pasien mempunyai denyut nadi namun
membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan
kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan
memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit. Untuk satu
siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2,
setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus
menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-
8 detik/kali.

3. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang,


pasien bangun, atau petugas ahli datang. Bila harus terjadi
interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak
memakan lebih dari 10 detik, kecuali untuk pemasangan alat
defirbilasi otomatis atau pemasangan advance airway.
4. Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya segera
dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat kejadian.
Pergunakan program/panduan yang telah ada,
kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak,
jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP
selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme
tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan
periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga
petugas ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau
korban mulai bergerak.

You might also like