You are on page 1of 8

Oleh :

Nama : Is Hamdan Ramadhani


Nim : 40200117090
Kelompok : AK.4

Sejarah Dan Kebudayaan Islam


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2018-2019
A. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu terletak disebuah delta Sungai Jeneberang berada di


Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Benteng ini dibangun atas perintah Raja
Gowa IX Daeng Matenre Karaeng Manuntungi Tumapa’risi Kallona. Pada masa itu
Benteng Somba Opu masih terbuat dari tanah liat. Masa pemerintahan Raja Gowa X
Tunipallangga Ulaweng, Benteng Somba Opu diperkuat dengan mendirikan
dewata/bastion dari batu bata dan dipersenjatai dengan meriam. Perbaikan dan
pembangunan Benteng Somba Op uterus dilanjutkan hingga Raja Gowa XIV Sultan
Alauddin, bahkan setelah Sultan Hasanuddin memegang tampuk pemerintahan
Kerajaan Gowa perkembangan Kota Somba Opu semakin pesat dan menjadi setrum
kekuasaan pemerintahan sekaligus salah satu kota niaga yang sangat mashur di Asia
Tenggara. Benteng Somba Opu dihancurkan/dibumihanguskan oleh kompeni Belanda
pada Tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit antara Sultan Hasanuddin dan
Belanda dalam Perang Makassar. Kejatuhan Benteng Somba Opu sekaligus
merupakan kehancuran imperium Kerajaan Gowa.
Kondisi fisik Benteng Somba Opu berbentuk empat persegi, sebuah sisinya
berukuran panjang ± 2 km dengan tinggi tembok antara 7-8 m. ketebalan dinding rata-
rata 12 kaki atau 360 m diperkuat dengan 4 bastion (selakah). Setelah tertimbun
selama ± 3 abad, maka dalam upaya menyikap kembali kejayaan dan kebesaran Kota
Somba Opu, telah dilaksanakan kegiatan penelitian dan pemugaran yang hingga saat
ini terus dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Sulawesi
Selatan dan Tenggara. Kini status Benteng Somba Opu dijadikan sebagai salah satu
kawasan wisata yang dikenal dengan Taman Miniatur Sulawesi Selatan di kawasan
ini dibangun pula rumah-rumah adat dari berbagai etnis yang ada di Sulawesi Selatan.
Untuk melengkapi sarana kebutuhan lainnya, dibangun pula beberapa bangunan
sebagai representasi daerah-daerah Kabupaten/Kota di wilayah Sulawesi Selatan.
Bangunan-bangunan tersebut terutama berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan-
kegiatan yang berkala provinsi.
B. Latar Historis
Benteng Somba Opu Didirikan pada awal abad ke-16 atas usaha Raja Gowa ke-
9 Karaeng Tumapakrisi Kallonna yang kemudian di lanjut oleh Karaeng
Tunipallangga Ulaweng. Pada tahun 1545 Karaeng Tunipallangga (Raja Gowa X)
mempertkuat struktur dinding Benteng dengan Batu Padas. Pada masa pemerintahan
Tunijallo (Raja Gowa XII) benteng mulai dipersenjatai dengan meriam-meriam
berkaliber berat pada setiap sudut bastion. Secara arkeologis bentuk benteng memang
belum diketahui, karena sebagian dindingnya belum teridentifikasi, terutama dinding
sebelah utara. Berbagai ekskavasi telah dilakukan guna mengungkap keberadaan
dinding tersebut. Meskipun bentuknya belum diketahui secara pasti namun ada
informasi penting yang dapat dilacak berdasarkan hasil stilasi FRANCOIS
VALENTIJN dan disempurnakan kembali oleh BLEAU dalam sebuah peta berangka
tahun 1638. Dari peta tersebut diketahui bahwa Benteng Somba Opu berbentuk segi
empat panjang. Didalamnya terdapat istana raja, rumah para bangsawan, pembesar
dan pegawai-pegawai kerajaan yang dikelilingi oleh tembok lingkar yang tinggi dan
tebal serta dilengkapi dengan persenjataan. Kediaman para bangsawan dan kerabat
raja terletak dibagian utara dibelah dua oleh sumbu jalan utama yang membujur utara-
selatan. Disebelah utara menempel pada dinding luar terdapat pasar. Jalan utama
tersebut berpotongan tegak lurus dibagian tengah bagian kompleks. Dengan sebuah
jalan lainnya yang melintang dalam arah timur-barat. Masjid terletak di ujung selatan
jalan utama, melintang barat-timur berorientasi kearah barat. Tempat bermukim raja
terdapat dibagian barat-selatan berdekatan dan sejajar dengan dinding benteng sebelah
barat. Tiap bangunan mempunyai halaman masing-masing yang dikelilingi oleh pagar
kecil. Diluar benteng tinggal para prajurit dan keluarganya, tukang-tukang, saudagar
dan para pendatang dari berbagai suku bangsa. Dibagian utara benteng terdapat
bangunan perwakilan dagang bangsa Portugis. Kemudian Belanda yang membuka
kantor dagangnya tahun 1607, Inggris tahun 1613, Spanyo tahun 1615, sementara
China dan Denmark tahun 1618. Sebelah timur benteng terdapat kampong
Mangalekanna yang dihuni oleh orang-orang Melayu, sedangkan pedagang Bugis-
Makassar menempati daerah-daerah sekitar benteng, para petani yang mengerjakan
sawah milik kerajaan menempati kampong Bontoala.

C. Potensi Tinggalan Arkeologis


Luas Benteng Somba Opu berdasarkan hasil pemetaan suaka PSP SULSELRA
tahun 1986 adalah 113.590 M². Dalam posisi Geografi berada pada S 05 11 36 dan E
119 24 10 Benteng Sombo Opu terletak di desa sapiria kecematan Somba Opu Gowa.
Struktur pembentuk bangunan adalah bata dari berbagai ukuran batu padas, dan pada
bagian-bagian tertentu terdapat tanah isian yang tidak teratur. Ketebalan dinding
bervariasi antara 200-300 cm pada sisi timur dan selatan sedang pada sisi barat
berukuran antara 300-400 cm pada sebelah barat laut terdapat bekas istana Maccini
Sombala dengan dinding yang sangat tebal dari tempat inilah raja memantau para
pedagang, laku lintas kapal arus bongkar muat barang dan penarikan bes masuk
pelabuhan.
D. Museum Karaeng Pattingalloang

Sekilas sejarahnya yakni, nama Karaeng Pattingalloang, yang diambil dari nama salah
seorang tokoh cendikiawan kerajaan Gowa pada masa lalu. Ia merupakan putra Gowa yang
kecakapannya melebihi orang-orang Bugis-Makassar pada umumnya.

Karaeng Pattingalloang lahir pada tahun 1600 bernama lengkap “I MANGADACINNA


DAENG SITABA SULTAN MAHMUD”, putra raja Tallo, I Mallingkaang Daeng Nyonri
Karaeng Matowaya. Beliaupun wafat pada 17 september 1654.

Koleksi-koleksi tersebut berupa; material(batu bata)yang digunakan dalam


pembangunan Benteng Somba Opu,peluru meriam,peluru pistol,fragmen porselin,fragmen
gerabah,alat upacara kerajaan dan pakaian adat empat etnik di Sulawesi Selatan dan
Barat,serta koleksi mata uang kuno yang pernah berlaku di Indonesia.

Yang unik dari koleksi ini, adanya material (batu bata)Benteng Somba Opu yang
memiliki goresan (pola hias) menyerupai burung, naga, lipan, lubang berjejer dan kotak
persegi empat serta huruf lontara’ kuno.

Museum ini memuat beberapa peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Benteng Somba
Opu serta beberapa hasil penggalian yang dilakukan di Benteng Somba Opu tersebut,
diantaranya :

 Beberapa baju adat yang terdiri dari beberapa warna yakni biru, hijau, merah dan
kuning.

 Alat-alat rumah tangga bakul nasi, tikar, dan alat-alat dapur yang masih berbahan
dasar rotan.
 Alat-alat perang seperti tombak yang terdapat 8 buah, dimana 1 tombak memiliki 3
ujung, 2 tombak yang memiliki 2 ujung, dan kelima tombak lainnya memiliki 1 ujung.

 Perhiasan, terdiri dari gelang, kalung, dll.

 Hasil penggalian batu bata, terdapat bermacam-macam bentuk dan ukuran yang
dibuat dari tanah liat dan dibuat dengan cetakan. Dulu, batu bata tersebut digunakan
oleh masyarakat untuk kalender dimana kalender ini bertujuan untuk menghitung hari
baik dan hari buruk. Banyak batu bata yang ditemukan dengan banyak macam bentuk
hiasan diatas batu bata tersebut. Seperti, hiasan bekas kaki hewan, tanaman, batik,
garis-garis lurus seperti gambar rumput, garis segi empat kecil, ukiran-ukiran, dan
cetakan hiasan jari-jari tangan.
 Hasil penggalian meriam, yang terdiri dari beberapa bentuk.

 Genteng, dimana genteng ini terdiri dari beberapa bentuk, ada yang panjang, pendek,
dan lebar.

 Alat Musik

 Kerang dan Uang dulu.

You might also like