You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Faktor-faktor yang berperan dalam penularan
penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang buruk,
lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta
kepadatan penduduk. Sedangkan diantara faktor tersebut yang paling dominan
adalah kemiskinan dan higienitas perorangan yang jelek di negara berkembang, dan
merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita penyakit skabies
ini (Carruthers, 1978 ; Kabulrachman, 1992).
Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit
skabies dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi
komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas,
karena penyakit ini mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat.
Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit
langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan
tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya,
hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga
dapat terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi
yang digunakan bersama.
Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan
hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang
bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27%
populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja.
Kecenderungan ini juga dapat terlihat pada banyaknya kasus skabies di kalangan
pondok pesantren yang sebagian populasinya adalah anak dan remaja.
Untuk itu dilakukan suatu studi penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap skabies pada santri Pondok Pesantren Tri

1
Barokah. Pada laporan ini akan dipaparkan mengenai pengetahuan sikap dan
perilaku santri di pondok pesantren Tri Barokah kecamatan kabupaten .
1.2. Rumusan Masalah

1. Berapakah prevalensi skabies pada santri di Pondok Pesantren Tri Barokah,


Kecamatan , Kabupaten , pada bulan Agustus 2017?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan, Higienitas, sikap dan perilaku santri tentang
skabies di Pondok Pesantren Tri Barokah, Kecamatan, Kabupaten, pada bulan
Agustus 2017?

1.3. Tujuan Penelitian


- Diketahuinya prevalensi skabies pada santri di Pondok Pesantren Tri
Barokah, Kecamatan , Kabupaten bulan Agustus 2017.
- Diketahuinya prevalensi tingkat pengetahuan santri tentang skabies di
Pondok Pesantren Tri Barokah, Kecamatan, Kabupaten bulan Agustus
2017.
- Diketahuinya prevalensi tingkat higienitas santri tentang skabies di
Pondok Pesantren Tri Barokah Kecamatan kabupaten bulan Agustus
2017.
- Diketahuinya tingkat perilaku dan sikap santri tentang skabies di
Pondok Pesantren Tri Barokah Kecamatan kabupaten bulan Agustus
2017.

1.4 . Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan edukasi kesehatan bagi santri Ponpes Tri


Barokah khususnya dan seluruh civitas akademika Ponpes Tri Barokah pada
umumnya.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian
selanjutnya mengenai skabies di lingkungan Ponpes tersebut khususnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES

2.1 Definisi
Skabies atau yang biasa disebut dengan kudis, gabagan atau gatal agogo
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya dimana penyakit ini menular melalui
kontak langsung.
2.2 Etiologi
A. Morfologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, orto
Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var.hominis. selain yang juga terdapat pada kambing dan babi (Handoko, 2007).
Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-
350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.

3
Gambar.2.1 Tungau Sarcoptes scabiei
(http://www.medicastore/scabies/index.html/)
2.3 Epidemiologi
Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi
umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Penyakit
ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota
besar bahkan di Jakarta (Tabri, 2003).
Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang
berlangsung. Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana
pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus scabies cepat menular dari anak-anak
hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). Sebanyak 915 dari 1008 (90,8%) orang
terserang skabies di Desa Sudimoro, Kecamatan Turen, Malang (Poeranto, 1997)
Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 83,7% : 18,3%. Data
penderita skabies yang terhimpun dari klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah
Sakit Palang Merah Indonesia (RS PMI) Bogor dari tahun 2000 - 2004, masing-
masing enam betas pasien (2000); delapan betas pasien (2001); tujuh pasien (2002);
delapan pasien (2003) dan lima pasien (2004). Data-data di atas menunjukkan
bahwa penderita skabies di Indonesia masih cukup tinggi.
2.4 Siklus Hidup
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan
mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2007).

4
Gambar.2.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei
(http://www.cdc.gov/scabies/index.html/)

Menurut Centers for Disease Control (CDC) tahun 2008, tungau Sarcoptes
scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa,
dewasa.
1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur
berbentuk oval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam
3-4 hari.

2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan


bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Galian kecil dikenal
dengan sebutan “ molting pouches”. Stadium larva, yang muncul dari
telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar 3-4 hari.

5
3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki.
Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva
sebelum nantinya akan berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa
sering ditemukan pada molting pouches atau dalam folikel rambut yang
kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil.

4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45


mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari
setengah ukuran betina. Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif
masuk ke terowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah
terjadi kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa
hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan
mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru
untuk meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur telur sampai
menjadi dewasa berlangsung satu bulang (CDC, 2008).

2.5 Cara Penularan

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,


bantal dan lain-lain

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi
yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini
dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

6
2.7 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007).

2.8 Diagnosis
Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi
tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa.

3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang


berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi
dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-kelok umumnya ditemukan pada
penderita kulit putih dan sangat jarang di Indonesia (Margono, 1998). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.

7
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada
pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat
menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding
adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain.

2.9 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati


(termasuk penderita yang hiposensitisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut
(Handoko, 2007).
Jenis obat topikal :
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah
berbau dan mengotori pakain dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2) Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan


setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering member iriasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di

8
bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.

4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra.

5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan,


efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah
umur 2 bulan.

9
BAB III
METODE

3.1 Jenis Metode

Metode pengumpulan data pada kegiatan mini project ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui
kuisioner yang dibagikan sebelum penyuluhan. Kuisioner berisi pertanyaan
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku serta higienitas mengenai scabies.
Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku serta
higienitas santri pondok pesantren Tri Barokah yang datang mengikuti penyuluhan.
Sedangkan data sekunder didapatkan dari kuisioner post penyuluhan.

Intervensi dilakukan dengan memberikan 2 sesi penyuluhan secara


langsung dan tanya jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internship) dan
santri pondok pesantren Tri Barokah. Materi penyuluhan antara lain definisi
scabies, penyebab terjadinya scabies, bagaimana cara mencegah terjadinya scabies
dan cara mengobati scabies.

Pembagian kuesioner pada kegiatan dilaksanakan pada hari sabtu, 12


agustus 2017 di Pondok Pesantren Tri Barokah kelurahan Bangsal. Terdapat 2 kali
pembagian kuesioner yang diberikan kepada santri Pondok Pesantren Tri Barokah
kelurahan Bangsal. Kuesioner A bertujuan untuk mengetahui pengetahuan santri
pondok pesantren Tri Barokah mengenai scabies sebelum diberikan intervensi.
Kuesioner B bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan santri Pondok
Pesantren Tri Barokah mengenai scabies. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah 50 santri yang mengikuti penyuluhan mengenai scabies.

10
Jawaban
No Pertanyaan Iya Tidak
Penyakit scabies/gudik/kudis disebabkan oleh
1 bakteri
Apakah anda pernah mengalami gejala seperti gatal
pada malam hari pada sela jari, telapak tangan,
2 pergelangan tangan, dan alat kelamin?
Penyakit scabies/kudis dapat menular lewat
3 sentuhan
Salah satu faktor yang mendukung terjadinya
4 skabies adalah hygiene yang buruk
Menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya
5 scabies
Tempat yang beresiko tinggi terjadinya Skabies
dilingkungan seperti asrama, pemondokan atau
6 rumah tahanan
Apakah anda mencuci pakaian anda menggunakan
7 detergen?
8 Apakah anda menyetrika baju anda?
Apakah anda menjemur pakaian dibawah terik
9 matahari?
10 Apakah anda mandi menggunakan sabun sendiri?
Apakah anda mengganti pakaian dalam anda
11 sesudah mandi?
Apakah anda menggunakan handuk dalam keadaan
12 kering tiap hari?
Apakah anda pernah bertukar pakaian sesama
13 teman?
Apakah anda selalu mencuci tangan apabila
bersentuhan dengan teman anda yang menderita
14 gatal-gatal?
Apakah anda pernah tidur bersama teman anda yang
15 menderita gatal-gatal?

11
Dari data kuisioner tersebut terdapat 15 nomer pertanyaan, dimana setiap
nomernya mempunyai skor 1 jika benar semua maka akan mendapatkan skor 15.
Dari kuesioner tersebut telah dibagi perkelompok masing-masing 5 pertanyaan
yaitu mengenai higienitas, pengetahuan serta sikap dan perilaku santri terhadap
skabies. Penilaian nantinya dinilai berdasarkan kelompok pengetahuan, sikap dan
perilaku serta higienitas perorang, dimana nilai maksimal per kelompok yaitu 5.
Sistem penilaian per kelompok dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Baik :>3

2. Cukup :3

3. Kurang :<3

3.2 Sasaran

Sasaran pada mini project ini adalah para santri Pondok Pesantren Tri Barokah
yang hadir pada penyuluhan dengan harapan dapat memberikan pengetahuan
kepada santri mengenai apa itu scabies dan bagaimana cara mencegahnya sehingga
nantinya diharapkan ilmu tersebut dapat diterapkan dan disebarkan kepada santri
pondok pesantren Tri Barokah lainnya.

3.3 Media

Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point


yang disampaikan menggunakan laptop, LCD dan juga dilakukan diskusi maupun
sesi tanya jawab dimana diberikan doorprize bagi yang bertanya.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pesantren I Kota Kediri


Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan strata/tingkat pertama, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, dan upaya
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan, yaitu pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods), dengan tujuan utama penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pelayanan rawat jalan. Sedangkan pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public (public goods) dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
4.1.1 Visi Puskesmas
“MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT MELALUI PELAYANAN
KESEHATAN DASAR YANG OPTIMAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PESANTREN 1 “
4.1.2 Misi Puskesmas
1. Menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu
2. Mengoptimalkan Sumber Daya Yang Dimiliki Untuk Mendorong
Kemandirian Masyarakat Hidup Sehat

4.1.3 Motto Puskesmas


“ ANDA SEHAT, KAMI SENANG ”
4.1.4 Tata Nilai Puskesmas
Disiplin : Bekerja sesuai tata tertib atau peraturan yang berlaku
Tanggungjawab : Sanggup menhadapi semua resiko atas pekerjaan yang
telah dilakukan
Ramah : Memiliki rasa senang, tercermin dalam sikap 5S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Sabar) yang baik, menarik budi
bahasanya dan manis tutur katanya

13
Kerjasama : melaksanakan pekerjaan dan tugas dengan koordinasi
program lain, tidak dilakukan sendiri-sendiri
Bersih : menjaga lingkungan kerja selalu bersih dan rapi

4.2 Gambaran Geografis Puskesmas Pesantren I Kota Kediri


Puskesmas Pesantren 1 merupakan salah satu lembaga pemerintahan dari Dinas
Kesehatan yang berlokasi di daerah kecamatan Pesantren Kota Kediri, yang
beralamatkan di Jl. Brigjen Pol. Imam Bakri HP No.94 Kota Kediri Telp. (0354)
690355. Letak puskesmas yang strategis sehingga memungkinkan dicapai dengan
kendaraan umum. Luas wilayah kerja Puskesmas Pesantren I Kota Kediri adalah
8.404 km2 meliputi 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Pesantren, Kelurahan Bangsal,
Kelurahan Banaran, Kelurahan Blabak, dan Kelurahan Betet.

gambar 4.1 Peta Lokasi UPTD Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

Adapun batas wilayah dari Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Ngasem dan Kelurahan Burengan
Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat
Sebelah Timur : Kelurahan Ketami dan Kelurahan Ngeletih

14
Sebelah Barat : Kelurahan Pakunden, Tosaren, dan Ngronggo

4.3 Data Demografik Puskesmas Pesantren I Kota Kediri


Adapun jumlah penduduk tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pesantren
I tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Kelurahan Pesantren : 5.475 jiwa

Kelurahan Bangsal : 5.761 jiwa

Kelurahan Banaran : 4.695 jiwa

Kelurahan Betet : 5.509 jiwa

Kelurahan Blabak : 5.921 jiwa

Dengan demikian total jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pesantren


I Kota Kediri tahun 2016 adalah 27.331 jiwa. Kelompok sasaran program meliputi
Bayi 355 jiwa, Balita 1.402 anak, Bumil 429 jiwa, Bulin 389 jiwa, Pasangan Usia
Subur (PUS) 3.118 jiwa, dan Lansia 7.338 jiwa (Data Desember 2016).

4.4 Data Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pesantren I Kota


Kediri, meliputi :

Tabel 4.1 Data Sarana Pendidikan dan Kesehatan di UPTD Puskesmas Pesantren I Kota Kediri
Tahun 2016

Jumlah Jumlah Sekolah Jumlah Fasilitas Yankes


Kelurahan/ Luas
No
Desa Wilayah RT RW SD/ SLTP/ SLTA/ Poskesd Lain-
TK Postren Pustu
MI MTs MA es Lain
1 Bangsal 1.029 km2 37 6 1 3 1 1 3

2 Pesantren 1.356 km2 39 7 2 3 1 1 11

3 Banaran 1.974 km2 25 9 3 4 1 1 4

4 Betet 1.691 km2 23 9 1 2 1 2

5 Blabak 3.354 km2 31 10 3 4 1 1 6

15
4.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pondok Pesantren Tri Barokah merupakan salah satu lembaga pendidikan
keagamaan yang berlokasi di daerah kecamatan Pesantren Kota Kediri, yang
beralamatkan di Kelurahan Bangsal. Letak Pondok pesantren yang strategis
sehingga memungkinkan dicapai dengan kendaraan umum.

4.6 Hasil Penelitian


4.6.1 Data Umum Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan
kepada santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebanyak 50 santri

1. Umur Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan usia Santri Pondok Pesantren Tri Barokah yang
mengikuti penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Usia 15 4 8
16 6 12
17 5 10
18 24 48
19 8 16
20 2 4
22 1 2

Pada Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 50 santri Pondok Pesantren Tri
Barokah 24 orang berusia 18 tahun.

2. Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan skabies dilakukan secara langsung oleh dokter kepada responden


melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, adapun hasil yang diperoleh adalah:

16
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan hasil pemeriksaan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah yang
mengikuti penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Skabies 6 12


Normal 44 88

Gambar 4.2 Grafik hasil pemeriksaan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah yang mengikuti
penyuluhan

Penderita Scabies Santri Pondok


Pesantren Tri Barokah
12%

88%
Scabies Normal

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 50 santri yang mengikuti


penyuluhan 6 orang diantaranya menderita scabies.

3. Higienitas perorang

Penilaian higiene perorang dalam penelitian ini meliputi antara lain frekuensi
mandi, memakai sabun, pakaian, handuk secara bergantian.
Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan higienitas perorang Santri Pondok Pesantren Tri Barokah
sebelum penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 5 10


Cukup 10 20
Baik 35 70

17
Gambar 4.3 Distribusi Berdasarkan higienitas perorang Santri Pondok Pesantren Tri Barokah
sebelum mengikuti penyuluhan

Higienitas Santri Pondok Pesantren


Tri Barokah Sebelum Penyuluhan
10
20

70

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan data sebelum dilakukannya penyuluhan diatas, sebagian besar


santri memiliki higienitas perorang yang baik, yaitu sebesar 70%. Berikut adalah
data santri setelah dilakukan penyuluhan.
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan higienitas perorang Santri Pondok Pesantren Tri Barokah setelah
penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 0 0


Cukup 12 24
Baik 38 76

Gambar 4.4 Distribusi Berdasarkan higienitas perorang Santri Pondok Pesantren Tri Barokah
setelah penyuluhan

Higienitas santri di Pondok Pesantren


Tri Barokah setelah penyuluhan
0 24

76
kurang cukup Baik

Berdasarkan data diatas setelah dilakukan penyuluhan sebanyak 38 orang


atau 76% responden memiliki higienitas perorang yang baik, sedangkan sebanyak
12 orang atau 24% responden memiliki higienitas perorang yang cukup.

18
4. Pengetahuan tentang Skabies

Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebelum
penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 7 14


Cukup 24 48
Baik 19 38

Gambar 4.5 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebelum
penyuluhan

Tingkat Pengetahuan Responden


tentang Scabies sebelum Penyuluhan

14
38

48

Kurang Cukup Baik

Pengetahuan responden mengenai skabies berdasarkan data kuisioner


sebelum dilakukan penyuluhan, sebanyak 7 responden atau 19% adalah kurang
mengenai skabies, hanya 19 responden atau sebesar 38% saja yang baik.

Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah setelah
penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 0 0


Cukup 0 0
Baik 50 100

Gambar 4.5 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebelum
penyuluhan

19
Tingkat pengetahuan responden tentang
scabies sesudah penyuluhan
0

100

kurang cukup baik

Setelah dilakukan penyuluhan, tingkat pengenahuan seluruh responden tentang


scabies berada di kategori baik.

5. Sikap dan Perilaku Santri

Dikatakan seseorang mempunyai sikap dan perilaku yang baik apabila tidak
kontak dengan penderita skabies (misal berjabat tangan dan tidur bersama secara
berhimpitan).
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan sikap dan perilaku Santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebelum
penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 5 10


Cukup 13 26
Baik 32 64

Gambar 4.6 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah sebelum
penyuluhan

Tingkat Sikap dan perilaku responden


tentang skabies sebelum penyuluhan
10

26
64

kurang cukup baik 4th Qtr

20
Sikap dan perilaku responden berdasarkan data, sebanyak 5 responden atau
10% adalah kurang, daan 32 responden atau sebesar 64% baik.

Tabel 4.9 Distribusi Berdasarkan sikap dan perilaku Santri Pondok Pesantren Tri Barokah setelah
penyuluhan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Kurang 0 0


Cukup 15 30
Baik 35 70

Gambar 4.7 Distribusi Berdasarkan pengetahuan Santri Pondok Pesantren Tri Barokah setelah
penyuluhan

Tingkat sikap dan perilaku responden


setelah penyuluhan
0

30%
70%

kurang cukup baik

Sikap dan perilaku responden sesudah penyuluhan didapatkan 15 orang atau


30% berada pada kategori cukup dan 35 orang atau 70% berada pada kategori baik.

21
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan data pada BAB IV diperoleh penderita skabies sebanyak 12%


dari total responden. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum
dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Kecenderungan
ini juga dapat terlihat pada banyaknya kasus skabies di kalangan pondok pesantren
yang sebagian populasinya adalah anak dan remaja.
Prevalensi penyakit skabies di Ponpes ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan prevalensi penyakit skabies di sebuah Ponpes di Jakarta yang mencapai
78,70% atau di Ponpes Kabupaten Pasuruan Jawa Timur sebesar 66,70%
(Kuspriyanto, 2002).
Dari hasil menunjukkan sepersepuluh dari jumlah total santri menderita
skabies, sehingga penyakit skabies dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan
yang perlu diperhatikan pada santri Ponpes. Walaupun tidak sampai
membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat
penularannya yang tinggi serta dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar serta
ketenangan pada waktu istirahat, terutama pada waktu tidur di malam hari.
Berdasarkan data hasil penelitian, sebagian besar responden sebelum
penyuluhan memiliki higienitas perorang yang baik, yaitu sebesar 70%. setelah
dilakukan penyuluhan sebanyak 38 orang atau 76% responden memiliki higienitas
perorang yang baik, sedangkan sebanyak 12 orang atau 24% responden memiliki
higienitas perorang yang cukup. Dikatakan seseorang mempunyai higienitas
perorangan yang baik apabila memenuhi kriteria dari keempat variabel di atas yaitu
mencakup frekuensi mandi 2 kali atau lebih dalam sehari serta sama sekali tidak
menggunakan sabun, pakaian maupun handuk secara bersama-sama atau
bergantian. Dikatakan kurang apabila tidak memenuhi syarat kriteria yang
disebutkan dalam kriteria higienitas perorangan yang baik.
Higienitas perorang sangat berperan sebagai faktor risiko gejala serta
penularan skabies. Hal ini dinyatakan oleh Handoko yang menyatakan bahwa salah

22
satu faktor yang mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah higiene
yang buruk.(Handoko, 2007)
Pengetahuan responden mengenai skabies berdasarkan data kuisioner
sebelum dilakukan penyuluhan, sebanyak 7 responden atau 19% adalah kurang
mengenai skabies, hanya 19 responden atau sebesar 38% saja yang baik.
Pengetahuan juga merupakan faktor yang turut berperan dalam berkembangnya
penyakit skabies. Setelah dilakukan penyuluhan, tingkat pengenahuan seluruh
responden tentang scabies berada di kategori baik. Apabila pengetahuan kurang,
tentu saja seseorang tidak dapat melakukan tindakan preventif agar tidak terkena
skabies.
Sikap dan perilaku responden sebelum dilakukan penyuluhan sebanyak 5
responden atau 10% adalah kurang, dan 32 responden atau sebesar 64% baik. Sikap
dan perilaku responden sesudah penyuluhan didapatkan 15 orang atau 30% berada
pada kategori cukup dan 35 orang atau 70% berada pada kategori baik.Dikatakan
seseorang mempunyai sikap dan perilaku yang baik apabila tidak kontak dengan
penderita skabies (misal berjabat tangan dan tidur bersama secara berhimpitan),
Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat kriteria yang disebutkan di atas

23
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Total responden sebanyak 50 peserta, berusia 15-22 tahun dengan usia
terbanyak adalah 18 tahun.
2. Responden yang menderita penyakit skabies sebesar 12% dari total
responden.
3. Sebagian besar responden sebelum dilakukan penyuluhan memiliki
higienitas perorang yang baik yaitu sebesar 70% dan setelah dilakukan
penyuluhan meningkat sebesar 76%
4. Sebagian besar responden sebelum dilakukan penyuluhan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai skabies, yaitu 48% dan setelah
dilakukan penyuluhan seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan
yang baik
5. Sebagian besar responden sebelum dilakukan penyuluhan memiliki sikap
dan perilaku baik, yaitu sebesar 64%.dan setelah dilakukan penyuluhan
memiliki sikap dan perilaku yang baik, yaitu sebesar 70%,

6.2 Saran
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga pesantren Tri Barokah
mengenai penyakit skabies, baik tanda dan gejalanya, pengobatan serta
pencegahannya dengan cara penyuluhan.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di lingkungan pesantren
Tri Barokah serta pesantren lain di wilayah kerja Puskesmas Pesantren I.
3. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang skabies di pesantren lainnya
yang berada di wilayah Puskesmas Pesantren I.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Sanitasi Pondok Pesantren di Jawa Timur . Surabaya. 1997. Dinas


Kesehatan Propinsi Jawa Timur.

Carruthers, R.(1978). Treatment of Skabies and Pediculosis. Medical Proggress 5


(12) : 25-30.

Handoko, R. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Halaman 122-125.

http://www.cdc.gov/scabies/index.html/ diakses pada hari Kamis, 22 Agustus


2017.

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-revention/infectious-
diseases/parasite/index.html, diakses pada hari Kamis, 22 agustus 2017.

Kabulrachman. (1992). Pengaruh Lingkungan dan Pencemaran Terhadap Penyakit


Kulit. Majalah Kedokteran Indonesia 42 (5): 273-277.

Margono. S. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta.1998 : Balai Penerbit


FKUI. P.264-265.

Partosoedjono, S . 2003 . Skabies dan kualitas sanitasi masyarakat. Kompas,


Jum'at, 05 September 2003 .

Poeranto, s et al . 1997 . Pengobatan dengan gamexan pada penderita


scabiosis di pondok pesantren Al Munawwariyyah Sudimoro, Malang.
Majalah Kedokteran Unibraw . 13(2) : 69 - 73 .

Sopiyudin, M. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 2001. Jakarta:


Arkans..

Sungkar, S.(1997). Skabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) :33-42.

Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,
editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-7

25
Lampiran 1

INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………………………..
Umur : ……………………………………………..
Alamat : ……………………………………………..

Setelah diberikan penjelasan oleh dokter internsip dan memahami terhadap tujuan
dari penyuluhan tersebut, maka dengan ini saya bersedia untuk menjadi informan
(pemberi informasi) atau responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan persetujuan ini, dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kediri, Juli 2017


Responden

(…………………………………..)

26
Lampiran 2

KUISIONER / WAWANCARA
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI TERHADAP
KEJADIAN
SKABIES DI PONDOK PESANTREN TRI BAROKAH KOTA KEDIRI
BULAN AGUSTUS TAHUN 2017

A. Biodata Responden
1. Nama : ...............................................................
2. Umur : ...............................................................
3. Jenis Kelamin : ...............................................................
4. Alamat : ...............................................................
5. No Telpon : ...............................................................

Jawaban
No Pertanyaan Iya Tidak
Penyakit scabies/gudik/kudis disebabkan oleh
1 bakteri
Apakah anda pernah mengalami gejala seperti gatal
pada malam hari pada sela jari, telapak tangan,
2 pergelangan tangan, dan alat kelamin?
Penyakit scabies/kudis dapat menular lewat
3 sentuhan
Salah satu faktor yang mendukung terjadinya
4 skabies adalah hygiene yang buruk
Menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya
5 scabies
Tempat yang beresiko tinggi terjadinya Skabies
dilingkungan seperti asrama, pemondokan atau
6 rumah tahanan
Apakah anda mencuci pakaian anda menggunakan
7 detergen?
8 Apakah anda menyetrika baju anda?
Apakah anda menjemur pakaian dibawah terik
9 matahari?
10 Apakah anda mandi menggunakan sabun sendiri?
Apakah anda mengganti pakaian dalam anda
11 sesudah mandi?
Apakah anda menggunakan handuk dalam keadaan
12 kering tiap hari?

27
Apakah anda pernah bertukar pakaian sesama
13 teman?
Apakah anda selalu mencuci tangan apabila
bersentuhan dengan teman anda yang menderita
14 gatal-gatal?
Apakah anda pernah tidur bersama teman anda
15 yang menderita gatal-gatal?

28
Lampiran 3

Pre Penyuluhan
Sikap Dan
No Nama Santri Pengetahuan perilaku Higienitas
1 Zafis M (15th) 3 4 4
2 Galang H (18th) 2 3 5
3 Aturkey D (18th) 3 4 4
4 Yuslin M (18th) 3 4 4
5 Abdul D (18th) 4 2 2
6 Anang M (18th) 3 3 4
7 M.Nasir (22th) 3 4 5
8 Nasrulloh (20th) 3 4 4
9 Wahyu W (19th) 4 3 5
10 Hendi B (18th) 3 3 4
11 Riki J (18th) 4 4 5
12 Wildan F (16th) 3 3 4
13 M.Irfan (18th) 3 4 3
14 Awaludin F(18th) 4 4 2
15 Naufal A (15th) 3 4 3
16 Mahdi A (16th) 3 4 3
17 Amruna A (17th) 4 3 3
18 Deni P (18th) 3 4 5
19 Aksama S (18th) 4 2 2
20 M.Alim (16th) 2 4 3
21 Naufal A (16th) 3 4 5
M.Ramadhani
22 18th) 4 3 2
23 Wildan R (18th) 3 4 5
24 Hasan A (17th) 3 4 3
25 Agus S (16th) 2 4 4
26 Fikri M (18th) 4 4 4
27 Saiman (15th) 3 2 3
28 Adit C (18th) 3 3 5
29 M.Rizky (18th) 3 4 5
30 Galih H(19th) 2 4 5
31 Sidik S (19th) 4 2 2
32 Tesa A (19th) 2 4 5

29
33 M.Zam (17th) 4 3 4
34 Aming M(18th) 3 4 5
35 Aji W (19th) 3 3 4
36 Aldo R (20th) 3 4 5
37 M.Yusuf (17th) 3 4 3
38 Edo A (18th 2 4 3
39 M.Ary (18th) 4 4 4
40 Rahmat (18th) 2 3 5
Ilham Ansori
41 (19th) 4 4 4
42 Danang H (19th) 4 4 5
43 Izz T (18th) 3 4 3
44 Yunus O (19th) 4 3 4
45 Oki T (18th) 4 4 5
46 Raka K (17th) 4 2 4
47 Irfan C (16tth) 3 4 4
48 M.Ifan (18th) 3 4 4
49 Fadilia A (18th) 4 4 3
50 Didik F (18th) 4 3 4
Rata-rata 3,22 3,54 3,9

kategori skor
Kurang <3
Cukup 3
Baik >3

Pengetahuan
kategori jumlah presentase
Kurang 7 14%
Cukup 24 48%
Baik 19 38%

Sikap dan perilaku


kategori jumlah presentase
Kurang 5 10%
Cukup 13 26%
Baik 32 64%

Higienitas
Kategori jumlah presentase
Kurang 5 10%

30
Cukup 10 20%
Baik 35 70%

Post Penyuluhan
Sikap Dan
No Nama Santri Pengetahuan perilaku Higienitas
1 Zafis M (15th) 5 4 4
2 Galang H (18th) 5 4 5
3 Aturkey D (18th) 5 4 4
4 Yuslin M (18th) 4 4 4
5 Abdul D (18th) 5 3 3
6 Anang M (18th) 5 3 4
7 M.Nasir (22th) 4 4 5
8 Nasrulloh (20th) 5 4 4
9 Wahyu W (19th) 4 3 5
10 Hendi B (18th) 4 3 4
11 Riki J (18th) 5 4 5
12 Wildan F (16th) 5 3 4
13 M.Irfan (18th) 5 4 3
14 Awaludin F(18th) 5 4 4
15 Naufal A (15th) 4 4 3
16 Mahdi A (16th) 5 4 3
17 Amruna A (17th) 5 4 3
18 Deni P (18th) 5 4 5
19 Aksama S (18th) 5 3 4
20 M.Alim (16th) 5 4 3

31
21 Naufal A (16th) 5 4 5
M.Ramadhani
22 18th) 5 3 4
23 Wildan R (18th) 5 4 5
24 Hasan A (17th) 5 4 3
25 Agus S (16th) 5 4 4
26 Fikri M (18th) 5 4 4
27 Saiman (15th) 5 3 3
28 Adit C (18th) 4 3 5
29 M.Rizky (18th) 5 4 5
30 Galih H(19th) 4 4 5
31 Sidik S (19th) 5 3 4
32 Tesa A (19th) 4 4 5
33 M.Zam (17th) 4 3 4
34 Aming M(18th) 5 4 5
35 Aji W (19th) 4 3 4
36 Aldo R (20th) 4 4 5
37 M.Yusuf (17th) 5 4 3
38 Edo A (18th 4 4 3
39 M.Ary (18th) 5 4 4
40 Rahmat (18th) 5 3 5
Ilham Ansori
41 (19th) 5 4 4
42 Danang H (19th) 5 4 5
43 Izz T (18th) 5 4 3
44 Yunus O (19th) 4 3 4
45 Oki T (18th) 5 4 5
46 Raka K (17th) 5 3 4
47 Irfan C (16tth) 5 4 4
48 M.Ifan (18th) 4 4 4
49 Fadilia A (18th) 5 4 3
50 Didik F (18th) 4 4 4
Rata-rata 4,7 3,7 4,08

Kategori skor
Kurang <3
Cukup 3
Baik >3

Pengetahuan
Kategori jumlah presentase

32
Kurang 0 0%
Cukup 0 0%
Baik 50 100%

Sikap dan perilaku


Kategori jumlah presentase
Kurang 0 0%
Cukup 15 30%
Baik 35 70%

Higienitas
Kategori jumlah presentase
Kurang 0 0%
Cukup 12 24%
Baik 38 76%

Lampiran 4

33
34
35

You might also like