Professional Documents
Culture Documents
Diterbitkan June 30, 2017 dalam kategori Hama & Penyakit Ikan oleh azzamy
2. Hama Kompetitor
Kompetitor adalah hewan atau organisme yang sama-sama berada dalam satu habitat ikan dimana
keberadaannya tidak diinginkan karena menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan,
oksigen maupun ruang gerak ikan. Kompetitor dapat berupa ikan maupun jenis hewan lain yang
berada dalam suatu areal habitat ikan. Contoh kompetitor yang sering menimbulkan persaingan
memperoleh makanan adalah ikan mujair. Keberadaan ikan ini dalam suatu habitat ikan budidaya
cukup berbahaya, ikan mujair dikenal sangat rakus dan mudah berkembang biak sehingga
populasinya cepat meningkat. Oleh karena itu keberadaan ikan mujair dapat menimbulkan
persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen maupun ruang gerak. Jenis hama kompetitor
lainnya yaitu yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan
sebagainya. Keberadaan hewan kompetitor tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan yang
dibudidayakan terganggu, seprti lambatnya pertumbuhan dan bahkan menimbulkan kematian.
3. Hama Pengganggu/Pencuri
Pengganggu adalah makhluk hidup atau organisme atau aktifitas lain diluar ikan budidaya yang
keberadaannya dapat mengganggu kehidupan ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik
dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, misalnya saat sampling yang
kurang baik atau cara panen yang kurang baik.
Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk
ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap
menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal,
contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon
adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan
yang memadai terhadap serangan penyakit.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor
lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan
air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar,
keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian
wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi,
biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas
air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen,
karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.
3. Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup
besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah
kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara
langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat
terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama.
Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang
disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi.
Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain
seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian,
petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak
kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan
penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan
status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan
mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang
berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik,
bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan
lingkungan sekitarnya dengan baik. Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat
adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan
gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan
daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Pada ikan yang dibudidayakan penyakit dapat menyerang pada semua ukuran mulai dari benih,
ikan konsumsi sampai induk. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan biasanya karena infeksi
parasit, sedangkan pada ukuran yang besar biasanya yang menyerang adalah jamur, luka borok,
maupun benjolan.
Kutu Ikan adalah salah satu jenis hama yang biasa menyerang Ikan Hias
Serangan parasit ini dapat menyebabkan pendarahan pada sirip dan insang ikan. Pada kondisi
yang parah, dapat menyebabkan kematian pada ikan. Penyakit ini dengan sangat mudah menular
kepada ikan-ikan yang lain.
2. Infeksi Jamur
Jamur Achlya dan Saprolegnia adalah penyebab penyakit ini yang yang menyerang hampir
seluruh jenis ikan. Kedua jamur tersebut berbentuk benang-benang halus yang berwarna putih
kecoklatan. Tumbuh pada lingkungan yang kotor dan mempunyai kandungan bahan organik
tinggi. Jamur ini sering tumbuh disekitar luka pada tubuh ikan.
Serangan awal jamur ini tidak terlalu membahayakan namun apabila dibiarkan maka akan
tumbuh semakin banyak yang dapat menyebabkan ikan kukurangan nutrisi.
3. Busuk Sirip
Penyakit busuk sirip ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang bagian sirip yang memang
sudah terluka. Serangannya dapat menyebabkan sirip ekor busuk sehingga yang tertinggal hanya
bagian dekat pangkal ekor. Sering pula serangan bakteri ini di ikuti dengan serangan penyakit
lain yang menyebabkan kondisi ikan semakin parah.
Cara Pengobatan
Untuk mengobati dan memberantas jenis penyakit ini, lakukan tindakan-tindakan berikut :
• Merendam Ikan dengan antibiotik acriflavin 100 ppm (part per million atau bagian per
sejuta (selama 11 menit,
• atau Sulphonamid 50 ppm selama 5 jam
4. Gatal
Protozoa Trichodimiasis domerguei adalah penyebab penyakit gatal pada ikan. Menyerang ikan
daya tahan tubuhnya sedang menurun karena luka, stres, dan juga sakit.
Cara Pengobatan
Untuk mengobati dan memberantas jenis penyakit ini, lakukan tindakan-tindakan berikut :
• Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm selama 5-10 menit, diulangi 2 kali selama
15 hari atau
• Rendam ikan dalam larutan 30 ppm.
5. Busuk Insang
Penyakit busuk insang disebabkan oleh sebangsa jamur. Tergolong penyakit berbahaya yang
menyebabkan kerugian besar karena terjadinya kematian massal pada ikan. Hidup pada
lingkungan kotor dan mengandung bahan organik tinggi. Pengobatannya belum diketahui sampai
sekarang, yang dilakukan adalah menjaga kualitas air agar tetap bersih dan memenuhi
persyaratan hidup ikan.
6. Cacing jangkar
Disebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat alat yang menyerupai jangkar.
Dengan jangkar ini binatang tersebut dapat menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Cacing jangkar
(Lernea sp.) menempel keras dan menghisap cairan tubuh ikan sehingga bagian tubuh yang
tertusuk akan mengalami luka dan pembengkakan. Luka pada tubuh dapat menyebabkan
terinfeksi penyakit lain.
Kutu ikan atau Argulus indicus tidak menyebabkan kematian pada ikan. tetapi lama-kelamaan
ikan akan menjadi kurus dan lemah, sehingga akan mudah terserang penyakit oleh parasit lain.
Kait kutu ikan dapat menimbulkan lubang kecil yang dapat menyebabkan infeksi.
Selain penyakit, ikan pun bisa diserang hama. Hama ikan kebanyakan hidup di kolam atau bak
semen. Pada wadah akuarium, hama ini sangat jarang menyerang ikan.
Biasanya hama menyerang anak ikan atau mengganggu lingkungan kehidupan ikan.
1. Larva capung
Ukuran larva capung atau dragon-fly larvae (Odonata sp.) dapat mencapai 2 cm. Biasanya larva
ini masuk kolam bersama dengan tanaman air karena tempat persembunyiannya di akar tanaman
atau terbenam dalam kotoran kolam. Makanannya berupa larva ikan sehingga sangat merugikan.
Dalam sehari saja bisa kehilangan banyak larva ikan.
Pemberantasan hama ini dengan diserok karena mudah dilihat, lalu dimusnahkan. Bila
jumlahnya terlalu banyak, pemberantasannya dengan pemberian insektisida Sumithion 0,01 ml/l
air. Selain itu, pemberantasan bisa dengan pengurasan kolam hingga bersih. Setelah dikeringkan,
kolam dapat diairi untuk digunakan kembali.
3. KeongBiasanya ada beberapa jenis keong yang sering berada di kolam budidaya ikan hias.
Keong-keong tersebut memakan telur ikan sehingga sangat merugikan petani. Kehadiran keong
dalam kolam biasanya karena telurnya terbawa dalam tanaman air (terutama enceng gondok)
atau dalam pakan cacing.
Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dipungut satu per satu, lalu
dibuang atau dimusnahkan. Bila populasinya banyak, tanaman air sebaiknya dibersihkan, lalu
kolamnya dikuras.
4. Katak Keberadaan katak dalam kolam pun dapat merugikan. Biasanya katak muncul terutama
pada musim penghujan. Berudu katak memakan pakan ikan sehingga ikan menjadi kurang
makan. Bahkan, kehadirannya bisa mengotori atau mencemari air. Telur katak pun dapat
meracuni ikan karena mengandung lendir. Ikan yang memakan telur katak ini akan mati.
Penyakit ikan telah menjadi sebuah trauma bagi insan perikanan, khususnya pembudidaya.
Penyerangan penyakit bisa merugikan mereka, bahkan bisa membuatnya bangkrut. Agar tidak
terjadi maka harus dilakukan pencegahan. Bagaimana melakukan pencegahan itu tergambar
dalam artikel ini. Penyakit ikandapat diartikan sebagai suatu organisme yang hidup dan
berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu (Arie, 2001). Dengan
terganggunya organ tubuh maka terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Bila serangan
penyakit sangat parah, kematian tak bisa dihindarkan dan bisa menimbukan kerugian yang
sangat besar.
Timbulnya suatu penyakit pada ikan dapat disebabkan tiga factor, yaitu kondisi tubuh ikan yang
kurang baik, lingkungan kolam yang kurang baik dan patogen atau hewan lain pembawa
penyakit. Ketiga factor tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali sebab bila salah satu
factor terjadi maka serangan penyakit pasti terjadi.
Oleh sebab itu untuk mencegah timbulnya penyakit, maka kondisi tubuh ikan dan lingkungan
hasru di jaga agar tetap baik dan hindarilah masuknya hewan pembawa penyakit. Kondisi tubuh
ikan yang kurang baik dapat terjadi akibat lingkungan yang kurang baik, misalnya kualitas airnya
buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan napsu makannya menurun yang akhirnya menjadi loyo.
Dalam kondisi tubuh yang loyo, kemudian ada patogen, maka terjadilah serangan penyakit.
Beda lagi kalau kondisi tubuh ikan baik, bagaimanapun buruknya lingkungan dan ada tidaknya
patogen serangan penyakit tidak akan terjadi, asalkan tidak berlangsung lama. Jadi salah upaya
pencegahan dalam budidaya ikan adalah bila melihat kualitas air yang kurang baik segera
lakukan penggantian air.
Bila dilihat dari sifat penyerangannya, penyakit ikan dapat dibedakan ke dalam dua
golongan,yaitu endotern dan exotern. Endotern adalan jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang
tubuh bagian dalam, seperti hati, paru-paru, usus, dan bagian tubuh dalam lainnya. Sementara
exotern adalah jenis-jenis penyakit yang menyerang organ tubuh bagian luar, seperti kaki (pada
bullfrog), perut, kepala dan bagian tubuh luar lainnya.
Serangan penyakit pada ikan dapat terjadi pada fase telur, fase berudu, fase percil dan fase
bullfrog dewasa. Beberapa penyakit bullfrog yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya
penyakit kapas, ekor putih, spring plague, tuberculosis, kaki merah (pada bullfrog), kembung
(dropsy pada bullfrog), borok dan mata putih.
Dalam mengendalikan hama dan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif
dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek sampingan, tindakan
pencegahan juga tidak mememerlukanbiaya yang besar. Pencegahan senaiknya dilakukan
sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai
terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit.
Inilah kiat untuk mencegah penyakit (1). Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup
penyakit. (2) Melakukanpengapuran pada waktu persiapan kolam sehingga dapat membunuh
hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH. (3) Menjaga lingkungan sesuai
dengan yang dibutuhkan bullfrog. (4). Menjaga kondisi lingkungan kandang agar tetap bersih
(5). Melakukan penebaran dengan padat tebar bullfrog yang optimal. Tujuannya untuk
mengurangi terjadinya kontak badan langsung dan untuk menghindari kanibalisme. (6).
Memberikan pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan sebab paka yang berlebihan
dapat mencemari lingkungan hidup bullfrog (7). Melakukan penanganan yang baik agar tidak
menimbulkan luka pada tubuh bullfrog.
Berikut ini beberapa kiat pengobatan yang bisa dilakukan dalam pengobatan ikan (1).
Pengobatan langsung, yaitu dengan menebarkan bahan kimia atau obat ke wadah pemeliharaan
bullfrog secara langsung dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan. (2). Treatment, yaitu
dengan merendam bullfrog-bullfrog yang terserang penyakit ke dalam suatu larutan bahan kimia
atau obat dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan.
(3) Pengobatan melalui makanan (oral), yaitu dengan memberi pakan yang sudah dicampur obat
dengan dosis tertentu pada bullfrog yang sudah terserang penyakit. (4). Pengobatan langsung
pada bullfrog yang terserang, yakni dengan mengambil bullfrog-bullfrog yang terserang lalu
diolesi obat yang sesuai atau disuntik.
sumber : http://www.iaspbcikaret.org