You are on page 1of 3

Wanita dan Dakwah

A. Pendahuluan
Manusia tak akan selamat jika tak mengikuti hidayah (petunjuk kebenaran). Sebab manusia
tak bisa merumuskan sendiri jalan hidupnya, dan menilai sendiri apa yang baik dan apa yang buruk
bagi dirinya. Manusia dibatasi oleh akal dan pengalaman inderanya, yang karenanya tak mampu
menilai secara obyektif terhadap dirinya sendiri. Manusia akan cenderung menganggap baik
terhadap segala sesuatu yang sesuai dengan nafsu, keinginan dan idenya. Sementara sesuatu yang
bertentangan dengan nafsu, keinginan dan idenya, akan dinilainya salah.

Hidayah harus dirumuskan oleh pihak selain manusia. Dirumuskan oleh zat Yang Maha
Tahu dan Maha Kasih Sayang kepada manusia. Zat yang menciptakan manusia.Rasulullah saw
diturunkan untuk menjelaskan hidayah ini, sehingga semua manusia memiliki neraca (mizan) yang
bersifat baku, berlaku secara global dan lintas jaman. Neraca berguna untuk menengahi perbedaan
ide akal manusia dan pengalaman hidupnya.
“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa
yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.(Q.S Asy-Syura:52)

Pada batas inilah kewajiban kita, yaitu memahamkan syariat kepada semua umat manusia.
Tentu saja dengan dilengkapi semangat maksimal dan metode terbaik sehingga memudahkan
dalam proses menyampaikan dan memahamkan. Da’i tidak boleh apatis, dan hanya bersandar pada
argumen klasik:‘yang penting sudah saya sampaikan’.
B. Tujuan Dakwah Muslimah
Dakwah yang diarahkan terhadap wanita muslimah harus berusaha untuk/ setidaknya
melayani tujuan sebagai berikut:

Memperkuat Iman, Hal tersebut dilengkapi dengan kegiatan ibadah yang meningkat,
mengingat Allah (berdzikir), dan refleksi pada nama Allah, dan kekuasaan-Nya dan penciptaan
dalam diri kita dan di alam semesta. Namun ini, tidak akan mungkin tanpa penanaman pemahaman
yang benar tentang isu-isu tertentu yang terkait dengan 'Aqidah kita, dan penekanan terhadap
Tauhid.

Meningkatkan pengetahuan, Tanpa itu seseorang tidak bisa mencapai banyak. Penekanan
khusus harus diletakkan pada dasar-dasar Islam dan pada mata pelajaran terkait kebutuhan bahwa
da'iyah di lingkungan nya. Pengetahuan tentang paham, ide, kelompok dan sekte yang
menyimpang dari Islam. Kesadaran harus dibangkitkan mengenai mereka yang tidak ingin melihat
penyebaran Islam dan yang memperoleh dasar dalam hati dan pikiran orang-orang.

Membangun kepribadian Dakwah, Dakwah membutuhkan pengorbanan dan karena itu


perempuan harus siap untuk menanggung ‘biaya' keuangan yang mungkin dikeluarkan untuk
Islam. Ini datang dengan tujuan kebangkitan umat Islam dan mengkounter upaya-upaya musuh
Islam. Kepemimpinan, tanggung jawab dan inisiatif individu harus diajarkan. Fakultas pendidikan
teoritis dan praktis harus dipupuk. Para da'iyah harus diajarkan keterampilan sosial yang
diperlukan dan pentingnya Dakwah melalui contoh yang baik dan tindakan. Mereka juga harus
diajarkan konsep nilai waktu, manajemen dan bagaimana menggunakan kegiatan yang
menyenangkan dan halal selama waktu luang mereka.

Membangun kekebalan terhadap dosa, Ini termasuk mengenali penyakit-penyakit dosa,


terutama yang berkaitan dengan perempuan, dan menghalangi jalan menuju dosa tersebut dengan
menghindari hal-hal, kegiatan dan tempat yang akan menjadi pintu terbukanya dosa.Persiapan
psikologis dengan memastikan bahwa da'iyah memiliki iman dalam ketulusan Allah, harapan,
cakupan dalam kebenaran, kebanggaan dalam Islam, kesabaran, dan pengetahuan tentang kondisi
dan lingkungan dari orang yang mereka menangani. Ini adalah aspek yang sangat penting dari
kesiapsiagaan, karena pendakwah terikat kepada orang-orang, yang memiliki karakter dan
kecenderungan yang berbeda.

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Tidaklah kami, para sahabat
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mendapati masalah dalam suatu hadits lalu kami bertanya
kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha melainkan kami mendapatkan dari sisi beliau ilmu tentang hal
itu.

Sumber: https://muslimah.or.id/5704-wanita-dan-dakwah.html

Keutamaan dan kesempurnaan seorang wanita terletak pada ketaatan mereka kepada
Allah ta’ala, kesabaran mereka di dalam menjaga dan memelihara kehormatan dan keimanan,
ketaatan, nasihat dan dorongan mereka kepada suaminya, menjadi istri terbaik untuk suaminya,
teman dan sahabat, penasihat dan pendorong baginya untuk taat kepada Allah ta’ala dan
berdakwah ilallah. Juga menjaga kehormatan diri dan hartanya, mendidik dan berdakwah kepada
anak-anaknya hingga menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah hingga mereka dewasa, dan
sekaligus menjadi ibu yang terbaik untuk anak-anaknya, menjadi teladan dan ustadzah bagi mereka
dan juga teladan dan pendidik bagi para wanita selainnya, serta berusaha untuk menjadi hamba
terbaik untuk Rabbnya.

Demikian seharusnya sosok wanita da’iyah terbaik, sebagai buah dari ilmu yang ada pada
dirinya. Sebab dakwah adalah ibadah, sementara modal utama dalam dakwah adalah ilmu syar’i.
Seorang wanita yang semakin berilmu akan semakin menetap di dalam rumahnya. Dan bukanlah
termasuk modal dakwah dengan sekadar mampu dan berani bicara di hadapan umum, namun tidak
didukung oleh ilmu syar’i.

Dikutip dari: Artikel “Wanita dan Dakwah” oleh Al Ustadz Abu Abdirrahman, dalam Majalah Al
Mawaddah, Edisi 12 Tahun Ke-2, Rajab 1430 H/Juli 2009

Sumber: https://muslimah.or.id/5704-wanita-dan-dakwah.html

Sumber: https://muslimah.or.id/5704-wanita-dan-dakwah.html

You might also like