Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Kelompok 4
Nama anggota :
Dosen Pengampuh:
Nofri Hendri Sandi,M.Farm,Apt
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
karenanya kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan harapan kami semoga makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kelainan non endokrin seperti penyakit ginjal, infeksi, reaksi transplantasi, alergi,
dan lain-lain (Azis, 2006). Kortikosteroid juga banyak diresepkan untuk penyakit
kortikoseteroid memiliki banyak efek samping, yaitu sekitar sembilan puluh lima
efek samping pengobatan. Kortikosteroid sering disebut life saving drug karena
dalam penggunaanya sebagai antiinflamasi, kortikosteroid berfungsi sebagai
masih tetap ada. Hal ini akhirnya menyebabkan kortikosteroid banyak digunakan
tidak sesuai indikasi, dosis, dan lama pemberian (Suherman & Ascobat, 2005;
Penggunaan yang terus menerus menyebabkan efek samping yang serius dan
menjadi semakin buruk apabila digunakan tidak sesuai dengan aturan pakainya,
baik itu dosis maupun lama pemakaian (Gilman, 2012). Guidry et al. (2009)
limfosit dan monosit di perifer dalam 4 jam. Hal ini terjadi karena adanya
jumlah banyak dan waktu yang lama juga dapat menurunkan proses
pembentukan
fibroblas serta menurunkan jumlah gerakan dan fungsi leukosit (Aziz, 2006;
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kortikosteroid adalah hormon yang tergolong dalam kelompok hormon
steroid yang dihasilkan oleh kelenjar korteks adrenal. Pada kondisi ‘fight & fight’,
2002).
Kelenjar korteks adrenal dapat dibagikan kepada tiga bagian, yaitu zona
zona fasikulata yang berada di tengah, dan terkakhir, hormon androgen diproduksi
dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat, dan lainnya
enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan
androgen lemah dengan 19 atom karbon. Androgen ini juga merupakan sumber
estradiol. Sebagian besar kolesterol digunakan untuk steroidgenesis ini berasal
dari luar (eksogen), baik pada keadaan basal maupun setelah pemberian ACTH.
Meskipun kelenjar adrenal dapat mensintesis androgen, pada wanita sekitar 50%
androgen plasma berasal dari luar kelenjar adrenal. Pada pria androgen berasal
dari adrenal hanya sebagian kecil dari seluruh androgen plasma. Dalam korteks
Jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk mempertahankan
kebutuhan normal bila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit
sekresinya.
zona glomerulusa pengaruhnya hanya sedikit. Akibat pengaruh ACTH ini zona
yang terakhir ini dikatalisis oleh converting enzyme dalam paru-paru. Angiotensin
I berasal dari globulin plasma. Untuk perubahan ini dibutuhkan renin yang
dihasilkan oleh ginjal. Pengeluaran renin ini diatur oleh tekanan perfusi ginjal dan
system saraf yang mekanismenya belum jelas. Penghambatan sekresi renin tidak
dilihat pada pasien udem, dimana ekskresi metabolit kortisol normal, sedangkan
Molekul hormone memasuki sel jaringan melalui membrane plasma secara difusi
pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik
dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
fisiologik steroid.
transkripsi dan sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid
atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal inilah mungkin yang menimbulkan efek
kataboliknya.
lemak; dan mempengaruhi juga fungsi system kardiovaskular, ginjal, otot lurik,
system saraf dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid penting untuk
korteks adrenal hanya dapat hidup apabila diberikan makanan yang cukup dan
tanpa kelenjar adrenal yang berada dalam keadaan optimal hanya membutuhkan
keadaan disekitarnya tidak optimal, maka dibutuhkan dosis obat yang lebih tinggi
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Bila dosis obat yang relative tinggi ini
diberikan berulang kali pada hewan yang sama dalam keadaan optimal, akan
pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi juga nyata, sedangkan
pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. Prototip untuk golongan
berikut:
1. METABOLISME.
perifer steroid ini menyebabkan mobilisasi asam amino dari beberapa jaringan,
dan digunakan sebagai substrat enzim yang berperan dalam produksi glukosa
dan glikogen.
Rangsangan sintesis enzim ini tidak timbul dengan segera, tetapi membutuhkan
waktu beberapa jam. Efek yang lebih cepat timbulnya ialah pengaruh hormone
hepar.
jangka panjang atau pada sindrom Cushing, terjadi gangguan distribusi lemak
tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul secara berlebihan pada depot lemak;
leher bagian belakang (buffalo hump), daerah supraklavikula dan juga di muka
(moon face), sebaliknya lemak di daerah ekstremitas akan menghilang. Salah satu
adipose yang mengalami hipertrofi pada sindroma Cushing bereaksi terhadap efek
mobilisasi lemak dari depot di perifer oleh epinefrin, norepinefrin dan hormone
pankreatektomi atau pemberian diet tinggi lemak, akan berkurang pada hewan
tanpa adrenal, kecuali itu transport dan penyimpanan lemak di hepar juga
dihambat.
hidrasi sel.
Pemberian 10mg aldosterone per hari pada hewan tanpa kelenjar adrenal dapat
mempertahankan kadar plasma Na+ dan K+, dan tekanan darah dalam batas-batas
normal. Sedangkan untuk kortisol, dosis yang dibutuhkan untuk keadaan di atas
biasanya normal dan Na+ dalam plasma normal atau sedikit meninggi. Ekskresi
terjadi walaupun telah ada hipokalemia, dan ini menyebabkan kelemahan otot.
tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada aldosterone, oleh karena itu penggunaan
kortisol dalam waktu singkat biasanya tidak menambah sekresi asam. Berlawanan
Na+; hal ini mungkin disebabkan karena hormone tersebut dapat menambah
kecepatan filtrasi glomeruli. Selain itu kortisol juga dapat meningkatkan sekresi
tubuli ginjal.
yang tidak berat. Keadaan ini menunjukkan bahwa efek kortisol terhadap
keseimbangan air dan elektrolit tidak sekuat aldosterone. Kelemahan otot yang
timbul pada keadaan inidisebabkan oleh berkurangnya masa jaringan otot, jadi
3. SISTEM KARDIOVASKULAR
4. OTOT RANGKA
besar untuk waktu lama dapat timbul wasting otot rangka yaitu pengurangan
massa otot.
5. SUSUNAN SARAF PUSAT
Adanya efek steroid pada susunan saraf pusat ini dapat dilihat dari
timbulnya perubahan mood, tingkah laku, EEG dan kepekaan otak pada mereka
yang sedang menggunakan kortikosteroid terutama untuk waktu lama atau pada
apatis, depresi dan cepat tersinggung bahkan psikosi. Gejala tersebut dapat diatasi
dari sum-sum tulang dan mengurangi kecepatan berpindahnya sel dari sirkulasi.
Sebaliknya jumlah sel limfosit, eosinosit, monosit dan basophil dalam darah dapat
7. EFEK ANTI-INFLAMASI.
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik atau allergen. Gejala
ini umumnya berupa kemerahan, rasa sakit dan panas, pembengkakan di tempat
paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang
dihambat.
8. JARINGAN LIMFOID DAN SISTEM IMUNOLOGI
9. PERTUMBUHAN
Hal inilah yang sering menyebabkan kegagalan fungsi hormone pertumbuhan bila
2.2.5 FARMAKOKINETIK
dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang synovial. Penggunaan
jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek
intrasinovial dan intralesi) dan topical pada kulit atau mata (dalam bentuk salep,
krem, losio) atau aerosol melalui jalan napas. Pada tabel 33-4 dicantumkan
SINTETIKNYA
1.7 INDIKASI