You are on page 1of 143

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

MENGENAI JAJANAN AMAN DENGAN PERILAKU


MEMILIH JAJANAN PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI CIPAYUNG 2 KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

RIFKA TRIASARI

NIM: 1111104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015

Rifka Triasari, NIM: 1111104000015


The Correlation of Knowledge and Attitudes of Safe Street Food with
Behavior in Choosing Street Food on Fifth Grade Students at SD Negeri
Cipayung 2 Kota Depok
xvii + 82 pages + 11 tables + 2 schemes + 10 attachments

ABSTRACT
Habit of buying street food is something that can not be separated from the lives
of school children. But there is a phenomenon that needs to be aware of the school
children‟s street food. Often the mass media report about school children‟s street
food found unhygienic and contain a variety of hazardous chemicals, ranging
from formalin, borax, until the dangerous dyes. The child‟s behavior of buying
street food will influence on health. Meanwhile, the children often become
victims because they have not had sufficient knowledge of safe street food. The
purpose of this study was to determine the correlation of knowledge and attitudes
of safe street food with behavior in choosing street food on fifth grade students at
Cipayung 2 Depok Elementary School. This study uses an analytical study with
cross sectional design. Data were collected on a sample of 79 students using a
questionnaire. Based on the results of Spearman Rank correlation test is known
that there is a correlation between knowledge of safe street food with behavior in
choosing street food (p = 0,000 and r = 0,471) and there is a correlation between
attitudes of safe street food with behavior in choosing street food (p = 0,015 and r
= 0,273). Most students showed good results in each category, ranging from
knowledge, attitudes, and behavior.

Keywords: Knowledge, Attitudes, Behavior, Safe Street Food, School Children


Reference: 31 (2002-2014)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015

Rifka Triasari, NIM: 1111104000015


Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Jajanan Aman dengan
Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Depok
xvii + 82 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK
Kebiasaan jajan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
anak sekolah. Namun ada sebuah fenomena yang perlu diwaspadai mengenai
jajanan anak sekolah. Seringkali media masa memberitakan berbagai jajanan
sekolah ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat kimia berbahaya,
mulai dari formalin, boraks, sampai zat pewarna berbahaya. Perilaku jajan anak
akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Sementara, anak sering menjadi korban
karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang jajanan yang aman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas
V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan
pada sampel sebanyak 79 siswa dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan
hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa ada hubungan antara
pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan (nilai p =
0,000 dan r = 0,471) dan ada hubungan antara sikap mengenai jajanan aman
dengan perilaku memilih jajanan (nilai p = 0,015 dan r = 0,273). Sebagian besar
siswa menunjukkan hasil yang baik pada masing-masing kategori, mulai dari
pengetahuan, sikap, serta perilaku.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Jajanan Aman, Anak Sekolah


Referensi: 31 (2002-2014)

iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RIFKA TRIASARI

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 November 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Sawangan Elok AA1 No.13, RT 001 RW 010,

Kelurahan Duren Seribu, Kecamatan Bojong Sari,

Depok, Jawa Barat

HP : +6285781343677

E-mail : rifkarifka@rocketmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SD Negeri Parung 01 1999-2005


2. SMP Negeri 6 Bogor 2005-2008
3. SMA Negeri 6 Bogor 2008-2011
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang

ORGANISASI

1. PRAMUKA 2004-2005
2. PASKIBRA 2005-2007
3. CAPOEIRA 2011

viii
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah SWT
atas limpahan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai
Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri
Cipayung 2 Kota Depok.”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta guna
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang penulis peroleh selama masa kuliah.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan tulisan ilmiah yang rapi dan
sistematik sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan
semangat dari semua pihak baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.Km., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan.
5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing I dan
Bapak Jamaludin, S.Kp, M. Kep selaku Dosen Pembimbing II. Terima
kasih sebesar besarnya telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan
serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama masa kuliah.
7. Orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang, doa, perhatian serta
semangat, dan bantuan baik berupa moril maupun materil kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga kakak dan adikku
yang telah memberikan dukungan semangat dan bantuannya.

ix
8. Sahabat-sahabat kesayangan yang selalu saling memberikan doa,
perhatian, dukungan, semangat, serta sarannya kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan PSIK 2011 yang telah berjuang bersama,
saling memberikan semangat, dukungan serta bantuannya.
10. Kepala Sekolah SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
11. Guru-guru SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian ini.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis harap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi yang memerlukannya.

Ciputat,

Rifka Triasari

x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya .................................... Error! Bookmark not defined.
Abstract .................................................................................................................. iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan .......................................... Error! Bookmark not defined.
Lembar Pengesahan ............................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vii
Kata Pengantar ....................................................................................................... ix
Daftar Isi................................................................................................................. xi
Daftar Bagan ......................................................................................................... xv
Daftar Tabel ......................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
E. Ringkup Lingkup Penelitian ................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Anak Sekolah Dasar ............................................................................... 8
1. Perkembangan Biologis ..................................................................... 8
2. Perkembangan Kognitif ..................................................................... 9
3. Perkembangan Moral ....................................................................... 10
4. Nutrisi............................................................................................... 10
B. Makanan Jajanan .................................................................................. 11
1. Jenis-jenis makanan jajanan ............................................................. 11

xi
2. Fungsi Makanan Jajanan .................................................................. 13
3. Dampak Makanan Jajanan ............................................................... 14
4. Makanan Jajanan Aman ................................................................... 14
5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman ................................... 15
6. Bahan Tambahan Pangan ................................................................. 16
7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman ............................................... 22
8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman ............................................... 24
9. Pencegahan Ketidakamanan Pangan Saat Memilih dan Mengonsumsi
Pangan .............................................................................................. 25
C. Pengetahuan ......................................................................................... 25
D. Sikap .................................................................................................... 27
E. Perilaku ................................................................................................. 29
1. Perilaku memilih makanan ............................................................... 31
F. Penelitian terkait ................................................................................... 32
G. Kerangka Teori .................................................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 35
B. Definisi Operasional............................................................................. 36
C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 38

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................. 39
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 39
1. Populasi ............................................................................................ 39
2. Sampel .............................................................................................. 40
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 41
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................... 42
1. Validitas Instrumen .......................................................................... 42
2. Reliabilitas Instrumen ...................................................................... 44

xii
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data ................................................... 45
G. Pengolahan Data .................................................................................. 47
1. Editting ............................................................................................. 47
2. Coding .............................................................................................. 47
3. Data Entry ........................................................................................ 47
4. Cleaning ........................................................................................... 47
H. Analisa Data ......................................................................................... 48
1. Analisa Univariat ............................................................................. 48
2. Analisa Bivariat ................................................................................ 48
I. Etika Penelitian ...................................................................................... 49

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok .......................................... 51
B. Hasil Uji Normalitas Data .................................................................... 53
C. Hasil Analisa Univariat ........................................................................ 53
D. Hasil Analisa Bivariat .......................................................................... 60

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ................................................................................ 63
B. Analisis Bivariat ................................................................................... 75

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran ..................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR SINGKATAN

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

PJAS : Pangan Jajanan Anak Sekolah

BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan

FAO : Food and Agriculture Organization

KLB : Kejadian Luar Biasa

BTP : Bahan Tambahan Pangan

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

RI : Republik Indonesia

MSG : Monosodium Glutamate

SDIT : Sekolah Dasar Islam Terpadu

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori 34

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 35

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes 17


RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 36
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 40
Kota Depok
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa 53
Kelas V SD Negeri Cipayung 2
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V 54
SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori 55
Pengetahuan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2
Kota Depok
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap 56
Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan 57
Pilihan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Depok
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku 59
Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman 60
Dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas
V SD Negeri Cipayung 2 Kota
Tabel 5.8 Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan 61
Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD
Negeri Cipayung 2 Kota Depok

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumen Perizinan

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Instrumen

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Lampiran 6 Lembar Observasi Jajanan

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas Instrumen

Lampiran 8 Hasil Olahan SPSS Univariat

Lampiran 9 Hasil Olahan SPSS Bivariat

Lampiran 10 Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa di masa

mendatang yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa (Hukormas,

2014). Pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

dimulai sejak masa sekolah akan berpengaruh terhadap kualitas mereka

saat mencapai usia produktif. Mengingat anak sekolah merupakan

generasi penerus bangsa, salah satu hal penting yang menjadi perhatian

serius saat ini adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (BPOM RI,

2011). Anak-anak seringkali menjadi korban dari makanan atau jajanan

sekolah karena mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang

bagaimana mengenali jajanan yang aman (BIN RI, 2012).

Makanan jajanan merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari

kehidupan anak sekolah dasar. Makanan jajanan yang dijual oleh

pedagang kaki lima atau disebut street food menurut FAO (Food and

Agriculture Organization) didefinisikan sebagai makanan dan minuman

yang dipersiapkan dan dijual di jalanan dan di tempat-tempat umum yang

langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.

Kebiasaan mengkonsumsi jajanan turut memberikan kontribusi dan

kecukupan energi bagi anak sekolah (Syafitri, 2009).

Berdasarkan survei yang dilakukan di Bogor pada tahun 2004

dinyatakan bahwa sebanyak 36% kebutuhan energi anak sekolah

diperoleh dari pangan jajanan yang dikonsumsinya (Guhardja S dkk,

1
2

2004 dalam BPOM RI, 2007). Makanan jajanan turut menyumbang

asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat

besi 52% (Judarwanto, 2004).

Jajanan anak sekolah menjadi suatu masalah yang akhir-akhir ini

perlu diperhatikan oleh masyarakat, khususnya bagi orang tua, pihak

sekolah, dan instansi pelayanan kesehatan karena jajanan anak sekolah

sangat berisiko tercemar oleh cemaran biologis atau kimiawi yang dapat

mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Zat

berbahaya yang terkandung dalam jajanan sekolah dapat menimbulkan

reaksi akut pada tubuh, yaitu berupa batuk, diare, alergi, kesulitan buang

air besar atau bahkan menimbulkan keracunan. Dalam jangka panjang zat

berbahaya tersebut akan terakumulasi dan berbahaya bagi kesehatan serta

tumbuh kembang anak. Bahkan zat berbahaya tersebut dapat

menyebabkan penyakit kanker dan tumor (BIN RI, 2012).

Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) pada jajanan anak

sekolah tahun 2004-2006, keracunan pangan paling sering dialami oleh

kelompok anak sekolah dasar (Hamida, 2012). Hal ini didukung oleh

data KLB keracunan pangan BPOM RI yang menunjukkan bahwa

sebesar 78,57% kejadian tersebut dialami oleh kelompok anak sekolah

dasar (BPOM RI, 2009).

Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan oleh BPOM

RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai

Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2007, sebesar 45%

PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya


3

seperti formalin, boraks, rhodamin, Bahan Tambahan Pangan (BTP)

seperti siklamat dan benzoat yang melebihi batas aman, serta cemaran

mikrobiologi (BPOM RI, 2009). Sejalan dengan data tersebut, pada tahun

2008-2010 dinyatakan bahwa sebesar 40-44% PJAS juga tidak

memenuhi syarat (BPOM RI, 2011).

Di Depok sebanyak 60% jajanan sekolah dasar dinyatakan

tercemar bakteri air, hal ini berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan

Kota Depok terhadap 40 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di

Depok sejak Mei 2012. Jajanan yang terbukti tercemar bakteri yaitu

batagor, nasi uduk, nasi goreng, mie goreng, dan bakso. Minumannya

yaitu es teh manis, es cincau, dan minuman lain yang menggunakan es

balok. Ditemukan juga sebanyak 4% jajanan masih mengandung bahan

formalin (Toyudho, 2012).

Bahaya yang mengancam kesehatan anak sekolah akibat perilaku

jajan harus diperhatikan oleh semua pihak seperti orang tua, pihak

sekolah, dan departemen kesehatan (Judarwanto, 2004). Pemilihan

makanan jajanan merupakan perwujudan dari perilaku. Faktor terkait

makanan, faktor personal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan

pemilihan makanan dan faktor sosial ekonomi merupakan tiga kelompok

faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan (Shepherd, 1999 dalam

Aprillia, 2014).

Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk melindungi

masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar persyaratan

keamanan, mutu, dan gizi. Salah satu langkah yang telah dilakukan yaitu
4

pada tahun 2011 BPOM meluncurkan Aksi Nasional Gerakan Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi (Aksi

Nasional PJAS). Aksi Nasional ini meliputi promosi keamanan pangan

melalui komunikasi, penyebaran informasi serta edukasi bagi komunitas

sekolah, termasuk guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin

sekolah, dan penjaja PJAS (BIN RI, 2012). Saat ini telah tercatat bahwa

sekolah yang memenuhi syarat untuk jajanan sehat sebanyak 16.993

sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di seluruh Indonesia. Program ini

masih jauh dari harapan karena belum mencapai 10 persen dari jumlah

keseluruhan sekolah sebanyak 180 ribu (Republika Penerbit, 2014).

Berdasarkan hasil observasi pada studi pendahuluan yang

dilakukan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok, sekolah ini tidak

memiliki kantin sekolah dan terdapat banyak penjual makanan dan

minuman jajanan yang bervariasi di luar sekolah, selain itu lingkungan

sekitar tempat penjualan jajanan yang kurang bersih. Berdasarkan hasil

wawancara dengan kepala sekolah dinyatakan bahwa sekolah ini belum

pernah melaksanakan penyuluhan atau program edukasi tentang jajanan

yang aman kepada siswanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman

dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok.


5

B. Rumusan Masalah

Jajanan sekolah merupakan salah satu varian makanan yang

sering dikonsumsi oleh anak-anak. Namun ada fenomena yang perlu

diwaspadai oleh berbagai pihak, sering kali media memberitakan

berbagai PJAS ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat

berbahaya mulai dari formalin, boraks, sampai dengan zat pewarna

berbahaya Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Perilaku jajan anak sekolah

sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena anak mengkonsumsi

jajanan dari tempat yang sama dan dalam waktu yang cukup lama secara

berkesinambungan, sementara anak sering menjadi korban akibat

memilih jajanan yang berbahaya karena belum memiliki pengetahuan

yang cukup tentang jajanan yang aman. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap

mengenai jajanan yang aman dengan perilaku memilih jajanan pada

siswa kelas V di SDN Cipayung 2 Kota Depok.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai

jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan siswa kelas V mengenai jajanan aman

di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.


6

b. Diketahuinya sikap siswa kelas V mengenai jajanan aman di SD

Negeri Cipayung 2 Kota Depok

c. Diketahuinya perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan mengenai jajanan

aman dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

e. Diketahuinya hubungan antara sikap mengenai jajanan aman

dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD

Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi

peneliti, institusi pendidikan, siswa, dan instansi pelayanan kesehatan.

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman

bagi diri peneliti dalam melakukan penelitian ini.

b. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

kontribusi positif bagi pihak sekolah untuk memberikan edukasi

kepada siswa tentang keamanan jajanan, serta melakukan

pemantauan terhadap penjual makanan dan minuman jajanan di

lingkungan sekolah.
7

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran serta

masukan kepada siswa akan pentingnya memiliki pengetahuan yang

baik, sikap yang positif, serta perilaku yang baik dalam memilih

jajanan.

d. Bagi instansi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi agar instansi

pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan

mengenai jajanan yang aman ke berbagai sekolah dasar.

E. Ringkup Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi

cross sectional. Variabel independen dan dependen diukur secara

bersamaan. Variabel dependen yaitu perilaku memilih jajanan pada siswa

sekolah dasar dan variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap

mengenai jajanan aman.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih

jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

pada periode ini mulai memasuki dunia baru, mereka mulai banyak

berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya, bergabung dengan

teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung

ke dalam kelompok sebaya (Wong, 2008). Masa usia sekolah dasar

terbagi dalam dua kategori, yaitu siswa kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3)

dan siswa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6). Masa ini ditandai dengan anak

mulai memasuki bangku sekolah dasar, dan dimulai sejarah baru dalam

kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap dan tingkah lakunya,

serta masa dimana anak akan memasuki dunia baru yaitu masa

pengenalan lingkungan sosial yang lebih luas (Sudarmawan, 2013).

1. Perkembangan Biologis

Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak akan mengalami

pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30-

60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat,

bertambah 2- 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun

adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg. Perbedaan

ukuran anak perempuan dan anak laki-laki pada periode ini sangat

sedikit, walaupun anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan

lebih berat daripada anak perempuan (Wong, 2008).

8
9

2. Perkembangan Kognitif

Saat anak memasuki masa sekolah, mereka mulai

memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian

kejadian untuk menggambarkan mental yang dapat diungkapkan

secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai tahap

operasional konkret menurut Piaget. Pada tahap ini anak mampu

menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan

tindakan.

Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman

mengenai hubungan antara suatu hal dan ide. Anak mengalami

kemajuan dari kemampuan untuk membuat penilaian berdasarkan

apa yang dilihat (pemikiran perseptual) sampai kemampuan untuk

membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran

konseptual). Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbol-

simbol dan menggunakan simpanan memori mereka mengenai

pengalaman masa lalunya sebagai bahan evaluasi dan interpretasi

masa kini (Wong, 2008). Karakteristik anak pada tahap ini di

antaranya yaitu anak mampu membuat klasifikasi secara sederhana,

anak dapat membuat suatu urutan, anak mulai mengembangkan

kemampuan imajinasi ke masa lalu dan masa depan, serta anak mulai

berpikir secara argumentatif dan mampu memecahkan permasalahan

sederhana (Nurgiyantoro, 2005).


10

3. Perkembangan Moral

Saat pola pikir anak mulai berubah dari egosenstrisme

menjadi pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui

tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak usia

sekolah yang lebih tinggi usianya lebih mampu menilai suatu

tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya.

Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta

mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain.

Mereka menggunakan berbagai pandangan yang berbeda untuk

membuat suatu penilaian. Mereka mampu memahami dan menerima

konsep bagaimana memperlakukan orang lain seperti halnya mereka

ingin diperlakukan (Wong, 2008).

4. Nutrisi

Rasa suka dan tidak suka terhadap makanan mulai terbentuk

pada usia-usia awal yang berlanjut ke masa kanak-kanak

pertengahan, walaupun kecenderungan memilih suatu makanan

mulai berakhir dan anak-anak mulai merasakan makanan yang

beragam. Tersedianya restoran siap saji, pengaruh media massa, dan

godaan keberagaman makanan “junk food” yang sangat besar,

membuat anak-anak mudah untuk mengkonsumsi makanan tanpa

kalori yang tidak meningkatkan pertumbuhan. Pendidikan nutrisi

sebaiknya dapat diintegrasikan dalam pelajaran di kelas. Pedoman


11

piramida makanan dan elemen-elemen makanan sehat sebaiknya

dipelajari (Wong, 2008).

B. Makanan Jajanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan

minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan

atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum

selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan

berarti kudapan atau penganan yang dijajakan. Menurut Food and

Agriculture Organization (FAO) jajanan atau yang dikenal dengan street

food didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan

atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat

keramaian umum lain yang dapat langsung dimakan atau langsung

dikonsumsi (Febry, 2010).

1. Jenis-jenis makanan jajanan

Jenis-jenis makanan jajanan menurut Direktorat Bina Gizi

(2011):

a. Makanan utama yang disiapkan di rumah terlebih dahulu, atau

disiapkan di tempat penjualan. Seperti: gado-gado, nasi duduk,

siomay, bakso, mi ayam, lontong sayur, dan lain-lain.


12

b. Makanan camilan, yaitu makanan yang dikonsumsi diantara dua

waktu makan. Makanan camilan terdiri dari:

1) Makanan camilan basah, seperti pisang goreng, lemper,

lumpia, risoles, dan lain-lain. Makanan camilan ini dapat

disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di tempat

penjualan.

2) Makanan camilan kering, seperti keripik, biskuit, kue kering,

dan lain-lain. Makanan camilan ini umumnya diproduksi oleh

industri pangan baik industri besar, industri kecil, dan industri

rumah tangga.

c. Minuman

Kelompok minuman yang biasa dijual meliputi:

1) Air minum, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan

sendiri

2) Minuman ringan, biasa dijual dalam kemasan seperti

minuman teh, minuman sari buah, minuman berkarbonasi,

dan lain-lain.

3) Minuman campur, seperti es buah, es cendol, es doger, dan

lain-lain.

Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah

makanan yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna-warni

yang menarik, dan bertekstur lembut. Jenis makanan seperti coklat,

permen, jeli, biskuit, makanan ringan (snack) merupakan produk

makanan favorit bagi sebagian besar anak-anak. Minuman yang


13

berwarna-warni (air minum dalam kemasan maupun es sirop tanpa

label), minuman jeli, es susu, minuman ringan (soft drink) dan lain-

lain merupakan kelompok minuman yang disukai anak-anak

(Nuraini, 2007).

2. Fungsi Makanan Jajanan

Menurut Febry (2010), makanan jajanan selain berfungsi

sebagai makanan selingan, berperan juga sebagai sarana peningkatan

gizi masyarakat. Makanan jajanan berfungsi untuk menambah zat-zat

makanan yang tidak atau kurang pada makanan utama dan lauk-

pauknya. Selain itu makanan jajanan juga berfungsi, antara lain:

a. Sebagai sarapan pagi

b. Sebagai makanan selingan yang dimakan di antara waktu makan

makanan utama

c. Sebagai makan siang terutama bagi mereka yang tidak sempat

makan di rumah

d. Sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomi bagi para

pedagang.
14

3. Dampak Makanan Jajanan

Adapun dampak makanan jajanan menurut Febry (2010),

yaitu:

a. Bagi anak-anak sekolah, makanan jajanan merupakan perkenalan

dengan beragam jenis makanan sehingga menumbuhkan

kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil

b. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan

(termasuk dalam hal cara pengolahan makanan jajanan,

penggunaan zat pewarna yang bukan pewarna makanan, cara

penyajian, dan lain-lain), sewaktu-waktu dapat mengancam

kesehatan anak

c. Mengakibatkan berkurangnya nafsu makan anak di rumah.

4. Makanan Jajanan Aman

Makanan jajanan aman adalah makanan jajanan yang tidak

mengandung bahaya keamanan pangan, yang terdiri dari cemaran

biologis/mikrobiologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu,

merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Makanan aman

juga harus terjamin higiene dan sanitasinya selama proses

penanganan makanan, mulai dari persiapan, pembuatan, hingga

penyajian makanan. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyakit

infeksi atau penyakit lainnya. Selain menimbulkan keracunan

makanan, makanan yang tidak aman atau makanan yang

menggunakan pewarna, pemanis, penambah cita rasa, dan peningkat


15

tekstur dapat membuat imunitas tubuh seseorang menurun

(Direktorat Bina Gizi, 2011).

5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman

Direktorat Bina Gizi (2011) menyebutkan sumber atau

penyebab pangan tidak aman dapat berasal dari 3 cemaran, yaitu

cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran biologis.

a. Cemaran Fisik

Cemaran fisik dapat berupa rambut yang berasal dari pembuat

makanan yang tidak menggunakan penutup kepala saat bekerja,

potongan kayu, potongan bagian tubuh serangga, pasir, batu, dan

lainnya. Cemaran fisik ini dapat mencemari makanan pada tahap

proses pemilihan, penyimpanan, persiapan, pemasakan bahan

pangan, pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian makanan

matang serta pada saat makanan dikonsumsi.

b. Cemaran Kimia

Cemaran kimia dapat berasal dari lingkungan yang tercemar

limbah industri, radiasi, serta penyalahgunaan bahan berbahaya

yang dilarang untuk pangan yang ditambahkan ke dalam pangan.

Contoh bahan yang termasuk bahan berbahaya adalah formalin,

rhodamin B, boraks, dan methanil yellow.

Selain penyebab tersebut, cemaran kimia dapat juga berasal dari

racun alami yang terdapat dalam bahan pangan itu sendiri.

Seperti halnya cemaran fisik, cemaran kimia dapat mencemari


16

makanan pada saat tahap proses pemilihan bahan baku,

penyimpanan bahan, persiapan dan pemasakan, pengemasan,

penyimpanan makanan jadi, pendistribusian serta pada saat

makanan dikonsumsi.

c. Cemaran Biologis

Cemaran biologis umumnya disebabkan oleh rendahnya

kebersihan dan sanitasi. Contoh cemaran biologis yang umum

mencemari makanan seperti:

1) Salmonella pada unggas. Salmonella dapat ditularkan dari

kulit telur yang kotor

2) E.coli O157-H7 pada sayuran mentah. Kontaminasi dapat

berasal dari kotoran hewan maupun pupuk kandang yang

digunakan dalam proses penanaman sayur.

Cemaran biologis ini dapat mencemari makanan pada berbagai

tahapan, mulai dari tahap pemilihan bahan pangan, penyimpanan

bahan pangan, persiapan dan pemasakan bahan pangan,

pengemasan makanan matang, penyimpanan makanan matang

dan pendistribusiannya serta pada saat makanan dikonsumsi.

6. Bahan Tambahan Pangan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 dan telah diperbaharui dalam Permenkes RI

No. 1168/Menkes/Per/IX/1999, BTP adalah bahan yang biasanya

tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan


17

merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak

mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam

makanan untuk tujuan teknologi pada pembuatan, pengolahan,

penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau

pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan

menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan

tersebut. Berbagai bahan berbahaya terkadang digunakan sebagai

bahan tambahan dalam proses pengolahan pangan.

Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999

dalam Direktorat Bina Gizi (2011), bahan berbahaya yang dimaksud

tercantum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes RI No.

1168/Menkes/Per/IX/1999

No. Bahan berbahaya Penggunaan Kegunaan

dalam pangan sebenarnya

1. Rhodamin-B Pewarna Pewarna tambahan

(pewarna tekstil) (memberi pada obat, kosmetik,

warna merah) pewarna kain dan

sabun

2 Methanyl Yellow Pewarna Indikator dalam

(pewarna tekstil) (memberi larutan kimia,

warna kuning) pewarna obat-obatan

yang dipakai di
18

bagian luar tubuh

3. Formalin Pengawet Sebagai desinfektan,

perekat kayu, bahan

pembuatan plastik,

dan pengawet jasad

organik (mayat)

4. Asam salisilat Pengawet Obat luka bakar dan

bahan kosmetik

perawatan kulit

5. Minyak nabati yang Penstabil rasa Awal penemuannya

dibrominasi dan aroma digunakan sebagai

(brominated dalam penstabil aroma jeruk

vegetable oils) minuman dalam minuman

ringan ringan

6. Asam borat dan Pengempal Pengawet pada

turunannya atau pemantap industri kayu dan

(misalnya adonan bakso kaca

boraks/bleng/pijer)

7. Dietilpirokarbonat Pengawet Anti bakteri dan anti

makanan jamur

8. Kalium klorat Pemutih Pembuatan korek api,

tepung mencetak tekstil,

desinfektan dan

pemutih non pangan


19

9. Kloramfenikol Pengawet Antimikroba, bahan

makanan obat-obatan yang

dipakai di bagian luar

tubuh

11. Nitrofurazon Pengawet Antibakteri untuk

daging hewan

12. Dulsin Pemanis Awal penemuannya

makanan memang digunakan

sebagai pemanis,

kemudian dilarang

penggunaannya

setelah terbukti

menyebabkan kanker

Berbagai BTP yang diperbolehkan untuk digunakan

berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 dalam

Direktorat Bina Gizi (2011) adalah sebagai berikut:

a. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat

oksidasi bahan pangan. Contohnya: asam askorbat, asam

eritorbat, butil hidroksianil.

b. Antikempal (Anticaking Agent)

Antikempal merupakan bahan tambahan pangan yang dapat

mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk, juga mencegah


20

mengempalnya bahan tepung. Contohnya: kalsium silikat, Na-

silikoaluminat.

c. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

Pengatur keasaman merupakan bahan tambahan pangan yang

digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan dapat

sebagai pengawet. Contohnya: asam asetat, asam sitrat, asam

fumarat.

d. Pemanis buatan (Artificial Sweetener)

Pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis

atau dapat membantu penerimaan terhadap rasa manis tersebut,

sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada

gula. Contohnya: siklamat dan sakarin.

e. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent)

Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan

pangan yang digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya

agar karakteristik warna putih yang merupakan ciri khas tepung

yang bermutu baik tetap terjaga. Contohnya: benzoil peroksida.

f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer,

Thickener)

Pengemulsi, pemantap dan pengental merupakan bahan tambahan

pangan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan

sistem dispersi homogen pada makanan. Contohnya: gelatin,

polisorbat, pektin.
21

g. Pengawet (Preservative)

Pengawet adalah senyawa yang dapat menghambat dan

menghentikan proses fermentasi, pengasaman atau bentuk

kerusakan lainnya, atau dapat memberikan perlindungan pangan

dari pembusukan. Contohnya: asam benzoat, asam sorbat, asam

propionat, nitrit, nitrat.

h. Pengeras (Firming Agent)

Pengeras merupakan suatu bahan tambahan pangan yang dapat

memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Contohnya

aluminium sulfat dan kalsium klorida.

i. Pewarna (Colour)

Pewarna adalah bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki

warna pada makanan agar terlihat menarik. Contohnya

betakaroten dan karamel.

j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour

Enhancer)

Merupakan bahan tambahan pangan yang memberikan,

menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya:

Monosodium glutamate (MSG), vetsin, micin, atau penyedap

masakan.

k. Sekuestran (Sequestrant)

Merupakan bahan penstabil yang digunakan dalam berbagai

pengolahan bahan makanan, dapat mengikat logam dalam bentuk

ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh


22

buruk logam tersebut. Contohnya: kalsium dinatrium edetat, asam

fosfat dan garamnya.

7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman

Pangan yang tidak aman adalah makanan dan minuman yang

mengandung kuman, bahan kimia, dan bahan berbahaya yang bila

dikonsumsi akan menimbulkan gangguan kesehatan.

Memilih pangan yang aman memerlukan pengetahuan

sederhana tentang tanda atau ciri pangan yang aman. Cara ini

mengandalkan ketajaman inderawi konsumen. Meskipun cara ini

tidak seteliti pemeriksaan laboratorium tetapi dapat memberikan

indikasi bahwa pangan tersebut berisiko tidak aman.

a. Tanda pangan jajanan berformalin menurut Direktorat Bina Gizi

(2011)

1) Bakso berformalin memiliki tekstur sangat kenyal dan tidak

rusak sampai dua hari pada suhu ruang

2) Mie basah berformalin biasanya lebih mengkilap, tidak

lengket satu sama lain, tidak rusak sampai dua hari pada suhu

ruang dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es

3) Tahu berformalin memiliki tekstur keras, kenyal tetapi tidak

padat, tidak rusak sampai tiga hari dalam suhu ruang dan bisa

tahan 15 hari dalam lemari es


23

4) Daging ayam dan daging ikan goreng atau nugget goreng

berformalin juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak

busuk sampai dua hari pada suhu ruang.

b. Tanda pangan jajanan mengandung boraks menurut Direktorat

Bina Gizi (2011)

1) Bakso yang mengandung boraks tampak berwarna agak putih

(seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat

kenyal. Bila bakso ini digigit amat kenyal seperti nyaris bola

karet dan bila dipantulkan ke dinding atau lantai memantul

seperti bola karet

2) Mie basah yang mengandung boraks tampak lebih

mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak gampang putus

dan kenyal

3) Lontong dan buras yang mengandung boraks mempunyai

tekstur sangat kenyal, berasa tajam dan memberikan rasa

getir

4) Kerupuk yang mengandung boraks bertekstur renyah dan

menimbulkan rasa getir.

c. Tanda pangan jajanan mengandung pewarna Rhodamin B dan

Methanyl Yellow menurut Direktorat Bina Gizi (2011)

1) Makanan dan minuman berwarna merah atau kuning yang

mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow

biasanya menampakkan warna yang mencolok

2) Produknya tampak mengkilap


24

3) Pada makanan kadang warna tidak merata (tidak homogen

karena ada yang menggumpal)

4) Setelah mengonsumsi terasa sedikit rasa pahit dan gatal di

tenggorokan

5) Saos cabe atau saos tomat yang warnanya membekas di

tangan, kemungkinan mengandung pewarna Rhodamin B.

8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman

Mengkonsumsi pangan tidak aman dapat menimbulkan

gangguan kesehatan yaitu berupa gejala ringan seperti pusing dan

mual, atau yang serius seperti mual-muntah, keram perut, keram otot,

lumpuh otot, diare, cacat dan meninggal dunia.

Peristiwa keracunan pangan karena pangan tidak aman tidak

hanya berdampak buruk bagi konsumen atau korban, tetapi juga

berdampak buruk secara sosial dan ekonomi bagi keluarga, bagi

produsen atau industri pangan, dan bagi pemerintah.

Keparahan dampak buruk yang terjadi karena pangan tidak

aman tergantung pada banyak faktor, terutama faktor takaran, faktor

penanggulangan krisis, dan karakteristik korban. Semakin banyak

takaran bahan atau patogen berbahaya yang dikonsumsi dan semakin

lama dan tidak tepat pertolongan krisis yang diberikan, serta semakin

lemah kekebalan dan kondisi fisik korban maka akan semakin serius

dampak buruk yang dialami korban (Direktorat Bina Gizi, 2011).


25

9. Pencegahan Ketidakamanan Pangan Saat Memilih dan

Mengkonsumsi Pangan

Pencegahan ketidakamanan pangan dapat dilakukan ketika

memilih pangan yang akan dikonsumsi dan mengkonsumsi pangan.

Menjaga kebersihan diri dan memilih pangan yang aman merupakan

bentuk tindakan pencegahan ketidakamanan pangan yang dapat

dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan

diri menurut Direktorat Bina Gizi (2011) adalah:

a. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih

b. Memotong kuku secara teratur

c. Menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

d. Menjaga kebersihan tubuh

Upaya yang dapat dilakukan saat memilih pangan yang aman

adalah:

a. Memilih pangan dalam keadaan tertutup

b. Memilih pangan dalam kondisi baik

c. Mengamati warna makanan

d. Memperhatikan kualitas makanan

e. Mengamati label makanan.

C. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan


26

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2010).

Notoatmodjo (2010) menyebutkan secara garis besar pengetahuan

seseorang dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


27

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis berarti suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

D. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
28

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap

itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya dengan

pengetahuan, Notoatmodjo (2010) membagi sikap menjadi berbagai

tingkatan sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima berarti seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan. Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang

gizi.

b. Merespons (responding)

Merespons berarti memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut sudah menerima.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu indikasi sikap

tingkat tiga.
29

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

E. Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat

aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, aktivitas

yang dapat diamati oleh orang lain, dan aktivitas yang tidak dapat

diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus

– Organisme – Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”

(stimulus-organisme-respons). Teori Skinner menjelaskan adanya dua

jenis respons, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, merupakan respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu ysng

disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang

relatif tetap. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional.

b. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respons yang

timbul dan berkembang, yang kemudian diikuti oleh stimulus atau

rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut


30

reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk

memperkuat respons.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut

belum dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh

orang lain dari luar atau “observable behavior”.

Dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku, konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai

kepentingan program dan beberapa penelitian yang dilakukan adalah

teori yang dikemukakan oleh Green (1980). Menurut Green dalam

Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu

faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut


31

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya.

b. Faktor-faktor pendorong (enambling factor)

Faktor-faktor ini mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, bidan, dokter dan sebagainya.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan. Termasuk disini undang-undang, peraturan-peraturan baik

dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

1. Perilaku memilih makanan

Istilah pemilihan makanan didefinisikan sebagai kekuatan

kemauan seseorang untuk mengendalikan makanan yang

dikonsumsinya (Michael J. Gibney, 2009). Faktor yang

mempengaruhi pemilihan makanan terbagi menjadi tiga kelompok

yaitu faktor terkait makanan, faktor personal yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan pemilihan makanan dan faktor sosial

ekonomi (Shepherd, 1999 dalam Aprilia, 2014)


32

F. Penelitian terkait

Beberapa penelitian terkait pengetahuan, sikap dan perilaku

dalam memilih makanan jajanan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmawan (2013) dengan judul

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan

Jajanan dengan Perilaku Memilih Jajanan di SDN Sambikerep II/480

Surabaya menggunakan metode penelitian asosiatif. Jumlah sampel

pada penelitian ini sebanyak 71 siswa. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap

mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan

dengan presentase sebesar 10,1% (Sudarmawan, 2013).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini (2010) dengan judul

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan

dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al

Kautsar Gumpang Kartasura menggunakan metode pendekatan cross

sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 58 siswa. Hasil

penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan analisis korelasi Rank

Spearman tidak ada hubungan antara pengetahuan anak mengenai

pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan dan tidak

ada hubungan antara sikap anak mengenai pemilihan jajanan dengan

perilaku anak memilih makanan (Purtiantini, 2010).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2013) dengan judul

Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi

Konsumsi Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Pembangunan


33

Laboratorium Universitas Negeri Padang merupakan penelitian

korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 43 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif

dan signifikan antara pengetahuan tentang makanan dan kesehatan

dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak SD Labor

Pembangunan Universitas Negeri Padang. Hal ini berarti, semakin

tinggi pengetahuan tentang makanan dan kesehatan, maka semakin

rendah frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak (Amelia,

2013).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012) dengan judul Perilaku

Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot

Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012

merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan gizi siswa dengan perilaku memilih

jajanan dan ada hubungan antara sikap siswa dalam memilih

makanan dengan perilaku siswa dalam memilih jajanan (Safriana,

2012).
34

G. Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori

Jajanan Aman: Pengetahuan


Perilaku
 Definisi jajanan
aman Sikap
 Kebersihan dan
keutuhan jajanan Pemilihan

 Sumber atau makanan

penyebab jajanan
tidak aman
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
 Tanda atau ciri
 Faktor terkait makanan
jajanan tidak aman
 Faktor personal berkaitan
 Dampak buruk
dengan pengambilan
pangan tidak aman
keputusan
 Pencegahan
 Faktor sosial ekonomi
ketidakamanan
saat memilih dan
mengkonsumsi
jajanan

Sumber: Modifikasi dari Direktorat Bina Gizi (2011) dan Shepherd (1999) dalam

Aprilia (2014).
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur yang

akan dilakukan pada penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabel-

variabel serta hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang

lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas

(independen) yakni pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman, serta

variabel terikat (dependen) yakni perilaku siswa memilih jajanan.

Bagan 3.1 Kerangka konsep

Pengetahuan siswa

mengenai jajanan aman


Perilaku siswa

memilih jajanan

Sikap siswa mengenai

jajanan aman

Variabel Independen Variabel Dependen

35
36

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Hasil penginderaan atau hasil Menggunakan skala Kuesioner Total skor: 14 Ordinal
1. Baik: jika skor ≥ median
mengenai tahu setelah melakukan Guttman
(nilai median = 13)
jajanan aman penginderaan tentang jajanan

yang aman. 2. Kurang baik: jika skor <


median (nilai median = 13)

(Santoso, 2010)
2 Sikap mengenai Reaksi atau respons yang Menggunakan skala Kuesioner Total skor: 11 Ordinal
1. Mendukung: jika skor ≥
jajanan aman masih tertutup tentang jajanan Guttman
median (nilai median = 11)
yang aman

2. Tidak mendukung: jika


37

skor < median (nilai median


= 11)
3 Perilaku Suatu kegiatan atau aktivitas Memilih atau Kuesioner Total skor: Ordinal
1. Baik: jika memilih jumlah
memilih jajanan dalam memilih jajanan. mencentang daftar
jajanan yang diduga tidak
jenis jajanan yang
aman ≤ median (nilai median
tersedia = 2)

2. Kurang baik: jika memilih


jumlah jajanan yang diduga
tidak aman > median (nilai
median = 2)
38

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan awal tentang kemungkinan hasil

penelitian mengenai hubungan antar variabel yang diteliti (Dharma,

2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa mengenai jajanan aman

dengan perilaku siswa memilih jajanan.

2. Terdapat hubungan antara sikap siswa mengenai jajanan aman

dengan perilaku siswa memilih jajanan.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk

mencari hubungan antar variabel, dimana variabel independennya yaitu

pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dan variabel dependennya

yaitu perilaku memilih jajanan, diukur secara bersamaan pada satu waktu

tertentu.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri Cipayung 2 Kota

Depok yang terletak di Jl. Raya Cipayung RT 003 RW 003 No.12

Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Cipayung Kota Depok. Waktu

penelitian dilakukan pada 13 Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah

siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Menurut data

yang peneliti dapatkan jumlah populasi siswa kelas V di SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok sejumlah 88 siswa.

39
40

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota

Depok

No Kelas Jumlah Siswa Total

Perempuan Laki-laki

1 V.A 23 siswa 21 siswa 44 siswa

2 V.B 24 siswa 20 siswa 44 siswa

88 Siswa

Sumber: SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili

seluruh populasi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini

teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling,

yaitu mengambil jumlah seluruh anggota populasi sebagai sampel.

Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah 88 siswa kelas V

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Adapun kriteria inklusi dan

ekslusi pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Seluruh siswa kelas V

2) Siswa yang hadir pada saat hari pengambilan data

3) Siswa yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Siswa yang tidak pernah jajan di sekolah.


41

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam

penelitian untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Jenis instrumen

yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kuesioner. Peneliti

menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat bagian, antara lain:

1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karakteristik responden yang

terdiri dari jenis kelamin dan umur.

2. Kuesioner B berisi 14 pernyataan terkait pengetahuan siswa tentang

jajanan yang aman. Skor tertinggi adalah 14.

3. Kuesioner C berisi 11 pernyataan terkait sikap siswa tentang jajanan

yang aman. Skor tertinggi adalah 11.

4. Kuesioner D berisi tabel daftar jajanan yang tersedia di SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok. Jajanan tersebut peneliti bagi menjadi

kategori jajanan yang diduga aman dan jajanan yang diduga tidak

aman.

Kuesioner yang digunakan untuk ketiga variabel dibuat oleh

peneliti sendiri yang mengacu pada materi dalam tinjauan pustaka.

Berikut ini adalah tahapan membuat instrumen penelitian menurut

Dharma (2011):

1. Mempelajari kembali konsep yang diteliti untuk memperjelas

pemahaman peneliti tentang variabel penelitian. Variabel penelitian

dijelaskan lebih spesifik dalam definisi operasional.


42

2. Menentukan jenis instrumen yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Jenis instrumen yang peneliti pakai adalah

kuesioner.

3. Membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen mencakup variabel

penelitian, dimensi, dan indikator. (Lihat lampiran 2)

4. Membuat item pernyataan sesuai dengan indikator pada kisi-kisi

instrumen.

5. Tentukan skala yang digunakan untuk mengukur setiap indikator.

Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Guttman.

6. Lakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan cara

menyebarkan instrumen tersebut kepada responden yang telah

ditentukan yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden

penelitian.

7. Perbaiki instrumen penelitian sesuai dengan hasil uji validitas dan

reliabilitas.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti telah

melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang akan

digunakan. Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada 27 April

2015 kepada 30 siswa kelas V SD Negeri Parung 01.

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan apakah

alat ukur yang digunakan dalam penelitian benar-benar mengukur


43

apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk melakukan uji validitas

yaitu dengan menghitung korelasi antara item-item pertanyaan dari

setiap variabel dengan total skor pertanyaan variabel tersebut.

Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi

pearson product moment, sebagai berikut (Riwidikdo, 2009):

( )–( )( )
√* ( ) +* ( ) +

Keterangan:

r = koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = skor tiap item pertanyaan

Y = skor total

Untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan

valid atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r

hitung. Apabila r hitung > r tabel (0,361) pada N = 30 dengan nilai

signifikansi < 0,05 , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid

(Riwidikdo, 2009).

Setelah dilakukan uji pearson dengan menggunakan software

statistik pada kuesioner B, hasilnya didapatkan pernyataan yang

dinyatakan tidak valid berjumlah 3 item, yaitu pernyataan item P6

dengan nilai r = 0.311, item P10 dengan nilai r = 0.250 dan item P15

dengan nilai r = 0.338. Peneliti menginginkan pernyataan item P6

dan P15 tersebut tetap digunakan karena kedua item tersebut

berkaitan dengan pernyataan tentang salah satu BTP berbahaya dan


44

upaya menjaga kebersihan diri sehingga penting untuk ditanyakan

dalam kuesioner penelitian. Peneliti selanjutnya memperbaiki

kalimat pernyataan dari kedua item tersebut. Pernyataan tidak valid

lainnya yaitu item P10 dihilangkan dari kuesioner penelitian. Dari 15

item pernyataan, total item yang akhirnya digunakan dalam

penelitian yaitu menjadi 14 item.

Kuesioner C didapatkan hasil pernyataan yang dinyatakan

tidak valid yaitu item S2 dengan nilai r = -0.076, item S4 dengan

nilai r = 0.355, item S7 dengan nilai r = 0.355, dan item S13 dengan

nilai r = 0.285. Keempat item tersebut dihilangkan dari kuesioner

penelitian. Dari 15 item pernyataan, total item yang akhirnya

digunakan dalam penelitian yaitu menjadi 11 item.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan apakah

suatu alat pengukur dalam penelitian dapat dipercaya (Notoatmodjo,

2010). Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

dari instrumen tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan

alat ukur yang sama. Metode yang digunakan pada alat ukur dengan

skala jawaban dikotomi (2 pilihan jawaban) metode yaitu Kuder

Richardson 20 atau KR-20 (Dharma, 2011).


45

Berikut ini adalah rumus KR-20:

( )( )

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Vt = varians total

p = proporsi subyek yang menjawab “ya”

q = proporsi subyek yang menjawab “tidak”

(Simamora, 2008).

Interpretasi hasil koefisien reliabilitas yaitu jika nilai alfa 1

artinya sangat sempurna, 0,8 artinya sangat bagus, 0,6 artinya bagus,

0,4 artinya cukup, dan < 0,4 artinya jelek (Umar, 2002 dan

Budiharto, 2008). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas

menggunakan metode KR-20 didapatkan nilai sebesar 0,704 untuk

instrumen pengetahuan dan 0,664 untuk instrumen sikap. Kedua

instrumen tersebut dinyatakan reliabel dengan kategori bagus.

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Langkah pertama, peneliti mengajukan surat izin dari fakultas untuk

diberikan kepada pihak sekolah mengenai izin mengambil data dan

melakukan penelitian di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

2. Peneliti mengambil data dari pihak sekolah berupa data sekunder,

yaitu data mengenai jumlah siswa kelas V di SD Negeri Cipayung 2

Kota Depok.
46

3. Peneliti juga mengajukan surat izin dari fakultas kepada pihak

sekolah SD Negeri Parung 01 untuk mengambil data dan melakukan

uji validitas dan reliabilitas instrumen.

4. Setelah izin dengan pihak sekolah dan membuat kontrak waktu,

peneliti membagikan kuesioner kepada 30 siswa kelas V SD Negeri

Parung 01 untuk diuji validitas dan reliabilitasnya yang selanjutnya

diolah menggunakan program software statistik.

5. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian. Peneliti memasuki ruang

kelas dan mulai memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan maksud

dari penelitian kepada responden. Selanjutnya peneliti membagikan

kuesioner kepada seluruh siswa yang hadir dan memberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Peneliti tetap berada di

ruang kelas selama responden mengisi kuesioner tersebut.

6. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah

data sudah terisi dengan lengkap atau belum. Setelah lengkap, data

diberi kode pada masing-masing pertanyaan untuk mempermudah

proses analisis data. Kemudian data diproses dengan cara meng-entry

data yang ada pada kuesioner ke dalam program software statistik.

7. Langkah terakhir yaitu mengecek kembali data yang sudah di-entry

apakah terdapat kesalahan atau tidak.


47

G. Pengolahan Data

Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut

(Notoatmodjo, 2010) :

1. Editting

Editting merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum

lengkap, jika memungkinkan perlu pengambilan data ulang untuk

melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak

memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap

tersebut tidak diolah.

2. Coding

Coding merupakan proses mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Notoatmodjo,

2010). Kode untuk kuesioner B yaitu “benar = 1” dan “salah = 0”.

Kode untuk kuesioner C yaitu “setuju = 1” dan “tidak setuju = 0”.

Kode untuk kuesioner D yaitu “ya = 1” dan “tidak = 0”.

3. Data Entry

Data entry yakni memasukkan jawaban-jawaban dari responden yang

dalam bentuk angka atau huruf ke dalam program software komputer.

Program untuk entry data pada penelitian ini menggunakan software

statistik.

4. Cleaning

Proses Cleansing (pembersihan data) yakni dilakukan setelah semua

data dari responden selesai dimasukkan, kemudian perlu dicek


48

kembali kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidaklengkapan,

selanjutnya dilakukan koreksi atau pembetulan (Notoatmodjo, 2010).

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Tujuan analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat pada penelitian ini untuk

mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku secara

deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel.

2. Analisa Bivariat

Setelah analisis univariat dilakukan, akan diketahui hasil dari

karakteristik atau distribusi setiap variabel, kemudian dapat

dilanjutkan ke analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi

(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan

terhadap variabel pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan

perilaku. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan Uji

Korelasi Rank Spearman. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan

antara variabel independen skala ordinal dan variabel dependen skala

ordinal (Dharma, 2011).

Ukuran kekuatan hubungan dapat dilihat dengan

menggunakan rasio odds (RO), risiko relatif (RR), dan koefisien


49

relasi. Namun untuk analisis korelatif seperti pada penelitian ini yang

digunakan adalah koefisien korelasi. Interpretasi hasil uji korelasi

didapatkan berdasarkan kekuatan nilai koefisien korelasi (r), nilai p,

dan arah korelasinya. Kekuatan koefisien korelasi (r) dinyatakan

sangat lemah jika nilainya 0,0 sd <0,2. Lemah jika nilainya 0,2 sd

<0,4. Sedang jika nilainya 0,4 sd <0,6. Kuat jika nilainya 0,6 sd <0,8.

Dan sangat kuat jika nilainya 0,8 sd 1. Berdasarkan nilai p, korelasi

dinyatakan bermakna jika p < 0,05. Kemudian arah korelasi

disimpulkan berdasarkan positif atau negatifnya nilai korelasi.

Apabila nilai korelasi positif maka arah korelasi dua variabel

dinyatakan searah (Dahlan, 2011).

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menerapkan prinsip etis (Nursalam, 2008) sebagai

berikut:

1. Prinsip manfaat

a. Penelitian ini dilaksanakan tidak menimbulkan penderitaan bagi

subjek penelitian.

b. Informasi yang telah diberikan oleh subjek, tidak akan

dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apapun.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia

a. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun.


50

b. Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan

3. Prinsip keadilan

a. Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

deskriminasi

b. Penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dengan tidak

mengikutsertakan nama dari subjek.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok beralamat di Jl. Raya

Cipayung No.12 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota

Depok. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1975. Sekolah dengan luas

tanah 1200 m2 ini memiliki 2 buah bangunan. Jumlah ruangan sekolah ini

terdiri dari 7 ruang kelas, 2 ruang guru dan tata usaha, dan 1 ruang kepala

sekolah.

Tahun 2014/2015 siswa SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

seluruhnya berjumlah 671 siswa, dengan rincian 121 siswa kelas I, 114

siswa kelas II, 126 siswa kelas III, 120 siswa kelas IV, 88 siswa kelas V,

dan 102 siswa kelas VI. Setiap kelas terbagi menjadi beberapa

rombongan kelas. Kelas I terdiri dari 3 rombongan, kelas II terdiri dari 3

rombongan, kelas III terdiri dari 3 rombongan, kelas IV terdiri dari 3

rombongan, kelas V terdiri dari 2 rombongan, dan kelas VI terdiri dari 3

rombongan.

SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki visi yaitu:

“Berprestasi, Beriman, dan Bertaqwa serta Berwawasan Lingkungan

Hidup”.

Adapun tujuan pendidikan SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok,

yaitu:

1. Terwujudnya SD Negeri Cipayung 2 menjadi sekolah unggulan

untuk kecamatan Cipayung

51
52

2. Terwujudnya perolehan nilai ujian sekolah daerah melebihi SKL

3. Terwujudnya peningkatan dedikasi dan disiplin seluruh warga

sekolah

4. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bernuansa religius

5. Terwujudnya peningkatan kedisiplinan warga sekolah dalam

melaksanakan kewajiban sebagai umat beragama

6. Terwujudnya sekolah yang bersih dan peduli lingkungan hidup

7. Terwujudnya kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan

masyarakat

8. Terwujudnya sekolah yang berwawasan lingkungan dan terciptanya

sekolah yang peduli lingkungan melalui 3 R, drainase dan MCK

sehat.

Sehubungan dengan penelitian ini, tidak tersedianya fasilitas

kantin sekolah di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok ini sangat

disayangkan. Jajanan bersumber dari penjual jajanan yang berjualan di

lingkungan belakang gedung sekolah. Jajanan yang dijual sangat

bervariasi. Namun keberadaan penjual jajanan ini adalah di luar

pengawasan dan kendali dari pihak sekolah, sehingga pihak sekolah tidak

dapat mengontrol jenis jajanan apa saja yang dijual.


53

B. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas data ini digunakan untuk melihat apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi tidak

normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov <0.05, begitu juga sebaliknya

(Dahlan, 2011). Pada penelitian ini, data dari semua variabel dinyatakan

tidak berdistribusi normal karena menghasilkan nilai Kolmogorov

Smirnov 0.000 (<0.05).

C. Hasil Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Siswa Kelas V di SD Negeri Cipayung

2 Kota Depok

Karakteristik siswa yang dianalisis pada penelitian ini yaitu

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hasil dari analisa karakteristik

siswa adalah sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas V SD

Negeri Cipayung 2

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 35 44,3 %

Perempuan 44 55,7 %

Total 79 100 %
54

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden,

mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 44 orang

(55,7%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 35 orang

(44,3%).

b. Usia

Karakteristik siswa berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

10 tahun 3 3,8 %

11 tahun 62 78,5 %

12 tahun 14 17,7 %

Total 79 100 %

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa usia responden

terbanyak yaitu usia 11 tahun yang berjumlah 62 orang (78,5%).

Usia termuda yaitu 10 tahun dengan jumlah 3 orang (3,8%) dan

usia tertua yaitu 12 tahun dengan jumlah 14 orang (17,7%).


55

2. Gambaran Kategori Pengetahuan Siswa mengenai Jajanan

Aman

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori

pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu kategori pengetahuan baik dan

kategori pengetahuan tidak baik. Hasil analisa dapat dilihat pada

tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Pengetahuan Siswa Kelas

V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 61 77,2 %

Kurang 18 22,8 %

Total 79 100 %

Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden, 61

di antaranya dinyatakan berpengetahuan baik (77,2%) dan 18

responden dinyatakan berpengetahuan tidak baik (22,8%). Dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang baik mengenai jajanan aman.

3. Gambaran Kategori Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori sikap

dibagi menjadi 2, yaitu kategori sikap mendukung dan sikap tidak

mendukung. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.4.


56

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap Siswa Kelas

V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Mendukung 44 55,7 %

Tidak Mendukung 35 44,3 %

Total 79 100 %

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang berjumlah 44 orang (55,7%) memiliki sikap

mendukung mengenai jajanan aman. Sedangkan sisanya berjumlah

35 orang (44,3%) memiliki sikap tidak mendukung.

4. Gambaran Perilaku Siswa Memilih Jajanan

a. Pilihan Jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Kuesioner D (variabel perilaku) terdiri dari daftar jajanan

yang ada di lingkungan SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

Jajanan tersebut peneliti bagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori

jajanan yang diduga aman dan kategori jajanan yang diduga tidak

aman. Distribusi jajanan yang dipilih oleh responden dapat dilihat

pada tabel 5.5.


57

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan Pilihan Siswa

Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Jajanan Frekuensi (n) Persentase (%)

a. Jajanan yang diduga aman

1. Martabak mini 40 50,6 %

2. Batagor (tanpa 47 59,5 %

menambahkan saos)

3. Cilok kuah (tanpa 46 58,2 %

menambahkan saos)

4. Papeda (tanpa 50 63,3 %

menambahkan saos)

5. Kojek (tanpa 29 36,7 %

menambahkan saos)

6. Cireng isi 32 40,5 %

7. Snack 72 91,1 %

8. Pisang bakar 33 41,8 %

9. Macaroni 42 53,2 %

10. Sosis dan bakso 37 46,8 %

bakar (tanpa

menambahkan saos)

11. Nasi goreng 48 60,8 %

12. Nyam-nyam 23 29,1 %

13. Minuman seduh 66 83,5 %


58

14.Minuman 56 70,9 %

gelas/botol

15. Air putih 72 91,1 %

b. Jajanan yang diduga tidak aman

1. Batagor (ditambah 15 19 %

dengan saos)

2. Cilok kuah 17 21,5 %

(ditambah dengan

saos)

3. Papeda (ditambah 22 27,8 %

dengan saos)

4. Kojek (ditambah 10 12,7 %

dengan saos)

5. Sosis dan bakso 13 16,5 %

bakar (ditambah

dengan saos)

6. Es mambo 39 49,4 %

7. Es kocok 21 26,6 %

Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari kategori

jajanan yang diduga aman, jajanan yang paling banyak dipilih

oleh responden adalah makanan snack dan minuman air putih

yang masing-masing berjumlah 72 orang (91,1%). Sedangkan dari

kategori jajanan yang diduga tidak aman, jajanan yang paling


59

banyak dipilih oleh responden adalah makanan papeda (ditambah

dengan saos) berjumlah 22 orang (27,8%) dan minuman es

mambo berjumlah 39 orang (49,4%).

b. Kategori Perilaku Memilih Jajanan

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori

perilaku dibagi menjadi 2, yaitu perilaku baik dan perilaku

kurang baik. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku Siswa

Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 60 75,9 %

Kurang 19 24,1 %

Total 79 100 %

Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjumlah 60 orang (75,9%) berperilaku baik dalam

memilih jajanan. Sedangkan sisanya berjumlah 19 orang (24,1%)

berperilaku kurang baik dalam memilih jajanan.


60

D. Hasil Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dengan

Perilaku Memilih Jajanan

Tabel 5.7

Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dan Perilaku

Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota

Depok

Perilaku Total P- r

Baik Kurang value

Pengetahuan N % N % N % 0.000 0.471

Baik 53 86,9% 8 13,1% 61 100

Kurang 7 38,9% 11 61,1% 18 100

Total 60 75,9% 19 24,1% 79 100

Hasil uji statistik pada tabel 5.7 di atas menghasilkan p value =

0.000. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara variabel

pengetahuan mengenai jajanan aman dengan variabel perilaku

memilih jajanan (p < 0.05). Kemudian didapatkan nilai koefisien

korelasi r = 0.471. Dari nilai r tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

antara kedua variabel memiliki kekuatan hubungan yang sedang

karena berada pada rentang nilai koefisien korelasi antara 0.4 - <0.6.

Korelasi tersebut signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Arah korelasi

kedua variabel ini bernilai positif, berarti hubungan antara kedua


61

variabel tersebut sebanding, dimana pengetahuan yang baik disertai

dengan perilaku yang baik.

2. Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku

Memilih Jajanan

Tabel 5.8

Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih

Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Perilaku Total P- r

Baik Kurang value

Sikap N % N % N % 0.015 0.273

Mendukung 38 86,4% 6 13,6% 44 100

Tidak 22 62,9% 13 37,1% 35 100

Mendukung

Total 60 75,9% 19 24,1% 79 100

Tabel 5.8 di atas menunjukkan hasil uji statistik dengan

perolehan p value = 0.015, ini artinya ada hubungan bermakna antara

variabel sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih

jajanan. Hasil koefisien korelasi didapatkan nilai r = 0.273. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara kedua

variabel termasuk lemah, karena berada pada rentang nilai koefisien

korelasi 0.2 - <0.4. Korelasi tersebut signifikan pada level 0.05 (2-

tailed). Arah korelasi kedua variabel ini bernilai positif, artinya


62

hubungan antara kedua variabel tersebut sebanding, dimana sikap

yang mendukung disertai dengan perilaku yang baik.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

a. Jenis Kelamin

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu

berjumlah 79 orang. Responden laki-laki berjumlah 35 orang

(44,3%) dan responden perempuan berjumlah 44 orang (55,7%).

Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal

ini sesuai dengan populasi siswa kelas V dengan jumlah siswa

perempuan lebih banyak daripada jumlah siswa laki-laki. Jumlah

populasi siswa kelas V yaitu 88 orang dengan rincian 47 siswa

perempuan dan 41 siswa laki-laki.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir sebagian

besar perempuan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada

laki-laki. Hal ini dibuktikan dari hasil kategori pengetahuan,

sikap, dan perilaku. Pada kategori pengetahuan, siswa yang

memiliki pengetahuan baik yaitu berjumlah 38 siswa perempuan

(62,3%) dan 23 siswa laki-laki (37,7%). Pada kategori sikap,

jumlah siswa yang memiliki sikap mendukung yaitu 29 siswa

perempuan (65,9%) dan 15 siswa laki-laki (34,1%). Pada

kategori perilaku, jumlah siswa yang memilki perilaku baik yaitu

36 siswa perempuan (60%) dan 24 siswa laki-laki (40%).

63
64

Sejalan dengan hasil penelitian Safriana (2012),

didapatkan bahwa lebih dari setengah responden yang

berperilaku tidak baik dalam memilih jajanan adalah laki-laki

(59%). Anak perempuan juga cenderung memiliki sikap yang

baik dalam memilih makanan yaitu sebesar 68%, sedangkan

anak laki-laki persentasenya sebesar 56%. Anak laki-laki

cenderung lebih sering jajan dibandingkan dengan anak

perempuan (16%).

Dilihat dari sisi psikologis, penggunaan bagian otak anak

laki-laki dan perempuan berbeda sehingga cenderung akan

menunjukkan perilaku yang berbeda pula. Pada anak laki-laki

cenderung menggunakan otak bagian sebelah kanan (sisi

praktis). Sebagian besar anak laki-laki memilih jajanan

dikarenakan oleh faktor keinginan untuk memenuhi rasa

laparnya, tanpa melalui pemikiran yang panjang apakah jajanan

tersebut baik atau tidak. Berbeda halnya pada anak perempuan

(Safriana, 2012).

Anak laki-laki umumnya lebih aktif dalam kegiatan fisik

dan berolah raga, sehingga ia membutuhkan energi yang lebih

banyak untuk tubuhnya dalam menjalankan aktivitas. Energi

tersebut didapat dari jajanan yang ia konsumsi di sekolah.

Sementara anak laki-laki biasanya jajan tanpa memikirkan aman

tidaknya jajanan tersebut, cenderung karena ingin segera

memenuhi rasa laparnya setelah banyak beraktivitas.


65

b. Usia

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden

berada pada rentang 10-12 tahun. Persentase masing-masing

tingkat usia responden yaitu usia 11 tahun (78,5%), usia 10 tahun

(3,8%), dan usia 12 tahun (17,7%).

Responden yang berusia 10 tahun, seluruhnya

menunjukkan hasil perilaku yang baik (100%). Usia 11 tahun

menujukkan lebih dari setengahnya (80,6%) berperilaku baik.

Usia 12 tahun menunjukkan setengahnya (50%) berperilaku baik.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Safriana (2012) yang membagi kategori usia menjadi 2 yaitu usia

10 tahun dan usia ≥ 10 tahun. Mayoritas responden berusia ≥ 10

tahun (80%), sedangkan sisanya berusia < 10 tahun berjumlah 29

orang (20%). Responden usia < 10 tahun menunjukkan perilaku

baik sebesar 72% dan perilaku tidak baik sebesar 28%. Setengah

dari responden usia ≥ 10 tahun (50%) menunjukkan perilaku

yang baik dan 50% nya menunjukkan perilaku tidak baik.

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

responden yang berusia 10 tahun tidak berarti ia memiliki

pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang kurang. Begitu juga

dengan responden yang berusia paling tua yaitu 12 tahun, tidak

berarti ia memiliki pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang

baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini, faktor


66

usia responden tidak terlalu berhubungan dengan pengetahuan,

sikap, maupun perilaku. Anak yang berusia lebih tua tidak

menjadi jaminan ia akan memiliki pengetahuan, sikap, ataupun

perilaku yang lebih baik daripada anak yang berusia lebih muda.

Begitu juga sebaliknya.

2. Pengetahuan Siswa mengenai Jajanan Aman

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil

tahu seseorang terhadap suatu objek yang didapatkan melalui panca

indera. Sebagian besar pengetahuan didapat melalui indera

penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang diteliti dalam

penelitian ini adalah siswa mengetahui hal-hal mengenai jajanan

yang aman. Hal-hal tersebut yaitu definisi jajanan aman, kebersihan

dan keutuhan jajanan, BTP berbahaya dan cirinya, akibat dari jajanan

tidak aman, serta upaya menjaga kebersihan diri untuk pencegahan

dari ketidakamanan jajanan.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan siswa berjumlah

61 orang (77,2%) memiliki pengetahuan yang baik dan 18 orang

(22,8%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dapat disimpulkan

bahwa mayoritas siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

memiliki pengetahuan yang baik mengenai jajanan aman.

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban responden,

pernyataan dengan jawaban benar paling banyak adalah pernyataan

item P1 dan item P14 dengan persentase 100% responden menjawab


67

benar. Pernyataan item P1 adalah „Jajanan aman adalah jajanan yang

tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan

bakteri‟. Pernyataan item P14 adalah „Kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan adalah salah satu cara menjaga kebersihan diri‟.

Sementara itu pernyataan dengan jawaban benar paling sedikit

adalah pernyataan item P8. Jumlah responden yang menjawab benar

pada item P8 yaitu berjumlah 63 orang (79,7%). Item pernyataan P8

tersebut adalah „Boraks adalah bahan berbahaya yang membuat

makanan menjadi lebih kenyal‟.

Berdasarkan hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa

seluruh responden bisa dikatakan sudah memiliki pengetahuan yang

baik tentang definisi jajanan aman dan upaya menjaga kebersihan

diri dari ketidakamanan jajanan, namun responden masih belum

memiliki pengetahuan yang baik mengenai salah satu BTP berbahaya

yaitu boraks.

Boraks sendiri merupakan bahan kimia berbahaya yang

disalahgunakan sebagai pengawet dan juga untuk memperbaiki

tekstur maupun rasa pada pangan. Boraks biasanya ditemukan pada

makanan bakso, mie basah, lontong, dan kerupuk. Ciri-ciri jajanan

yang mengandung boraks yaitu, pada bakso tampak bewarna agak

putih (seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat

kenyal. Mie basah tampak lebih mengkilap, tidak lengket satu sama

lain dan kenyal. Lontong mempunyai tekstur yang sangat kenyal.


68

Kerupuk memiliki tekstur yang renyah dan menimbulkan rasa getir

saat dimakan (Direktorat Bina Gizi, 2011).

Kurangnya pengetahuan siswa tentang boraks dikarenakan

kurang terpaparnya informasi mengenai hal tersebut. Siswa bisa saja

hanya sekedar pernah mendengar tentang boraks, namun belum

mengetahui secara lebih jelas mengenai kegunaan boraks, ciri-ciri

serta bahayanya. Tidak hanya boraks, pengetahuan mengenai BTP

berbahaya yang lainnya seperti formalin, pewarna Rhodamin B dan

Methanyl Yelow sebaiknya perlu diberikan. Mengingat bahwa di SD

Negeri Cipayung 2 Kota Depok ini belum pernah mengadakan

program penyuluhan materi tentang keamanan jajanan, sebaiknya

pihak sekolah mulai mengadakan program tersebut agar pengetahuan

siswa, guru, serta penjual jajanan dapat meningkat.

3. Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman

Teori “Thoughs and Feeling” dari WHO (1984) menjelaskan

bahwa sikap merupakan gambaran suka atau tidak suka seseorang

terhadap suatu objek atau stimulus. Sikap seseorang didapatkan

melalui pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap

tersebut ditunjukkan dengan mendekati atau menjauhi suatu objek

(Notoatmodjo, 2010).

Sikap yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana

sikap siswa terhadap hal-hal mengenai jajanan yang aman. Hal-hal

tersebut yaitu definisi jajanan aman, kebersihan dan keutuhan


69

jajanan, BTP berbahaya dan cirinya, serta upaya menjaga kebersihan

diri untuk pencegahan dari ketidakamanan jajanan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah siswa yang memiliki

sikap mendukung yaitu 44 orang (55,7%) dan siswa yang memiliki

sikap tidak mendukung yaitu berjumlah 35 orang (44,3%). Peneliti

menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2

Kota Depok memiliki sikap mendukung mengenai jajanan aman.

Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, jawaban

setuju paling banyak adalah pada item S1, S2, S7 dan S8. 100%

responden menjawab setuju pada keempat item pernyataan tersebut.

Pernyataan item S1 adalah „Pilih jajanan yang aman yaitu yang tidak

mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri‟.

Pernyataan item S2 adalah „Pilih jajanan yang tertutup/terbungkus

dan tidak dikerubungi lalat‟. Pernyataan item S7 adalah „Sebelum

membeli jajanan kemasan (snack), lihat tanggal kadaluarsanya‟.

Pernyataan item S8 adalah „Sebelum membeli jajanan kemasan

(snack), baca label makanan/label gizi yang tercantum pada

bungkusnya‟. Sementara itu jawaban setuju paling sedikit yaitu pada

pernyataan item S6. Jumlah responden yang menjawab setuju

berjumlah 66 orang dengan persentase 83,5%. Pernyataan item S6

adalah „Jajanan yang warnanya terang mencolok tidak aman untuk

dikonsumsi‟.

Berdasarkan hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa

sebagian besar siswa memiliki sikap yang mendukung dalam


70

memilih jajanan aman, ditunjukkan dengan jawaban siswa yang

memilih jajanan yang terbungkus/tertutup, siswa melihat tanggal

kadaluarsa jajanan sebelum membelinya, dan siswa membaca label

gizi yang tercantum pada bungkus jajanan. Namun siswa memiliki

sikap tidak mendukung tentang jajanan yang berwarna terang

mencolok.

Berkaitan dengan jajanan yang mengandung pewarna

berbahaya, makanan dan minuman tersebut biasanya menampakkan

ciri warna yang terang, produknya tampak mengkilap, terkadang

warnanya tidak merata (ada yang menggumpal), dan setelah

mengonsumsinya terasa sedikit pahit dan gatal di tenggorokan. Ciri-

ciri tersebut biasanya ditemukan pada jajanan yang mengandung

Rhodamin B dan Methanyl Yellow. (Direktorat Bina Gizi, 2011).

Anak sekolah biasanya cenderung sering memilih jajanan

karena warna atau tampilannya yang menarik. Berdasarkan ciri

tampilan fisiknya, saos merah yang menjadi pelengkap jajanan,

minuman es mambo dan es kocok yang dijajakan di sekitar sekolah

diduga mengandung pewarna Rhodamin B atau Methanyl Yellow.

Untuk memastikan apakah jajanan tersebut aman atau tidak aman

memang seharusnya perlu dilakukan uji laboratorium. Namun

dengan melihat tampilan fisik ciri-cirinya, jajanan tersebut diduga

tidak aman.
71

4. Perilaku Siswa Memilih Jajanan

Menurut teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977), perilaku

merupakan suatu proses sekaligus hasil interaksi antara Antecedent,

Behavior, dan Concequences. Antecedent adalah suatu pemicu

seseorang untuk berperilaku, yaitu seperti kejadian di lingkungan

sekitar. Behavior adalah reaksi terhadap adanya pemicu tersebut.

Concequences adalah kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku

tersebut, atau bisa disebut konsekuensi. Konsekuensi ini terbagi atas

2 bentuk, yaitu positif (menerima) dan negatif (menolak).

Konsekuensi positif artinya seseorang akan mengulang perilaku

tersebut. Sedangkan konsekuensi negatif artinya seseorang akan

berhenti melakukan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah kegiatan

atau aktivitas siswa dalam memilih jajanan di sekolah. Peneliti

sebelumnya melakukan observasi dan mencatat macam-macam

jajanan yang tersedia di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Lembar

observasi digunakan sebagai alat untuk menilai jajanan. Kriteria

jajanan yang dinilai yaitu pengolahan, penyajian, label kemasan

(tanggal kadaluarsa, komposisi, nomor izin BPOM/Depkes), dan

tampilan fisik (warna). Hasil observasi dapat dilihat pada lembar

observasi (lampiran 6).

Peneliti mencantumkan daftar pilihan jajanan yang tersedia di

lingkungan sekolah, selanjutnya siswa diminta untuk mencontreng

jajanan yang dibelinya selama 2 hari sebelumnya. Jajanan tersebut


72

peneliti bagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori jajanan yang diduga

aman dan jajanan yang diduga tidak aman, sesuai dengan hasil pada

lembar observasi.

Jajanan yang termasuk kategori jajanan yang diduga aman

yaitu martabak mini, batagor (tanpa saos), cilok kuah (tanpa saos),

papeda (tanpa saos), kojek (tanpa saos), cireng isi, snack, pisang

bakar, macaroni, sosis dan bakso bakar (tanpa saos), nasi goreng,

nyam-nyam, minuman seduh, minuman gelas/botol, dan air putih.

Sedangkan jajanan yang temasuk kategori jajanan yang diduga tidak

aman yaitu batagor (dengan tambahan saos), cilok kuah (dengan

tambahan saos), papeda (dengan tambahan saos), kojek (dengan

tambahan saos), sosis dan bakso bakar (dengan tambahan saos), es

mambo, dan es kocok.

a. Pilihan Jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

Berdasarkan pilihan jajanan yang tersedia di SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok, hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari kategori jajanan yang diduga aman, paling banyak dipilih

oleh siswa adalah makanan snack dan minuman air putih yang

masing-masing berjumlah 72 orang (91,1%). Kategori jajanan

yang diduga tidak aman yang paling banyak dipilih oleh siswa

adalah makanan papeda (ditambah dengan saos) berjumlah 22

orang (27,8%) dan minuman es mambo berjumlah 39 orang

(49,4%). Papeda adalah jenis makanan yang terbuat dari

campuran sagu dan telur yang disajikan dengan digulung


73

menggunakan sebuah tusukkan. Es mambo adalah minuman

manis berwarna-warni.

Berkaitan dengan perilaku siswa yang membeli jajanan

dengan tambahan saos merah, pada penelitian yang dilakukan

oleh Suci (2009) disebutkan bahwa sebanyak 146 responden

(37%) menyatakan makanan yang sering dibeli di kantin sekolah

maupun penjaja sekitar sekolah disertai dengan saos merah.

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012)

disebutkan bahwa sebanyak 147 responden (33%) menyatakan

makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi yaitu makanan

yang bersaos merah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci

(2009) dan Safriana (2012) di atas, dapat disimpulkan bahwa

jumlah anak sekolah yang suka mengkonsumsi jajanan bersaos

merah cukup tinggi. Tingginya angka pengkonsumsian makanan

jajanan bersaos merah pada siswa sangatlah mengkhawatirkan.

Jika dibiarkan terus menerus maka kesehatan siswa akan

terganggu. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian serius dari

pihak sekolah agar melakukan pengontrolan dan pengawasan

terhadap makanan jajanan yang dijual oleh penjual jajanan di

lingkungan sekolah.
74

b. Kategori Perilaku Memilih Jajanan

Hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki

perilaku baik berjumlah 60 orang (75,9%) dan perilaku tidak baik

berjumlah 19 orang (24,1%). Peneliti menyimpulkan bahwa

sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok

memiliki perilaku memilih jajanan yang baik. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012), hasilnya

didapatkan sebanyak 80 responden (54%) memiliki perilaku baik

dalam memilih jajanan.

Kategori perilaku pada penelitian ini dinilai berdasarkan

jajanan yang dipilih oleh siswa. Siswa dinyatakan memiliki

perilaku baik apabila siswa memilih jajanan yang diduga tidak

aman sebanyak ≤ 2 macam. Siswa dinyatakan memiliki perilaku

kurang baik apabila siswa memilih jajanan yang diduga tidak

aman sebanyak > 2 macam. Jajanan yang diduga tidak aman ini

paling banyak dipilih oleh siswa sebanyak 4 macam, sedangkan

jumlah yang paling sedikit adalah 0 (artinya siswa sama sekali

tidak memilih jajanan yang diduga tidak aman).


75

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dengan

Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri

Cipayung 2 Kota Depok

Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan antara variabel pengetahuan siswa mengenai jajanan aman

dengan variabel perilaku memilih jajanan (p = 0.000, r = 0.471).

Hubungan antara kedua variabel tersebut memiliki kekuatan yang

sedang. Koefisien korelasi bernilai positif, artinya hubungan antara

kedua variabel sebanding, dimana pengetahuan yang baik disertai

dengan perilaku yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 53

responden (86,9%) memiliki pengetahuan baik yang disertai dengan

perilaku baik. Jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik

yang disertai dengan perilaku kurang baik sebanyak 8 orang (13,1%).

Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan dan perilaku yang sebanding.

Perilaku memilih jajanan timbul karena adanya kesesuaian

reaksi atau respon terhadap stimulus tertentu yaitu pengetahuan

mengenai jajanan aman. Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo

(2003) menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh 3

faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor

penguat. Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mendasari perilaku seseorang. Teori “Thoughs and Feeling” dari


76

(WHO, 1984) juga menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan

salah satu alasan seseorang berperilaku tertentu.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Safriana (2012). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan siswa tentang gizi dengan perilaku memilih jajanan

siswa di SDN Garot Kec Darul Imarah Kab Aceh Besar. Dari hasil

uji statistik antara variabel pengetahuan dan perilaku diperoleh nilai

p = 0.15. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purtiantini (2010), hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.185

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

pengetahuan mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku

memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang

Kartasura.

Pengetahuan yang baik belum tentu sejalan dengan perilaku

anak dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak faktor yang

mempengaruhi perilaku anak dalam memilih jajanan. Salah satu

faktornya dikarenakan pengetahuan yang diperoleh anak hanya

sebatas pengetahuan dasar tentang gizi makanan. Sementara

pengetahuan tentang BTP berbahaya pada jajanan, akibat

mengkonsumsi jajanan yang tidak aman, serta kebersihan jajanan

belum difokuskan.
77

2. Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku

Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2

Kota Depok

Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan antara variabel sikap siswa mengenai jajanan aman dengan

variabel perilaku memilih jajanan (p = 0.015, r = 0.273). Meskipun

terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, tetapi kekuatan

hubungannya lemah. Koefisien korelasi bernilai positif, artinya

hubungan antara kedua variabel tersebut sebanding, dimana sikap

yang mendukung disertai dengan perilaku yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 38

responden (86,4%) memiliki sikap mendukung yang disertai dengan

perilaku baik. Jumlah responden yang memiliki sikap mendukung

yang disertai dengan perilaku kurang baik sebanyak 6 orang (13,6%).

Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap

dan perilaku yang sebanding.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Safriana (2012). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0.000 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap siswa

dalam memilih makanan dengan perilaku siswa dalam memilih

jajanan di SDN Garot Kec Darul Imarah Kab Aceh Besar.

Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap

terjadinya perilaku seseorang yaitu faktor sosio psikologis. Faktor-

faktor sosio psikologis ini terdiri dari sikap, emosi, kepercayaan,


78

kebiasaan, dan kemauan. Sikap merupakan faktor yang sangat

penting dalam sosio psikologis karena merupakan kecenderungan

untuk bertindak dan berpersepsi. Sikap juga relatif akan menetap

lebih lama daripada emosi dan pikiran (Notoatmodjo, 2010).

Berbeda halnya dengan hasil penelitian ini, penelitian yang

dilakukan oleh Purtiantini (2010) menghasilkan nilai p yang

diperoleh yaitu sebesar 0.460. Berdasarkan nilai p tersebut

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap mengenai

pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan

di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura.

Menurut teori “Thoughs and Feeling” dari (WHO, 1984),

sikap positif terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud dalam

tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan

tersebut diantaranya yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan

tergantung pada situasi saat itu, berdasarkan pengalaman orang lain,

berdasarkan jumlah pengalaman seseorang, dan nilai. (Notoatmodjo,

2010).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, faktor

tidak tersedianya kantin sekolah yang memadai serta jajanan yang

sangat bervariasi yang dijual di sekitar sekolah menjadi faktor yang

mempengaruhi perilaku siswa dalam memilih jajanan. Sementara

jajanan yang dijual di sekitar sekolah pada umumnya adalah jajanan

yang tidak aman, seperti yang sering diberitakan di media massa,

sehingga siswa akan mengkonsumsi jajanan yang tersedia saja.


79

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah peneliti tidak

melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah jajanan yang

dijual di sekitar SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok adalah jajanan yang

aman atau tidak aman. Peneliti menentukan jajanan tersebut berdasarkan

ciri-ciri fisik yang terlihat saja, sehingga peneliti hanya dapat mengambil

kesimpulan jajanan tersebut diduga aman atau diduga tidak aman.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri

oleh peneliti sehingga item-item pernyataannya tidak mencakup teori

atau bahasan secara keseluruhan, melainkan hanya poin-poin pentingnya

saja. Kemungkinan adanya bias pada hasil penelitian dapat terjadi karena

bisa saja perilaku siswa dalam memilih jajanan tidak hanya dipengaruhi

oleh pengetahuan dan sikap, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti besarnya uang jajan, pengaruh teman sebaya, ketersediaan

jajanan, dan lain-lain.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada penelitian ini

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Berdasarkan jenis kelamin,

sebanyak 44 siswa perempuan (55,7%) dan 35 siswa laki-laki

(44,3%). Berdasarkan usia, sebanyak 3 orang berusia 10 tahun

(3,8%), 62 orang berusia 11 tahun (78,5%), dan 14 orang berusia 12

tahun (17,7%).

2. Sebagian besar responden (77,2%) memiliki pengetahuan yang baik

mengenai jajanan aman.

3. Lebih dari setengah responden (55,7%) memiliki sikap yang

mendukung mengenai jajanan aman.

4. Berdasarkan kategori jajanan yang diduga aman, makanan snack dan

minuman air putih adalah jajanan yang paling banyak dipilih oleh

responden, masing-masing memiliki persentase 91,1%.

5. Berdasarkan kategori jajanan yang diduga tidak aman, makanan

papeda (ditambah dengan saos) dengan persentase 27,8% serta

minuman es mambo dengan persentase 49,4% menjadi jajanan yang

paling banyak dipilih oleh responden.

80
81

6. Sebagian besar responden (75,9%) memiliki perilaku yang baik

dalam memilih jajanan.

7. Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya

hubungan bermakna antara pengetahuan mengenai jajanan aman

dengan perilaku memilih jajanan dengan perolehan p value = 0.000

dan nilai r = 0.471. Hubungan antara kedua variabel berkekuatan

sedang dan bernilai positif.

8. Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya

hubungan bermakna namun berkekuatan lemah antara sikap

mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan dengan

perolehan p value = 0.015 dan nilai r = 0.273.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan pada

bab sebelumnya, maka saran yang peneliti dapat sampaikan adalah:

1. Bagi Siswa

a. Perlu menambah pengetahuan tentang keamanan jajanan agar

dapat lebih mengenali jajanan yang sehat serta aman untuk

dikonsumsi.

b. Sebaiknya membiasakan membawa bekal makanan dan minuman

dari rumah agar tidak mengkonsumsi jajanan secara

sembarangan.
82

2. Bagi Pihak Sekolah

a. Perlu memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai

keamanan jajanan. Pengetahuan dapat diberikan melalui media

poster atau leaflet agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh

siswa.

b. Sebaiknya bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk

memberikan penyuluhan, pembinaan, serta pengawasan

mengenai kriteria jajanan aman dan sehat kepada para penjual

jajanan di lingkungan sekolah, sehingga para penjual menjadi

tahu dan peduli dengan mutu dan kriteria keamanan jajanan yang

dijualnya.

c. Perlu menyediakan fasilitas yang memadai seperti kantin serta

sarana untuk mencuci tangan agar aktivitas mencuci tangan

menjadi sebuah kebiasaan bagi warga sekolah dalam rangka

menjaga kebersihan diri.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi perilaku jajan. Selain itu juga diharapkan dapat

melakukan pemeriksaan laboratorium berkaitan dengan kandungan

dari jajanan sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, K. ”Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi


Konsumsi Makanan Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Pembangunan
Laboratorium Universitas Negeri Padang". Skripsi S1 Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Padang, 2011.
Aprillia, A. B., & Dieny, F. F. “The Factor Related to Snacks Preference in
Elementary School Children”. BIMGI, Vol.2 (2): 27, 2014.
Badan Intelijen Negara Republik Indonesia. ”Jajanan Berbahaya di Sekitar
Anak”. Artikel diakses pada 23 Januari 2015 dari
http://bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/012/jajanan-berbahaya-di-sekitar-
anak.
Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC, 2008.
BPOM RI. “ Jajanan Anak Sekolah”. Food Watch Sistem Keamanan Pangan
Terpadu, Vol I. (2007).
. “Pangan Jajanan Anak Sekolah”. Food Watch Sistem Keamanan
Pangan Terpadu, (2009): h.1
. “Pentingnya Promosi Keamanan Pangan di Sekolah untuk
Menyelamatkan Generasi Penerus”. Info POM, (November-Desember
2011): h.2
Dahlan, M. S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan
Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Ed.5.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Dharma, K. K. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: TIM, 2011.
Direktorat Bina Gizi. "Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar".
Kementerian Kesehatan RI, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta, 2011.
Febry, F. "Kebiasaan Jajan Pada Anak". Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat vol. 1
(2), 2010.
Hamida, K., Zulaekah, S., & Mutalazimah. “Penyuluhan Gizi dengan Media
Komik untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan
Jajanan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat: 67-73, 2012.
Hukormas. "Anak Usia Sekolah Menjadi Tumpuan Kualitas Bangsa".
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina
Gizi. Diakses pada 28 Desember 2014 dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/sekretariat/anak-usia-sekolah-menjadi-
tumpuan-kualitas-bangsa/.
Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinic, Jakarta:
2004.
Michael J. Gibney, B. M. Gizi Kesehatan Masyarakat. (E. A. Palupi Widyastuti,
Ed.) Jakarta: EGC, 2009.
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Nuraini, H. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Jakarta:
QultumMedia, 2007.
Nurgiyantoro, B. “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra
Anak”. Cakrawala Pendidikan Th. XXIV (2): 202, 2005.
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:
Pedoman skripsi, thesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta:
Salemba, 2008.
Purtiantini. "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan
dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al
Kautsar Gumpang Kartasura". Skripsi S1, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010.
Republika Penerbit. “Jajanan Anak Sekolah Masih Tidak Aman”. Artikel diakses
pada 23 Januari 2015 dari http://www.republikapenerbit.com/artikel/detail
info/367.
Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press, 2009.
Safriana. “Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012”. Skripsi S1,
Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia Depok, 2012.
Santoso, S. Statistik Nonparametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2010.
Simamora, B. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Sudarmawan. "Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan
Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Jajanan di SDN Sambikerep
II/480 Surabaya". Artikel diakses pada 28 November 2014 dari
http://ejournal.unesa.ac.id/data/journals/68/articles/1770/public/1770-
3342-1-PB.pdf.
Syafitri, Y., Syarief, H., & Baliwati, F. Y. “Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Gizi dan Pangan Vol.4 (3): 167-175, 2009.
Toyudho, E. S. “60 Persen Jajanan Sekolah Depok Tercemar Bakteri”.TEMPO, 9
November 2012. Diakses pada 19 Desember 2014 dari
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/09/083440648/60-Persen-
Jajanan-Sekolah-Depok-Tercemar-Bakteri.
Umar, H. Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset
Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan
Akuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta: EGC, 2008.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2

KISI-KISI INSTRUMEN

Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Jenis Pernyataan Nomor Item


Pengetahuan Jajanan aman Definisi jajanan 1. Jajanan aman adalah jajanan (+) 1
aman yang tidak mengandung
bahan berbahaya serta bebas
dari kuman dan bakteri
Kebersihan dan 1. Makanan yang bersih dan (+) 2-4
keutuhan jajanan tertutup termasuk makanan
yang aman untuk dimakan
2. Makanan yang terbungkus
lebih terjamin
kebersihannya
3. Jajanan yang bungkusnya
sudah rusak/penyok/bocor
tidak aman untuk dimakan
BTP berbahaya 1. Formalin, boraks, rhodamin (+) 5 - 12
dan cirinya B, dan methanil yellow
merupakan bahan tambahan
pembuat makanan yang
berbahaya
2. Formalin adalah bahan
berbahaya yang digunakan
untuk mengawetkan
makanan
3. Ciri-ciri makanan yang
mengandung formalin yaitu
kenyal dan tidak cepat
busuk
4. Boraks adalah bahan
berbahaya yang membuat
makanan menjadi lebih
kenyal
5. Boraks tidak boleh
digunakan sebagai bahan
pembuat makanan
6. Ciri-ciri bakso/cilok yang
mengandung boraks adalah
warnanya lebih putih
daripada biasanya
7. Jajanan yang warnanya
merah terang adalah ciri-ciri
jajanan tidak aman
8. Jajanan yang warnanya
membekas di tangan adalah
tanda bahwa jajanan
tersebut tidak aman
Akibat jajanan 1. Jajanan yang tidak aman (+) 13
tidak aman dapat menyebabkan rasa
mual, muntah, pusing, dan
juga diare
Upaya menjaga 1. Kebiasaan mencuci tangan (+) 14
kebersihan diri sebelum makan adalah salah
untuk pencegahan satu cara menjaga
dari kebersihan diri
ketidakamanan
jajanan
Sikap Jajanan aman Definisi jajanan 1. Pilih jajanan yang aman (+) 1
aman yaitu yang tidak
mengandung bahan
berbahaya serta bebas dari
kuman dan bakteri
Kebersihan dan 1. Pilih jajanan yang (+) 2-3
keutuhan jajanan tertutup/terbungkus dan
tidak dikerubungi lalat
2. Pilih jajanan di area/tempat
berjualan yang bersih
BTP berbahaya 1. Hindari membeli makanan (+) 4-6
dan cirinya yang tampak mengandung
boraks (misalnya: bakso
yang warnanya lebih putih
dari warna bakso pada
umumnya)
2. Pilih jajanan yang warnanya
tidak terlalu terang
3. Jajanan yang warnanya
terlalu terang tidak baik
untuk dikonsumsi
Upaya pencegahan 1. Sebelum membeli jajanan (+) 7- 11
dari kemasan (snack), lihat
ketidakamanan tanggal kadaluarsanya
jajanan 2. Sebelum membeli jajanan
kemasan (snack), baca label
makanan/label gizi yang
tercantum pada bungkusnya
3. Sebelum makan harus cuci
tangan terlebih dahulu
4. Sebelum membeli jajanan,
perhatikan kebersihan diri
penjualnya
5. Alat yang digunakan untuk
memasak/membuat jajanan
harus bersih
LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN

Kepada:

Adik-adik responden

Salam sejahtera,

Saya Rifka Triasari, mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul:

Hubungan Pengetahuan dan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku


Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.

Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan adik-adik untuk


berpartisipasi mengisi lembar pertanyaan yang sudah disediakan dengan
selengkap-lengkapnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban yang diberikan akan
terjamin dan hasil jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi nilai rapor
adik-adik.

Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.


Nomor:

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Kotak nomor yang terdapat di kanan atas tidak perlu diisi


2. Isilah data identitas responden
3. Berilah jawaban dari pernyataan-pernyataan yang tersedia dengan
memberikan tanda centang (√) pada kotak jawaban yang sudah tersedia
4. Jawablah sesuai dengan apa yang kamu ketahui

A. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin : L / P (lingkari salah satu)


2. Umur :
Kuesioner B

Petunjuk: Isilah dengan memberikan tanda centang (√)

NO PERNYATAAN BENAR SALAH


1 Jajanan aman adalah jajanan yang tidak
mengandung bahan berbahaya serta bebas dari
kuman dan bakteri
2 Makanan yang bersih dan tertutup termasuk
makanan yang aman untuk dimakan
3 Makanan yang terbungkus lebih terjamin
kebersihannya
4 Jajanan yang bungkusnya sudah
rusak/penyok/bocor tidak aman untuk dimakan
5 Formalin, boraks, rhodamin B, dan methanil yellow
merupakan bahan tambahan pembuat makanan
yang berbahaya
6 Formalin adalah bahan berbahaya yang digunakan
untuk mengawetkan makanan
7 Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin yaitu
kenyal dan tidak cepat busuk
8 Boraks adalah bahan berbahaya yang membuat
makanan menjadi lebih kenyal
9 Boraks tidak boleh digunakan sebagai bahan
pembuat makanan
10 Ciri-ciri bakso/cilok yang mengandung boraks
adalah warnanya lebih putih daripada biasanya
11 Jajanan yang warnanya merah terang adalah ciri-ciri
jajanan tidak aman
12 Jajanan yang warnanya membekas di tangan adalah
tanda bahwa jajanan tersebut tidak aman
13 Jajanan yang tidak aman dapat menyebabkan rasa
mual, muntah, pusing, dan juga diare
14 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah
salah satu cara menjaga kebersihan diri
Kuesioner C

Petunjuk: Isilah dengan memberikan tanda centang (√)

NO PERNYATAAN SETUJU TIDAK


SETUJU
1 Pilih jajanan yang aman yaitu yang tidak
mengandung bahan berbahaya serta bebas dari
kuman dan bakteri
2 Pilih jajanan yang tertutup/terbungkus dan tidak
dikerubungi lalat
3 Pilih jajanan di area/tempat berjualan yang bersih
4 Hindari membeli makanan yang tampak
mengandung boraks (misalnya: bakso yang
warnanya lebih putih dari warna bakso pada
umumnya)
5 Pilih jajanan yang warnanya tidak terlalu terang
6 Jajanan yang warnanya terlalu terang tidak baik
untuk dikonsumsi
7 Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), lihat
tanggal kadaluarsanya
8 Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), baca
label makanan/label gizi yang tercantum pada
bungkusnya
9 Sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu
10 Sebelum membeli jajanan, perhatikan kebersihan
diri penjualnya
11 Alat yang digunakan untuk memasak/membuat
jajanan harus bersih
Kuesioner D

Petunjuk: Beri tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan jajanan yang
kamu pilih selama 2 hari yang lalu.

Contoh:

Ya Tidak
Batagor √
*ditambah dengan saos √

Ya Tidak
Batagor √
*ditambah dengan saos √

No Jenis Jajanan Ya Tidak


1. Martabak mini
2. Batagor
*ditambah dengan saos
3. Cilok kuah
*ditambah dengan saos
4. Papeda
*ditambah dengan saos
5. Kojek
*ditambah dengan saos
6. Cireng isi
7. Snack (seperti chiki, wafer, kerupuk, keripik,
permen, dan lain-lain)
8. Pisang bakar
9. Macaroni
10. Sosis, Baso bakar
*ditambah dengan saos/bubuk cabai
11. Nasi goreng
12. Nyam-nyam
13. Minuman seduh (seperti pop ice, nutri sari, jas
jus, dan lain-lain)
14. Minuman gelas/botol (seperti teh gelas, ale-ale,
dan lain-lain)
15. Air putih
16. Es mambo
17. Es kocok
LAMPIRAN 4

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN

1. Instrumen Pengetahuan

ptot

Pearson Correlation .581**


p1 Sig. (2-tailed) .001
N 30
Pearson Correlation .363*
p2 Sig. (2-tailed) .049
N 30
Pearson Correlation .501**
p3 Sig. (2-tailed) .005
N 30
Pearson Correlation .506**
p4 Sig. (2-tailed) .004
N 30
Pearson Correlation .363*
p5 Sig. (2-tailed) .049
N 30
Pearson Correlation .311
p6 Sig. (2-tailed) .094
N 30
Pearson Correlation .412*
p7 Sig. (2-tailed) .024
N 30
Pearson Correlation .545**
p8 Sig. (2-tailed) .002
N 30
Pearson Correlation .412*
p9 Sig. (2-tailed) .024
N 30
Pearson Correlation .250
p10 Sig. (2-tailed) .182
N 30
Pearson Correlation .541**
p11 Sig. (2-tailed) .002
N 30
Pearson Correlation .501**
p12 Sig. (2-tailed) .005
N 30
Pearson Correlation .457*
p13 Sig. (2-tailed) .011
N 30
Pearson Correlation .464**
p14 Sig. (2-tailed) .010
N 30
Pearson Correlation .338
p15 Sig. (2-tailed) .068
N 30
Pearson Correlation 1
ptot Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

2. Instrumen Sikap

stot

Pearson Correlation .416*


s1 Sig. (2-tailed) .022
N 30
Pearson Correlation -.076
s2 Sig. (2-tailed) .690
N 30
Pearson Correlation .464**
s3 Sig. (2-tailed) .010
N 30
Pearson Correlation .355
s4 Sig. (2-tailed) .054
N 30
Pearson Correlation .520**
s5 Sig. (2-tailed) .003
N 30
Pearson Correlation .476**
s6 Sig. (2-tailed) .008
N 30
s7 Pearson Correlation .355
Sig. (2-tailed) .054
N 30
Pearson Correlation .466**
s8 Sig. (2-tailed) .009
N 30
Pearson Correlation .432*
s9 Sig. (2-tailed) .017
N 30
Pearson Correlation .416*
s10 Sig. (2-tailed) .022
N 30
Pearson Correlation .476**
s11 Sig. (2-tailed) .008
N 30
Pearson Correlation .466**
s12 Sig. (2-tailed) .009
N 30
Pearson Correlation .285
s13 Sig. (2-tailed) .127
N 30
Pearson Correlation .611**
s14 Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pearson Correlation .433*
s15 Sig. (2-tailed) .017
N 30
Pearson Correlation 1
stot Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
LAMPIRAN 5

HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

1. Instrumen Pengetahuan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total


p 0,833 0,9 0,867 0,8 0,9 0,933 0,867 0,867 0,867 0,933 0,833 0,867 0,867 0,9 0,833
q 0,167 0,1 0,133 0,2 0,1 0,067 0,133 0,133 0,133 0,067 0,167 0,133 0,133 0,1 0,167
pq 0,139 0,09 0,116 0,16 0,09 0,062 0,116 0,116 0,116 0,062 0,139 0,116 0,116 0,09 0,139 1,664

Vt 4,862

( )( )

( )( )

= 0,704
2. Instrumen Sikap

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 Total


p 0,933 0,967 0,9 0,9 0,833 0,833 0,9 0,867 0,833 0,933 0,833 0,867 0,933 0,867 0,767
q 0,067 0,033 0,1 0,1 0,167 0,167 0,1 0,133 0,167 0,067 0,167 0,133 0,067 0,133 0,233
pq 0,062 0,032 0,09 0,09 0,139 0,139 0,09 0,116 0,139 0,062 0,139 0,116 0,062 0,116 0,179 1,57

Vt 4,139

( )( )

( )( )

= 0,664
LAMPIRAN 6

LEMBAR OBSERVASI

Nama Jajanan Kriteria Jajanan Kesimpulan


Pengolahan Penyajian Label kemasan (tanggal Tampilan fisik
kadaluarsa, komposisi, Warna
terdaftar BPOM/Depkes)
Martabak mini Langsung Tertutup Tidak ada Warna Coklat muda Diduga aman
dan bersih
Batagor Langsung Tertutup Tidak ada Warna Coklat muda Diduga aman
dan bersih
*ditambah dengan saos Tidak Tidak Tidak ada Warna merah, tidak Diduga tidak
langsung diketahui homogen (ada yang aman
menggumpal)
Cilok kuah Langsung Tertutup Tidak ada Warna abu kecoklatan Diduga aman
dan bersih
*ditambah dengan saos Tidak Tidak Tidak ada Warna merah, tidak Diduga tidak
langsung diketahui homogen (ada yang aman
menggumpal)
Papeda Langsung Tertutup Tidak ada Warna putih kekuningan Diduga aman
dan bersih
*ditambah dengan saos Tidak Tidak Tidak ada Warna merah, tidak Didua tidak
langsung diketahui homogen (ada yang aman
menggumpal)
Kojek Langsung Tertutup Tidak ada Warna putih, tampak Diduga aman
dan bersih potongan daun seledri
*ditambah dengan saos Tidak Tidak Tidak ada Warna merah, tidak Diduga tidak
langsung diketahui homogen (ada yang aman
menggumpal)
Cireng isi Langsung Tertutup Tidak ada Warna kuning Diduga aman
dan bersih kecoklatan
Snack (seperti chiki, Tidak Tertutup Ada Tidak diketahui Diduga aman
wafer, kerupuk, keripik, langsung
permen, dan lain-lain)
Pisang bakar Langsung Tertutup Ada Warna kuning Diduga aman
Macaroni Tidak Tertutup Tidak ada Warna putih kekuningan Diduga aman
langsung dan bersih
Sosis, Baso bakar Langsung Tertutup Tidak ada Sosis warna merah, Diduga aman
dan bersih bakso warna abu
kecoklatan
*ditambah dengan Tidak Tidak Tidak ada Warna merah, tidak Diduga tidak
saos/bubuk cabai langsung diketahui homogen (ada yang aman
menggumpal)
Nasi goreng Tidak Tertutup Tidak ada Warna coklat Diduga aman
langsung dan bersih
Nyam-nyam Tidak Tertutup Tidak ada Warna-warni (tidak Diduga aman
langsung dan bersih terlalu terang)
Minuman seduh (seperti Tidak Tertutup Ada Tidak diketahui Diduga aman
pop ice, nutri sari, jas langsung dan bersih
jus, dan lain-lain)
Minuman gelas/botol Tidak Tertutup Ada Tidak diketahui Diduga aman
(seperti teh gelas, ale- langsung dan bersih
ale, dan lain-lain)
Air putih Tidak Tertutup Ada Warna putih Diduga aman
langsung dan berish
Es mambo Tidak Tertutup Tidak ada Warna-warni (warna Diduga tidak
lansgung dan bersih agak terang) aman
Es kocok Langsung Tertutup Tidak ada Warna merah (warna Diduga tidak
dan bersih agak terang) aman
LAMPIRAN 7

HASIL UJI NORMALITAS INSTRUMEN

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur .446 79 .000 .601 79 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jenis kelamin .369 79 .000 .632 79 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total p .315 79 .000 .654 79 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total s .293 79 .000 .636 79 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
total pr tidak aman .230 79 .000 .897 79 .000
a. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 8

HASIL OLAHAN SPSS UNIVARIAT

a. Jenis Kelamin
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 35 44.3 44.3 44.3
Valid Perempuan 44 55.7 55.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

b. Usia
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
10 3 3.8 3.8 3.8
11 62 78.5 78.5 82.3
Valid
12 14 17.7 17.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

c. Pengetahuan
Statistics
total p
Valid 79
N
Missing 0
Mean 12.80
Median 13.00
Minimum 4
Maximum 14

Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik 61 77.2 77.2 77.2
Valid Kurang 18 22.8 22.8 100.0
Total 79 100.0 100.0
d. Sikap

Statistics
total s
Valid 79
N
Missing 0
Mean 10.32
Median 11.00
Minimum 6
Maximum 11

Kategori Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Mendukung 44 55.7 55.7 55.7
Valid Tidak Mendukung 35 44.3 44.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

e. Perilaku
martabak mini
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 39 49.4 49.4 49.4
Valid Ya 40 50.6 50.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

batagor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 32 40.5 40.5 40.5
Valid Ya 47 59.5 59.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

cilok kuah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 33 41.8 41.8 41.8
Valid Ya 46 58.2 58.2 100.0
Total 79 100.0 100.0
papeda
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 29 36.7 36.7 36.7
Valid Ya 50 63.3 63.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

kojek
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 50 63.3 63.3 63.3
Valid Ya 29 36.7 36.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

cireng isi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 47 59.5 59.5 59.5
Valid Ya 32 40.5 40.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

snack
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 7 8.9 8.9 8.9
Valid Ya 72 91.1 91.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

pisang bakar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 46 58.2 58.2 58.2
Valid Ya 33 41.8 41.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

macaroni
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 37 46.8 46.8 46.8
Valid Ya 42 53.2 53.2 100.0
Total 79 100.0 100.0
sosis dan bakso bakar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 42 53.2 53.2 53.2
Valid Ya 37 46.8 46.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

nasi goreng
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 31 39.2 39.2 39.2
Valid Ya 48 60.8 60.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

nyam-nyam
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 56 70.9 70.9 70.9
Valid Ya 23 29.1 29.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

minuman seduh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 13 16.5 16.5 16.5
Valid Ya 66 83.5 83.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

minuman gelas/botol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 23 29.1 29.1 29.1
Valid Ya 56 70.9 70.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

air putih
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 7 8.9 8.9 8.9
Valid Ya 72 91.1 91.1 100.0
Total 79 100.0 100.0
Statistics
total pr aman
Valid 79
N
Missing 0
Mean 8.77
Median 9.00
Minimum 3
Maximum 15

batagor + saos
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 64 81.0 81.0 81.0
Valid Ya 15 19.0 19.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

cilok kuah + saos


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 62 78.5 78.5 78.5
Valid Ya 17 21.5 21.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

papeda + saos
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 57 72.2 72.2 72.2
Valid Ya 22 27.8 27.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

kojek + saos
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 69 87.3 87.3 87.3
Valid Ya 10 12.7 12.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

sosis dan bakso bakar + saos


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 66 83.5 83.5 83.5
Valid
Ya 13 16.5 16.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

es mambo
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 40 50.6 50.6 50.6
Valid Ya 39 49.4 49.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

es kocok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak 58 73.4 73.4 73.4
Valid Ya 21 26.6 26.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

Statistics
total pr tidak aman
Valid 79
N
Missing 0
Mean 1.73
Median 2.00
Minimum 0
Maximum 4

Kategori Perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik 60 75.9 75.9 75.9
Valid Kurang 19 24.1 24.1 100.0
Total 79 100.0 100.0
LAMPIRAN 9

HASIL OLAHAN SPSS BIVARIAT

a. Pengetahuan dengan Perilaku

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Pengetahuan *
79 100.0% 0 0.0% 79 100.0%
Kategori Perilaku

Kategori Pengetahuan * Kategori Perilaku Crosstabulation


Kategori Perilaku Total
Baik Kurang
Count 53 8 61
% within Kategori
Baik 86.9% 13.1% 100.0%
Pengetahuan
% of Total 67.1% 10.1% 77.2%
Kategori Pengetahuan
Count 7 11 18
% within Kategori
Kurang 38.9% 61.1% 100.0%
Pengetahuan
% of Total 8.9% 13.9% 22.8%
Count 60 19 79
% within Kategori
Total 75.9% 24.1% 100.0%
Pengetahuan
% of Total 75.9% 24.1% 100.0%

Correlations
Kategori Kategori
Pengetahuan Perilaku
Correlation Coefficient 1.000 .471**
Kategori Pengetahuan Sig. (2-tailed) . .000
N 79 79
Spearman's rho **
Correlation Coefficient .471 1.000
Kategori Perilaku Sig. (2-tailed) .000 .
N 79 79
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Sikap dengan Perilaku

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Sikap * Kategori
79 100.0% 0 0.0% 79 100.0%
Perilaku

Kategori Sikap * Kategori Perilaku Crosstabulation


Kategori Perilaku Total
Baik Kurang
Count 38 6 44
Mendukung % within Kategori Sikap 86.4% 13.6% 100.0%
% of Total 48.1% 7.6% 55.7%
Kategori Sikap
Count 22 13 35
Tidak Mendukung % within Kategori Sikap 62.9% 37.1% 100.0%
% of Total 27.8% 16.5% 44.3%
Count 60 19 79
Total % within Kategori Sikap 75.9% 24.1% 100.0%
% of Total 75.9% 24.1% 100.0%

Correlations
Kategori Sikap Kategori
Perilaku
Correlation Coefficient 1.000 .273*
Kategori Sikap Sig. (2-tailed) . .015
N 79 79
Spearman's rho *
Correlation Coefficient .273 1.000
Kategori Perilaku Sig. (2-tailed) .015 .
N 79 79
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
c. Crosstab Jenis Kelamin dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

jenis kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Kategori Pengetahuan Total
Baik Kurang
Count 23 12 35
Laki-laki
% within jenis kelamin 65.7% 34.3% 100.0%
jenis kelamin
Count 38 6 44
Perempuan
% within jenis kelamin 86.4% 13.6% 100.0%
Count 61 18 79
Total
% within jenis kelamin 77.2% 22.8% 100.0%

jenis kelamin * Kategori Sikap Crosstabulation


Kategori Sikap Total
Mendukung Tidak
Mendukung
Count 15 20 35
Laki-laki
% within jenis kelamin 42.9% 57.1% 100.0%
jenis kelamin
Count 29 15 44
Perempuan
% within jenis kelamin 65.9% 34.1% 100.0%
Count 44 35 79
Total
% within jenis kelamin 55.7% 44.3% 100.0%

jenis kelamin * Kategori Perilaku Crosstabulation


Kategori Perilaku Total
Baik Kurang
Count 24 11 35
Laki-laki
% within jenis kelamin 68.6% 31.4% 100.0%
jenis kelamin
Count 36 8 44
Perempuan
% within jenis kelamin 81.8% 18.2% 100.0%
Count 60 19 79
Total
% within jenis kelamin 75.9% 24.1% 100.0%
d. Crosstab Usia dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

usia* Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Kategori Pengetahuan Total
Baik Kurang
Count 3 0 3
10
% within usia 100.0% 0.0% 100.0%
Count 48 14 62
usia 11
% within usia 77.4% 22.6% 100.0%
Count 10 4 14
12
% within usia 71.4% 28.6% 100.0%
Count 61 18 79
Total
% within usia 77.2% 22.8% 100.0%

usia * Kategori Sikap Crosstabulation


Kategori Sikap Total
Mendukung Tidak Mendukung
Count 2 1 3
10
% within usia 66.7% 33.3% 100.0%
Count 35 27 62
usia 11
% within usia 56.5% 43.5% 100.0%
Count 7 7 14
12
% within usia 50.0% 50.0% 100.0%
Count 44 35 79
Total
% within usia 55.7% 44.3% 100.0%

usia* Kategori Perilaku Crosstabulation


Kategori Perilaku Total
Baik Kurang
Count 3 0 3
10
% within usia 100.0% 0.0% 100.0%
Count 50 12 62
usia 11
% within usia 80.6% 19.4% 100.0%
Count 7 7 14
12
% within usia 50.0% 50.0% 100.0%
Count 60 19 79
Total
% within usia 75.9% 24.1% 100.0%
LAMPIRAN 10

HASIL REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN

A. Instrumen Pengetahuan

No JK Usia P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Ptotal


1 L 12 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7
2 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
3 P 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
4 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
5 L 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
6 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
7 P 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
8 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
9 L 12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
10 P 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
11 L 12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
12 P 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
13 P 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
14 P 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
15 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
16 P 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
17 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
18 L 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
19 P 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
20 L 12 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 7
21 P 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
22 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
23 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
24 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
25 P 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
26 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
27 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
28 P 11 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 7
29 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
30 P 11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
31 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
32 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
33 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
34 P 12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
35 P 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
36 P 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
37 P 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
38 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
39 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
40 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
41 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
42 L 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12
43 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
44 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
45 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
46 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
47 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
48 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
49 L 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
50 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
51 P 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
52 L 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11
53 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
54 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
55 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
56 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
57 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
58 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
59 L 11 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 10
60 L 11 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12
61 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
62 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
63 L 11 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11
64 L 12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11
65 P 11 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11
66 L 11 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11
67 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
68 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
69 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
70 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
71 P 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
72 P 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13
73 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
74 P 11 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11
75 P 11 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11
76 L 11 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 11
77 L 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
78 P 11 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11
79 L 11 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12
79 78 65 71 71 67 74 63 75 76 70 69 74 79 1011

B. Instrumen Sikap

No JK Usia S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 Stotal


1 L 12 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 6
2 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
3 P 10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
4 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
5 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
6 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
7 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
8 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
9 L 12 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9
10 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
11 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
12 P 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
13 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
14 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
15 L 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9
16 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
17 L 11 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9
18 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
19 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
20 L 12 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 7
21 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
22 L 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
23 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
24 P 12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
25 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
26 P 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
27 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
28 P 11 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 7
29 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
30 P 11 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 6
31 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
32 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
33 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
34 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
35 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
36 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
37 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
38 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
39 L 12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
40 P 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
41 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
42 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
43 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
44 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
45 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
46 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
47 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
48 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
49 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
50 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
51 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
52 L 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
53 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
54 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
55 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
56 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
57 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
58 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
59 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
60 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
61 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
62 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
63 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
64 L 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
65 P 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9
66 L 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
67 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
68 L 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
69 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
70 P 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
71 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
72 P 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
73 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
74 P 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
75 P 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 9
76 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10
77 L 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
78 P 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
79 L 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
79 79 78 70 69 66 79 79 77 67 72 815

C. Instrumen Perilaku

Total Total
yang yang
diduga diduga
aman tidak
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 aman
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 12 3
2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 10 1
3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13 2
4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 7 2
5 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 13 0
6 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 8 2
7 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 9 1
8 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 12 1
9 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 4
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 1
11 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14 3
12 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 0
14 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 13 1
15 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 11 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 1
17 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12 1
18 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 9 2
19 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 11 1
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 11 4
21 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 7 1
22 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 9 2
23 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5 0
24 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 3
25 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9 3
26 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 11 1
27 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 11 2
28 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 4
29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 7 1
30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 4
31 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8 3
32 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 13 2
33 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 3
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 5 1
35 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 11 1
36 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 7 1
37 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 11 2
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 7 1
39 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7 1
40 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 11 2
41 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 9 3
42 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13 3
43 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 8 2
44 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10 1
45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 1
46 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 8 2
47 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 7 3
48 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 6 2
49 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 10 3
50 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 6 2
51 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 6 1
52 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 2
53 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 9 0
54 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 11 2
55 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 0
56 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 11 0
57 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 6 1
58 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 1
59 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 10 2
60 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 8 2
61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4 1
62 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12 1
63 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 9 4
64 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 4
65 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7 3
66 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 9 2
67 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 10 1
68 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 10 1
69 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 11 1
70 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 2
71 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 13 1
72 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 8 1
73 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0
74 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 11 2
75 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 2
76 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 8 3
77 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 7 1
78 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 6 3
79 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 2
4 4 4 2 1
0 7 15 6 17 50 22 9 0 32 72 33 42 37 13 48 23 66 56 72 39 21 693 137

You might also like