You are on page 1of 29

Laporan Kasus

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DENGAN GEJALA


SKIZOFRENIA

Disusun Oleh:

Safitri Muhlisa 04084821719194


Pika Ranita Annisaa’ 040

Pembimbing:
dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus


Gangguan Psikotik Akut Dengan Gejala Skizofrenia

Oleh
Safitri Muhlisa
Pika Ranita Annisaa’

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, November 2018


Pembimbing

dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gangguan Psikotik Akut Dengan
Gejala Skizofrenia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RS Ernaldi Bahar
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta
semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Palembang, November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................3
2.1 Identifikasi Pasien..........................................................................3
2.2 Anamnesis......................................................................................3
2.3 Pemeriksaan..................................................................................12
2.4 Pemeriksaan Lain.........................................................................16
2.5 Diagnosis Multiaksial...................................................................16
2.6 Diagnosis Differensial..................................................................16
2.7 Terapi............................................................................................17
2.8 Prognosis......................................................................................17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................18
3.1 Definisi.........................................................................................18
3.2 Epidemiologi................................................................................18
3.3 Etiologi.........................................................................................19
3.4 Stresor Psikososial........................................................................20
3.5 Gambaran Klinis...........................................................................22
3.6 Diagnosis .....................................................................................23
3.7 Diagnosis Banding ......................................................................25
3.8 Tatalaksana ..................................................................................26
3.9 Prognosis .....................................................................................27
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV)
mengomindasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikosis
singkat/ gangguan psikotik akut /brief psychotic disorder. Pertama gangguan
berlangsung singkat, didefinisikan di dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu
bulan tetapi sekurangnya satu hari, gejala mungkin memenuhi atau tidak
memenuhi criteria doagnosis untuk skizofrenia. Kedua, gangguan mungkin
berkembang sebagai respon terhadap stressor psikososial yang parah atau
kumpulan stressor.1
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh.1 Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan
gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.2
Pasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan
kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah
perkembangan gejala psikotik. Secara psikodinamika terdapat mekanisme
menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya
tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori psikodinamika yang
lainnya adalah bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi
yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu pelepasan dari
situasi psikosial tertentu. 2
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan
skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di
negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya
bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada
sebelumnya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang), dan orang yang pernah mengalami perubahan
kultural yang besar (misalnya imigran).1

5
6

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identifikasi Pasien


Nama : Ny. SN
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Sumatera selatan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai salon
Agama : Islam
Alamat : Sekojo, Palembang
Datang ke RS : Rabu, 31 Oktober 2018
Cara ke RS : Diantar oleh keluarga
Tempat Pemeriksaan : IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar

2.2 Anamnesis
A. Alloanamnesis
Diperoleh dari : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

a. Sebab utama
Os sering merasa gelisah dan tidak bisa mengurus diri sendiri.

b. Keluhan utama
Os merasa sesak dan tidak bisa bernapas.

c. Riwayat perjalanan penyakit


Sejak ± 2 minggu yang lalu, pasien jalan-jalan ke daerah
Pagar Alam dan Bengkulu selama 4 hari. Setelah pulang ke
Palembang, pasien mulai gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien
mengeluh sering terbangun setiap 5 menit sekali setiap tidur.
Sejak ± 1 minggu SMRS, Pasien mulai berbicara melantur
dan tidak jelas. Pasien merasa malu dengan apa yang sudah terjadi
pada dirinya. Pasien mengeluh sakit tenggorokan. Pasien mengaku
sering mendengar suara-suara bisikan orang serta melihat sesosok
7

laki-laki. Pasien sering mondar mandir di rumah dan tidak dapat


diam untuk waktu yang lama. Pasien juga sering menangis secara
tiba-tiba. Pasien juga mengeluhkan tangannya sering gemetar.
Pasien juga tidak mau makan walaupun sudah dipaksa oleh
keluarganya.
Sejak 4 hari SMRS, Pasien mengeluh tidak dapat bernapas
sehingga berpikir dirinya akan mati. Pasien tidak mau makan, dan
tidak dapat mandi sendiri. Pasien pernah mencoba ingin bunuh diri
dengan menjerat leher menggunakan hordeng tapi sempat ditolong.
Sejak 1 hari SMRS, Pasien mengamuk dan berteriak kencang
karena merasa bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan
memaksa keluarga untuk mencabut paku tersebut. Pasien gelisah,
tidak mau makan, dan merasa sesak. Kaki dan tangan pasien
gemetaran dan tidak dapat dikontrol. Pasien berteriak. Menurut
keluarga, pasien mulai berubah perilaku semenjak habis jalan-jalan
dengan pacarnya. Pasien Kemudian pasien dibawa ke IGS Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang.

d. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat trauma kepala disangkal
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat stroke disangkal

e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis, dibantu
bidan
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik
- Dewasa : sosialisasi baik

f. Riwayat pendidikan
SMA (lulus SMA)

g. Riwayat pekerjaan
Pegawai salon
8

h. Riwayat konsumsi obat-obatan dan alkohol


Riwayat konsumsi obat-obatan dan alkohol disangkal

i. Riwayat gaya hidup


Riwayat merokok disangkal, pasien jarang berolahraga.

j. Riwayat perkawinan
Belum menikah.

k. Keadaan sosial ekonomi


Os tinggal bersama ayah,ibu dan 3 saudara laki-lakinya dengan
sosial ekonomi menengah ke bawah.

l. Riwayat keluarga
Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Pedigree:

Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan

B. Autoanamnesis dan Observasi


Wawancara dan observasi dilakukan pada Rabu, 31 Oktober 2018
pukul 18.30 s.d.19.30 WIB di IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa
Palembang. Pasien memiliki tingkat kesadaran compos mentis sehingga
dapat dianamnesis. Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan kurang.

Tabel 1. Percakapan terhadap pasien dan dokter muda


INTERPRETASI
PEMERIKSA PASIEN
PSIKOPATOLOGI
“Selamat pagi, Ibu. “Pagi (tidak melihat Kontak fisik, mata 9
Perkenalkan saya Pika dan kearah dokter)” dan verbal tidak
ini teman saya Safitri, baik.
dokter muda bagian jiwa.”
(tersenyum dan
mengulurkan tangan)

“Jadi bu, kami mau izin “Iyo” Bicara jelas.


tanya jawab tentang
keluhan ibu, boleh, bu?”

“Siapa namanya bu?” “Suryaningsih” Sikap kurang


kooperatif.

“Umur ibu berapa?” “Masih mudo” Daya ingat kurang


baik.

“Tinggalnya dimana bu?” “Sekojo”

“Ibu tau ini jam berapa “(pasien tidak Orientasi waktu


apa, hari apa?” menjawab)” terganggu.

“Ini lagi dimano bu?” “Rumah Sakit” Orientasi tempat


baik.

“Ibu tau kesini sama “Dengan bapak aku, Orientasi orang


siapa?” pacar aku” baik.

“Aku gamau sakit kaya


“Jadi ibu sekarang Kontak fisik, mata
gini, aku ga punya
keluhannyo apo? dan verbal tidak
napas”
baik.

(lalu pasien menanya


dengan pacarnya)

“Yang kamu ada napas


ga? Kamu masih hidup
ga? Aku udah mati, aku
10

2.3 Pemeriksaan
A. Status Internus
Keadaan Umum
- Sensorium : Compos Mentis
- Frekuensi nadi : 84 x/menit
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Suhu : 36,60C
- Frekuensi napas : 20 x/menit

B. Status Neurologikus
1) Syaraf kepala (pancaindera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
- Gerakan : baik ke segala arah
- Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
- Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
- Refleks cahaya : +/+
- Refleks kornea : +/+
- Pemeriksaan oftalmoskopi: tidak dilakukan
4) Motorik
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan
5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -

5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada

C. Status Psikiatrikus
Keadaan Umum
a. Sensorium : Kompos Mentis
b. Perhatian : Tidak Adekuat
c. Sikap : Tidak kooperatif
d. Inisiatif : Adekuat
11

e. Tingkah laku motorik : Normal


f. Ekspresi fasial : Wajar
g. Cara bicara : Lancar
h. Kontak psikis : Tidak Adekuat
Kontak fisik : Tidak Adekuat
Kontak mata : Tidak Adekuat
Kontak verbal : Tidak Adekuat

Keadaan Khusus (Spesifik)


a. Keadaan afektif
Afek : labil
Mood : tidak bisa dinilai

b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : normal

c. Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : tidak baik
Orientasi orang/waktu/tempat : tidak baik (waktu)
Luas pengetahuan umum : sesuai
Discriminative judgement : baik
Discriminative insight : baik
Dugaan taraf intelegensi : tidak dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi


Ilusi : tidak ada
12

Halusinasi : halusinasi pendengaran


halusinasi penglihatan

e. Keadaan proses berpikir


Arus pikiran
- Flight of ideas : tidak ada
- Inkoherensi : tidak ada
- Sirkumstansial : ada
- Tangensial : tidak ada
- Terhalang (blocking) : tidak ada
- Terhambat (inhibition) : tidak ada
- Perseverasi : tidak ada
- Verbigerasi : tidak ada

Isi Pikiran
- Waham : tidak ada
- Pola Sentral : tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Konfabulasi : tidak ada
- Perasaan inferior : tidak ada
- Kecurigaan : tidak ada
- Rasa permusuhan : tidak ada
- Perasaan berdosa : tidak ada
- Hipokondria : tidak ada
- Ide bunuh diri : ada
- Ide melukai diri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
- Obsesi : tidak ada
- Aliensi : tidak ada

f. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan


Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
13

Kegaduhan umum : tidak ada


Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

g. Kecemasan : ada

h. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : tidak rapi
Sopan santun : cukup

i. Reality testing ability


RTA tidak terganggu

2.4 Pemeriksaan Lain


a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin dll : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

2.5 Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala
Skizofrenia
Aksis II : F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF scale 50-41

2.6 Diagnosis Differensial


F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) Akut
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya

2.7 Terapi
a. Psikofarmaka
- CPZ 1x 25mg
- Risperidone 1x2 mg
14

- THP 2x2 mg

b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam
menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.

Kognitif dan Perilaku


Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
kekhawatiran terhadap anak yang tinggal jauh dari rumah dan
perasaan cemas terhadap kabar buruk tentang orang yang meninggal,
serta sikap dalam menghadapi masalah tersebut.

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan
sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang
dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional
premorbid.1,2
3.2. Epidemiologi
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan
skizofrenia, kejadian nonafective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih
tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa
dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada
pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan
kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan
kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan
orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya
imigran ).2
3.3. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan
psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM
IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik
singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik
utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan
termasuk gangguan yang heterogen.2
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau
lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status

15
16

imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi
mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.2
3.4. Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita
skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan
merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu sebagai berikut.
1) Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di
dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal.
2) Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine
(suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yang dapat
mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien.
3) Densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak
pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat
antipsikosis.
4) Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas
reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang
yang tidak menderita skizofrenia.
5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah
jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urine.
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor
dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di
dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak
tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3
17

3.5. Manifestasi Klinis


Gambaran utama perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :2
 Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
 Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
 Kebingungan atau disorientasi
 Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau
lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa
alasan.
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu
gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak
selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada
skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi
dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala
karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional,
pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan
gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa
gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis
delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun
hasilnya mungkin negatif.1
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah
yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik
atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil
atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan,
halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu,
gangguan memori, dan wawasan miskin.4
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk
membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien.
Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala
prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti
18

zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu
memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor
pencetus. 4
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan
yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna
pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat
dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa
keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi
mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan
peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain
berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan
stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh
urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir
tidak mungkin.4
3.6. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut.1
 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya).
 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa
diamati/diawasi oleh orang lain).
 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
 Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).
19

Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala


psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan
yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan
dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum,
diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang
tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis
sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham
adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform (jika gejala
berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah
berlangsung lebih dari 6 bulan).2

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
- Waham
- Halusinasi
- Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
- Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara
kultural.

Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang
dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.

Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan
ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.2
Sebutkan jika:

Dengan stresor nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau
bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir
setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
20


Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian
atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi
hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang
tersebut.

Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu
setelah persalinan.

Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan
melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III :1,2

1) F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia


Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham,
dan gangguan persepsi, tetapi bersifat sangat variasi dan berubah – ubah
dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam. Emosional dengan berbagai
perasaan senang dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas juga sering ada.
Gambaran klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu
berubah itu merupakan hal yang bersifat khas walaupun kadang gejala
afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria untuk episode manik (F30.-),
episode depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-) tidak terpenuhi. Penyakit
ini cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan
gejala – gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak terdapat
stres pencetus yang jelas. Apabila menetap sampai 3 bulan maka
diagnosis harus berubah. Gangguan waham menetap (F22,-) atau
gangguan psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan
diagnosis yang paling cocok.
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan
psikotik yang jelas dalam waktu 2 minggu atau kurang).
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam
jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
21

c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya.


d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada
secara cukup konsisten, sehingga dapat memenuhi kriteria skizofrenia
(F20.-) atau episode manik (F30.-).1
2) F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk
gangguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai
gejala skizofrenia yang khas.1
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk
gangguan psikotik polimorfik akut harus dipenuhi, sebagai tambahan,
gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul gambaran klinis
psikotik itu secara jelas. Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih
dari sebulan maka diagnostic berubah menjadi skizofrenia (F20.-).1
3) F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara
komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia
(F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu
derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak
separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0).1
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:1
- Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu
keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik) .
- Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-)
harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya
gambaran klinis yang jelas psikotik.
Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi apabila gejala – gejala
skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan lamanya,
maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :1
22

- Skizofrenia akut (tak terinci)


- Gangguan skizofreniform singkat
- Psikosis skizofreniform singkat
- Oneirofrenia Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
-
Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
-
Gangguan skizofreniform YTT (F20.8).1
4) F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham
Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara
komparatif stabil merupakan gambaran klinis utama, tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-). Waham kejaran atau waham
rujukan biasa terjadi dan halusinasi biasanya auditorik (suara yang
berbicara langsung pada pasien).1
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
-
Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari
keadaan non psikotik sampai jelas psikotik)
-
Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu
sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
-
Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan
psikotik polimorfik akut (F23.0) tidak terpenuhi.
-
Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka
diagnosis harus diubah menjadi gangguan waham menetap (F22.-)
-
Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan
lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi psikosis nonorganik
lainnya (F28).1
Termasuk:
Reaksi paranoid
Psikosis paranoid
Psikogenik
23

5) F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya


Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam
kategori manapun dalam F23 (seperti keadaan psikotik akut dengan
waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya untuk sebagian
kecil waktu) harus dimasukan dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak
khas harus juga dimasukan dalam kode ini kalau informasi yang lebih
rinci tentang keadaan mental pasien tidak dapat diperoleh, dengan syarat
bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab organic.1
6) F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT

3.7. Tatalaksana
Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat
dilakukan yaitu:5
- Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
- Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi
dan kebersihan)
- Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga
- Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan
psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga
dalam pengobatan pasien
- Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stressor
- Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
Penatalaksanaan Medis
- Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200
mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk
24

mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin


memerlukan dosis yang lebih tinggi.
- Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali
sehari)
- Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
- Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di
bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.

3.8. Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat
adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan
psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada
pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang
pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat
selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan
gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik
singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah
menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki
masalah psikiatrik berat lebih lanjut.6
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.
Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh
diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif
pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang
baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk
kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.6
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat :2
 Penyesuaian premorbid yang baik
 Sedikit trait schizoid pramorbid
 Stressor pencetus yang berat
25

 Onset gejala mendadak


 Gejala afektif
 Konfusi selama psikosis
 Sedikit penumpulan afektif
 Gejala singkat
 Tidak ada saudara yang skizofrenik.
26

BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. SN, perempuan, 22 tahun, agama Islam, belum menikah, bekerja


sebagai pegawai salon datang ke IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
pada tanggal 31 Oktober 2018. Pasien datang dibawa oleh keluarganya yaitu ayah
dan ditemani pacarnya. Wawancara dan observasi dilakukan pada hari Rabu, 31
Oktober 2018 pukul 18.30-19.30 WIB di IGD Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Palembang. Tidak ada kontak mata pasien dan pasien kurang kooperatif.
Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan kurang rapi.
Berdasarkan hasil wawancara, ± 2 minggu SMRS, pasien jalan-jalan ke
daerah Pagar Alam dan Bengkulu selama 4 hari. Setelah pulang ke Palembang,
pasien mulai gelisah dan tidak bisa tidur. Pasien mengeluh sering terbangun setiap
5 menit sekali setiap tidur.
Sejak ± 1 minggu SMRS, Pasien mulai berbicara melantur dan tidak jelas.
Pasien merasa malu dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Pasien mengeluh
sakit tenggorokan. Pasien mengaku sering mendengar suara-suara bisikan orang
serta melihat sesosok laki-laki. Pasien sering mondar mandir di rumah dan tidak
dapat diam untuk waktu yang lama. Pasien juga sering menangis secara tiba-tiba.
Pasien juga mengeluhkan tangannya sering gemetar. Pasien juga tidak mau makan
walaupun sudah dipaksa oleh keluarganya.
Sejak 4 hari SMRS, Pasien mengeluh tidak dapat bernapas sehingga berpikir
dirinya akan mati. Pasien tidak mau makan, dan tidak dapat mandi sendiri. Pasien
pernah mencoba ingin bunuh diri dengan menjerat leher menggunakan hordeng
tapi sempat ditolong.
Sejak 1 hari SMRS, Pasien mengamuk dan berteriak kencang karena merasa
bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan memaksa keluarga untuk mencabut
paku tersebut. Pasien gelisah, tidak mau makan, dan merasa sesak. Kaki dan
tangan pasien gemetaran dan tidak dapat dikontrol. Pasien berteriak. Menurut
keluarga, pasien mulai berubah perilaku semenjak habis jalan-jalan dengan
27

pacarnya. Pasien Kemudian pasien dibawa ke IGS Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan
gejala klinis bermakna berupa pasien lebih pendiam, sering melamun, sering
menyendiri, sering menangis tiba-tiba, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan
terbangun setiap 5 menit saat tidur, dan emosi yang labil. Status psikiatri, keadaan
umum kompos mentis, perhatian dan konsentrasi berkurang, dan kontak verbal
inadekuat, afek labil, mood sulit dinilai, daya ingat dan konsentrasi kurang. Pada
arus pikiran sirkumtansial dimana pembicaraan pasien berbelit-belit namun
sampai tujuan. Didapatkan halusinasi visual dan auditorik. Isi pikiran terdapat ide
bunuh diri ada.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mengacu pada buku PPDGJ III,
keadaan pasien ini memenuhi kriteria diagnosis untuk diagnosis F23.1 Gangguan
Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:
(a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
(b) Harus ada beberapa jenis halusinasi yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
(c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya;

- Memenuhi kriteria (a), (b), (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0);
- Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)

Pasien pada kasus ini, onset yang terjadi pada pasien sejak 2 minggu yang
lalu, terdapat halusinasi auditori dan visual, serta keadaan emosional yang labil
sehingga Aksis I dapat didiagnosis F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
dengan Gejala Skizofrenia namun pasien tetap harus diobservasi apabila terdapat
28

gejala-gejla skizofrenia yang menetap untuk lebih satu bulan maka diagnosis
diubah menjadi skizofrenia.
Pada aksis II, pasien memenuhi kriteria F60.3 Gangguan Kepribadian
Emosional Tak Stabil.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
- Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional;
- Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
Pada kasus ini pasien pernah mengamuk dan berteriak kencang karena merasa
bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan memaksa keluarga untuk mencabut
paku tersebut. Pasien juga pernah menjerat leher dengan hordeng namun sempat
ditolong. Pasien sering menangis secara tiba-tiba namun kadang diam. Pasien juga
mengaku malu dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Pada aksis III, tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum pada pasien. Aksis IV, masalah berkaitan dengan lingkungan
sosial. Dan pada aksis V, pasien mengalami gejala berat (serious), disabilitas berat
(GAF scale adalah 50-41).
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas dari PPDGJ-III


dan DSM V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya,
2015.
2. Sadock B J, Kaplan H I, Grebb J A. Kaplan & sadock’s synopsis of
psychiatri. Ed 11. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins, 2015.
3. Trimble M R, George M S. Biological Psychiatry. Ed 3. USA : Wiley-
Blackwell, 2010.
4. Bora E., Yucel M., and Pantelis C. Cognitive functioning in schizophrenia,
schizoaffective disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British
Journal of Psychiatry, 2009.
5. Levinson D F, Umapathy C, Musthaq M. Treatment of Schizoaffective
Disorder and Schizophrenia With Mood Symptoms. Am J Psychiatry, 2012.
6. Kumar R. Acute psychosis as the initial presentation of MS: A Case Report.
The International MS Journal : 2011.

29

You might also like