Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ
Oleh
Safitri Muhlisa
Pika Ranita Annisaa’
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gangguan Psikotik Akut Dengan
Gejala Skizofrenia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RS Ernaldi Bahar
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Bintang Arroyantri P., Sp.KJ, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini, serta
semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................3
2.1 Identifikasi Pasien..........................................................................3
2.2 Anamnesis......................................................................................3
2.3 Pemeriksaan..................................................................................12
2.4 Pemeriksaan Lain.........................................................................16
2.5 Diagnosis Multiaksial...................................................................16
2.6 Diagnosis Differensial..................................................................16
2.7 Terapi............................................................................................17
2.8 Prognosis......................................................................................17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................18
3.1 Definisi.........................................................................................18
3.2 Epidemiologi................................................................................18
3.3 Etiologi.........................................................................................19
3.4 Stresor Psikososial........................................................................20
3.5 Gambaran Klinis...........................................................................22
3.6 Diagnosis .....................................................................................23
3.7 Diagnosis Banding ......................................................................25
3.8 Tatalaksana ..................................................................................26
3.9 Prognosis .....................................................................................27
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV)
mengomindasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikosis
singkat/ gangguan psikotik akut /brief psychotic disorder. Pertama gangguan
berlangsung singkat, didefinisikan di dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu
bulan tetapi sekurangnya satu hari, gejala mungkin memenuhi atau tidak
memenuhi criteria doagnosis untuk skizofrenia. Kedua, gangguan mungkin
berkembang sebagai respon terhadap stressor psikososial yang parah atau
kumpulan stressor.1
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh.1 Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan
gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.2
Pasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan
kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah
perkembangan gejala psikotik. Secara psikodinamika terdapat mekanisme
menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya
tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori psikodinamika yang
lainnya adalah bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi
yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu pelepasan dari
situasi psikosial tertentu. 2
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan
skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di
negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya
bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada
sebelumnya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang), dan orang yang pernah mengalami perubahan
kultural yang besar (misalnya imigran).1
5
6
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesis
A. Alloanamnesis
Diperoleh dari : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
a. Sebab utama
Os sering merasa gelisah dan tidak bisa mengurus diri sendiri.
b. Keluhan utama
Os merasa sesak dan tidak bisa bernapas.
e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis, dibantu
bidan
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik
- Dewasa : sosialisasi baik
f. Riwayat pendidikan
SMA (lulus SMA)
g. Riwayat pekerjaan
Pegawai salon
8
j. Riwayat perkawinan
Belum menikah.
l. Riwayat keluarga
Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Pedigree:
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
2.3 Pemeriksaan
A. Status Internus
Keadaan Umum
- Sensorium : Compos Mentis
- Frekuensi nadi : 84 x/menit
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Suhu : 36,60C
- Frekuensi napas : 20 x/menit
B. Status Neurologikus
1) Syaraf kepala (pancaindera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
- Gerakan : baik ke segala arah
- Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
- Pupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm/3mm
- Refleks cahaya : +/+
- Refleks kornea : +/+
- Pemeriksaan oftalmoskopi: tidak dilakukan
4) Motorik
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan
5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
C. Status Psikiatrikus
Keadaan Umum
a. Sensorium : Kompos Mentis
b. Perhatian : Tidak Adekuat
c. Sikap : Tidak kooperatif
d. Inisiatif : Adekuat
11
b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : normal
Isi Pikiran
- Waham : tidak ada
- Pola Sentral : tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Konfabulasi : tidak ada
- Perasaan inferior : tidak ada
- Kecurigaan : tidak ada
- Rasa permusuhan : tidak ada
- Perasaan berdosa : tidak ada
- Hipokondria : tidak ada
- Ide bunuh diri : ada
- Ide melukai diri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
Pemilikan pikiran
- Obsesi : tidak ada
- Aliensi : tidak ada
g. Kecemasan : ada
h. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : tidak rapi
Sopan santun : cukup
2.7 Terapi
a. Psikofarmaka
- CPZ 1x 25mg
- Risperidone 1x2 mg
14
- THP 2x2 mg
b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam
menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.
Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan
sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang
dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional
premorbid.1,2
3.2. Epidemiologi
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan
skizofrenia, kejadian nonafective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih
tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa
dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada
pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan
kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan
kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan
orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya
imigran ).2
3.3. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan
psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM
IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik
singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik
utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan
termasuk gangguan yang heterogen.2
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau
lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status
15
16
imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi
mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.2
3.4. Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita
skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan
merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu sebagai berikut.
1) Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di
dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal.
2) Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine
(suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yang dapat
mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien.
3) Densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak
pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat
antipsikosis.
4) Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas
reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang
yang tidak menderita skizofrenia.
5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah
jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urine.
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor
dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di
dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak
tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3
17
zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu
memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor
pencetus. 4
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan
yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna
pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat
dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa
keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi
mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan
peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain
berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan
stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh
urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir
tidak mungkin.4
3.6. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut.1
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya).
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa
diamati/diawasi oleh orang lain).
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).
19
Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian
atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi
hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang
tersebut.
Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu
setelah persalinan.
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan
melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III :1,2
3.7. Tatalaksana
Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat
dilakukan yaitu:5
- Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
- Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi
dan kebersihan)
- Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga
- Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan
psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga
dalam pengobatan pasien
- Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stressor
- Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
Penatalaksanaan Medis
- Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200
mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk
24
3.8. Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat
adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan
psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada
pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang
pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat
selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan
gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik
singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah
menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki
masalah psikiatrik berat lebih lanjut.6
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.
Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh
diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif
pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang
baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk
kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.6
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat :2
Penyesuaian premorbid yang baik
Sedikit trait schizoid pramorbid
Stressor pencetus yang berat
25
BAB IV
ANALISIS KASUS
pacarnya. Pasien Kemudian pasien dibawa ke IGS Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan
gejala klinis bermakna berupa pasien lebih pendiam, sering melamun, sering
menyendiri, sering menangis tiba-tiba, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan
terbangun setiap 5 menit saat tidur, dan emosi yang labil. Status psikiatri, keadaan
umum kompos mentis, perhatian dan konsentrasi berkurang, dan kontak verbal
inadekuat, afek labil, mood sulit dinilai, daya ingat dan konsentrasi kurang. Pada
arus pikiran sirkumtansial dimana pembicaraan pasien berbelit-belit namun
sampai tujuan. Didapatkan halusinasi visual dan auditorik. Isi pikiran terdapat ide
bunuh diri ada.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan mengacu pada buku PPDGJ III,
keadaan pasien ini memenuhi kriteria diagnosis untuk diagnosis F23.1 Gangguan
Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:
(a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
(b) Harus ada beberapa jenis halusinasi yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
(c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya;
- Memenuhi kriteria (a), (b), (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0);
- Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Pasien pada kasus ini, onset yang terjadi pada pasien sejak 2 minggu yang
lalu, terdapat halusinasi auditori dan visual, serta keadaan emosional yang labil
sehingga Aksis I dapat didiagnosis F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
dengan Gejala Skizofrenia namun pasien tetap harus diobservasi apabila terdapat
28
gejala-gejla skizofrenia yang menetap untuk lebih satu bulan maka diagnosis
diubah menjadi skizofrenia.
Pada aksis II, pasien memenuhi kriteria F60.3 Gangguan Kepribadian
Emosional Tak Stabil.
Kriteria diagnosis untuk gangguan ini adalah:
- Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional;
- Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
Pada kasus ini pasien pernah mengamuk dan berteriak kencang karena merasa
bonekanya tertusuk paku dibagian kepala dan memaksa keluarga untuk mencabut
paku tersebut. Pasien juga pernah menjerat leher dengan hordeng namun sempat
ditolong. Pasien sering menangis secara tiba-tiba namun kadang diam. Pasien juga
mengaku malu dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Pada aksis III, tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum pada pasien. Aksis IV, masalah berkaitan dengan lingkungan
sosial. Dan pada aksis V, pasien mengalami gejala berat (serious), disabilitas berat
(GAF scale adalah 50-41).
DAFTAR PUSTAKA
29