You are on page 1of 16

MODUL III

PENENTUAN SATURASI FLUIDA PADA CORE SAMPLE


DENGAN METODE SOLVENT EXTRACTION

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : M Anwar Sena


NIM : 12216006
Kelompok : Rabu 3
Tanggal praktikum : 28 Maret 2018
Tanggal penyerahan : 3 April 2018
Dosen : Prof. Dr. Ir. Pudji Permadi
Asisten Modul : Abdel Jawwad Shodiq (12214049)
Irfan Rafi (12214007)

LABORATORIUM PETROFISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 4
I. TUJUAN ......................................................................................................... 5
II. PRINSIP DASAR ........................................................................................... 5
III. ALAT DAN BAHAN ..................................................................................... 5
IV. DATA PERCOBAAN..................................................................................... 6
V. PENGOLAHAN DATA ................................................................................. 7
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
VII. KESIMPULAN ............................................................................................. 13
VIII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
IX. JAWAB PERTANYAAN ............................................................................. 14

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sw vs Porositas ............................................................................. 11


Gambar 2 Grafik Kr vs Sw ............................................................................ 14
Gambar 3 Grafik Pc vs Sw ............................................................................ 15

3
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Dimensi Core ........................................................................ 6


Tabel 4.2 Massa Core Saat Kering dan Jenuh ............................................ 7
Tabel 4.3 Volume air di graduated tube ...................................................... 7
Tabel 4.4 Data Picnometer ............................................................................ 7
Tabel 5.1 Tabel Volume Bulk dan Berat Total Fluida ............................... 7
Tabel 5.2 Tabel Densitas Air dan Parrafin .................................................. 7
Tabel 5.3 Tabel Berat Air dan paraffin, Volume Parrafin, Volume Pori. 8
Tabel 5.4 Tabel Saturasi Air dan Saturasi Paraffin ................................... 8
Tabel 5.5 Tabel Porositas .............................................................................. 8
Tabel 5.6 Tabel Volume Bulk dan Berat Total Fluida ............................... 9
Tabel 5.7 Tabel Densitas Air dan Parrafin .................................................. 9
Tabel 5.8 Tabel Berat Air dan paraffin, Volume Parrafin, Volume Pori. 10
Tabel 5.9 Tabel Saturasi Air dan Saturasi Paraffin ................................... 10
Tabel 5.10 Tabel Porositas ............................................................................ 10

4
I. TUJUAN
1. Menentukan saturasi fluida (minyak dan air) yang terkandung dalam suatu sampel
core dengan metode solvent extraction.
2. Menentukan porositas suatu sampel core secara tidak langsung.
3. Memahami prinsip dan cara kerja alat solvent extraction.
4. Mengetahui hubungan saturasi dengan sifat batuan lainnya.

II. PRINSIP DASAR

Dalam menentukan kuantitas fluida dalam batuan reservoir, kita dapat melihat
dari sifat petrofisika batuan. Salah satunya adalah saturasi. Saturasi didefinisikan
sebagai perbandingan antara volume fluida yang mengisi pori-pori batuan dengan
volume total pori-pori batuan. Secara matematis saturasi dapat dinyatakan dalam
persamaan :
𝑉𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑆=
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Pori-pori batuan pada suatu reservoir selalu terisi oleh fluida berupa air,
minyak, dan gas. Saturasi dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu saturasi air (𝑆𝑤 ),
saturasi minyak (𝑆𝑜 ), dan saturasi gas (𝑆𝑔 ). Jumlah saturasi ketiga fluida tersebut
harus bernilai 1.
𝑆𝑤 + 𝑆𝑜 + 𝑆𝑔 = 1
Nilai saturasi fluida dalam suatu batuan reservoir dapat ditentukan dengan
dua cara pendekatan.
a. Penentuan dengan pendekatan langsung.
Pendekatan dilakukan dengan melakukan pengukuran saturasi fluida dari
suatu sampel core yang diambil langsung dari suatu reservoir.
b. Penentuan dengan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu beberapa sifat
fisik suatu batuan reservoir yang nantinya akan diubah menjadi nilai saturasi.
Salah satu metode pengukuran saturasi fluida di laboratorium adalah dengan
metode solvent extraction. Pada percobaan ini jenis solvent yang digunakan adalah
toluena. Solvent dipanaskan, kemudian menguap, naik, dan mendorong fluida
yang ada di dalam sampel core menuju condenser untuk selanjutnya dikondensasi.

5
Air, minyak, dan solvent yang telah terkondensasi akan turun ke bagian graduated
tube. Karena air memiliki densitas yang lebih besar dibanding minyak dan toluena
maka air akan menempati bagian terbawah. Solvent dan minyak terlarut yang
masih berbentuk uap akan kembali ke tabung pemanasan. Dengan demikian,
jumlah air yang terdapat di dalam sampel core dapat diketahui dari volume air
yang terkumpul di dalam graduated tube.
Selain untuk mengetahui jumlah air yang terdapat di dalam sampel core, secara
tidak langsung percobaan ini juga dapat menentukan nilai porositas batuan dengan
mengetahui data berat core saat kering dan berat core saat jenuh.

III. ALAT DAN BAHAN

 Alat
1. Peralatan solvent extractor
2. Picnometer
3. Electric heater
4. Gelas ukur
5. Jangka sorong
6. Timbangan
7. Oven
 Bahan
1. Air
2. Solvent
3. Paraffin
4. Vaseline
5. Sampel core

IV. DATA PERCOBAAN

Core Diameter(cm) Tinggi(cm)

I 2,37 2,85

Tabel 4.1 Data Dimensi Core

6
Core Massa core kering(gr) Massa Core Jenuh + Parafin(gr)

I 32.17 33,19

Tabel 4.2 Massa Core Saat Kering dan Jenuh

Core Volume air di graduated tube (ml)


I 0,2

Tabel 4.3 Volume air di graduated tube

Massa Picnometer Kosong (gr) Massa Picnometer + Air (gr) Massa Picnometer + Parafin (gr)
13,28 18,8 18,06

Tabel 4.4 Data Picnometer

Data Pembanding
Kondisi Kering
Massa : 34.1 gram
Tinggi : 3.505 cm
Diameter : 2.41 cm
Kondisi Setelah Pendesakan
Massa : 37 gram
Volume Graduated Tube
Volume : 0.65 ml

V. PENGOLAHAN DATA
 Data Hasil Percobaan
1. Pengolahan Data Core
𝜋
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = 𝐷 2 ℎ
4
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 = 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Berat
Nama Diameter Tinggi Volume Berat Berat Total
Kering
Core (cm) (cm) Bulk (cc) Basah (gr) Fluida (gr)
(gr)

7
I 2,37 2,85 12,5727 32.17 33,19 1,02
Tabel 5.1 Tabel Volume Bulk dan Berat Total Fluida

2. Pengolahan Data Picnometer


𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Densitas Nilai (gr/mL)
Air 1.104
Paraffin 0.956
Tabel 5.2 Tabel Densitas Air dan Parrafin

3. Pengolahan Data Volume Pori


𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑥 𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
Volume Berat
Berat
Nama Air Berat Air Total Volume Volume Pori
Paraffin
Core Terdesak (gr) Fluida Paraffin (mL) (mL)
(gr)
(mL) (gr)
I 0.2 0.2208 1.02 0.7992 0.8359 1.0359
Tabel 5.3 Tabel Berat Air, Berat paraffin, Volume Parrafin, dan Volume Pori

4. Pengolahan Data Saturasi


𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝑆𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑆𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑎𝑖𝑟 + 𝑆𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
Volume
Volume
Nama Air Volume Saturasi Total
Pori Saturasi Air
Core Terdesak Paraffin (mL) Paraffin Saturasi
(mL)
(mL)
I 1.0359 0.2 0.19306 0.8359 0.80694 1

8
Tabel 5.4 Tabel Saturasi Air dan Saturasi Paraffin

5. Pengolahan Data Porositas


𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
∅=
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘
Nama Core Volume Pori (mL) Volume Bulk (mL) Porositas
I 1.0359 12,5727 0.08239
Tabel 5.5 Tabel Porositas

 Data Pembanding

1. Pengolahan Data Core


𝜋
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = 𝐷 2 ℎ
4
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 = 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Berat
Nama Diameter Tinggi Volume Berat Berat Total
Kering
Core (cm) (cm) Bulk (cc) Basah (gr) Fluida (gr)
(gr)
Banding 2.41 3.505 15.9886 34.1 37 2.9
Tabel 5.6 Tabel Volume Bulk dan Berat Total Fluida

2. Pengolahan Data Picnometer


𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Densitas Nilai (gr/mL)
Air 1.104
Paraffin 0.956
Tabel 5.7 Tabel Densitas Air dan Parrafin

3. Pengolahan Data Volume Pori


𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑥 𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛

9
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
Volume Berat
Berat
Nama Air Berat Total Volume Volume Pori
Paraffin
Core Terdesak Air (gr) Fluida Paraffin (mL) (mL)
(gr)
(mL) (gr)
Banding 0.65 0.7176 2.92.1824 2.2828 2.9328
Tabel 5.8 Tabel Berat Air, Berat paraffin, Volume Parrafin, dan Volume Pori

4. Pengolahan Data Saturasi


𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝑆𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑆𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑎𝑖𝑟 + 𝑆𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
Volume
Volume
Nama Air Volume Saturasi Total
Pori Saturasi Air
Core Terdesak Paraffin (mL) Paraffin Saturasi
(mL)
(mL)
Banding 2.9328 0.65 0.22164 2.2828 0.77836 1
Tabel 5.9 Tabel Saturasi Air dan Saturasi Paraffin

5. Pengolahan Data Porositas


𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
∅=
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘
Nama Core Volume Pori (mL) Volume Bulk (mL) Porositas
Banding 2.9328 15.9886 0.18343
Tabel 5.10 Tabel Porositas

10
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengolahan data yang diambil pada hari
senin tanggal 2 april 2018 dengan beberapa data yang diberikan asisten yakni core
kering dan massa picnometer + parafin. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan
hasil untuk core sample yang diuji adalah hasil saturasi air dalam core I adalah
0.19306 atau 19.3 % . Sedangkan saturasi parafin didapatkan sebesar 0.80694 atau
80.7%. Didapatkan pula harga porositas dari core I adalah 8.239%. Pada data
pembanding didapatkan hasil dari percobaan adalah saturasi air sebesar 0.22164
dan saturasi parafin sebesar 0.77836. Sedangkan porositas dari core sample
pembanding didapatkan sebesar 18.343%. Menurut teori, saturasi air akan
cenderung meningkat dengan berkurangnya porositas dari batuan. Namun pada
kedua data di atas menunjukkan hal yang berbeda. Hal tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain adalah ukuran pori, distribusi pori dari core sample
yang diuji, dan tekanan kapiler dari core sample.

Gambar 1. Sw vs Porositas
Metode solvent extraction bekerja dengan kombinasi dua metode lainnya
yaitu liquid saturation dan Hassler Core Holder. Metode Solvent Extraction
menggunakan solvent untuk mendorong seluruh fluida di dalam core menguap.
Solvent yang digunakan adalah nonpolar dan memiliki titik didih di antara air dan
paraffin. Ketika fluida di dalam core menguap, seluruh fluida akan ditampung
dalam graduated tube. Saat di graduated tube, terjadi settling dimana air akan
berada di bawah. Ketika air tidak dapat menguap lagi, kita akan memperoleh

11
saturasi air dengan membagi jumlah volume air dalam graduated tube dengan
volume pori hasil pengukuran sebelumnya. Karena sistem adalah dua fasa, maka
saturasi paraffin diperoleh dengan membagi volume paraffin di dalam core
dengan volume pori. Inti dari metode ini adalah menemukan jumlah saturasi
masing – masing fluida di dalam core.
Saturasi memiliki hubungan dengan :
a. Tekanan kapiler
Semakin besar saturasi maka tekanan kapiler akan semakin kecil.
Bisa dibuktikan dengan grafik Pc vs Sw.
b. Wettabilitas
Wettabilitas mempengaruhi jumlah saturasi dari fluida, jika air
adalah wetting maka saturasi air akan lebih kecil, dan sebaliknya.
c. Permeabilitas:
Semakin besar saturasi, nilai permeabilitas relatifnya juga akan
semakin besar. Bisa dibuktikan dengan grafik Kr vs Sw.
d. Resistivitas:
Semakin besar nilai Resistivitas batuan yang mengandung
hidrokarbon, maka nilai saturasi airnya akan semakin kecil. Bisa
dibuktikan dengan persamaan Archie.
e. Porositas
Jika porositas batuan semakin besar, maka fluida yang terkandung
di dalam reservoir/core akan semakin banyak pula, maka saturasi nya
akan Semakin besar. Batuan yang tidak memiliki porositas atau
porositasnya kecil sekali maka tidak akan bisa/sulit menampung fluida,
saturasinya pun menjadi tidak ada/kecil sekali.

Asumsi-asumsi yang kami pakai pada percobaan kali ini antara lain:

1. Saat pemvakuman diasumsikan tabung erlenmeyer dan interconnected pore


pada core benar-benar vakum.
2. Tidak ada udara dari luar yang dapat masuk baik melalui celah antar
erlenmeyer dan penutup maupun melalui funnel.
3. Saat dijenuhkan oleh air, core terjenuhi 100% dengan lama penjenuhan 24
jam.

12
4. Air dapat mewakili posisi air formasi yang sebenarnya yang ada di reservoir.
5. Core berupa silinder pejal, sehingga perhitungan V bulk dengan
menggunakan jangka sorong merepresentasikan volume sampel core yang
sesungguhnya.
6. Saat pendesakan disaunsikan core akhirnya hanya terisi oleh 2 jenis fluida
yaitu paraffin sebagai minyak dan air sebagai air formasi.
7. Tidak ada celah antara core dengan core holder.
8. Proses penginjeksian dan pendesakan oleh paraffin hanya pada bidang
vertikal core.
9. Saat pengekstraksian diasumsikan air terekstrak 100% sehingga tidak ada air
tersisa di dalam pori-pori core.
10. Tidak ada uap air yang keluar dari sistem alat.
11. Tidak ada kotoran / debu yang menempel di dalam picnometer .
12. Tidak ada kebocoran alat.

VII. KESIMPULAN

1. Saturasi air dalam core I adalah 0.193 atau 19,3% dan memiliki saturasi parafin
sebesar 80.7%
2. Hasil porositas dari sample core dari perhitungan tidak langsung:
∅105𝐴 = 8,239%
Alat solvent extraction bekerja dengan prinsip menguapkan seluruh fluida di
dalam core dengan solvent nonpolar, dan menampung air yang condense di
graduated tube untuk dihitung saturasinya.
3. Saturasi memiliki hubungan dengan ukuran pori, permeabilitas, wettabilitas,
capillary pressure, dan resistivity.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Amyx, James W., Bass,Jr., Daniel M., dan Whiting, Robert L.. 1960. Petroleum
Reservoir Engineering : Phisical Properties. New York: McGraw-Hill.
Craft, Hawkins. 1959. Applied Petroleum Reservoir Engineering. New York:
Prentice Hall Inc.
Monicard, R. P..1980. Properties of Reservoir Rock : Core Analysis.
GulfPublishing Co., Edition Technic.

13
IX. JAWAB PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan imbibisi dan drainage + grafik Pc vs Sw


& Kr vs Sw pada masing masing kondisi!
2. Resume Paper tentang Saturasi

Jawab :
1. Imbibisi : adalah proses pendesakan fluida non wetting phase oleh fluida wetting
phase dalam suatu formasi batuan
Drainage : adalah proses pendesakan fluida wetting phase oleh fluida non
wetting phase dalam suatu formasi batuan
Grafik Kr vs Sw

Gambar 2. Grafik Pc vs Sw

14
Gambar 3. Pc vs SW

2. Resume Paper tentang Saturasi


Judul : “Analisis Pemodelan Substitusi Fluida pada Sumur”
Penulis : Nova Linzai, Firman Syaifuddin dan Amien Widodo Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Asumsi yang digunakan :


 Data sumur yang digunakan adalah log S - wave, P-wave, densitas, saturasi air
dan porositas.
 Pemodelan data sumur yang dilakukan menggunakan substitusi fluida (100% air,
minyak dan gas)

Dasar Teori : teori Biot-Gassman

Hasil dan Pembahasan


Kecepatan gelombang P (Vp) pada batuan terisi fluida gas lebih besar
dibandingkan fluida minyak. Ini merupakan kasus yang jarang yang biasa terjadi
pada gas sand. Ini Terjadi akibat penurunan densitas batuan yang drastis dan
kenaikan modulus bulk saturasi ketika terisi gas (11). Bentuk grafik Vp terhadap
saturasi berbentuk polynomial sedangkan grafik Vs berbentuk linier (Gambar 3).
Pada kasus gas, ketika saturasi air dinaikkan 0-80% kecepatan gelombang P
menurun dan naik ketika saturasi air 80-100%. Berbeda kasus minyak, kenaikan
saturasi air 0-80% berdampak pada kenaikan kecepatan gelombang P secara
perlahan dan kenaikan secara signifikan pada saturasi air 80-100%
Perubahan kecepatan gelombang S tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan dengan perubahan gelombang P akibat saturasi air. Gambar 3
berbentuk linier dengan hubungan kecepatan berbanding terbalik terhadap
kenaikan saturasi air. Kecepatan gelombang S pada fluida gas saat saturasi air 0%
lebih besar daripada fluida minyak. Ini disebabkan oleh pengaruh densitas gas dan
modulus geser. Modulus geser batuan tidak dipengaruhi oleh saturasi fluida
sehingga modulus batuan tersaturasi (µsat) sama dengan modulus batuan
kerangka/ dry (µ*). Fluida tidak memiliki modulus geser sehingga nilainya 0.
Ketika di substitusi dengan gas akan turun drastis dan menyebabkan nilai
kecepatan gelombang S meningkat.

15
Kehadiran gas dan minyak pada batuan sangat berpengaruh terhadap kecepatan
gelombang P (Gambar 5 dan 6). Bentuk kurva kecepatan gelombang P pada kasus
gas dan minyak terhadap bertambahnya saturasi air berbeda. Perhitungan
kecepatan gelombang P dan S dilakukan pada kedalaman 1323m dengan
Porositas: 31.99%, Kmatrix: 40Gpa, Kw= 2.38 Gpa , Kgas: 0.0185 Gpa, Koil:
0.0356 Gpa. Bentuk kurva gelombang P pada kasus gas cenderung menurun
seiring bertambahnya saturasi air pada 0%- 60% kemudian pada saturasi air 60-
80% mulai naik dan naik secara drastis pada saturasi 80%-100%. Bentuk kurva
gelombang P pada kasus minyak cenderung naik perlahan saat saturasi air 0%-
60% kemudian naik drastis pada saturasi air 80%-100%. Sehingga bentuk kuva
yang dihasilkan berbeda

Ringkasan Paper :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Perubahan properti batuan akibat fluida pengisi pori berpengaruh terhadap
kecepatan gelombang P dan densitas (impedans batuan)
2. Kecepatan gelombang S (Vs) ketika terisi gas akan lebih besar dibandingkan
air dan minyak.
3. Kecepatan gelombang P (Vp) naik ketika terisi fluida air dan gas dan turun
ketika terisi minyak.
4. Vp batuan terisi gas lebih besar dibandingkan dengan minyak.Hal ini terjadi
pada kasus reservoir gas sand.

16

You might also like