You are on page 1of 6

PERANAN BAKTERI NITROSPIRA DALAM BIOREMEDIASI LINGKUNGAN

Nitrospira adalah chemolithoautotrophic nitrit - oksidasi bakteri yang umumnya


ditemukan di air tawar atau air asin . Bakteri Nitrospira seperti mengambil karbon anorganik
( seperti HCO - dan CO ) serta piruvat dalam kondisi aerobik . Siklus nitrogen biogeokimia .
3 2

Sumber: Departemen Ekologi Mikroba , University of Vienna.


Bakteri Nitrospira memiliki ciri – ciri, seperti :bentuk selnya spiral, Gram negatif,
mempunyai sitomembran yang tidak merata, kadang-kadang membentuk seperti membran
plasma, non motil dan motil dengan menggunakan flagella peritrikus, dan memiliki habitat di
air tawar (Holt et al., 1994). Nitrospira dapat hidup di habitat laut atau nonmarine . Telah
diisolasi dari air laut , air tawar , air akuarium , delta sedimen , sedimen laut , tanah , dan pipa
besi dari sistem pemanas ( Daims et al . 2001) . Nitrospira merupakan bagian dari proses
nitrifikasi yang penting dalam siklus biogeokimia nitrogen.

Klasifikasi

Kingdom : Monera
Phylum : Nitrospirae
Class : Nitrispiraeae

Order : Nitrospirales
Family : Nitrospiraceae
Genus : Nitrospira
Species : Nitrospira marina

Limbah ialah kumpulan air bekas yang telah dipakai oleh suatu masyarakat, yang
terdiri dari: (1) limbah domestik (rumah tangga), termasuk kotoran manusia dan air cucian,
semua air yang mengalir dari saluran pembuangan perumahan dan kota ke dalam sistem
pembuangannya, (2) limbah industri, seperti senyawa yang bersifat asam, minyak, minyak
pelumas, sisa-sisa hewan, dan sayur-sayuran yang dibuang oleh pabrik, (3) air tanah, air
permukaan, yang masuk ke dalam sistem pembuangan (Pelczar and Chan, 2008).
Limbah yang terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan asimilasi perairan
dapat mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan berlebihan (eutrofikasi) yang
disebabkan oleh akumulasi bahan organic dari sisa pakan yang membusuk. Gejala ini akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut akibat meledaknya populasi organisme
tertentu sehingga dapat menimbulkan kematian beberapa organisme perairan.
Perombakan nitrogen secara biologi melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi
merupakan metoda yang dianggap paling efisien, dibandingkan dengan metoda fisika atau
kimia. Permasalahan utama pada pengolahan limbah nitrogen secara biologis adalah bakteri
autotropik nitrifikasi, pelaku proses nitrifikasi, selain sangat sensitif terhadap faktor
lingkungan, bakteri ini tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bakteri heterotropik yang
ada dalam lumpur aktif sehingga efisiensi nitrifikasi dari sistem biologis menjadi sangat
rendah. Dalam proses nitrifikasi terjadi dua tahapan reaksi, yaitu oksidasi amonium menjadi
nitrit, pada umumnya dilakukan oleh kelompok Ammonia Oxydizer Bacteria (AOB) dan
oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh kelompok Nitrite.Oxydizer Bacteria (NOB).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran akibat limbah
yaitu melalui bioremediasi. Bioremediasi merupakan salah satu cara untuk membersihkan
senyawa polutan baik kimia maupun organik yang bersifat toksik menjadi bentuk lain yang
tidak berbahaya. Prosesnya melibatkan aktivitas mikroba dan sasaran yang akan dicapai
dalam proses tersebut adalah menurunkan polutan sampai tingkat konsentrasi yang aman
(Alexander, 1999). Dalam hal ini, dilakukan dengan proses nitrifikasi oleh bakteri-bakteri
penitrifikasi.

Prose Nitrifikasi

Menurut Davis dan Cornwell (1991), nitrifikasi merupakan metode yang terbaik
karena alasan-alasan sebagai berikut: (1) efisiensi penyisihannya yang tinggi, (2) reabilitas
dan stabilitas prosesnya tinggi, (3) pengontrolan proses yang mudah, (4) kebutuhan lahan
yang minim, dan (5) biaya relatif murah. Nitrospira sebagai NOB sangat melimpah
diberbagai habitat mulai dari darat sampai laut bahkan pada limbah. Hal ini mengindikasikan
bahwa Nitrospira sangat kompetitif dan mudah beradaptasi serta memegang peranan penting
dalam siklus nitrogen diberbagai ekosistem. Bakteri-bakteri penitrifikasi mulai banyak
digunakan untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh limbah hasil kegiatan industri,
khususnya untuk penanggulangan pencemaran pada kawasan perairan maupun sistem
akuakultur. Di Indonesia sendiri, penanggulangan pencemaran oleh limbah cair secara
biologis melalui proses nitrifikasi ini semakin berkembang. Salah satu contoh penggunaan
bakteri penitrifikasi (nitrifying bacteria) dalam mengatasi pencemaran oleh limbah di
Indonesia yaitu pada industri minyak kelapa sawit. Industri minyak kelapa sawit adalah
industri hasil pertanian yang selama proses produksinya banyak menghasilkan air buangan
yang memiliki kandungan TSS (Total Suspended Solid), COD, BOD, dan amonia cukup
tinggi. Pengolahan limbah cair industri minyak kelapa sawit ini dirancang dengan
menggunakan bioreaktor pertumbuhan lekat terfluidasi dengan media poliuretan untuk proses
degradasi senyawa organik dan amonium yang terkandung dalam limbah cair industri minyak
kelapa sawit. Hasil yang diperoleh dari aplikasi bioreaktor ini yaitu efisiensi penurunan
konsentrasi COD berkisar antara 72.8583.07% dan efisiensi penurunan amonium berkisar
antara 59.64-76.72% (Agustiyani dan Imamuddin, 2000).

Referensi
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46952/A11yrp_BAB%20II%20Tinjau
an%20Pustaka.pdf?sequence=6
http://lppm.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/03/39.anik-M.pdf
Altmann, Dorte, Peter Stief, Rudolf Amann, Dirk de Beer, and Andreas Schramm. 2003. "In
situ distribution and activity of nitrifying bacteria in freshwater sediment."Environmental
Microbiology, vol. 5, no. 9. Society for Applied Microbiology. (798-803).

Daims, Holger, Jeppe L. Nielsen, Per H. Nielsen, Karl-Heinz Schleifer, and Michael Wagner.
2001. "In situ characterization of Nitrospira-like nitrite-oxidizing bacteria active in wastwater
treatment plants." App Environ Microbiol, vol. 67, no. 11. American Society for
Microbiology. (5273-5284)

Hovanec, Timothy A., Lance T. Taylor, Andrew Blakis, and Edward F. Delong. 1998.
"Nitrospira-like bacteria associated with nitrite oxidation in freshwater aquaria." Appl
Environ Microbiol, vol. 64,
http://rizkyhanifia.blogspot.com/2013/12/artikel-peranan-bakteri-nitrospira.html

http://lppm.ub.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/39.anik-M.pdf
Cara Hidup Bakteri Autotrof dan Heterotrof
Cara hidup macam-macam bakteri berbeda-beda berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Dengan mengetahui cara hidup bakteri, kita dapat
mengambil banyak manfaat dari bakteri. Peranan bakteri cukup besar dalam kehidupan manusia baik peran bakteri yang
menguntungkan maupun peranan yang merugikan. Beberapa jenis bakteri memberikan manfaat dalam bidang industri, pangan, lingkungan, serta
pengobatan.

Sementara peranan bakteri yang merugikan juga cukup banyak, di antaranya adalah sebagai penyebab beberapa infeksi dan penyakit. Dalam
artikel ini akan dibahas mengenai apa itu bakteri, tempat hidup bakteri, cara hidup bakteri, dan bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bakteri. (Baca juga: Peran bakteri dalam kehidupan manusia yang menguntungkan dan merugikan)

Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang termasuk dalam tumbuhan kingdom monera domain prokariota. Pengertian organisme
prokariotik yaitu organisme yang memiliki bagian-bagian sel yang cukup sederhana, tanpa inti sel (nukleus sel), kerangka sel, mitokondria dan
kloroplas. Bakteri berukuran kecil (mikroskopik), yaitu sekitar 0,5 – 5 mikrometer.

Bakteri ada di hampir semua tempat, baik di tanah, di air, maupun di udara dengan jumlah yang melimpah. Jumlahnya yang melimpah ini
disebabkan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan yang berbeda, bahkan kondisi lingkungan yang sulit bagi
organisme lain untuk hidup. Jumlah yang melimpah juga disebabkan kecepatan bakteri dalam bereproduksi. Bakteri hidup sebagai parasit atau
bersimbiosis dengan organisme lain, termasuk di dalam tubuh manusia. Bakteri bisa berpindah tempat atau tersebar dengan bantuan angin
maupun melalui perpindahan organisme yang ditumpanginya. Namun, jenis-jenis bakteri tertentu mampu bergerak sendiri dengan alat gerak
flagel.

Baca juga:

 Perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik


 Ciri-ciri archaebacteria dan eubacteria

Cara Hidup Bakteri


Cara hidup bakteri meliputi cara bakteri bernapas (respirasi), cara bakteri mendapatkan makanannya, dan cara berkembang biak (reproduksi).

Cara Bakteri Mendapatkan Makanan


Klasifikasi bakteri digolongkan menjadi dua berdasarkan cara bakteri mendapatkan makanannya yaitu bakteri heterotrof dan bakteri autotrof.

a. Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrof merupakan bakteri yang mendapatkan makanan dari organisme lain. Bahan makanan berupa bahan organik yang ada di
sekitarnya. Sebagian besar bakteri heterotrof tidak mengandung klorofil, sehingga tidak bisa memproduksi sendiri makanannya. Berdasarkan
sumber makanannya, bakteri heterotrof dibagi menjadi:

 Bakteri Parasit
 Bakteri Saprofit

Bakteri parasit mendapatkan makanannya dari organisme yang ditumpanginya, seperti Familia spirochaetaceae yang terdapat pada usus
hewan moluska bercangkang dua, Familia treponemataceaeyang terdapat pada hewan vertebarata dan manusia, Borrelia burgdorferi, Borrelia
recurrentis dan Borrelia novyi. Beberapa bakteri parasit ada yang mengakibatkan penyakit pada inangnya (bakteri patogen) dan sebagian lain
tidak (bakteri apatogen).
Bakteri saprofit mendapatkan makanannya dari sisa-sisa organisme yang telah mati dengan cara mengurai dan mengubah bahan organik
menjadi bahan anorganik melalui proses fermentasi dan respirasi. Proses penguraian ini umumnya menghasilkan gas metana, karbondioksida,
asam sulfur, nitrogen, hidrogen maupun nitrat. Contoh bakteri saprofit ialah Thibacillus denitrificans, Escherichia coli, Clostridium
sporageus, Desulfovirio desulfuricans, Methanobacterium ruminatum, dan Metanobacterium omelianski.
b. Bakteri Autotrof
Bakteri autotrof dapat membuat makanannya sendiri dari senyawa anorganik dengan melakukan proses pengubahan. Berdasarkan cara
melakukan proses pengubahan senyawa anorganik, bakteri dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Bakteri fotoautotrof
 Bakteri kemoautotrof

Bakteri autotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesa. Yang
tergolong bakteri autotrof adalah bakteri hijau, yang memiliki pigmen hijau yang disebut bakterioklorofil dan bakterioviridin, dan bakteri ungu, yang
memiliki pigmen kuning, merah, dan ungu, atau yang disebut bakteriopurpurin. (Baca juga: Proses fotosintesis pada tumbuhan)
Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang membuat makanannya dengan menggunakan energi kimia, seperti Nitrosococcus, Nitrosocystis,
Nitrosomonas dan Nitrospira.

Cara Bakteri Bernapas (Respirasi)


Dalam proses sistem respirasi, beberapa jenis bakteri membutuhkan oksigen dan sebagian yang lain tidak. Berdasarkan sumber oksigen yang
diperlukan dalam respirasi, bakteri dibagi menjadi:

 Bakteri aerob obligat, yang hanya dapat tumbuh pada lingkungan beroksigen. Contoh: Hidrogomonas dan Nitrobacter.
 Bakteri anaerob obligat, yang hanya dapat tumbuh pada lingkungan miskin oksigen dan oksigen bersifat toksik pada bakteri tersebut.
Contoh: Clostridium tetani.
 Bakteri anaerob aerotoleran, yang tidak mati saat terpapar oksigen.
 Bakteri anaerob fakulatif, yang dapat tumbuh baik sebagai aerob maupun anaerob. Contoh: Escherichia coli, Shigella, Salmonella thypose.
 Bakteri mikroaerofilik, yang dapat tumbuh baik hanya pada lingkungan dengan tekanan oksigen rendah.
Sistem metabolisme pada anaerob aerotoleran dan obligat bersifat fermentatif kuat, sedangkan pada anaerob fakulatif, metabolisme respirasi
terjadi hanya jika ada oksigen, namun tidak terjadi fermentasi. Reaksi enzimatik terjadi saat bakteri tumbuh dalam lingkungan yang memiliki
udara. (Baca juga: Pernapasan pada tumbuhan)

Cara Bakteri Berkembang Biak (Reproduksi)


Sebagian besar bakteri berkembang biak secara vegetatif atau aseksual. Namun secara keseluruhan, ada empat cara reproduksi bakteri, yaitu:

 Pembelahan biner

Merupakan proses reproduksi aseksual melalui pembelahan sel. Dalam proses pembelahan sel, material genetik dalam sel juga menduplikasi diri
dengan membelah menjadi dua (pembelahan meiosis) dan mendistribusikan dirinya masing-masing pada dua sel baru tersebut. Pembelahan ini
terjadi cukup singkat yaitu setiap + 20 menit sekali dalam kondisi lingkungan yang optimal. (Baca juga: Pembelahan mitosis – Perbedaan
pembelahan mitosis dan meiosis)

 Konjugasi

Merupakam proses reproduksi seksual dengan cara pertukaran bahan genetik antara dua bakteri sebelum membelah diri, sehingga bakteri baru
yang dihasilkan memiliki gen baru. Pertukaran materi genetik ini melalui pili sex.

 Transformasi

Merupakan proses reproduksi dengan mengambil gen dari bakteri yang sudah mati di sekitarnya.

 Transduksi

Merupakan proses reproduksi di mana virus menyisipkan gen baru ke dalam sel tubuh bakteri. Proses transduksi ini banyak digunakan untuk
menghasilkan bakteri penghasil insulin.

Tempat Hidup Bakteri


Tempat hidup yang baik untuk bakteri adalah suatu medium yang mengandung satu atau lebih nutrisi yang dibutuhkannya. Tiap jenis bakteri
hanya dapat hidup dengan medium dan nutrisi yang sesuai. Medium tempat hidup bakteri dikelompokkan berdasarkan sumber medium, tujuan
kultivasi, bentuk fisik medium, dan sebagainya.

Contoh: berdasarkan sumber mediumnya, medium dibagi menjadi alamiah (misal susu), dan buatan (misal zat-zat kimia tertentu). Berdasar
bentuk fisik, medium dikelompokkan menjadi padat (misal kaldu agar), semi padat (misal agar lunak), dan cair (misal kaldu cair), dan sebagainya.

Medium yang baik untuk tempat tumbuh bakteri adalah medium yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhan dan
aktifitas bakteri. Tiap jenis bakteri membutuhkan nutrisi yang berbeda satu sama lain. Nutrisi-nutrisi tersebut di antaranya adalah:

 Sumber karbon baik berupa karbon organik (dalam proses metabolisme karbohidrat), maupun karbon anorganik (karbondioksida)
 Sumber energi yang berasal dari senyawa kimia (kemotrof) dan energi cahaya (fototrof)(Baca juga: Fungsi cahaya matahari bagi tumbuhan)
 Sumber nitrogen dalam bentuk nitrogen organik (melalui sintesis protein dan metabolisme asam amino) dan garam nitrogen anorganik (kalium
nitrat)
 Air (Baca juga: Akibat kurang air bagi tumbuhan)

Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Bakteri


Dalam pertumbuhannya, bakteri memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung. Namun, bakteri dikenal sebagai organisme yang “cerdas”,
dengan kata lain, bakteri memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi yang sangat tidak optimal bagi
organisme lain. Tiap jenis bakteri memiliki karakteristik tersendiri dalam hal cara hidup dan tingkat kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Supaya bakteri dapat tumbuh dengan optimal, bakteri membutuhkan beberapa nutrisi dari sumber makanan, energi, dan kondisi lingkungan yang
sesuai. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri.

1. Ketersediaan Nutrisi
Setiap bakteri memiliki kebutuhan nutrisinya sendiri-sendiri. Bakteri autotrof membutuhkan garam anorganik, karbondioksida dan air untuk
pertumbuhannya. Kelompok jenis bakteri ini mensintesa karbondioksida menjadi metabolit organik esensial. Sementara, bakteri heterotrof
membutuhkan karbon organik dari alam (misal glukosa) untuk tumbuhan dengan baik. Ada ratusan senyawa organik di alam yang bisa menjadi
sumber karbon bagi masing-masing jenis bakteri yang berbeda.

Selain karbon, sejumlah ion anorganik dibutuhkan oleh semua bakteri, seperti nitrogen, sulfur dan fosfor yang terdapat pada senyawa biologik,
serta magnesium, kalium, dan kalsium pada bakteri yang berhubungan dengan polimer anionik tertentu, dan lain-lain. Magnesium pada bakteri
digunakan untuk menstabilkan fungsi ribosom, asam nukleat, dan membran sel, serta dibutuhkan dalam aktifitas enzim. Kalium digunakan untuk
aktifitas enzim.

2. Ketersediaan Oksigen dan Karbondioksida


Oksigen dibutuhkan oleh bakteri aerob untuk respirasi dan reaksi enzimatik. Sedangkan pada bakteri aerob obligat dan aerob toleran, proses
metabolisme oksigen menyebabkan terjadinya proses fermentasi.
Pada bakteri aerob fakultatif, metabolisme oksigen tidak menyebabkan proses fermentasi, melainkan reaksi enzimatik yang menghasilkan radikal
peroksida dan hidrogen peroksida. Peroksidase ini dapat merusak H2O2 dan O2, sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik meskipun
mengandung oksigen.

Karbondioksida menjadi sumber karbon utama pada bakteri fotolitotrof dan kemolitotrof, yang digunakan untuk proses fiksasi CO2 heterotrof
dan sintesis asam lemak.
3. Temperatur yang Optimal
Tiap jenis bakteri membutuhkan temperatur atau suhu yang optimal untuk tumbuh. Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dimana mereka
dapat tumbuh dengan baik dan berkembang dengan cepat. Bakteri memiliki rentang temperatur sendiri supaya dapat membelah dengan baik dan
menghindari kerusakan yang dapat terjadi akibat temperatur yang tidak optimal. Temperatur optimal bagi organisme lain biasanya juga
merupakan temperatur yang optimal bagi bakteri. Bakteri patogen pada manusia tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu normal
manusia, yaitu 37 derajat Celcius.

4. Derajat Keasaman (pH)


Bakteri memiliki rentang derajat keasaman (pH) tertentu supaya dapat tumbuh dengan baik. Pada bakteri patogen, rentang pH optimal adalah 7,2
– 7,6. Bakteri fermentatif memiliki rentang nilai pH yang tinggi daripada bakteri aerob fakultatif. Produk fermentatif yang dihasilkan bersifat asam,
dan jumlahnya yang banyak dapat mengakibatkan ketidakseimbangan derajat pH. Namun, beberapa bakteri mengatasinya dengan menginduksi
jalur metabolisme baru untuk menghasilkan butanol (Clostridium acetobutylicum) dan butanediol (Klebsiella aerogenes)

5. Kondisi Osmotik
Umumnya konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik di dalam sel bakteri lebih tinggi daripada konsentrasi di luar sel. Sebagian besar bakteri,
kecuali pada Mycoplasma, mengembangkan sistem transportasi kompleks dan pengatur sensor-osmotik untuk menjaga keadaan osmotik dalam
sel tetap seimbang.

Jika kondisi osmotik tidak seimbang, bakteri akan mengalami kerusakan dinding sel. Pada Escherichia colidan beberapa bakteri Gram-negatif,
terdapat dua bagian cairan, yaitu sitoplasma pada membran dalam dan periplasma di antara membran luar dan membran dalam. Saat bakteri
berada pada lingkungan dengan tingkat osmolaritas rendah, membran sitoplasma akan mengembang untuk mencegah perubahan osmolaritas di
daerah periplasma.

Cara hidup berbeda-beda berdasarkan jenisnya. Mengetahui cara hidup bakteri dapat memberi kita pemahaman bagaimana mengendalikan dan
mengambil manfaat sebesar-besarnya dari bakteri. Seperti yang sudah kita ketahui, peranan bakteri dalam kehidupan manusia cukup signifikan,
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Perlakuan yang salah akan menyebabkan perkembangan bakteri merugikan yang tidak terkendali, atau justru memusnahkan bakteri yang
menguntungkan manusia dan mengganggu keseimbangan ekositem. Dengan mengetahui cara hidup bakteri dan perlakuan yang benar sesuai
peran dan porsinya dalam kehidupan, bakteri bahkan dapat membantu mmemperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

https://dosenbiologi.com/bakteri/cara-hidup-bakteri

You might also like