Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien?
3. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien?
4. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan mencegah terjadinya bahaya dan adverse events?
BAB II
PEMBAHASAN
2
penyakit dasarnya atau konsisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
Salah satu strategi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah
bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil
tindakan guna memperbaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan
melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif
(petugas yang melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi
laten akan menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan seperti KTD, dan bahkan
bisa menyebabkan kematian. Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu
tidak akan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting
adalah bagaimana melakukan suatu pembelajaran dari kesalahan tersebut
sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang
merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam
revisi dari kebijakan, termasuk Strandar Prosedur Operasional (SPO) dan
panduan yang ada.
3
tetap sesuai dengan pergerakkan zaman guna memenuhi kebutuhan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Penggunaan teknologi untuk meminimalkan keselahan dan memberi
penanganan yang cepat dengan cara :
1. Menghilangkan kesalahan dan kejadian buruk.
2. Mengurangi dampak dari kesalahn setelah mereka muncul untuk
meminimalkan injury.
3. Mengurangi terjadinya kejadian atau kesalahan buruk.
4. Mendektesi kesalahan awal, sebelum kecelakaan tercadi.
4
Tujuan utama dalam tim adalah memberikan pelayanan yang tepat,
oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat,
elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan
komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya,dan proses
pembuatan keputusan. Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan
hubungan kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran
pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.
Jenis kolaborasi Tim kesehatan:
1. Fully integrated major : Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang
sama
2. Partially integrated major : Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan
bersama
3. Join program office : Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama
tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan
bersama
4. Join partnership with affiliated programming : kerja sama yang
memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan
lainnya
5. Join partnership For issue advocacy : Bentuk kolaborasi yang memiliki
misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak harus
membentuk tim yang baru.
5
Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerjasama antara
tim kesehatan serta pasien dan keluarga. Peran keluarga secara aktif dalam
menjaga keselamatan pasien adalah :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien
maupun keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses
bersama tim kesehatan mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
6
a) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda
untuk perempuan dipakai untuk identifikasi
b) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki
riwayat alergi
c) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki
risiko jatuh
c. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh
petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil
preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan
berbagai profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi
yang efektif untuk memberikan pelayanan.
7
c. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan
cara memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang
diberikan, tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat.
8
a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar.
b. Membatasi pengunjung pasien.
c. Menerapkan etika batuk yang benar.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada.
Bahaya terhadap berbagai agen baik agen biologi, kimia, fisika dapat
dialami perawat di fasilitas kesehatan. Agen agen tersebut dapat menyebabkan
penyakit menular maupun non menular yang tentu dapat menyebabkan sakit
atau cidera bagi perawat. Upaya pencegaha yang dapat dilakukan adalah
menerapkan prosedur sesuai dengan SPO dan tidak lupa menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan kriteria atau klasifikasi pasien yang dihadapi
dengan demikian perawat dapat lebih waspada dan dapat mengenakan alat
pelindung diri sesuai dengan kondiri yang dibutuhkan.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Badraningsih, 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Dalam
https: // staff.uny.ac.id diakses pada Jumat, 08 Maret 2019
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi
2 . EGC. Jakarta
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik ed 4. EGC Jakarta