You are on page 1of 12

PAPER KESELAMATAN PASIEN DAN K3

MENGIDENTIFIKASI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT


KERJA DALAM KEPERAWATAN

Oleh:

Gusti Ayu Agung Yasinta F.R 17. 321. 2717

Ni Wayan Desri Arsarini 17. 321. 2754

Ni Wayan Juniasih 17. 321. 2755

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia


secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping
perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan
atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus
bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi
perhatian dikalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan
kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan
kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja dikalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja
dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja
yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Setiap orang membutuhkan pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengenali dan berespon terhadap adverse events?

1
2. Bagaimana penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien?
3. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien?
4. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan mencegah terjadinya bahaya dan adverse events?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana mengenali dan berespon terhadap adverse


events.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan teknologi dalam peningkatan
keselamatan pasien.
3. Untuk mengetahui peran kerja tim untuk keselamatan pasien.
4. Untuk mengetahui peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan mencegah terjadinya bahaya dan adverse events.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Agar dapat mengetahui bagaimana mengenali dan berespon terhadap


adverse events.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana penggunaan teknologi dalam
peningkatan keselamatan pasien.
3. Agar dapat mengetahui peran kerja tim untuk keselamatan pasien.
4. Agar dapat mengetahui peran pasien dan keluarga sebagai partner di
pelayanan kesehatan mencegah terjadinya bahaya dan adverse events.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengenali dan Berespon Terhadap Adverse Events

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / adverse events yaitu insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena

2
penyakit dasarnya atau konsisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
Salah satu strategi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah
bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil
tindakan guna memperbaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan
melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif
(petugas yang melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi
laten akan menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan seperti KTD, dan bahkan
bisa menyebabkan kematian. Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu
tidak akan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting
adalah bagaimana melakukan suatu pembelajaran dari kesalahan tersebut
sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang
merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam
revisi dari kebijakan, termasuk Strandar Prosedur Operasional (SPO) dan
panduan yang ada.

2.2 Penggunaan Teknologi dalam Peningkatan Kesehatan Pasien

Teknologi kesehatan didefinisikan sebagai seperangkat teknik-teknik,


obat-obatan, prosedur yang digunakan oleh professional kesehatan dalam
memberikan pelayanan medis kepada perorangan dan pelayanan kesehatan
dimasyarakat. Dalam UU RI No. 39 tahun 2009 ayat (2) disebutkan bahwa
teknologi kesehatan mencakup segala metode dan yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanay penyakit, meringankan
penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil komplikasi dan
memulihkan kesehatan setelah sakit.
Adanya teknologi dibidang kesehatan memberi dampak yang cukup
besar dalam perkembangan pelayanan kesehatan baik pada bidang kuratif
maupun preventif. Dampak yang dimaksud disini ialah teknologi dapat
memudahkan dalam penyebaran informasi kesehatan dan kemajuan dalam
segi pengobatan. Seiring dengan perkembangan zaman menuju arah yang
lebih modern maka teknologi yang sudah ada harus terus dikembangkan agar

3
tetap sesuai dengan pergerakkan zaman guna memenuhi kebutuhan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Penggunaan teknologi untuk meminimalkan keselahan dan memberi
penanganan yang cepat dengan cara :
1. Menghilangkan kesalahan dan kejadian buruk.
2. Mengurangi dampak dari kesalahn setelah mereka muncul untuk
meminimalkan injury.
3. Mengurangi terjadinya kejadian atau kesalahan buruk.
4. Mendektesi kesalahan awal, sebelum kecelakaan tercadi.

Contoh penggunaan teknologi dalam peningkatan kesehatan pasien antara


lain :

1. Penggunaan oxymetry pulse


oxymetry pulse memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi
oksigenasi menurun sebelum gejala klinis muncul, dan dengan demikian
lebih cepat mendiagnosa dan mengobati penyebab.
2. Alarm dan sistem peringatan
Penggunaan alarm dan sistem peringan dalam pemberian asuhan
keperawatan untuk mendeteksi kesalahn sebelum cedera perlu
dipertimbangkan. Beberapa contoh penggunaan alarm antara lain : alarm
pada pompa IV, alarm motitor jantung, dan alarm ventilator.
3. Barcode, scanning, dan robot
Sistem ini dapat mengurangi adminitrasi pengobatan oleh dokter dengan
adanya verifikasi identitas pasien dan validasi obat yang diintruksikan.
4. Telenursing dan telehealth
Telenursing dan telehealth adalah penggunaan teknologi untuk
memberikan perawatan dan melakukan praktik keperawatan jarak jauh.
Semua dilakukan dengan menggunakan teknologi internet, alat pemantau
digital serta lain sebagainya.

2.3 Peran Kerja Tim untuk Keselamatan Pasien

Hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab dengan penyedia


layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan pasien. Tim
kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi seperti dokter, perawat, psikiater,
ahli giji, Farmasi, pendidik di bidang kesehatan dan pekerja sosial.

4
Tujuan utama dalam tim adalah memberikan pelayanan yang tepat,
oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat,
elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan
komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya,dan proses
pembuatan keputusan. Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan
hubungan kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran
pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.
Jenis kolaborasi Tim kesehatan:
1. Fully integrated major : Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang
sama
2. Partially integrated major : Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan
bersama
3. Join program office : Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama
tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan
bersama
4. Join partnership with affiliated programming : kerja sama yang
memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan
lainnya
5. Join partnership For issue advocacy : Bentuk kolaborasi yang memiliki
misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak harus
membentuk tim yang baru.

2.4 Peran Pasien dan Keluarga Sebagai Partner di Pelayanan Kesehatan


Mencegah Terjadinya Bahaya dan Adverse Events

Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan melibatkan tim


kerja dari berbagai profesi, maka Rumah Sakit menyiapkan sistem layanan
terintegrasi yang berfokus pada pasien untuk memberi pelayanan yang aman
dengan 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Kmunikasi efektif
3. Pemberian obat secara aman
4. Ketepatan pasien, lokasi dan prosedur
5. Pencegahan infeksi
6. Pencegahan pasien jatuh

5
Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerjasama antara
tim kesehatan serta pasien dan keluarga. Peran keluarga secara aktif dalam
menjaga keselamatan pasien adalah :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien
maupun keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses
bersama tim kesehatan mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam


menjaga keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit :

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah, mengalami gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat
obat bius, atau gangguan lain tidak mampu melakukan identifikasi diri
dengan benar selain itu pasien yang pindah ruang rawat atau bertukar
tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko mengalami
ketidaktepatan identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk
memastikan identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan adalah tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut adalah sesuai.
Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi
pasien adalah:
a. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen
data diri yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan
tanggal lahir.
b. Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga
harus memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang
tersebut selama rawat inap karena gelang tersebut dipakai oleh tim
kesehatan guna memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko
pasien saat memberikan pelayanan.

6
a) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda
untuk perempuan dipakai untuk identifikasi
b) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki
riwayat alergi
c) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki
risiko jatuh
c. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh
petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil
preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.

2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan
berbagai profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi
yang efektif untuk memberikan pelayanan.

Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah :

a. Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan


untuk berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukkan ini
diperlukan untuk memastikan komunikasi berlangsung efektif dan
berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang
dan kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi
informasi.
b. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim
kesehatan dengan benar dan jelas.
c. Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak
diharapkan.
d. Meminta informasi yang diperlukan kepada tim kesehatan.

3. Pemberian Obat Secara Aman


Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan
dalam tata kelola pasien rawat inap..
Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat adalah
a. Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
dipergunakan sebelum masuk rumah sakit.
b. Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami
saat menggunakan obat tertentu.

7
c. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan
cara memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang
diberikan, tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat.

4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi


Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin
dilakukan pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Bagian
tubuh yang akan dioperasi bisa meliputi bagian yang bersisi (misalnya
tangan atau kaki kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang
multipel level (misalnya tulang belakang) atau bagian yang multipel
struktur (misalnya jari tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk
memastikan tindakan tepat-lokasi, tepat - prosedur, tepat-pasien
Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum tindakan operasi
adalah proses verifikasi. Peran pasien dan keluarga dalam proses
verifikasi praoperasi adalah memberikan informasi yang benar dan bekerja
sama secara kooperatif Proses yang dilakukan meliputi:
a. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang
dioperasi. Penandaan lokasi operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh
dokter yang akan melakukan tindakan dan dilaksanakan saat pasien
dalam keadaan sadar .Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus terlihat
sampai saat akan disayat.
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik.
c. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan
berkumpulnya berbagai jenis kuman sedangkan pasien yang sedang
dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif rendah dengan demikian
diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain
yang tidak berhubungan dengan penyakit utama pasien.
Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan
kesehatan adalah:

8
a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar.
b. Membatasi pengunjung pasien.
c. Menerapkan etika batuk yang benar.

6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam
pengamanan diri termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-
faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan
dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien,
riwayat jatuh saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur.
Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah
sakit adalah:
a. Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai
pasien.
b. Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas
dekat tempat tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu
tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yang beresiko
jatuh.

c. Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami


informasi yang diberikan oleh petugas agar dapat mendukung
tindakan pencegahan jatuh.

Informasi yang perlu diketahui adalah:

a) Faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang


dipergunakan, kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan
b) Tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan
c) Cara untuk minta bantuan
d) Cara menggunakan bel atau sarana komunikasi di ruangan
e) Cara mengatur pengamanan tempat tidur
f) Pengggunaan tali pengaman

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada.
Bahaya terhadap berbagai agen baik agen biologi, kimia, fisika dapat
dialami perawat di fasilitas kesehatan. Agen agen tersebut dapat menyebabkan
penyakit menular maupun non menular yang tentu dapat menyebabkan sakit
atau cidera bagi perawat. Upaya pencegaha yang dapat dilakukan adalah
menerapkan prosedur sesuai dengan SPO dan tidak lupa menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan kriteria atau klasifikasi pasien yang dihadapi
dengan demikian perawat dapat lebih waspada dan dapat mengenakan alat
pelindung diri sesuai dengan kondiri yang dibutuhkan.

3.2 Saran

Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan


kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja kami harapakan informasi pengenai penyakit
akibat kerja ini dapat kita jadikan pembelaaran agar penyakit yang timbul
akibat kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicegah untuk
meminimalkan resiko yang terjadi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badraningsih, 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Dalam
https: // staff.uny.ac.id diakses pada Jumat, 08 Maret 2019
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi
2 . EGC. Jakarta
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik ed 4. EGC Jakarta

You might also like