You are on page 1of 43

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA


TULUNGAGUNG

Diajukan oleh :
1. Nasrul Hafidzin NPM 2301160469
2. Abrary Daffa Dzulfikar NPM 2301160199
3. Nida Rizky Nabila NPM 2301160209
4. Ghaisani Insan Kamila NPM 2301160214
5. Aziza Puteri Ramadhani NPM 2301160215

Maret 2019
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TULUNGAGUNG

Diajukan oleh :
1. Nasrul Hafidzin NPM 2301160469
2. Abrary Daffa Dzulfikar NPM 2301160199
3. Nida Rizky Nabila NPM 2301160209
4. Ghaisani Insan Kamila NPM 2301160214
5. Aziza Puteri Ramadhani NPM 2301160215

Telah Disetujui dan Disahkan


Pada Tanggal Maret 2019

Pembimbing Praktik Kerja Lapangan

Moh. Saiful Munip


NIP 19820101200112 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan ini.

Praktik kerja lapangan ini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan mahasiswa

program studi diploma tiga yang telah memasuki tingkat akhir Politeknik Keuangan Negara

STAN. Laporan praktik kerja lapangan ini disusun sebagai pelengkap kerja praktik yang telah

dilaksanakan selama dua bulan di KPP Pratama Tulungagung.

Selesainya laporan praktik kerja lapangan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak

yang telah memberikan masukan dan pelajaran kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rahmadi Murwanto, selaku Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN;

2. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberi doa dan dukungan selama pelaksanaan

PKL hingga laporan ini selesai;

3. Bapak dan ibu dosen serta seluruh pengajar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

bagi kami;

4. Bapak Andi .., selaku Kepala Kantor yang telah memberi izin untuk melaksanakan PKL dan

menerima kami dengan baik;

5. Bapak Moh. Saiful Munip, selaku dosen pembimbing lapangan kami yang telah memberi

bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan PKL;

6. Teman-teman PKL yakni Bela, Amanda, Salma, Gesy, Faisal, yang telah bersama-sama

dengan kami selama hampir dua bulan ini;

iii
7. Seluruh pegawai KPP Pratama Tulungagung dan juga KP2KP Trenggalek serta pihak-pihak

lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi

maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap

agar Laporan PKL ini dapat berguna bagi pembacanya.

Tulungagung, 28 Maret 2019

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................v

BAB I: PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................3
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................3
1.4 Metode Penelitian .............................................................................................................3

BAB II: LANDASAN TEORI .........................................................................................................5

2.1 Profil KPP .........................................................................................................................5


2.2 Surat Massal ....................................................................................................................12

BAB III: PEMBAHASAN .............................................................................................................18

3.1 Praktik Kerja Lapangan ..................................................................................................18


3.2 Proses Bisnis Surat Massal .............................................................................................23
3.3 Permasalahan dalam Pelaksanaan Surat Massal .............................................................25
3.4 Efektivitas Surat Massal .................................................................................................29

BAB IV : PENUTUP .....................................................................................................................33

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................................33


4.2 Saran ...............................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................37

LAMPIRAN ...................................................................................................................................38

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran

rakyat. Pajak adalah sumber pendapatan negara yang digunakan oleh pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara berkaitan dengan kewajiban negara

memberikan pelayanan dan perlindungan bagi masyarakatnya serta membiayai

pembangunan yangdilakukan pemerintah.

Untuk bisa melaksanakan kewajiban perpajakannya wajib pajak tidak dapat

dilepaska dengan pegawai pajak. Wajib pajak menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009

adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak (WP) orang pribadi

yang memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan dikenakan

pajak terhadap pendapatan yang diperolehnya tersebut, begitu pula dengan Wajib Pajak

badan yang memiliki penghasilan dari kegiatan operasinya. Perpajakan di Indonesia

dewasa ini telah menerapkan sistem self assessment. Sistem self assessment memiliki

pengertian bahwa WP memiliki kewajiban untuk mendaftarkan diri, menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak terutang atas penghasilan yang

1
dimiliki. Wajib pajak wajib untuk menyetorkan pajak yang terutang setelah sebelumnya

dilakukan penghitungan melalui kantor pos, bank persepsi maupun pada loket yang

disediakan di kantor pajak. Kemudian kewajiban terakhir wajib pajak adalah melakukan

pelaporan atas pembayaran pajak yang sudah dilakukannya.

Wajib Pajak melaporkan pajak terutang yang telah dibayarkan menggunakan

Surat Pemberitahuan. Surat pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT menurut

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 02/ PJ/ 2019 adalah surat yang oleh wajib

pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayara pajak, objek pajak

dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT dapat disampaikan dalam bentuk

dokumen elektronik atau formulir kertas. Penyampaian SPT elektronik secara online

mengunakan metode e-filling .e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT secara

elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website DJP

Online (https://djponline.pajak.go.id) atau website penyalur SPT elektronik. Website

penyalur SPT elektronik yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai pihak yang

dapat menyalurkan penyampaian SPT adalah www.pajakku.com, www.laporpajak.com,

www.spt.co.id, www.online-pajak.com.

Bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, yang telah menggunakan e-

filing, selama pelaksananakan PKL masih banyak kai temukan Wajib Pajak yang masih

kesulitan dalam melaporkan pajak secara self assesment melalui e-filling. Dari sini tim

penulis tertarik untuk mengambil permasalahan ini sebagai topik bahasan dalam laporan

praktik kerja lapangan kami. Untuk mengetahui dan memahami duduk permasalahan

2
mengenai hal tersebut, kami kemudian melakukan berbagai pencarian dengan harapan

dapat memberikan solusi terhadap masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam laporan ini adalah

sebagai berikut,

1. Apa saja tugas masing-masing bagian dan seksi di KPP Pratama Tulungagung?

2. Bagaimana proses bisnis pelaporan pajak tahunan secara online di KPP Pratama

Tulungagung?

3. Apa saja permasalahan seputar pelaporan pajak tahunan secara online?

4. Apakah solusi yang efektif dalam mengatasi permasalahan seputar pelaporan pajak

secara online?

1.3 Tujuan

Tujuan kami dalam melakukan praktik kerja lapangan serta membuat laporannya

adalah sebagai berikut,

1. Mengetahui tugas masing-masing bagian dan seksi di KPP Pratama Semarang Barat

2. Mengetahui proses bisnis pelaporan pajak tahunan secara online di KPP Pratama

Tulungagung

3. Mengetahui permasalahan seputar pelaporan pajak secara online

4. Mengetahui solusi yang tepat agar pelaporan pajaktahunan secara online dapat menjadi

efektif

1.4 Metode Penelitian

3
Dalam pennyelesaian laporan ini, kami menggunakan metode penelitan studi

lapangan. Studi lapangan yang kami lakukan terdiri atas studi dokumentasi dan

wawancara.

McDonough dan Garett (1992) menyatakan “Dokumentasi adalah sejumlah bahan

bukti yang terekam/ tercatat yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari

sebagian atau semua dari suatu sistem manajemen, termasuk di dalamnya seluruh berkas

bahan bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat

sebelumnya selama pengkajian suatu system.”

Sehingga studi dokumentasi dapat diartikan sebagai pencatatan atau perekaman

suatu peristiwa/ obyek yang dilanjutkan dengan kegiatan penelusuran lebih lanjut serta

pengolahan atasnya sehingga menjadi sekumpulan/seberkas bahan bukti yang perlu

dibuat dan ditampilkan kembali bila diperlukan pada waktunya, ataupun sebagai

pelengkap atas laporan yang sedang disusunnya.

Nazir (1988) menyatakan “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya

atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang

dinamakan pandua wawancara.”

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Profil KPP

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat merupakan kantor pajak yang

berada di Jalan Pemuda Nomor 1 Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara,

Kota Semarang. Kantor ini memiliki visi yaitu mewujudkan KPP Pratama yang unggul

melalui kerja dinamis dan sinergis dalam menghimpun penerimaan negara untuk

kemandirian bangsa. Untuk mewujudkan visi tersebut, KPP Pratama Semarang Barat

memiliki beberapa misi diantaranya:

1. Memberikan Pelayanan yang berimbang

2. Menghimpun pajak dengan segenap tenaga, pikiran, dan budi luhur

KPP Pratama Semarang Barat terbentuk dan mulai beroperasi tanggal 6

November2007 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak NomorKEP-141/PJ/2007

tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi dan Tata Kerja dan Saat Mulai

Beroperasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan

Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di

Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai salah unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Semarang Barat bertanggung jawab langsung dan menyampaikan laporan

5
pencapaian target kinerja kepada unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak di atasnya, yaitu

Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I.

A. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat berdasarkan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/ 2007 tanggal 3 Oktober 2007

meliputi 63 (enam puluh tiga) kelurahan yang tersebar dalam 5 (lima) kecamatan di Kota

Semarang, yaitu:

a. Kecamatan Semarang Barat yang terdiri dari 16 (enam belas) kelurahan, yaitu:

1) Ngemplak Simongan 9) Salaman Mloyo


2) Manyaran 10) Bongsari
3) Krapyak 11) Cabean
4) Kembangarum 12) Karangayu
5) Tambakharjo 13) Tawang Mas
6) Kalibanteng Kulon 14) Krobokan
7) Gisikdrono 15) Tawangsari
8) Bojongsalaman 16) Kalibanteng Kidul

b. Kecamatan Ngaliyan yang terdiri dari 10 (sepuluh) kelurahan, yaitu:

1) Gondoriyo 6) Bambankerep
2) Podorejo 7) Ngaliyan
3) Bringin 8) Tambakaji
4) Purwoyoso 9) Wonosari
5) Kalipancur 10) Wates

c. Kecamatan Mijen yang terdiri dari 14 (empat belas) kelurahan, yaitu:

1) Cangkiran 8) Wonolopo
2) Bubakan 9) Mijen
3) Karang Malang 10) Wonoplumbon
4) Polaman 11) Ngadirgo
5) Purwosari 12) Pesantren
6) Jatisari 13) Jatibarang
7) Timbangan 14) Kedungpane

d. Kecamatan Gunungpati yang terdiri dari 16 (enam belas) kelurahan, yaitu:


6
1) Sumurrejo 9) Kalisegoro
2) Pakintelan 10) Patemon
3) Mangunsari 11) Sekaran
4) Plalangan 12) Sukorejo
5) Gunungpati 13) Sadeng
6) Nongkosawit 14) Cepoko
7) Pongangan 15) Kandri
8) Ngijo 16) Jatirejo

e. Kecamatan Tugu yang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan, yaitu:

1) Jrakah 5) MangkangWetan
2) Tugurejo 6) MangkangKulon
3) Karanganyar 7) Mangunharjo
4) Randugarut

Berdasarkan data wilayah yang diperoleh dari BPS Kota Semarang dan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang, luas wilayah kerja KPP Pratama

Semarang Barat adalah seluas 20.317 hektar atau 54% dari luas seluruh Kota Semarang

dengan jumlah penduduk sekitar 427.143 jiwa. Secara geografis wilayah kerja KPP

Pratama Semarang Barat berada bagian barat dan utara Kota Semarang dengan bentuk

permukaanyang bervariasi terdiri atas pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.

Tabel II.1
Luas Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Barat
No Nama Kecamatan Luas wilayah (Ha)
1. Semarang Barat 2.174
2. Ngaliyan 3.799
3. Mijen 5.755
4. Gunungpati 5.411
5. Tugu 3.178
TOTAL 20.317

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

7
GambarII.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Barat

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Adapun menurut Operator Console KPP Pratama Semarang Barat, jumlah Wajib

Pajak Efektif yang terdaftar pada tahun 2018 adalah sebesar 100.802 Wajib Pajak dengan

rincian sebagai berikut:

a.Wajib Pajak Orang Pribadi : 89.091 Wajib Pajak

b.Wajib Pajak Badan : 11.191 Wajib Pajak

c.Wajib Pajak Bendahara : 520 Wajib Pajak

B. Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tanggal 17 Oktober

8
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak terdiri

atas:

1.Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal;

2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi;

3.Seksi Pelayanan;

4.Seksi Penagihan;

5.Seksi Pemeriksaan;

6.Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan;

7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I;

8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;

9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;

10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV;

11.Kelompok Jabatan Fungsional.

GambarII.2
Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Barat

KEPALA KANTOR

KANTOR
SUBBAGIAN UMUM
dan KI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PENGOLAHAN PELAYANAN PENAGIHAN PEMERIKSAAN EKSTENSIFIKASI PENGAWASAN
DATA& DAN PENYULUHAN DAN KONSULTASI*
INFORMASI

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL PEMERIKSA
PAJAK

9
Sumber: PMK Nomor 206.2/PMK.01/2014

*) Pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri atas Seksi Pengawasan dan Konsultasi
I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, dan Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV;
Statistik pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat terhitung sampai
dengan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

a. Statistik Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan Ruang

Tabel II.2
Statistik Pegawai KPP Pratama Semarang Barat
Berdasarkan Pangkat/Golongan Ruang

Jumlah
Pangkat/Gol. Ruang
1
Pembina Tk. I / IV.b
9
Pembina / IV.a
10
Penata Tk. I / III.d
19
Penata / III.c
21
Penata Muda Tk. I / III.b
19
Penata Muda / III.a
11
Pengatur Tk. I / II.d
Pengatur / II.c 4
14
Pengatur Muda / II.a
108
Jumlah Pegawai
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

b. Statistik Pegawai Berdasarkan Jabatan


Tabel II.3
Statistik Pegawai KPP Pratama Semarang Barat
Berdasarkan Jabatan
Jumlah
Jabatan
1
Kepala Kantor

10
9
Fungsional Pemeriksa
10
Kepala Subbagian / Seksi
48
Account Representative
37
Pelaksana
108
Jumlah Pegawai

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

c. Statistika Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel II.4
Statistik Pegawai KPP Pratama Semarang Barat
Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah
Tingkat Pendidikan
15
Strata 2
47
Strata 1 / Diploma IV
20
Diploma III
19
Diploma I
7
SMU / Sederajat
108
Jumlah Pegawai

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

C. Tugas dan Fungsi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana

terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung

lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


11
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat mempunyai fungsi, yaitu :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan

potensi perpajakandan ekstensifikasi Wajib Pajak.

b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, SPT masa

sertaberkas Wajib Pajak.

c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung

Lainnya (PTLL).

d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan,

penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak

Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.

f. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

h. Pengurangan sanksi pajak.

i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan

j. Pelaksanaan administrasi kantor penyuluhan perpajakan

2.2 Surat Massal

A. Pengertian

Surat massal adalah salah satu jenis surat resmi yang digunakan Kantor Pelayanan

Pajak sebagai salah satu sarana berkomunikasi dan memberikan informasi secara formal

12
kepada Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan terkait keperluan tertentu yang

berhubungan dengan perpajakan. Sesuai dengan namanya, surat ini dibuat secara massal

dengan maksud dan isi yang sama kepada Wajib Pajak dalam jumlah yang banyak.

Pembuatan surat massal ini sesuai dengan kaidah dan format yang telah ditentukan oleh

Kementerian Keuangan, contoh:

a) Penggunaan bahasa baku,

b) Isi surat harus efektif dan jelas.

c) Dibuat dengan memuat konten konten yang mudah dimengerti penerima.

Pada tahun 2019,Account RepresentativeKPP Pratama Semarang Barat berencana

mengirimkan surat massal kepada Wajib Pajak sebanyak tiga kali, yaitu di awal,

pertengahan, dan akhir tahun untuk mengimbau Wajib Pajak melakukan pelaporan SPT

Tahunan. Berbeda dengan 2019, di tahun sebelumnya KPP Pratama Semarang Barat

hanya mengirimkan surat massal sebanyak satu kali di akhir tahun saja.

Meskipun demikian, tidak seluruh Wajib Pajak di unit kerja KPP Pratama

Semarang Barat dikirimkan surat massal, hanya beberapa Wajib Pajak dengan kriteria

tertentu, yaitu:

a. Potensi Pajak Kecil

Menurut Account Representive yang kami wawancarai, Wajib Pajak yang

diberikan surat imbauan mengenai penyampaian SPT secara massal adalah Wajib Pajak

yang memiliki potensi pajak yang kecil, agar Wajib Pajak tersebut melakukan pelaporan

SPT Tahunan.

b. Data Wajib Pajak Homogen

13
Karena jumlah Wajib Pajak yang besar, kurang lebih sebanyak sebelas ribu wajib

pajak yang harus diberi imbauan untuk menyampaikan SPT, maka tidak memungkinkan

apabila setiap wajib pajak diberikan surat selain massal.

c. Wajib Pajak dengan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) selain karyawan

KLU disusun menurut Kategori, Golongan Pokok, golongan Sub Golongan dan

Kelompok Kegiatan Ekonomi. KLU didasarkan kepada Klasifikasi Baku Lapangan

Usaha Indonesia (KBLI) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2009 Cetakan III. Salah satu

KLU sesuai dengan BPS adalah karyawan. Karena pada praktiknya pemenuhan

kewajiban perpajakan karyawan terbantu dengan adanya sistem withholding tax sehingga

karyawan tidak perlu menyetor sendiri pajaknya dan tidak jarang pemberi kerja juga

memberikan bantuan dalam pelaporan SPT Tahunan atau minimal mengingatkan

karyawannya untuk melakukan pelaporan.

B. Pagu Anggaran

Pagu anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja

pemerintah pusat dan/atau pembiayaan dalam APBN. Dalam pengelolaan APBN, pagu

dibagi menjadi tiga termin, yaitu pagu indikatif yang ditetapkan pada bulan Maret, pagu

anggaran pada bulan Juli, dan pagu definitif yang ditetapkan pada bulan November.

Sedangkan DIPA adalah dokumen yang berisi pelaksanaan anggaran yang disusun oleh

Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran, dalam hal ini adalah Bendahara

Pengeluaran. DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapat

pengesahan.

Besarnya Pagu Anggaran persuratan dalam DIPA KPP Pratama Semarang Barat

di tahun 2018 adalah Rp. 200.000.000,00 untuk pagu indikatif, kemudian Rp.

14
340.000.000,00 untuk pagu anggaran, dan realisasi belanja sebesar Rp. 338.430.637,00.

Pada tahun 2019 Bendahara Pengeluaran telah menetapkan pagu indikatif sebesar Rp.

178.439.000.

Sementara, biaya pengiriman setiap surat massal di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Semarang Barat pada tahun 2018-2019 menggunakan jasa pengiriman Pos

Indonesia adalah:

 Rp. 7.000,00 untuk pengiriman dalam kota

 Rp. 12.000,00 untuk pengiriman luar kota

Tagihan biaya pengiriman surat dibayarkan setiap bulan sekali pada bulan

berikutnya. Misalnya biaya pengiriman surat di bulan Januari ditagih dan dibayarkan di

bulan Februari setelah rekap pengiriman surat selama bulan Januari dibuat oleh pihak

penyedia jasa.

Pada tahun 2019 biaya pengiriman surat kepada Pos Indonesia baru berjalan

selamadua bulan dengan biaya:

 Januari Rp. 23.000.500,00

 Februari Rp. 66.538.000,00

Rincian pembayaran pengiriman surat yang dikeluarkan oleh Bendahara

Pengeluaran untuk mengirimkan surat massal menggunakan jasa pengiriman Pos

Indonesia di tahun 2018 adalah sebagai berikut,

15
16
Tabel II.5
Data Pengeluaran Pengiriman Surat Melalui Jasa PT Pos Indonesia (Persero)
KPP Pratama Semarang Barat

Sumber: Bendahara KPP Pratama Semarang Barat

17
BAB III: PEMBAHASAN

3.1 Praktik Kerja Lapangan

Selama melaksanakan kerja di lapangan, masing-masing kami melakukan praktik

pada masing-masing seksi yang ditugaskan. Setiap seminggu sekali, dilakukan pergantian

seksi agar semua dapat merasakan tiap bagian yang ada di KPP Pratama Semarang Barat

dan berkenalan dengan seluruh unit di KPP Pratama Semarang Barat. Sehingga, kami

telah mempelajari tugas, pokok, dan fungsi masing-masing bagian di KPP Pratama

Semarang Barat. Berikut merupakan rincian tugas, pokok, dan fungsi masing-masing

bagian dan seksi.

A. Sub Bagian Umum

Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal (SUKI), merupakan sub bagian di KPP

yang mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah

tangga. Beberapa tugas dari SUKI ialah membuat rencana kerja sub bagian umum,

melakukan penatausahaan surat fungsional pemeriksa lainnya, melakukan prosedur

penyusunan tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui tromol pos

5000 maupun secara langsung, melakukan prosedur penelitian oleh tim peneliti

pengaduan masyarakat/tromol pos 5000 dan penyusunan laporan berkala KPP,

melakukan prosedur penyusunan surat usulan pengangkatan calon pegawai menjadi

pegawai negeri sipil dan pelaksanaan pengambilan sumpah pegawai sipil/sumpah jabatan,

melakukan prosedur permintaan pengujian kesehatan pegawai, melakukan prosedur

penelitian pendahuluan atas dugaan adanya pelanggaran disiplin pegawai, melakukan

prosedur pemberian hukuman atas pelanggaran disiplin pegawai, melakukan prosedur

18
pembuatan rekapitulasi laporan bulanan ketertiban pegawai, melakukan penegakan

disiplin kepada para pegawai berdasarkan peraturan kepegawaian yang berlaku,

melakukan prosedur usul kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala pegawai, dan

pemberian izin cuti pegawai, melakukan prosedur penertiban izin melanjutkan

pendidikan di luar kedinasan, dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya, SUKI mengurus segala hal yang berhubungan dengan keuangan,

kepegawaian, tata usaha, dan rumah tangga. Selama kami melakukan praktik kerja

lapangan di SUKI, kami mendapatkan beberapa tugas yakni membantu dari membuat

Surat Tugas hingga perekapan Surat Tugas. Selain itu, kami juga membantu membuat

Nota Dinas.

B. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan terbagi menjadi dua, yakni front office dan back office. Pegawai

di front office bertugas melayani Wajib Pajak secara langsung, sehingga pegawai bertatap

muka langsung dengan Wajib Pajak. Dalam hal ini, kami membantu pelayanan e-filing

dengan jadwal piket yang telah disediakan. Sementara back office, kami membantu untuk

memasukkan bukti pemindahbukuan, memasukkan surat tanggapan atas suatu

permohonan, memindai berkas pemindahbukuan, membuat berkas Wajib Pajak yang baru

terdaftar, memfotokopi, hingga memasukan surat tanggapan ke dalam amplop.

Sementara, tugas dari seksi pelayanan antara lain adalah melakukan

penatausahaan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya pada

TPT serta surat-surat masuk untuk seksi pelayanan, melakukan penatausahaan surat-surat

permohonan (non keberatan) dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya TPT, melakukan

penyelesaian registrasi Wajib Pajak, objek pajak dan atau pengukuhan Pengusaha Kena

19
Pajak (PKP), melakukan penyelesaian permohonan penghapusan NPWP dan pencabutan

Pengukuhan Kena Pajak (PKP), melakukan penerbitan surat keputusan pembetulan

produk hukum, mencetak pemberitahuan Wajib Pajak pindah keluar dan Wajib Pajak

pindah masuk, melakukan penerimaan berkas Wajib Pajak pindah masuk, melakukan

penatausahaan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT Masa PPh pemotongan

dan pemungutan atau SPOP yang telah diterima kembali dalam rangka pengawasan

kepatuhan Wajib Pajak, melaksanakan prosedur peminjaman/pengiriman berkas Wajib

Pajak, melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi, melakukan

prosedur penyuluhan perpajakan, dan masih banyak lagi.

C. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Saat berada di Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), kami memiliki

beragam pengalaman. Beberapa dari kami membantu untuk mengisi Alket, ada pula yang

membantu untuk mengganti Accout Representative dari para Wajib Pajak, hingga

membantu input e-Nofa. Tugas dari Seksi PDI secara rinci ialah sebagai berikut.

 Membuat rencana kerja pengolahan data dan informasi

 Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan

ekonomi dan keuangan menatausahakan penerimaan pajak

 Melakukan perbaikan atas kerusakan komputer dan aplikasi komputer

 Melakukan penatausahaan alat keterangan dan surat-surat masuk pada seksi

pengolahan data dan informasikan arsip seksi PDI

 Melayani prosedur peminjaman dan pengembalian berkas alat keterangan dari

seksi lain

 Melakukan penggalian potensi pajak ekstensifikasi Wajib Pajak.

20
D. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) memiliki empat Seksi yakni Seksi

Waskon I, Waskon II, Waskon III, dan Waskon IV. Saat berada di Waskon, kami

membantu untuk disposisi surat, mencari nama Account Representative dari Wajib Pajak,

membagikan dokumen ke masing-masing Account Representative, mengantarkan surat ke

berbagai seksi, mengangkat telepon, dan masih banyak lagi.

Beberapa tugas dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi adalah sebagai berikut,

 Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum

menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

 Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak

 Melakukan prosedur penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengawasan dan

konsultasi

 Melakukan prosedur proses penerbitan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)

E. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

Saat berada di seksi ekstensifikasi dan penyuluhan, kebanyakan dari kami

membantu melakukan geotagging dan melipat serta mengamplopi surat. Selain itu, kami

juga membantu saat penyuluhan ke beberapa tempat di luar KPP seperti di rumah sakit,

universitas, dan pabrik-pabrik. Tugas dari seksi ekstensifikasi dan penyulihan adalah

membantu kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan potensi

perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian

objek pajak, kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
21
seperti, membuat rencana kerja dan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, dan melakukan

penyuluhan baik di dalam dan di luar KPP.

F. Seksi Pemeriksaan

Saat berada di seksi pemeriksaan, beberapa dari kami ada yang diberi kesempatan

untuk ikut melakukan pemeriksaan lapangan untuk tujuan lain dengan pegawai bagian

seksi ini, seperti penghapusan PKP dan NPWP. Seksi pemeriksaan bertugas membantu

kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah

pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnyadi KPP Pratama

Semarang Barat.

G. Seksi Penagihan

Saat berada di Seksi Penagihan, kami melakukan scanning Surat Tagihan Pajak

(STP) guna pengarsipan di gudang. Beberapa dari kami juga berkesempatan untuk

mencari dan menata dokumen-dokumen yang berada di gudang.

Beberapa tugas dari Seksi Penagihan adalah sebagai berikut.

 Membuat rencana kerja seksi penagihandan melakukan penyesuaian rencana kerja

tahunan seksi penagihan

 Melakukan prosedur penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan

Pajak (STP), Surat Tanda Terima Setoran (STTS), Surat Setoran Bea (SSB)

beserta bukti pemindahbukuan (PBK) dalam rangka pengawasan tunggakan dan

angsuran/pelunasan pajak

 Melakukan prosedur penerbitan surat teguran

 Melakukan prosedur penerbitan pelaksanaan surat paksa


22
H. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan

Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP

Pratama Semarang Barat.Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan

kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, setiap kelompok

jabatan fungsional dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh

Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah Jabatan Fungsional

ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.Jenis dan jenjang jabatan fungsional

diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.2 Proses Bisnis Surat Massal

Surat massal secara umum memiliki tujuan untuk mengimbau Wajib Pajak dalam

hal memenuhi kewajiban perpajakannya, contohnya seperti pelaporan SPT Tahunan dan

pembayaran pajak terutang. Dengan dikirimnya surat massal tersebut, diharapkan Wajib

Pajak sadar akan kewajiban perpajakannya dan tentunya akan meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak.

Penerbitan surat massal dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Setiap Account Representative mengklasifikasikan Wajib Pajak mana yang akan

dikirimkan surat massal atau tidak.

2. Account Representative memberikan data Wajib Pajak tersebut kepada Sekretariat

untuk dimintakan nomor surat jenis S-MSL

23
3. Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi melakukan penatausahaan surat, dari

mencetak, hingga memasukkan kedalam amplop.

4. Surat dibawa ke Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal untuk dikirimkan kepada

Wajib Pajak melalui jasa ekspedisi.

Ketika surat kembali pos, proses bisnisnya adalah sebagai berikut:

1. Surat yang kembali pos dikembalikan oleh jasa ekspedisi kepada Sekretariat

2. Sekretariat memberikan surat yang kembali kepada pelaksana di masing-masing seksi

3. Pelaksana merekap surat yang kembali pos lengkap dengan alasannya.

4. Surat yang kembali pos diberikan kepada Account Representative masing-masing

untuk ditindaklanjuti.

24
GambarIII.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Barat

Sumber: Hasil wawancara degan Pelaksana dan Account Representative

3.3 Permasalahan dalam Pelaksanaan Surat Massal

Kembali pos atau yang biasa disebut kempos adalah surat-surat yang dikembalikan

oleh pihak penyedia jasa pengiriman karena surat tidak sampai kepada penerima yang

sudah dicantumkan. Setiap tahun KPP Pratama Semarang Barat menghadapi

permasalahan kempos untuk jenis surat massal yang dikirimkan kepada Wajib Pajak. Hal

25
ini menjadi permasalahan tersendiri karena terjadi berulang kali di setiap tahun dengan

jumlah yang tak sedikit.

Surat yang kembali tentu saja mempengaruhi target kepatuhan dan penerimaan pajak

di tahun terkait, karena ketika terdapat surat yang kembali artinya kantor pajak tidak

dapat menyampaikan imbauan kepada Wajib Pajak di wilayah kerjanya untuk melakukan

kewajiban perpajakannya yaitu melapor dan membayar pajak. Di samping itu, kegagalan

kantor pajak untuk menjangkau Wajib Pajak menciptakan ketidakadilan tersendiri bagi

Wajib Pajak, karena dapat ditarik pernyataan bahwa yang membayar dan melapor pajak

hanya Wajib Pajak tertentu yang “itu-itu saja” setiap tahunnya. Diperlukan penanganan

dengan prosedur yang tepat untuk mencegah kembali pos terulang kembali setiap tahun

atau paling tidak mengurangi jumlahnya.

A. PenyebabKembali Pos

Penyebab terjadinya kembali pos sudah dikategorikan oleh pihak penyedia jasa

pengiriman, dalam hal ini adalah PT Pos Indonesia (Persero). Berikut ini adalah penyebab

terjadinya kembali pos:

 Alamat tidak jelas

Artinya alamat yang dituliskan pada surat tidak lengkap. Misalnya, tidak ada

keterangan RT dan RW hanya sebatas nama jalan.

 Penerima tidak dikenal

Artinya setelah dikunjungi sesuai dengan alamat yang tertera pada surat, penerima

yang dituju tidak berkedudukan atau tidak dikenal di tempat tersebut.

26
 Penerima telah meninggal atau bubar

Artinya setelah dikunjungi sesuai dengan alamat yang tertera pada surat, penerima

sudah meninggal untuk orang pribadi atau sudah bubar untuk badan.

 Surat ditolak

Artinya setelah dikunjungi sesuai dengan alamat yang tertera pada surat, pihak yang

dituju menolak menerima surat tanpa alasan yang jelas.

 Rumah kosong

Artinya setelah dikunjungi sesuai dengan alamat yang tertera pada surat, alamat rumah

yang dituju dalam keadaan kosong sehingga penerima tidak dapat ditemui.

 Pindah alamat

Artinya setelah dikunjungi sesuai dengan alamat yang tertera pada surat, yang

bersangkutan sudah berpindah alamat dan rumah sudah ditempati orang lain.

B. Data di KPP Pratama Semarang Barat

Jumlah surat massal yang kembali pos dalam periode 1 Januari-6 Maret 2019 adalah:

TabelIII.2
Rincian Jumlah Surat Kembali Pos

Alasan Jumlah
Alamat Tidak Jelas 120
Penerima Tidak Dikenal 929
Meninggal / Bubar 15
Surat Ditolak 21
Rumah Kosong 250
Pindah Alamat 1023
Jumlah 2358

Sumber: Sekretariat KPP Pratama Semarang Barat

27
Sedangkan jumlah surat massal yang dikirim dalam periode 1 Januari sampai dengan 6

Maret 2019 sejumlah 11.130.

C. Kerugian yang Ditimbulkan

1. Biaya Pengiriman

Biaya yang diakibatkan dari surat kembali pos periode 1 Januari sampai dengan 6

Maret 2019 adalah sebesar Rp. 16.506.000,00. Angka tersebut didapat dari jumlah surat

yang kembali pos (2.358) dikalikan dengan tarif jasa PT Pos Indonesia (Persero) untuk

pengiriman dalam kota (Rp. 7.000).

2. Potensi yang Hilang akibat Kempos

Kerugian yang diakibatkan oleh surat yang kembali pos tak hanya dilihat dari segi

biaya persuratan saja, namun juga dilihat dari potensi penerimaan pajak yang hilang

karena Wajib Pajak tidak dapat dijangkau melalui surat. Jika dilihat dari data surat yang

kembali, terdapat 21% Wajib Pajak tidak dapat dijangkau.Misalkan satu Wajib Pajak

berpotensi membayar pajak sebesar Rp. 210.684,00 maka potensi penerimaan yang

hilang dari 2.358 surat adalah sebesar Rp. 496.792.872,00. Angka pengali Rp. 210.684,00

didapatkan dari rata-rata jumlah pembayaran SSP yang diterima tahun 2017 kemudian

dibagi dua untuk menyesuaikan tarif yang berubah di tahun 2018.

Selain itu, terjadi ketidakadilan antara Wajib Pajak satu dengan yang lainnya. Wajib

Pajak yang tidak dapat dijangkau melalui pos dianggap belum melakukan kewajiban

perpajakannya baik melapor atau membayar pajak apabila memiliki penghasilan.

28
3.4 Efektivitas Surat Massal

Terkait efektivitas surat massal, kami membaginya menjadi dua sudut pandang, yakni

pembayaran dan pelaporan. Pembayaran kami lihat dari jumlah Surat Setoran Pajak (SSP)

yang diterima pada kuartal keempat tahun 2018 khusus Peraturan Pemerintah 46 Tahun

2013 sebagaimana yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2018

tentang Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Sementara pelaporan kami lihat dari banyaknya SPT

Tahunan yang dilaporkan pada tahun 2017, 2018, dan 2019. Khusus untuk tahun 2019,

kami mengambil sampel pada tanggal 1 Januari hingga 18 Maret 2019. Batasan

materialitas yang kami gunakan dalam penghitungan ini sebesar 11,98% untuk mengukur

efektivitas pembayaran dan 5,2% untuk mengukur efektivitas pelaporan.

A. Berdasarkan Pembayaran

Efektivitas pengiriman surat massal untuk mengimbau Wajib Pajak di KPP Pratama

Semarang Barat dapat terlihat pada tabel jumlah pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat 2 (PP

46/PP 23) pada akhir tahun 2016, 2017, dan 2018.

TabelIII.3
Rincian Jumlah SSP Diterima Tahun Pajak 2016, 2017, dan 2018

Wajib Jumlah Jumlah Bayar Jumlah Jumlah Bayar Jumlah SSP Jumlah Bayar
Pajak SSP 2016 2016 SSP 2017 2017 2018 2018
Badan 4430 3.355.878.363 5024 4.096.900.059 5957 3.226.957.895
Orang 5873 2.189.244.345 6514 2.744.785.296 8802 1.958.083.551
Pribadi
Total 10303 5.545.122.708 11538 6.841.685.355 14759 5.185.041.446
Sumber: Account Representative KPP Pratama Semarang Barat

29
Pada tahun 2016 jumlah penyetoran pajak untuk Wajib Pajak badan sebanyak 4.430

SSP dengan jumlah bayar sebesar Rp. 3.355.878.363, tahun 2017 sebesar 5.024 SSP

dengan jumlah bayar sebesar Rp. 4.096.900.059, dan tahun 2018 jumlah penyetoran

pajak sebanyak 5.957 SSP dengan jumlah bayar sebesar Rp. 3.226.957.895.

Untuk Wajib Pajak orang pribadi pada tahun 2016 tercatat jumlah SSP yang

disetorkan sebanyak 5.873 SSP dengan jumlah bayar sebesar Rp. 2.189.244.345, tahun

2017 sebesar 6.514 SSP dengan jumlah bayar Rp. 2.744.785.296, dan tahun 2018 jumlah

penyetoran pajak sebanyak 8.802 SSP dengan jumlah bayar sebesar Rp. 1.958.083.551.

Dari tabel dan uraian di atas, dapat diketahui setelah dilakukan pengiriman surat

massal di tahun 2018 terdapat peningkatan jumlah Surat Setoran Pajak yang diterima

sebesar 22%, dari 11.538 SSP pada tahun 2017 menjadi 14.759 SSP pada tahun 2018.

Namun peningkatan jumlah SSP yang diterima tidak dibarengi dengan jumlah

penerimaan pajak yang diperoleh, dari tabel di atas dapat diketahui terjadi penurunan

penerimaan penerimaan pajak dari 6.841.685.355 pada 2017 menjadi 5.185.041.446 di

tahun 2018. Hal tersebut terjadi salah satunya karena adanya penurunan tarif pajak

penghasilan final UMKM dari 1% menjadi 0,5%.

B. Berdasarkan Pelaporan

Berikut merupakan data pelaporan SPT Tahunan per tanggal 18 Maret dalam tiga

tahun pajak terakhir, yakni 2016, 2017, dan 2018.

30
TabelIII.4
Rincian Jumlah SPT Diterima Tahun Pajak 2016

Sumber: Account Representative

TabelIII.5
Rincian Jumlah SPT Diterima Tahun Pajak 2017

umb

er:

Acco

unt

Representative

TabelIII.6
Rincian Jumlah SPT Diterima Tahun Pajak 2018

Sumber: Account Representative

31
Dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah pelaporan SPT Tahunan pada tahun

pajak 2016 adalah 19.083 SPT, tahun pajak 2017 adalah 20.095 SPT, dan tahun pajak

2018 adalah 24.950 SPT. Terjadi peningkatan jumlah pelaporan sebesar 5,3% SPT dari

tahun 2016 ke 2017. Sementara pada tahun 2017 menuju 2018 terjadi peningkatan

sebesar 24,2% SPT. Peningkatan ini salah satunya dipengaruhi oleh Surat Massal yang

dikirimkan oleh KPP kepada Wajib Pajak yang berisi mengenai himbauan untuk

memenuhi kewajiban perpajakan.

Berdasarkan data yang telah kami peroleh, baik dari segi pembayaran maupun

pelaporan, menunjukkan bahwa pelaksanaan Surat Massal cukup efektif untuk

mengimbau Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan.Materialitas

Sebagai informasi, KPP Pratama Semarang Barat pada tahun 2016 dan 2017 tidak

melakukan pengiriman surat massal kepada Wajib Pajak dalam rangka mengimbau

pelaporan SPT tahunan dan pembayaran pajak penghasilan final pasal 4 ayat 2.

Sedangkan pada tahun 2018, KPP Pratama Semarang Barat melakukan pengiriman surat

massal sebanyak satu kali di akhir tahun dalam rangka mengimbau Wajib Pajak untuk

membayar pajak penghasilan final pasal 4 ayat 2.

32
BAB IV: PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Surat Massal

merupakan salah satu cara penyampaian surat resmi yang digunakan Kantor Pelayanan

Pajak sebagai salah satu sarana berkomunikasi dan memberikan informasi secara formal

kepada Wajib Pajak baik Orang Pribadi maupun Badan terkait keperluan tertentu yang

berhubungan dengan perpajakan. Sesuai dengan namanya, surat ini dibuat secara massal

dengan maksud dan isi yang sama kepada Wajib Pajak dalam jumlah yang banyak. Surat

ini ditujukan untuk Wajib Pajak secara umum, terlepas dari kondisi Wajib Pajak yang

berbeda-beda. Surat Massal merupakan salah satu cara KPP Pratama Semarang Barat

dalam menjangkau Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan.

Banyak faktor penyebab kembalinya surat massal. Beberapa diantaranya adalah

penerima tidak dikenal, alamat kurang jelas, penerima telah meninggal atau bubar, surat

ditolak, rumah kosong, atau Wajib Pajak yang pindah alamat. Hingga 6 Maret 2019,

tercatat ada sekitar 2.358 surat yang kembali dari total 11.130 surat massal yang dikirim

pada tahun 2019. Selain kerugian biaya pengiriman, terdapat juga kerugian potensi

penerimaan pajak yang hilang karena Wajib Pajak tidak dapat dijangkau melalui surat.

Jika surat tersebut diterima seluruhnya, ada kemungkinan penerimaan pajak KPP Pratama

Semarang Barat meningkat.

Terlepas dari banyaknya Surat Massal yang kembali, kami dapat menarik

kesimpulan bahwa pengiriman Surat Massal dianggap cukup efektif untuk mengimbau

Wajib Pajak. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penyetoran SSP dan

pelaporan SPT di KPP Pratama Semarang Barat pada tiga tahun terakhir. Meskipun
33
begitu, kami berpendapat bahwa pengiriman Surat Massal dapat dilakukan dengan lebih

efektif dan efisien lagi. Dengan saran dan solusi yang telah kami diskusikan, kami harap

kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pembayaran maupun pelaporan pajak dapat meningkat

pada tahun-tahun berikutnya.

3.2 Saran

Permasalahan utama dari surat massal adalah mengenai banyaknya surat massal

yang kembali. Oleh karena itu, kami mencoba mencari solusi serta menanyakan beberapa

pendapat pihak-pihak terkait. Berikut merupakan ringkasan dari saran-saran tersebut.

1. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak

Surat massal yang kembali pos biasanya dikarenakan data Wajib Pajak yang

kurang akurat, misalnya Wajib Pajak sudah pindah alamat namun tidak melakukan

perubahan data, nomor telepon Wajib Pajak yang tidak dapat dihubungi, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu diperlukan adanya pembaruan data Wajib Pajak. Pembaruan

data Wajib Pajak saat ini sudah difasilitasi oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak

dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2018

pada 25 Juni 2018tentang. Surat edaran ini bertujuan untuk memberikan kemudahan

dalam proses pemutakhiran basis data Masterfile Wajib Pajak untuk pembaruan SIDJP

dan memberikan kepastian hukum kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak dalam melakukan

pemutakhiran basis data Masterfile Wajib Pajak.

Pada pelaksanaannya data diberikan langsung oleh kantor pusat kepada KPP

untuk kemudian diproses oleh Account Representative dan diinput oleh pelaksana pada

34
seksi PDI, Pelayanan,dan Ekstensifikasi & Penyuluhan untuk memperbarui serta

melengkapi data Wajib Pajak dalam sistem.

2. Pengiriman Langsung

Pengiriman surat massal diserahkan dan dipertanggungjawabkan secara langsung

kepada petugas kecamatan atau kelurahan untuk diberikan kepada warga yang tinggal di

wilayah tersebut, karena petugas kelurahan atau kecamatan memiliki data wajib pajak

yang berdomisili di wilayah tersebut dan lebih mengenal warganya sendiri secara

langsung, sehingga dapat menghindari penyebab kembali pos akibat alamat tidak jelas,

surat ditolak, rumah kosong, dan pindah alamat. Sebagai pengganti jasa ekspedisi untuk

mengirim surat, kantor pajak dapat memberi kompensasi kepada petugas

kelurahan/kecamatan yang telah disepakati kedua belah pihak dengan tetap

memperhatikan ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini Pos Indonesia sebagai mitra

pengiriman surat KPP Pratama Semarang Barat tidak lagi digunakan sebagai jasa

pengiriman surat massal.

3. Alamat Alternatif

Alamat alternatif adalah alamat yang dapat diakses selain alamat utama. Ketika

Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dari kantor pajak, mereka

diwajibkan untuk mengisi alamat sesuai dengan KTP. Alangkah lebih baik untuk

menghindari terjadinya kembali pos yang terus menerus, Wajib Pajak juga diwajibkan

mengisi alamat alternatif yang dapat dituju apabila alamat utamanya pindah, berganti,

atau tidak sesuai dengan KTP. Di samping itu, Wajib Pajak harus menjamin dengan

membuat pernyataan bahwa alamat alternatif benar-benar jelas dan dapat dijangkau.

Dengan adanya alamat alternatif, Wajib Pajak tetap dapat dijangkau sehingga efektivitas
35
surat massal itu sendiri tercapai sesuai dengan tujuannya.DULU KETENTUANYA ADA

G?!DMN

4. Frekuensi Pengiriman Surat Massal

Setiap tahun, kantor pajak selalu mengirimkan surat massal kepada Wajib Pajak

untuk mengimbau agar menyampaikan laporan SPT tahunan sesuai jangka waktu yang

ditentukan. Surat imbauan ini dikirim sebanyak dua hingga tiga kali dalam satu tahun

pada awal, tengah, dan akhir tahun dengan harapan Wajib Pajak dapat melakukan

penyampaian SPT Tahunan untuk surat massal di awal tahun, serta pembayaran pajak

untuk surat massal yang dikirim pada tengah dan akhir tahun.

5. Pembuatan dan Sosialisasi SOP tentang Tindak Lanjut Surat Kembali Pos

Untuk menindaklanjuti surat massal yang kembali pos, perlu dibuat Standar

Operasional Prosedur yang jelas sehingga tindak lanjut dari surat yang kembali pos jelas

dan diharapkan tidak terulang lagi di periode berikutnya.

6. Penggantian Jasa Ekspedisi

Banyaknya surat yang kembali pos dapat dikeranakan oleh jasa ekspedisi yang

kurang kompeten dalam mencari maupun menemukan alamat Wajib Pajak. Oleh karena

itu KPP Semarang Barat sudah sering berganti jasa ekspedisi. Beberapa diantaranya

adalah PT Pos Indonesia (Persero), jasa ekspedisi NCS, jasa ekspidisi Pandu Siwi

Sentosa, dan jasa ekspedisi yang paling baru digunakan adalah Ninja Xpress yang masih

dalam tahap uji coba selama tiga bulan.

36
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_Isian_Pelaksanaan_Anggaran

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/pagu-apbn/

http://www.expostnews.com/ekbis/keuangan-investasi/item/1813-2-ribu-surat-pajak-kpp-

pratama-surabaya-genteng-kempos

https://www.maxmanroe.com/vid/surat/pengertian-surat-resmi.html

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
PMK ttg struktur

37
LAMPIRAN

38

You might also like