You are on page 1of 32

PERATURAN PERUSAHAAN

JOKER CORPORATION
Jl. Raya Tajem No 20 Maguwoharjo Depok
Sleman Yogyakarta

2018

1
PERATURAN PERUSAHAAN
JOKER CORPORATION
Jl. Raya Tajem No 20 Maguwoharjo Depok Sleman
Yogyakarta

MUKADIMAH

Bahwa sesungguhnya ketenangan kerja dan ketenangan usaha merupakan syarat


utama terciptanya Hubungan Industrial Pancasila (H.I.P.) yang serasi, selaras dan seimbang.
Kondisi demikian adalah kondisi dasar yang harus dipenuhi di dalam pelaksanaan proses
produksi dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan tujuan pembangunan.

Bertitik tolak dari tujuan bersama yang mencerminkan persatuan dan kesatuan serta
sifat kegotong-royongan, toleransi, tenggang rasa, keterbukaan, bantu-membantu dan
mampu mengendalikan diri dalam suatu peraturan yang merupakan manifestasi dari sikap
memanusiakan manusia dan Tri Dharma :

1. Merasa ikut memiliki (Rumongso melu handarbeni)


2. Merasa ikut memelihara dan mempertahankan (Melu hangrungkebi)
3. Dan terus-menerus mawas diri (Mulat sariro hangrosowani)

Maka pengusaha di samping memacu pertumbuhan perusahaan, perlu pula memperhatikan


kesejahteraan dan kemajuan pekerja, sedangkan pekerja harus pula menyadari bahwa untuk
meningkatkan kesejahteraannya harus bekerja lebih baik sehingga mampu meningkatkan
mutu dan produktivitas perusahaan.

2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam Peraturan Perusahaan ini yang dimaksud dengan :
1. Perusahaan :
Adalah Joker Corporation, yang didirikan pada tahun 2010 dan disahkan dalam Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mikro dengan nomor SIUP 503/010693/Mkr/VIII/2016
pada tanggal 29 Agustus 2016
2. Direksi :
Terdiri dari Direktur Utama yang juga berstatus sebagai pemilik perusahaan.
3. Karyawan :
Adalah tenaga kerja yang diterima dan dipekerjakan di Perusahaan berdasarkan Surat
Keputusan Pengangkatan oleh Direksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menciptakan hubungan kerja
yang baik, mengatur kewajiban dan hak karyawan terhadap Perusahaan ataupun sebaliknya
sehingga terwujud ketenangan kerja dan produktivitas kerja maksimal yang bermanfaat bagi
kedua belah pihak.

Pasal 3
Cakupan Peraturan Perusahaan
1. Peraturan Perusahaan ini pada umumnya mengatur hal-hal yang bersifat intern, di
samping itu perusahaan dan karyawan tetap mempunyai hak-hak dan kewajiban lainnya.
2. Perusahaan dan karyawan menyetujui bahwa Peraturan Perusahaan ini berlaku
mengikat bagi Perusahaan dan seluruh karyawan.
3. Di samping Peraturan Perusahaan ini, masih dimungkinkan adanya peraturan tambahan
yang memuat aturan lain di luar Peraturan Perusahaan, maka dapat diadakan

3
berdasarkan musyawarah antara perusahaan dan karyawan sepanjang tidak
bertentangan dengan isi Peraturan Perusahaan.
4. Apabila terdapat hal-hal atau fasilitas yang sudah biasa diberikan perusahaan kepada
karyawan secara kontinyu baik berdasarkan aturan tertulis atau lisan maupun
berdasarkan kebiasaan, tetapi belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan, maka
pemberian tersebut tetap berlaku dan tetap diberikan pada yang berhak.

4
BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 1
Penerimaan Karyawan
1. Penerimaan karyawan disesuaikan dengan rencana kebutuhan dan penambahan tenaga
kerja.
2. Penerimaan karyawan dilakukan melalui prosedur rekrutmen yang ditetapkan oleh
perusahaan.
3. Calon karyawan yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan,
keahlian dan spesifikasi lain yang sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan.
4. Calon karyawan yang telah memenuhi persyaratan / kualifikasi yang telah ditetapkan
oleh perusahaan diterima menjadi karyawan dengan dibuatkan perjanjian kerja untuk
waktu tertentu (untuk pekerja training) dan Surat Keputusan pengangkatan untuk waktu
tidak tertentu (untuk pekerja tetap)
5. Selama dalam jangka waktu perjanjian kerja untuk waktu tertentu (masa training) belum
berakhir, pihak karyawan tidak diperbolehkan memutus hubungan kerja kepada pihak
pengusaha, apabila pihak karyawan melanggar kesepakatan maka ada kompensasi
imbalan uang yang harus diberikan kepada pihak pengusaha.
6. Untuk pihak pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja meskipun waktu perjanjian
kerja untuk waktu tertentu (masa training) belum berakhir, apabila pihak karyawan
dianggap kurang kompeten dalam pekerjaannya atau melakukan pelanggaran yang
dianggap merugikan perusahaan, maka tidak ada biaya kompensasi yang diberikan
kepada pihak karyawan.
7. Selama dalam jangka waktu perjanjian kerja untuk waktu tertentu (masa training) telah
berakhir, pihak pengusaha dapat mengangkat karyawan sebagai karyawan tetap ataupun
dapat memutuskan hubungan kerja atau tidak memperpanjang masa kerja karyawan
tanpa syarat apapun atau meminta imbalan uang serta jasa-jasa lainnya.

5
Pasal 2
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (masa training) dapat diperpanjang atau
diperbaharui.
2. Masa perjanjian kerja waktu tertentu (masa training) adalah selama 2 (dua) bulan
3. Selama karyawan terikat dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu (masa training)
tidak dihitung sebagai masa kerja karyawan.

Pasal 3
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu disebut juga sebagai karyawan tetap
setelah melewati perjanjian kerja waktu tertentu (masa training) selama 2 bulan

6
BAB III JABATAN
Pasal 1
Penetapan Jabatan
1. Direksi menetapkan jabatan-jabatan yang perlu ada, sesuai dengan kebutuhan atau
pengembangan Perusahaan yang dituangkan ke dalam struktur organisasi.
2. Persyaratan dan ruang lingkup setiap jabatan ditetapkan oleh Direksi berdasarkan usulan
atasan bagian terkait.
3. Direksi menempatkan karyawan dalam suatu jabatan tertentu sesuai kualifikasinya agar
karyawan dapat bekerja sesuai bidang dan kemampuannya.

Pasal 2
Perubahan Jabatan
1. Direksi dapat mengalih-tugaskan karyawan setelah berkonsultasi dengan atasan yang
bersangkutan dan Bagian Sumber Daya Manusia ke jabatan lain, sesuai dengan prestasi
kerjanya dan tersedianya posisi dalam perusahaan.
2. Ada 4 (empat) jenis perubahan jabatan, yaitu :
a. Promosi
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan pertimbangan prestasi
yang baik dan posisi yang ada.
b. Mutasi/ Rotasi
Perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan pertimbangan kebutuhan
organisasi dan kelancaran pekerjaan.
c. Relokasi
Perubahan lokasi atau wilayah kerja, berdasarkan pertimbangan kebutuhan
organisasi dan kelancaran pekerjaan.
d. Demosi
Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah, berdasarkan pertimbangan
turunnya prestasi dan kondite kerja karyawan yang bersangkutan.

7
Pasal 3
Ketentuan Perubahan Jabatan
1. Promosi, mutasi/ rotasi, relokasi dan demosi diusulkan oleh atasan karyawan yang
bersangkutan dan disetujui Direksi.
2. Dalam usulan dicantumkan dasar pertimbangan mengenai prestasi dan kondite
karyawan maupun kebutuhan dari bagian terkait.
3. Apabila usulan disetujui Direksi maka Bagian Sumber Daya Manusia akan menyiapkan
administrasi dan menuangkan keputusan tersebut dalam Surat Keputusan.
4. Surat Keputusan akan diberikan kepada atasan yang bersangkutan untuk disampaikan
kepada karyawan.
5. Karyawan yang akan dipromosikan harus menjalani masa orientasi selama 2 (dua) bulan
dan dapat diperpanjang satu kali dengan waktu orientasi keseluruhan paling lama 4
(empat) bulan.
6. Apabila karyawan gagal dalam menjalani masa orientasi, maka tidak jadi dipromosikan
dan secara otomatis akan tetap berada pada tingkat jabatan semula dan menempati
posisi semula atau posisi yang lain.
7. Karyawan yang akan dipromosikan selama orientasi mendapatkan gaji yang sama
dengan sebelumnya namun apabila ada tunjangan akan disesuaikan dengan jabatan
yang baru. Penyesuaian gaji dilakukan setelah karyawan yang bersangkutan berhasil
menjalani masa orientasi.

8
BAB IV
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 1
Hari Kerja dan Jam Kerja
1. Dengan memperhatikan kebutuhan perusahaan, waktu kerja di perusahaan ini untuk
non sales marketing dan sales marketing adalah 7 (tujuh) jam sehari dan 42 (empat
puluh dua) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, hari kerja
untuk karyawan non sales marketing terhitung dari hari Senin – Sabtu, untuk karyawan
sales marketing hari libur bisa Sabtu atau Minggu tergantung jadwal shift kerjanya.
Apabila terdapat tanggal merah di hari Sabtu atau Minggu maka untuk marketing tetap
masuk sesuai dengan jadwal shiftnya, untuk karyawan non marketing libur
2. Pengaturan jam kerja karyawan di perusahaan ini adalah sebagai berikut :
a. Karyawan non sales marketing hari Senin s/d Sabtu pukul 08.00 s/d 16.00 WIB.
b. Karyawan sales marketing shift I Senin s/d Sabtu pukul 08.00 s/d 16.00 WIB, untuk
shift II Senin s/d Jumat pukul 14.00 s/d 22.00 WIB dan Minggu I Shift dari pukul 10.00
s/d 18.00. Tidak diperkenankan kosong dalam waktu tersebut, apabila terjadi
kekosongan maka akan diperlakukan pemotongan gaji tim bukan gaji individual.
3. Waktu istirahat karyawan non sales marketing dan sales marketing shift I diberikan
selama 1 jam setiap harinya pukul 12.00 s/d 13.00 WIB. Untuk marketing shift II
diberikan selama 1 jam setiap harinya pukul 18.00 s/d 19.00 WIB, untuk hari Minggu
pukul 14.00 s/d 15.00
4. Khusus bagi karyawan yang karena sifat kerjanya terlibat dalam kerja shift yaitu sales
marketing, hari kerja bagi tiap kelompok shift kerja diatur menurut kebutuhan atau bisa
tukaran shift seminggu sekali, dengan sepengetahuan atasan yang berwenang, Direksi
dan Bagian Sumber Daya Manusia.
5. Hari dan jam kerja yang bersifat khusus ditentukan tersendiri oleh atasan berwenang
dengan sepengetahuan Direksi dan Bagian Sumber Daya Manusia.

9
Pasal 2
Hari Libur
1. Hari libur perusahaan adalah hari libur resmi yang ditentukan pemerintah dan hari lain
yang dinyatakan libur oleh perusahaan. Kecuali untuk sales marketing dengan system
seperti pada aturan yang tertera pada Bab IV Pasal 1
2. Pada hari libur perusahaan karyawan dibebaskan untuk tidak bekerja dengan mendapat
gaji penuh.

Pasal 3
Kerja Lembur
1. Karyawan berkewajiban untuk bekerja lembur atas perintah dari perusahaan atau dalam
hal sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi rencana kerja perusahaan.
b. Dalam waktu darurat atau mendesak ada pekerjaan yang tidak dapat ditunda dan
harus segera diselesaikan.
2. Pekerjaan yang dilakukan lebih dari 42 jam seminggu adalah kerja lembur.
3. Ada karyawan yang tidak mendapat upah lembur karena lembur untuk karyawan
tersebut dianggap telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen gaji yang
diterimanya, yaitu :
a. Karyawan yang sedang dalam perjalanan dinas
b. Karyawan yang dari sifat pekerjaan sedemikian rupa sehingga tidak terikat oleh
peraturan jam kerja.
c. Karyawan dengan golongan gaji tertentu yang diatur secara terpisah dan atau sesuai
ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian kerja.
d. Karyawan yang melakukan lembur atas kemauan sendiri atau sukarela tanpa
perintah dari atasan.
4. Bagi jabatan Team Leader ke atas tidak mendapatkan uang lembur.

10
Pasal 4
Tidak Hadir Karena Sakit
1. Apabila karyawan tidak hadir kerja pada jam kerjanya karena sakit, maka secepatnya
yang bersangkutan/ keluarganya wajib memberitahukan kepada atasan langsung dan
Bagian Sumber Daya Manusia secara lisan atau secara tertulis.
2. Karyawan wajib melampirkan surat keterangan dokter maksimum 2 (dua) hari kerja
setelah masuk dari izin sakit dan menyerahkan ke Bagian Sumber Daya Manusia.
3. Apabila karyawan tidak masuk kerja melebihi jumlah hari yang ditentukan oleh Dokter/
Rumah Sakit sesuai yang tercantum dalam surat keterangan sakit, maka untuk kelebihan
hari tersebut karyawan dinyatakan mangkir.
4. Apabila karyawan tidak menyerahkan surat keterangan sakit dari Dokter/ Rumah Sakit ke
Bagian Sumber Daya Manusia melebihi 2 (dua) hari kerja, maka karyawan dinyatakan
mangkir.
5. Karyawan yang setelah diangkat menjadi karyawan tetap, perusahaan memberikan
toleransi izin selama 2 hari yang tidak dipotong gaji, selebihnya ada pemotongan gaji
sesuai prosedur pemotongan perusahaan walaupun ada surat keterangan dari dokter
(kecuali perawatan opname), sedangkan untuk karyawan training ada pemotongan upah
gaji sesuai jumlah hari dia tidak masuk kerja.
6. Karyawan yang setelah diangkat menjadi karyawan tetap harus menjalani perawatan
opname, perusahaan memberikan toleransi ijin selama 2 minggu yang tidak dipotong
gaji, selebihnya ada pemotongan gaji sesuai prosedur pemotongan perusahaan dan
wajib melampirkan surat keterangan opname dari Rumah Sakit maksimum 2 (dua) hari
kerja setelah masuk dari sakit dan menyerahkan ke Bagian Sumber Daya Manusia.
Sedangkan untuk karyawan training ada pemotongan upah gaji sesuai jumlah hari dia
tidak masuk kerja.
7. Apabila karyawan tidak masuk kerja melebihi jumlah hari yang ditentukan oleh Dokter/
Rumah Sakit sesuai yang tercantum dalam surat keterangan opname, maka untuk
kelebihan hari tersebut karyawan dinyatakan mangkir (kecuali ada surat tambahan/
surat keterangan isitirahat setelah opname dari Dokter/ Rumah Sakit).
8. Apabila karyawan tidak menyerahkan surat keterangan opname dari Dokter/ Rumah
Sakit ke Bagian Sumber Daya Manusia melebihi 2 (dua) hari kerja, maka karyawan
dinyatakan mangkir.

11
Pasal 5
Tidak Hadir Tanpa Izin/ Mangkir
Karyawan yang tidak hadir pada hari kerjanya tanpa izin atau tanpa memberitahukan
atasannya dan atau Bagian Sumber Daya Manusia, dianggap tidak hadir tanpa izin/ mangkir
dan dapat diberi surat peringatan.

12
BAB V
HAK KARYAWAN DAN KEWAJIBAN KARYAWAN
Pasal 1
Hak Karyawan
1. Setiap Karyawan berhak mendapatkan tugas dan pekerjaan sesuai dengan posisinya
yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan Direksi
2. Setiap karyawan berhak atas imbalan berupa gaji, tunjangan dan pendapatan lain yang
ditetapkan sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
3. Setiap karyawan berhak atas waktu dan hari istirahat kerja serta cuti yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan.

Pasal 2
Kewajiban Melaksanakan Tugas
1. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
sampai pekerjaan tersebut selesai menurut tanggung jawab dan kewajiban yang
diberikan kepada setiap karyawan.
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan perusahaan.
3. Menciptakan dan memelihara kondisi kerja yang baik.
4. Menggunakan dan memelihara barang-barang/ inventaris milik perusahaan dengan
sebaik-baiknya.
5. Mengarahkan dan membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas.
6. Menjadi dan memberikan contoh yang baik bagi bawahannya.
7. Memberikan dorongan kepada bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
8. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kariernya.
9. Wajib mematuhi dan menjalankan perintah yang layak dari atasan/ perusahaan.
10. Wajib mentaati dan menjalankan tata tertib perusahaan baik tertulis maupun tidak
tertulis.

13
Pasal 3
Rahasia Jabatan
1. Karyawan diwajibkan menyimpan semua rahasia yang bersangkutan dengan Perusahaan
maupun rekanan Perusahaan.
2. Karyawan tidak dibenarkan menyimpan di luar kantor, memperlihatkan kepada pihak
ketiga atau membawa keluar catatan ataupun dokumen-dokumen yang bersifat rahasia
baik dalam bentuk fisik maupun elektronik tanpa izin khusus dari Direksi.
3. Pada waktu Pemutusan Hubungan Kerja, semua surat, dokumen, dan catatan yang
berkaitan dengan pekerjaan dan perusahaan harus diserahkan kepada atasan bidang
terkait.

14
BAB VI
TATA TERTIB PERUSAHAAN
Pasal 1
Tata Tertib Kerja
1. Setiap karyawan wajib memeriksa peralatan kerja masing-masing sebelum memulai
pekerjaan atau akan meninggalkan pekerjaan sehinga dapat dipastikan tidak akan
menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan mengganggu pekerjaan.
2. Setiap karyawan wajib memelihara ketertiban dan kebersihan di tempat kerja, serta
menjaga dan memelihara kondisi dan keselamatan barang inventaris yang berada di
bawah tanggung jawabnya.
3. Setiap karyawan wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan sopan
sesuai dengan aturan perusahaan, yaitu :
a. Atasan mengenakan kemeja atau sekurang-kurangnya kaos berkerah.
b. Bawahan mengenakan celana panjang bahan kain/ jeans dengan kondisi layak dan
tidak sobek-sobek.
c. Bagi karyawan perempuan yang mengenakan rok diwajibkan mengenakan rok di
bawah lutut atau rok panjang.
d. Sepatu yang digunakan adalah sepatu tertutup/sepatu sandal, high heels dan wedges
dan dilarang menggunakan sandal jepit kecuali saat sebelum dan sesudah ibadah.
4. Apabila karyawan menemui hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan karyawan
dan atau Perusahaan maka harus segera melaporkan kepada atasan atau bidang lain
yang terkait.
5. Dalam melakukan pekerjaan, karyawan selalu menjunjung tinggi peraturan dan kode etik
yang berlaku di perusahaan.

Pasal 2
Absensi Kehadiran
1. Setiap karyawan wajib melakukan absensi finger setiap hari kerja pada saat akan
memulai kerja dan mengakhiri kerja.
2. Absensi finger wajib dilakukan sebelum jam kerja dimulai pada saat akan mulai bekerja
dan setelah jam kerja berakhir pada saat mengakhiri kerja pada hari itu.

15
3. Waktu pelaksanaan finger sesuai butir (2) di atas disesuaikan dengan pengaturan jam
kerja di setiap bagian.
4. Toleransi keterlambatan untuk absensi finger saat akan mulai pekerjaan adalah 5 (lima)
menit dari jam mulai yang sudah ditentukan di setiap bagian unit kerja.
5. Setiap karyawan dilarang meninggalkan pekerjaan dan melakukan absensi mengakhiri
kerja sebelum jam kerja yang ditentukan habis tanpa seizin atasan terkait.
6. Setiap keterlambatan melebihi batas toleransi dan absensi finger mendahului jam kerja
berakhir tanpa seizin atasan akan dikenakan sanksi berupa pemotongan sesuai dengan
prosedur yang berlaku atau bahkan diberi surat peringatan.
7. Dalam hubungannya dengan kebutuhan pribadi karyawan yang menyebabkan karyawan
datang terlambat atau pulang sebelum jam kerja berakhir dalam waktu 1 (satu) bulan
diberikan maksimum 2 (dua) kali dengan mengisi Form Absensi yang disediakan Bagian
Sumber Daya Manusia. Selebihnya apabila lebih dari 2 (dua kali) diberikan sanksi berupa
pemotongan sesuai dengan prosedur yang berlaku
8. Apabila terjadi kerusakan alat finger dan atau karyawan tidak dapat melakukan absensi
finger ataupun lupa melakukan absensi finger, wajib memberitahukan kepada atasan
dan melapor ke Bagian Sumber Daya Manusia dengan mengisi Form Absensi. Terhadap
klausul ini, apabila karyawan tidak melapor ke atasan dan atau Bagian Sumber Daya
Manusia maka karyawan tersebut dinyatakan mangkir.

Pasal 3
Larangan Bagi Karyawan
1. Setiap karyawan dilarang memasuki ruang kerja bidang lain yang bukan
tugasnya/bagiannya kecuali atas ijin perusahaan.
2. Setiap karyawan dilarang menjual, memperdagangkan barang-barang berupa apapun
atau mengedarkan poster/daftar sokongan yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan.
3. Setiap karyawan dilarang minum-minuman keras, mabuk di tempat kerja, membawa dan
menyimpan serta menyalahgunakan bahan narkotika, melakukan segala macam
perjudian dan bertengkar atau berkelahi dengan pimpinan atau sesama karaywan di
dalam lingkungan perusahaan. Pelanggaran terhadap klausul ini terancam sanksi
Pemutusan Hubungan Kerja dan akibat hukum yang berlaku.

16
4. Setiap karyawan dilarang membawa/menggunakan barang/alat milik perusahaan keluar
dari lingkungan perusahaan di luar jam kerja tanpa ijin dari perusahaan.
5. Setiap karyawan dilarang membawa senjata api/tajam ke dalam lingkungan perusahaan.
Pelanggaran terhadap klausul ini terancam sanksi Pemutusan Hubungan Kerja dan akibat
hukum yang berlaku.
6. Setiap karyawan dilarang melakukan tindak asusila di lingkungan kerja.
7. Setiap karyawan dilarang merokok di lingkungan kerja, khususnya di dalam gedung dan
atau area yang telah diberi tanda larangan merokok.
8. Setiap karyawan dilarang untuk memperjual belikan barang yang menjadi hak milik
perusahaan. Misal: karton bekas,plastik melamin,barang hadiah produk,dll.
9. Setiap karyawan dilarang memberikan keterangan/penjelasan tentang rahasia
perusahaan kepada pihak luar.
10. Setiap karyawan dilarang memiliki usaha sejenis, menjadi Direksi, Komisaris atau
Pimpinan perusahaan lain yang ada kaitan dengan bidang usaha Perusahaan dan atau
bidang usaha yang dapat menimbulkan conflict of interest, kecuali mendapat izin tertulis
dari Direksi.
11. Setiap karyawan dilarang bekerja rangkap di Instansi/Perusahaan lain.

17
BAB VII
PENGUPAHAN
Pasal 1
Sistem Pengupahan
1. Sistem pengupahan karyawan diatur menurut kelompok, bidang atau status karyawan.
Status karyawan dibagi menjadi karyawan kontrak dan karyawan tetap.
2. Penetapan besarnya upah pada dasarnya disesuaikan dengan keahlian, kecakapan, dan
prestasi kerja serta kondite pekerjan.
3. Perusahaan dalam keadaan tertentu dapat memberikan kenaikan upah seorang
karyawan atau lebih, setelah memperhatikan prestasi/kemampuan/kecakapan/kerajinan
yang ditunjukan karyawan.
4. Dasar komponen upah yang dipergunakan untuk menghitung upah adalah :
a. Upah pokok (semua karyawan)
b. Tunjangan jabatan (karyawan tertentu)
c. Tabungan THR (waktu tertentu)
d. Catu/barang yang dibrikan tanpa dipengaruhi absensi
5. Pajak atas upah ditanggung oleh karyawan.
6. Sistem pembayaran upah dilakukan lewat bank yang telah ditunjuk oleh perusahaan.

Pasal 2
Pembayaran Upah
1. Upah karyawan dibayarkan pada tanggal 2 bulan berikutnya mengikuti bulan berjalan,.
Apabila tanggal 2 jatuh pada hari libur, maka pembayaran upah dilakukan selambatnya
pada hari kerja berikutnya.
2. Upah yang dibayarkan adalah sebagai upah periode tanggal 01 bulan sebelumnya sampai
dengan tanggal 31 di bulan saat ini sesuai hitungan bulan berjalan.
Contoh : Upah tanggal 01 Januari 2017 s/d 31 Januari 2017 dibayarkan pada tanggal 2
Februari 2017.

18
Pasal 3
Upah Selama Sakit

1. Apabila karyawan sakit yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter, maka
upahnya tetap dibayar penuh apabila tidak melebihi waktu yang ditetapkan perusahaan
yaitu selama 2 (dua) hari dan berlaku bagi karyawan yang telah diangkat menjadi
karyawan tetap
2. Apabila karyawan diharuskan opname dengan surat keterangan dokter, perusahaan
memberikan toleransi ijin selama 2 minggu maka upah akan tetap dibayarkan penuh,
selebihnya jika ada kelebihan hari maka akan ada pemotongan gaji sesuai prosedur
pemotongan perusahaan, dan berlaku bagi karyawan yang telah diangkat menjadi
karyawan tetap
3. Bila ternyata setelah lewat 1 (satu) bulan dalam keadaan sakit, karyawan yang
bersangkutan tetap belum dapat melaksanakan tugasnya untuk bekerja kembali, maka
perusahaan akan memutuskan hubungan kerjanya.
4. Akumulasi jumlah hari opname selama 1 (satu) tahun tidak melebihi 45 (empat puluh
lima) hari. Jika melebihi maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk pemutusan
hubungan kerja

Pasal 4
Upah Lembur
1. Kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa :
a. Waktu (menit) x upah per menit
b. Waktu (jam) x upah per jam
2. Realisasi pembayaran upah lembur dilakukan tanggal gajian bulan berikutnya.
3. Pelaksanaan kerja lembur dilakukan berdasarkan perintah kepala bagian masing-masing
pekerja, disesuaikan kebutuhan perusahaan. Penyimpangan dari ketentuan persyaratan
ini, kerja lembur dinyatakan tidak berlaku/tidak sah oleh karenanya tidak dibayar.

19
BAB VIII KESEJAHTERAAN
Pasal 1
Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Yang berhak mendapatkan Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR) adalah karyawan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Bagi karyawan yang pada saat tanggal Hari Raya telah bekerja diatas 12 (dua belas)
sampai 36 (tiga puluh enam) bulan setelah melewati masa training 2 (dua) bulan,
jumlah THR yang diberikan setengah dari gaji pokok.
b. Bagi karyawan yang pada saat tanggal Hari Raya telah bekerja diatas 36 (tiga puluh
enam) bulan setelah masa training 2 (dua) bulan, jumlah THR yang diberikan 1 (satu)
kali gaji pokok.
c. Karyawan yang sudah melewati masa training 2 (dua) bulan dan yang telah bekerja
dibawah 12 (dua belas) bulan, jumlah THR yang diberikan dihitung proporsional
yaitu:
Berapa bulan kerja(setelah masa training)/12 bulan x ½ gaji pokok
d. Uang Tunjangan Hari Raya masuk dalam perhitungan gaji dan ditabung setiap
bulannya oleh perusahaan, dan pemberian uang THR sesuai dengan jumlah nominal
yang telah ditabung oleh masing-masing karyawan tiap bulannya
e. Karyawan yang telah mengajukan resign dari perusahaan tidak berhak atas
Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR) dan uang Tunjangan Hari Raya Keagamaan
(THR) yang telah disimpan oleh perusahaan setiap bulannya hangus tidak bisa
diuangkan
f. THR dibayarkan paling lambat 7 hari sebelum perayaan Idul Fitri.

20
BAB IX
CUTI
Pasal 1
Pengertian
1. Yang dimaksud dengan cuti ialah istirahat kerja yang diberikan kepada karyawan setelah
masa kerja tertentu dengan mendapat gaji penuh., dalah hal ini disebut Cuti Tahunan.
2. Yang dimaksud dengan cuti di luar tanggungan adalah istirahat kerja yang diambil oleh
karyawan di luar istirahat kerja yang menjadi hak karyawan, dengan ketentuan:
a. Selama masa cutinya karyawan tidak menerima gaji serta fasilitas
b. dan tunjangan kesejahteraan lainnya.
c. Masa cutinya tidak dihitung sebagai masa kerja.
Dalam hal ini disebut Cuti Potong Gaji.

Pasal 3
Cuti Tahunan
1. Karyawan berhak cuti selama 6 (enam) hari kerja setelah bekerja minimum 12 (dua
belas) bulan berturut-turut setelah diangkat menjadi karyawan tetap dengan mendapat
gaji penuh.
2. Hak cuti tahunan karyawan diberikan dalam batas waktu 1 (satu) tahun setelah hari
jatuhnya cuti.
3. Hak cuti sebanyak 6 (enam) hari diatur 4 (empat) hari sebagai cuti tahunan dan 2 (dua)
hari sebagai cuti Hari Raya Idhul Fitri dengan aturan H-1 & H+3 Idhul Fitri.
4. Hak cuti yang tidak diambil setelah 1 (satu) tahun dari hari jatuhnya cuti dianggap hapus
(gugur).
5. Bagi karyawan yang sakit berkepanjangan (opname) lebih dari 2 minggu maka kepada
yang bersangkutan tidak dapat diberikan hak cuti tahunan.

21
Pasal 4
Cuti Potong Gaji
1. Cuti Potong Gaji diberikan kepada karyawan yang masa kerjanya kurang dari 12 (dua
belas) bulan setelah diangkat menjadi karyawan tetap dan kepada karyawan yang sudah
mendapatkan hak cuti tahunan namun sudah habis jatah cutinya.
2. Cuti Potong Gaji diberikan maksimum 2 (dua) hari berturut-turut atas ijin atasan, atau
dalam kondisi tertentu yang membutuhkan waktu lebih lama maka atasan perlu
mempertimbangkan antara kebutuhan cuti karyawan dengan pekerjaan yang sedang
berjalan.
3. Apabila karyawan tidak masuk melebihi dari jumlah hari yang diizinkan atasan, maka
untuk kelebihan hari tersebut karyawan dinyatakan mangkir.

Pasal 5
Cuti Melahirkan
Bagi karyawan yang telah bekerja minimum 12 (dua belas) bulan berturut-turut setelah
diangkat menjadi karyawan tetap, diberikan hak cuti melahirkan 1 (satu) bulan, yang
pengambilannya disesuaikan dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan dengan
mendapat upah penuh dari perusahaan (gaji pokok). Bagi karyawan wanita yang mengalami
gugur kandungan diberikan cuti selama 7 (tujuh) hari terhitung dari hari kandungannya gugur
atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan. Bagi karyawan yang
karena kondisi kesehatannya belum dapat bekerja setelah cuti melahirkan 1 (satu) bulan dan
cuti karena mengalami gugur kandungan 7 (tujuh) hari (dibuktikan dengan surat keterangan
dokter) maka kepada yang bersangkutan berlaku cuti potong gaji, dengan potongan sesuai
dengan berapa hari setelah masa cuti dia tidak berangkat.
Karyawan yang mengambil cuti melahirkan ataupun cuti karena mengalami keguguran untuk
hak cuti tahunan di hapus atau tidak berlaku lagi.
Bagi karyawan yang akan mengambil cuti melahirkan harus mengajukan permohonan
selambat-lambatnya satu minggu sebelum cuti dimulai

22
Pasal 7
Izin Meninggalkan Pekerjaan dengan Mendapatkan Upah Penuh
1. Dalam hal-hal penting karyawan dapat diberi izin untuk tidak hadir pada hari kerjanya
tanpa dipotong cuti dan tetap mendapat upah penuh, yaitu untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut :
a. Pernikahan karyawan : 2 hari kerja
b. Kematian suami/ istri, orang tua/ mertua, atau anak/ menantu : 2 hari kerja
c. Kematian anggota keluarga dalam satu rumah : 1 hari kerja
d. Istri melahirkan atau keguguran kandungan : 2 hari kerja
2. Untuk keperluan-keperluan pada butir (1) di atas, kecuali untuk kematian dan kelahiran,
karyawan diharuskan mengajukan permohonan izin kepada atasannya selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelumnya.
3. Atas pertimbangan-pertimbangan Perusahaan, izin meninggalkan pekerjaan di luar
ketentuan-ketentuan di atas dapat diberikan tanpa upah.

Pasal 8
Prosedur Cuti
1. Prosedur pengambilan cuti dilakukan melalui atasannya langsung.
2. Permohonan cuti diajukan paling lambat 1 (satu) minggu sebelumnya dengan mengisi
formulir yang tersedia di Bagian Sumber Daya Manusia, apabila kurang dari 1 (satu)
minggu maka tidak bisa mengajukan cuti.
3. Bagian Sumber Daya Manusia memberi catatan pada formulir permohonan tentang
ketentuan cuti antara lain tentang hak cuti dan cuti yang telah diambil.
4. Penundaan cuti hanya diberikan atas persetujuan Department Head.
5. Untuk kepentingan Perusahaan, Direksi dapat menunda waktu cuti karyawan.

23
BAB X
SANKSI
Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Kesalahan ringan.
Dalam hal karyawan melakukan kesalahan ringan, maka akan diberikan Surat
Peringatan sesuai dengan tingkat kesalahannya yaitu sebagai berikut :
a. Surat Peringatan Pertama
a.1.) Melanggar ketentuan tata tertib kerja setelah diberikan teguran ataupun
nasehat/peringatan lisan oleh atasannya.
a.2.) 5 (lima) kali datang terlambat dan atau pulang sebelum jam kerja berakhir dalam 1
(satu) bulan tanpa mendapat izin dari atasan.
a.3.) Sering meninggalkan pekerjaan tanpa izin atasannya, meskipun telah diberikan
teguran atau nasehat oleh atasannya langsung.
a.4.) Bekerja sering tidak efisien.
a.5.) 2 (dua) kali mangkir dalam 1 (satu) bulan.
a.6.) 5 (lima) kali tidak melaksanakan pencatatan kehadirannya baik pada saat datang
dan atau pulang di tempat kerja dalam 1 (satu) bulan.
a.7.) 3 (tiga) kali dalam sebulan kembali ke tempat kerja nya melewati jam istirahat
tanpa ada alasan yang sah dan tidak izin atasannya.
a.8.) Menerima tamu pribadi di tempat kerja dalam jam kerja Perusahaan tanpa izin
atasannya.
a.9.) Tidak mematuhi aturan keselamatan kerja.
a.10.) Tidak memelihara dengan baik perlengkapan kerja yang diserahkan kepadanya,
sehingga mengakibatkan kerusakan.
a.11.) Berpakaian tidak pantas/senonoh.
a.12.) 4 (empat) hari mangkir secara terus menerus dalam 1 (satu) bulan.
a.13.) Tidak mencapai standar kinerja minimum yang telah ditetapkan perusahaan.
a.14.) Pelaksanaan kerja yang gagal sehingga merugikan Perusahaaan.
a.15.) Memberikan keterangan atau laporan palsu terkait pekerjaan baik pekerjaan
pribadi maupun pekerjaan orang lain.

24
b. Surat Peringatan Kedua
Pelanggaran ulang hal tersebut pada a.1. sampai dengan a.19 di atas dalam masa
berlaku Surat Peringatan Pertama.

c. Surat Peringatan Ketiga/Terakhir


c.1. Pelanggaran ulang dalam masa berlaku Peringatan Kedua.
c.2. Tanpa izin Direksi melakukan kegiatan perdagangan, menyodorkan daftar
sokongan dan memasang poster-poster yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan Perusahaan.
c.3. Dalam lingkungan Perusahaan dan tanpa izin Direksi melakukan
perdagangan atau propaganda untuk Perusahaan lain atau badan-badan
lain.
c.4. Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya tidak dapat menjalankan
pekerjaan yang diberikan kepadanya.
c.5. Tidak cakap melakukan pekerjaan di bidang pekerjaan yang seharusnya dapat ia
kuasai, walaupun telah dibina/dilatih.
c.6. Bekerja untuk kepentingan pihak lain atau Perusahaan lain dengan cara dan
bentuk apapun selama karyawan tersebut bekerja pada jam kerja dan atau
selama berada di kantor.
c.7. Menolak melaksasakan perintah yang patut dari atasannya.
c.8. Pembohongan absensi finger

Pasal 2
Ketentuan Surat Peringatan
1. Surat peringatan pertama, kedua dan ketiga tidak perlu diberikan menurut urut-
urutannya, tapi dinilai dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan.
2. Tingkatan surat peringatan ditentukan oleh atasan langsung dan berkoordinasi bagian
Sumber Daya Manusia dan disetujui oleh Direksi atau pejabat yang diberi kewenangan.
3. Dalam hal surat peringatan diterbitkan secara berurutan maka surat peringatan pertama
berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan.

25
4. Apabila karyawan melakukan pelanggaran sebelum berakhirnya masa berlaku surat
peringatan pertama, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan kedua, yang
juga mempunyai jangka waktu berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya
peringatan kedua.
5. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum surat peringatan kedua habis
masa berlakunya, maka perusahaan dapat menerbitkan peringatan ketiga (terakhir) dan
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
6. Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan sudah
terlampaui, maka apabila karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran maka
surat peringatan yang diterbitkan oleh perusahaan adalah kembali sebagai peringatan
pertama, kedua atau ketiga sesuai besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan.
7. Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik karyawan agar
dapat memperbaiki kesalahannya dan di sisi lain waktu 6 (enam) bulan ini merupakan
waktu yang cukup bagi pengusaha untuk melakukan penilaian terhadap kinerja
karyawan yang bersangkutan.

26
BAB XI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 1
Ketentuan Umum
Hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan putus karena:
a. Karyawan mengundurkan diri
b. Karyawan mencapai usia pensiun umum atau sesuai dengan ketentuan Perusahaan
c. Karyawan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan dan kesepakatan
kerja
d. Karyawan sakit berkepanjangan
e. Karyawan meninggal dunia
f. Karyawan tidak mau melanjutkan hubungan kerja karena perusahaan menyalahi aturan
g. Karyawan tidak hadir tanpa izin/ mangkir 5 (lima) hari berturut-turut
h. Karyawan ditahan oleh pihak berwajib atau terlibat tindak kriminal
i. Karyawan melakukan kesalahan berat
j. Perusahaan melakukan perubahan status dan karyawan tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja.
k. Perusahaan melakukan perubahan status, perusahaan tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja
l. Perusahaan melakukan efisiensi karena mengalami kerugian
m. Perusahaan tutup atau pailit

Pasal 2
Karyawan Mengundurkan Diri Secara Baik
1. Karyawan yang ingin memutuskan hubungan kerjanya dengan perusahaan, wajib
mengajukan permintaan berhenti secara tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan
sebelumnya. Permohonan tersebut diajukan kepada atasan langsung yang bersangkutan
dengan tembusan kepada atasan yang lebih tinggi dan bagian Sumber Daya Manusia.
2. Sebelum berhenti karyawan tersebut harus memenuhi syarat:

27
a. Menyerahkan kembali semua milik perusahaan yang berada dalam penguasaannya
dan atau di bawah tanggung jawabnya, yang meliputi seluruh barang inventaris dan
surat-surat serta naskah-naskah lain baik dalam bentuk asli maupun rekaman.
b. Melakukan serah terima pekerjaan dengan atasannya atau dengan karyawan lain
yang ditunjuk oleh atasannya tersebut.
c. Menyelesaikan hutang-hutang dan kewajiban-kewajiban keuangan lainnya dengan
perusahaan.
d. Tidak terikat dalam ikatan dinas.
e. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
f. Mengisi form keluar (exit interview).

Pasal 3
PHK Karena Mencapai Usia Pensiun
1. Seorang karyawan yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, akan diputuskan
hubungan kerjanya dengan hormat dari perusahaan.
2. Maksud dari perusahaan untuk memutuskan hubungan kerja tersebut akan disampaikan
secara tertulis oleh bagian Sumber Daya Manusia kepada karyawan yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sebelumnya dan diulangi 11 (sebelas) bulan
kemudian.

Pasal 4
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan dan Kesepakatan Kerja
Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika karyawan tetap melakukan
pelanggaran pada saat surat peringatan ketiga (terakhir) belum habis masa berlakunya atau
melakukan pelanggaran yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Pasal 5
PHK Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan
Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang:
a. Mengalami sakit berkepanjangan dan menurut keterangan dokter tidak sehat jasmani
dan atau rohani untuk melanjutkan pekerjaan
b. Mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya

28
Pasal 6
PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia
Apabila karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus.

Pasal 7
PHK Karena Perusahaan Menyalahi Aturan
Karyawan dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja, dalam hal
pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
a. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam karyawan;
b. membujuk dan/atau menyuruh karyawan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c. tidak membayar gaji tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau lebih;
d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada karyawan; atau
e. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan
kesusilaan karyawan sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian
kerja.

Pasal 8
PHK Karena Karyawan Mangkir
Apabila karyawan mangkir/tidak masuk kerja tanpa surat keterangan yang sah atau layak
diterima perusahaan selama 5 (lima) hari berturut-turut,dan sudah dilakukan panggilan oleh
Perusahaan sebanyak 2 kali secara lisan dan tertulis, maka karyawan tersebut
dikualifikasikan mengundurkan diri.

Pasal 10
PHK Karena Alasan Mendesak
1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan dengan alasan
mendesak karena karyawan telah melakukan kesalahan sebagai berikut :
a. mengambil atau memindahkan barang dan/atau uang milik perusahaan atau
nasabah, tanpa melalui prosedur yang sah dan karyawan harus mengganti rugi yang
dialami oleh perusahaan.

29
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan; mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan
kerja;
c. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
d. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja;
e. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
f. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
g. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
h. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan negara, atau melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

PHK dengan alasan mendesak tersebut di atas diproses sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.

Pasal 11
PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan status
Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi apabila terjadi perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan Karyawan tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja, atau Perusahaan tidak bersedia menerima karyawan di
perusahaannya

Pasal 12
PHK Karena Perusahaan melakukan Efisiensi
Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena
perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau
bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan melakukan efisiensi.

30
Pasal 13
PHK Karena Perusahaan Tutup/ Pailit
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus
selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dan atau perusahaan pailit.

Pasal 14
Kompensasi Uang Pesangon
Perusahaan tidak memberikan uang pesangon kepada karyawan yang mengundurkan diri
maupun karyawan yang diPHK oleh perusahaan

31
BAB XII
PENUTUP
Pasal 1
Aturan Tambahan
1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan Perusahaan ini akan diatur dengan Surat
Keputusan Direksi, dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Jika ada persyaratan kerja di dalam perusahaan ini yang kurang atau bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka persyaratan kerja tersebut
batal demi hukum, maka yang dipakai dasar hukum adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Peraturan Perusahaan ini, disebarluaskan kepada setiap karyawan untuk diketahui dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya

32

You might also like