Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. Asesmen Alternatif
Secara sederhana asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan
pendekatan non tradisional untuk memberi penilaian kinerja siswa (Zainul, 2001:
3). Istilah non tradisional yang dimaksudkan adalah tes kertas pensil (pencil and
paper test) atau lebih khusus adalah tes baku yang menggunakan tes objektif.
Istilah asesmen alternatif diidentikan dengan asesmen otentik atau asesmen
kinerja. Asesmen otentik diartikan sebagai proses penilaian kinerja perilaku
mahasiswa secara multidimensional dapa situasi nyata, sedangkan asemen kinerja
didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan
dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan
mahasiswa dalam proses maupun produk. Disebut sebagai penilaian otentik
karena penilaian alternatif sengaja dirancang untuk menjamin keaslian dan
kejujuran penilaian serta hasilnya terpecaya. Disebut penilaian kinerja, karena
siswa diminta menunjukkan penguasaannya tentang bidang ilmu tertentu,
menjelaskan dengan kata-kata dan caranya sendiri tentang peristiwa tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, asesmen alternatif diartikan:
(1) pemanfaatan pendekatan non tradisional (non tes baku; objektif tes) untuk
memberi penilaian kinerja/proses dan hasil belajar peserta didik (siswa/
mahasiswa) secara menyeluruh (kognitif, afektif, dan psikomotor). (2) Berbagai
prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kinerja dan
prestasi peserta didik, meliputi: tes, penilaian kegiatan, dan pengerjaan tugas-
tugas. (3) Prosedur yang dilakukan oleh dosen sepanjang proses pembelajaran
untuk memperoleh berbagai data atau informasi tentang aktivitas belajar peserta
didik sehingga informasi tersebut dapat memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang perkembangan dan kemajuan belajarnya. (4) Proses pengambilan
keputusan berdasarkan informasi kinerja dan aktivitas (proses dan hasil) belajar
peserta didik selama proses pembelajaran. (5) Alternatif yang dimaksudkan
adalah: alternatif dari Tes Baku; asesmen kinerja; asesmen portofolio.
3
4
Karakteristik utama asesmen alternatif tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi
memberi informasi secara lengkap dan jelas tentang proses pembelajaran. Hasil
asesmen harus mampu memberikan gambaran otentik dan dapat digunakan untuk
menilai semua kemampuan baik intelektual maupun kinerja peserta didik yang
sebenarnya.
Asesmen alternatif mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar
dengan keseluruhan proses pembelajaran, bahkan asesmen itu sendiri merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran. Dengan
asesmen alternatif ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi
dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang
terpisah dari proses pembelajaran. Menurut Hatfield, et al. (2003: 77),
karakteristik asesmen alternatif :
a. Students perform, create, and produce.
b. Tasks require problem solving or higher-order thinking.
c. Problems are contextualized.
d. Tasks are often time-consuming and need days to complete.
e. Scoring rubrics or scoring guides are required.
Selanjutnya, menurut Herman, Aschbacher & Winters (1992: 6) secara
umum karakteristik asesmen alternatif:
a. Ask students to perform, create, produce, or do something.
b. Tap higher-level thinking and problem-solving skills.
c. Use tasks that represent meaningful instructional activities.
d. Invoke real-world applications.
e. People, not machines, do the scoring, using human judgment.
f. Require new instructional and assessment roles for teacher.
Dengan demikian, karakteristik utama asesmen alternatif tidak hanya
mengukur hasil belajar siswa akan tetapi juga memberikan secara lengkap
informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Dengan demikian,
asesmen alternatif pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan
data secara terus menerus tentang kinerja siswa yang sesungguhya dalam rangka
(1) meningkatkan pengalaman belajar; (2) memastikan kompetensi siswa; dan (3)
menjadi sumber informasi untuk meningkatkan pembelajaran. Adapun komponen-
5
B. Asesmen Otentik
Dalam Wikipedia penilain otentik diartikan sebagai pengukuran
pencapaian intelektual yang bermakna signifikan dan berharga. Sedangkan
menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) asesmen otentik adalah suatu
penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang
memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang
memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu
macam pemecahan. Penjelasan tersebut sejalan dengan pernyataan Kunandar
(2013: 35) yang menjelaskan bahwa pengertian asesmen otentik adalah kegiatan
menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik
7
dari kemampuan yang dimilikinya. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta
tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan ganda dan uraian.
1) Tes Bentuk Uraian
Soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisasi
jawaban dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Keuntungan dari soal bentuk uraian ini antara lain siswa merumuskan jawabannya
sendiri, mudah menyusunnya dan jawabannya sukar ditebak. Sedangkan
kelemahannya adalah sukar dalam pemberian skor dan tidak dapat mencakup
bahan yang luas. Soal bentuk uraian terdiri atas tiga ragam yaitu bentuk uraian
bebas, bentuk uraian terbatas dan bentuk uraian tersruktur.
a) Soal Uraian Bebas
Soal ini digunakan untuk mengungkapkan pendapat atau tanggapan peserta
didik terhadap suatu objek. Jawaban soal pada bentuk ini akan beragam
tergantung pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki siswa maka jawaban siswa akan semakin
berkembang. Skor yang dapat digunakan adalah skala 1-10 atau skala 10-100.
b) Soal Uraian Terbatas
Soal ini berupa pertanyaan terbuka tetapi jawabnnya sudah ditentukan atau
dibatasi. Pembatasan tersebut dapat berupa jumlah, acuan, ataupun aspek
materi.
c) Soal Uraian Terstruktur
Soal uraian terstruktur menuntut siswa untuk menjawab berdasarkan data yang
tersedia. Menurut Sunarti & Rahmawati (2014, 32-33) dalam merumuskan
soal dalam bentuk tes uraian terdapat 3 aspek kaidah penulisan butir soal yaitu
aspek materi, konstruksi dan bahasa.
b. Tes Bentuk Objektif
Tes bentuk objektif disebut juga tes jawab singkat. Sesuai dengan
namanya tes jawab singkat menuntut siswa hanya memberikan jawaban singkat
bahkan hanya memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif jawaban.
Kelebihan tes ini adalah mudah, cepat dan objekrtif dalam skoring, serta
mencakup bahan yang lebih luas. Kelemahannya, adalah tidak dapat mengukur
kemampuan mengorganisasi jawaban peserta didik, sukar dalam menyusunnya,
9
ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban. Ragam soal bentuk objektif
ada benar salah, tes melengkapi pilihan ganda, menjodohkan,dan jawaban
singkat.
1) Tes Benar-Salah
Bentuk tes terdiri dari sebuah pernyataan yang mempunyai dua kemungkinan
jawaban yaitu benar salah. Adapun kaidah dari penulisan soal benar dan salah
menurut Sunarti & Rahmawati (2014, 33-34) dapat dilihat dari 3 aspek yakni:
a) aspek materi, b) aspek konstruksi, dan c) aspek bahasa.
2) Tes Melengkapi
Tes ini dapat berupa isian dan adapula jawaban singkat. Pada tes ini siswa
diminta untuk membrikan jawaban bukan memilih jawaban. Adapun kaidah
dari penulisan soal melengkapi menurut Sunarti & Rahmawati (2014, 35)
dapat dilihat dari 3 aspek yakni: a) aspek materi, b) aspek konstruksi, dan c)
aspek bahasa.
3) Tes Pilihan Ganda
Tes ini terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengecoh. Tes tertulis bentuk pilihan ganda
merupakan tes yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Menurut Kusaeri (2014, 70-82) terdapat
beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun baik. Kaidah-
kaidah tersebut mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa.
a) Soal harus sesuai dengan indikator
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar
d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus berupa pernyataan yang
diperlukan saja
f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar
g) Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda,
seperti bukan, tidak, tanpa, kecuali dan sejenisnya dapat membingungkan
peserta didik memahamai pokok permasalaah a yang ditanyakan.
10
rubrik penilian sebagai berikut. Instrumen tes lisan adalah daftar pertanyaan dan
rubrik.
d. Penugasan/Proyek
Penilaian proyek atau tes penugasan merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu
2. Penilaian Afektif
Bentuk penilaian afektif dapat digunakan untuk mengukur domain afektif.
Ranah afektif ini mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
atau nilai.
a. Penilaian Sikap
Penilaian sikap pada siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
sikap. Instrumen tersebut dapat mendeskripsikan sikap siswa terhadap suatu
objek. Instrumen sikap dapat berupa kuesioner. Guru dapat membuat
pertanyaan yag menyatakan arah perasaan, sehingga responden dapat
menunjukan perasaan mereka terhadap suatu objek.
b. Penilaian Minat
Instrumen minat digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa
terhadap suatu mata pelajaran, sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut
untuk meningkatkan minat siswa. Instrumen minat dapat menggunakan
kuesioner yang mengukur keingintahuan seseorang terhadap suatu objek.
c. Penilaian Nilai
Nilai merupakan suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu yang
menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Sekolah merupakan tempat
siswa belajar harus mampu menemukan dan menguatkan nilai-nilai yang
bermakna dan memberikan konstribusi positif terhadap masyarakat. Penilaian
terhadap nilai dapat dilakukan dengan membuat instrumen berupa kuesioner
berikut.
d. Penilaian Konsep Diri
Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Penilaian konsep diri tentang
kemampuan siswa dalam mata pelajaran, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen konsep diri berupa kuesioner.
12
e. Observasi
Selain menggunakan kuesioner ranah afektif dapat dinilai melalui observasi
atau pengamatan. Prosedurnya dimulai dengan penentuan definisi konseptual
dan definisi operasinal. Aspek yang akan dinilai kemudian diturunkan menjadi
sejumlah indikator, yang selanjutnya indikator tersebut menjadi isi pedoman
observasi.
f. Jurnal
Penilaian dengan jurnal dapat didokumentasikan dengan catatan harian terkait
kekuatan, kelemahan, sikap dan perilaku. Teknik penilaian ini dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap. Instrumen
yang digunakan dapat berupa angket atau kuesioner.
g. Wawancara
Instrumen wawancara merupakan panduanyang terkait dengan sikap yang
ingin diketahui dari peserta didik.
3. Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor dapat dilakukan dengan tes kinerja, proyek,
portofolio dan penilaian produk.
a. Tes Kinerja
Tes kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Aspek psikomotor yang dinilai terdiri
dari, meniru, menyusun, melakukan dengan prosedur, melakukan dengan baik
dan tepat, melakukan tindakan secara alami. Instrumen penilaian kinerja ini
dapat menggunakan checklist atau rating scale.
b. Proyek
Penilaian proyek dilaksanakan terhadap persiapan. Pelaksanaan dan hasil.
Penilaian proyek dapat dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian
proyek berupa checklist dan rating scale.
c. Portofolio
13
d. Penilaian Produk
Penilaian produk dapat dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian
produk berupa checklist atau rating scale.
C. Asesmen Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa
mendemonstrasikan tugas tertentu guna mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya (Kusaeri, 2014:142).
b. Masalah prosedural
Masalah yang biasanya terjadi adalah guru harus menskor komponen-
komponen yang terlalu banyak. Bagi guru, semakin sedikit komponen yang harus
dinilai semakin baik. Namun, pembuat pedoman penskoran harus membuat
pedoman penskoran yang dapat mewakili semua komponen penting yang
memengaruhi kualitas hasil akhir. Masalah lain dari prosedur ini, umumnya guru
hanya satu orang sehingga sukar untuk dapat memperbandingkan hasil
pertimbangan penskoran dengan orang lain.
a. Daftar Cek
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-
tidak). Pada penilaian kinerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat-diamati. Dengan demikian tidak
terdapat nilai tengah.
17
b. Skala Rentang
Penilaian kinerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian
nilai secara kontinum, di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang
tersebut, misalnya, sangat kompeten-kompeten-agak kompeten-tidak kompeten.
Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar factor
subyektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.